Andreas mengenang malam itu, kebenciannya terhadap Omar pun bertambah. "Apa kamu masih ingat kematiannya?"Dia?Shella Retno ....Muncul sedikit perubahan di mata Omar."Dia sudah mati, tapi kamu nggak menyelidikinya sampai tuntas. Kalian semua bilang dia punya penyakit mental, dia sendiri yang ingin mengakhiri semuanya. Tapi banyak bagian yang mencurigakan dari kasus ini.""Kenapa dia bisa punya penyakit mental, memangnya kamu nggak tahu?""Kamu jelas-jelas sudah mencintai orang lain, tapi nggak mau melepaskannya, mengurungnya dan menyiksanya terus menerus.""Dia ingin mengakhiri semuanya? Ini adalah lelucon terbesar yang pernah aku dengar. Di sini ada orang yang dia cintai, mana mungkin dia tega meninggalkannya sendirian di dunia ini?"Andreas melihat ke bawah.Ibunya bisa meninggalkannya sendirian di rumah Keluarga Jayadi, tapi ibunya tidak mungkin meninggalkan Dylan.Dalam sekejap, Andreas menyingkirkan kekecewaan di dalam hatinya yang paling dalam.Saat kembali melihat Omar, keben
Seiring dengan bunyi alarm, seluruh kediaman Keluarga Jayadi seketika "bangun".Sepasang suami istri yang terus memperhatikan situasi di luar melihat Andreas keluar dari ruang baca. Awalnya mereka mengira masalah hari ini akan selesai begitu saja, tapi begitu mendengar suara alarm, mereka langsung terkejut."Ada apa? Ada apa? Apa yang terjadi?"Renald berpura-pura baru bangun dari tidurnya karena terkejut lalu berjalan keluar dari kamarnya untuk melihat apa yang terjadi.Inez juga mengikutinya.Para pembantu di kediaman dan juga pengurus rumah juga perlahan-lahan bangun semua.Alarm hanya berbunyi sebentar sebelum tim medis datang.Keheningan di kediaman langsung rusak, hampir semua orang memperhatikan semua gerak-gerik di ruang baca Omar.Di dalam kamar,Celine sudah meletakkan album foto tadi. Saat alarm berbunyi, Andreas juga sudah kembali ke kamar."Apa yang terjadi?" Celine tidak tahu situasi di luar, tapi dia menebak kalau keributan ini pasti ditujukan pada Andreas.Hati Andreas
"Tapi Andreas sepertinya ada urusan mendadak, jadi mau pergi. Tapi Kak Omar sakit begitu, sepenting apa pun urusannya juga nggak mungkin lebih penting dari Kak Omar."Yuni menghentikan langkahnya lalu melihat Andreas yang ada di lantai satu.Dia mana mungkin tidak menyadari maksud di balik kata-kata Renald?Hanya saja ...."Kalau ada urusan penting, cepat pergi." Terdengar suara Yuni.Semua orang terkejut."Ibu?" Renald langsung menyuarakan ketidaksetujuannya.Dia ingin memanfaatkan Yuni untuk melarang Andreas pergi.Kalau Andreas tetap di sini, dia baru berkesempatan melihat pertunjukan seru, memperburuk hubungan Omar dan Andreas. Dia juga mau menginjak-injak Andreas di depan Yuni.Namun, Yuni malah membiarkan Andreas pergi?"Ibu, kondisi Kak Omar masih belum diketahui, kalau Andreas pergi ....""Kenapa?"Sebelum Renald selesai berbicara, Yuni meliriknya sambil berkata, "Memangnya Andreas dokter? Dia di sini memangnya bisa apa? Ada dokter di sini sudah cukup.""Tapi ...."Renald masih
"Andreas, di antara ayah dan anak mana ada dendam berkelanjutan? Ayahmu .... Kamu salah paham padanya!" Fera tidak menjawab pertanyaan Andreas secara langsung.Dia bicara tidak jelas begitu karena ingin semua orang mengira kondisi Omar yang tidak diketahui saat ini disebabkan oleh Andreas.Andreas tahu jelas trik Fera ini.Dia malas melihat Fera lagi, apalagi menghabiskan waktu dengannya di sini.Andreas mengulurkan tangan menggandeng tangan Celine."Ayo kita pergi." Sikap dingin Andreas saat menghadapi Fera berubah, suaranya saat berbicara dengan Celine membuat semua orang yang ada di sana tertegun.Di Keluarga Jayadi, Andreas adalah orang yang paling dingin, bahkan sangat jarang bisa melihatnya tersenyum, apalagi merasakan kehangatan darinya.Namun, di suaranya tadi, mereka bahkan mendengar "kelembutan".Andreas ... tidak pernah ada hubungan sedikit pun dengan "lembut".Semua orang yang ada di sana kembali melihat wanita di depan Andreas itu.Awalnya mereka hanya terkejut wanita ini
Bagi orang luar, kata "maaf" ini terdengar seperti meminta maaf karena tidak berhasil menahan Andreas.Namun, Omar tahu apa maksud permintaan maaf ini."Bukan salahmu," ujar Omar sambil menepuk tangan Fera.Sepasang suami istri ini selalu terlihat penuh cinta.Namun, Fera masih tetap mengernyit, di otaknya terus muncul adegan Andreas dan Celine pergi sambil bergandengan tangan. "Sayang sekali, kamu bahkan nggak sempat berbicara dengan Nona Celine itu ...."Karena kata-kata Celine, orang-orang kembali mengingat Celine.Inez mulai merasa posisi Bella terancam. "Kelakuan Andreas kepada nona itu sangat spesial, entah dari keluarga mana dia. Bagus kalau keluarganya setara dengan Keluarga Jayadi."Celine Maira ....Keluarga, identitas dan informasi lainnya sudah ada di tangan semua anggota Keluarga Jayadi.Seorang putri pengusaha kaya di Binara, walaupun dia akhirnya diangkat jadi cucu Keluarga Nadine, dia hanya punya posisi palsu di Grup Jayadi.Dia tidak berada di pusat kuasa Keluarga Nadi
Fera mulai menangis karena merasa bersalah."Salahku nggak memesan asistenku untuk menutup pintunya dengan baik, kalau nggak Dylan juga nggak akan masuk ke sana. Foto-foto itu adalah satu-satunya kenangan Shella, tapi sekarang ...."Sudah hancur!Justru bagus kalau sudah hancur!Tanpa foto-foto itu, Omar hanya bisa memikirkan kenangan Shella yang ada di ingatannya.Namun, memangnya bisa bertahan berapa lama?Ingatan akan semakin samar, sampai akhirnya Omar tidak akan ingat dengan wajah Shella lagi."Nggak ada hubungannya denganmu." Omar sadar dari lamunannya.Fera yang pengertian dan besar hati membuatnya merasa bersalah. Selama ini, Fera selalu berada di sampingnya dan membantunya. Dia seharusnya tidak memikirkan orang di masa lalu lagi.Omar melihat Fera lalu menanyakan pertanyaan yang tidak pernah dia tanyakan, "Apa kamu menyesal menikah denganku dulu?"Menyesal?Dia mana mungkin menyesal?Waktu itu semua yang dia lakukan, baik yang terang-terangan maupun yang diam-diam, dia lakukan
Dia perlahan-lahan mengangkat tangannya dan menyentuh kain kasa di wajahnya, lalu tangannya bergetar.Kata-kata nyonya tadi terngiang-ngiang di benaknya."Setelah kamu sudah siap, kamu tentu saja sudah bisa keluar.""Setelah aku siap ... " gumam wanita itu.Dia tentu saja tahu maksud Fera.Tiba-tiba sepasang mata itu tersenyum mengerikan. "Celine, persiapanku akan segera selesai. Tunggu aku!"Tunggu dia merusak semua yang akan dimiliki Celine!...Ketika Celine dan Andreas kembali ke rumah sakit, langit sudah terang.Sinar matahari lembut menembus jendela menyinari wajah Dylan. Karena takut sinar itu membuat Dylan tidak nyaman, Andreas segera menarik gorden."Jangan khawatir, dia pasti bakal bangun." Celine dengan lembut menenangkan Andreas yang mengernyit.Andreas tahu dengan keahlian medis Eric, Dylan pasti bakal bangun.Namun, bagaimana kondisi Dylan setelah bangun?Andreas merasa sedikit gelisah.Dylan tidur selama berhari-hari.Luka di kening Celine perlahan-lahan pulih. Dia terus
Tuan Muda Timothy ....Celine yang hendak keluar tiba-tiba menghentikan langkahnya."Tuan Muda Timothy suka bunga seperti apa?""Mana kutahu? Tapi orang seperti dia harusnya bakal suka bunga yang menonjol, jadi aku pilih mawar merah ....""Belum tentu, mungkin saja dia suka yang segar dan anggun."Wanita yang berbicara itu berdiri di depan kumpulan bunga lalu memilih bunga melati putih.Gadis lainnya juga sedang memilih dengan saksama, bahkan ada yang sudah pilih terus tidak jadi dan berpikir keras lagi, seakan-akan bunga yang dia pilih punya efek yang luar biasa.Celine juga diam-diam bergabung di antara mereka.Para gadis ini masih sibuk mengobrol."Dengar-dengar Tuan Muda Timothy mengundang beberapa temannya ke pesta malam ini, kira-kira siapa saja yang bakal datang?""Teman-teman Tuan Muda Timothy sudah pasti orang-orang unggul, sangat bagus kalau kita bisa kenal."Pesta malam ini?Teringat Winny yang berbaring di rumah sakit, Celine refleks menggenggam erat bunga di tangannya.Ren