Satu jam kemudian di luar KUA.Andreas melihat buku nikah yang baru saja selesai dibuat dengan tatapan muram.Sementara Celine mencium buku nikah itu dengan penuh semangat. Dia mulai menantikan rencananya menggagalkan rencana Reza di acara ulang tahun Keluarga Linoa besok.Tiba-tiba dia melihat ke "suami top" di sampingnya.Dengan wajah dan tubuh "suami top" ini, dia bisa mengalahkan Reza dengan sangat mudah. Kalau suaminya ini muncul di pesta Keluarga Linoa besok, ekspresi Reza pasti akan sangat menarik!Celine makin bersemangat. "Eh .... Besok kamu punya waktu untuk pergi menghadiri sebuah pesta ...."Andreas masih mencerna kenyataan kalau dia sudah menikah, dia langsung menolak. "Nggak ada!"Celine terdiam lalu muncul kekecewaan di wajahnya.Namun, dalam sekejap dia mengerti.Di acara ulang tahun Keluarga Linoa besok, paman ketiga dari Keluarga Jayadi juga datang, pasti akan heboh banget.Situasi seperti itu pasti akan menakuti suaminya ini!Sebelum berpisah, Celine berpesan pada "s
Ketika Celine sampai ke vila di Helvetia, dia tidak diperbolehkan masuk."Dia masih berani pulang? Sarah, pergi usir dia!" Terdengar teriakan marah Bastian di balik pintu."Bastian, kamu jangan marah gara-gara dia, nggak baik buat kesehatan ....""Ayah, izinkan Kakak masuk. Kakak mungkin juga cuma kesalahan sesaat mengkhianati Tuan Muda Reza. Pria-pria di Bar Artemis ... pekerjaannya ya begitu semua. Kakak seharusnya sudah kasih uang, orang itu juga seharusnya nggak bakal menyebarkan hal ini ...."Di dalam ruang tamu, Sarah dan Lily tampaknya sedang membela Celine, tapi kata-kata mereka sebenarnya sedang memperparah kondisi.Seketika, kata-kata Bastian menjadi makin kasar."Dia itu wanita jalang! Aku nggak punya anak yang nggak tahu malu seperti dia! Mulai sekarang, dia nggak boleh masuk ke rumah ini. Kalau nggak, rumah ini bakal kotor dibuatnya! Lily, kamu baik hati dan polos, jangan tiru kakakmu itu."Hati Celine terasa sakit berdenyut-denyut.Dia tahu selama ini ayahnya tidak pernah
Celine yang tadinya meneriakkan "balikin uangku" di dalam hati, langsung tenang setelah mendapat alamat hotel yang dikirim oleh "suami top"."Untung dia masih punya hati nurani!"Celine tidak berlama-lama lagi, dia langsung menuju ke hotel.Begitu sampai di depan hotel, senyuman Celine langsung membeku.Suami topnya bisa-bisanya tinggal di hotel bintang lima peringkat kedua di Kota Binara. Kamar paling murah di sini saja setidaknya sudah beberapa juta semalam. Uang yang dia beri bisa tinggal berapa malam di sini?Celine refleks memegang dadanya. Sakitnya hati ini!Saat mencari nomor kamar dan tiba di sebuah kamar suite, hati Celine seakan-akan berdarah. Dia curiga uang yang dia beri sama sekali tidak cukup untuk membayar satu malam di kamar ini!Celine menarik napas dalam-dalam dan merasa dia harus bicara baik-baik dengan "suaminya" ini!Pintu kamar tidak tertutup rapat, jadi Celine langsung masuk. Namun, dia tidak melihat ada orang, melainkan ada suara air dari kamar mandi.Dia lagi m
Tamu-tamu mulai berdatangan ke kediaman Keluarga Linoa, di kompleks vila Kota Binara.Lily sengaja datang cepat.Di kamar Reza di lantai dua, setelah mereka selesai bermesraan, Lily berbaring di atas Reza dan masih mau menggodanya.Namun, Reza malah menghentikan tangan Lily dan berkata, "Paman dari Keluarga Jayadi seharusnya sudah sampai, Nenek menyuruhku menyambutnya secara pribadi. Aku nggak boleh melewatkan kesempatan yang susah didapatkan ini."Lily langsung memasang ekspresi kecewa, terlihat sangat sedih dan lemah, membuat Reza sangat kasihan padanya.Namun, begitu teringat hal penting hari ini, Reza membantu Lily berpakaian.Dia memakai gaun putih ini benar-benar terlihat seperti seorang putri yang tak bernoda sama sekali, sangat polos dan lugu, membuat Reza makin tidak bisa menahan diri."Aku nggak pernah lihat kamu pakai gaun ini, cantik banget. Desainnya bagus!"Reza hanya mengungkit hal ini tanpa maksud yang lain, tapi terlihat rasa bersalah di mata Lily yang langsung berubah
Seketika, ekspresi para nyonya kaya di sekitar langsung berubah.Sementara Celine malah tersenyum sinis dengan tenang lalu maju untuk merapikan gaun Lily yang agak terlalu besar untuknya sambil berkata dengan santai, "Gaun dari K&K selalu disesuaikan dengan ukuran pembelinya. Lily, ukuran kita nggak sama. Kamu harusnya bilang dari awal kalau kamu suka gaun ini, biar aku bawa ke K&K untuk sesuaikan lagi ukurannya, jadi kamu pakainya nggak kebesaran gini."Para nyonya kaya baru sadar kalau gaun Lily tidak terlalu pas untuknya.Mereka seketika lupa sosok kasihan Lily yang tadi dan ekspresi mereka berubah jadi merendahkan Lily."Ternyata itu bukan gaunnya? Jangan-jangan dia mencuri gaun kakaknya? Kulihat ukurannya kayak ukuran Nona Celine.""Nggak kusangka Nona Lily suka pura-pura begitu. Dengar-dengar dia itu anak mantan suami ibunya, biasanya orang seperti itu lebih licik dari anak haram!"Anak mantan suami .... Anak haram ....Lily tidak bisa mengendalikan ekspresinya lagi, tangannya ya
Celine melihat ke sekeliling, lalu dia melihat sosok belakang Andreas melalui tirai pintu.Punggung itu tampak sangat familier.Tepat ketika Celine mau melihat lebih dekat, Reza malah berjalan menghampirinya dan menghalangi penglihatannya. "Celine, cepat, aku bawa kamu menemui Paman."Reza mau menggenggam tangan Celine, tapi Celine malah menghindar dengan jijik.Muncul kekesalan di mata Reza, tapi begitu teringat dengan paman ketiga dari Keluarga Jayadi, dia terpaksa menahan emosinya."Celine, hari ini adalah kesempatan yang sangat baik untukku dan Keluarga Linoa. Keluarga Jayadi adalah keluarga nomor satu dari tiga keluarga besar di Kota Mastika. Apalagi Paman adalah kepala keluarga baru, asalkan Paman menjadi saksi pernikahan kita, ditambah dengan bantuan Perusahaan Perhiasan Aurora, posisiku sebagai pewaris Keluarga Linoa akan makin kuat!"Meskipun Reza adalah satu-satunya keturunan laki-laki Keluarga Linoa, tapi sekarang sebagian besar bisnis Keluarga Linoa dipegang oleh ayahnya, F
Celine refleks memberontak, tapi pria itu tiba-tiba jari-jari pria itu masuk ke sela-sela jarinya dan menggenggam tangan Celine dengan erat.Wajah pria itu bersandar di bahu Celine dan napasnya yang berat berembus di tulang selangka Celine, membuatnya merinding.Celine refleks gemetar dan tanpa sadar mau menendang bagian bawah pria itu. Namun, baru saja kakinya diangkat, lututnya sudah ditahan oleh tangan pria itu.Di kegelapan, tatapan Andreas yang ganas sangat menakutkan. Suaranya juga terdengar menyindir, "Kejam sekali!"Dua hari sebelumnya, wanita ini baru saja membeli satu malamnya. Malam ini, dia malah mau merusak kemampuan reproduksinya?Celine kurang ajar!Ketika Celine masuk kamar, Andreas sudah mengenalinya.Jadi, dia sengaja menuang alkohol ke lantai agar aroma alkohol memenuhi ruangan untuk menutupi aroma tubuhnya.Saat ini, dia juga sengaja merendahkan suaranya agar Celine tidak mengenalinya.Di benak Andreas, muncul noda lipstik yang ada di kerah baju Andreas. Api amarah
Di kamar lantai dua, Andreas sudah melepaskan gigitannya di bahu Celine.Di kegelapan, matanya yang tajam menatap lurus ke Celine.Di dokumen yang diberikan James semalam, Aurora meninggal di sebuah kecelakaan mobil sepuluh tahun lalu dan ditetapkan sebagai kecelakaan.Jangan-jangan ada alasan tersembunyi di balik kematiannya?Sementara Celine datang mencarinya juga bukan demi Reza, melainkan demi kematian ibunya?Sekian lama tidak mendapatkan jawaban, Celine mulai panik. "Asalkan kamu memberitahuku kenyataan tentang kecelakaan sepuluh tahun yang lalu, aku rela melakukan apa pun."Mata Andreas menyipit. "Kalau aku mau kamu jadi milikku, kamu juga setuju?"Celine tertegun, di benaknya tiba-tiba muncul wajah tampan "suami topnya".Reaksi ini membuat ekspresi Andreas yang membaik kembali gusar, di suara kesalnya terdengar sedikit nada cemburu. "Kenapa? Kamu nggak rela meninggalkan tunanganmu itu?"Celine langsung bingung.Reza?Dia mana pantas?Menyadari wajah suaminya terus terbayang di
"Dia bakal pulang!"Celine sangat yakin.Terkadang, tidak ada kabar adalah kabar baik. Andreas mungkin sedang di situasi yang membuatnya tidak bisa memberi kabar.Namun, asalkan tidak menemukan mayatnya, berarti dia pasti masih hidup.Celine tahu, mereka akan terus mencari. Sedangkan yang bisa dia lakukan adalah menjaga kandungannya baik-baik sambil menunggu Andreas pulang.Andreas ... pasti akan pulang!Dylan kembali tertular dengan keyakinan Celine. "Benar, dia pasti bakal pulang, dia pasti pulang."Sementara saat ini, di sebuah rumah sakit.Terlihat seseorang yang terbaring tidak sadarkan diri di kasur, jarinya tiba-tiba bergerak.Namun, hanya sekali lalu kembali seperti tidak terjadi apa-apa.Di Mastika.Di sebuah gunung yang tidak mencolok, sebuah mobil melaju menaiki gunung lalu akhirnya berhenti di sebuah rumah yang tidak mencolok.Carla turun dari mobil dan langsung berjalan ke pintu.Sepertinya ada orang yang tahu dia akan datang, pintu dibuka dari dalam lalu menyambutnya masu
Saat ini, Celine baru saja keluar dari Menara Nadine.Di luar, sinar matahari sangat lembut, di sekitar tidak ada angin, tapi Celine malah merinding.Dia pun tertegun.Sebuah perasaan yang aneh muncul, tepat ketika dia mau mencari tahu, dia mendengar ada yang memanggilnya."Celine!"Celine berbalik dan melihat orang yang menghampirinya.Carla ....Carla berlari kecil ke sisi Celine. Celine mengira Carla mengejarnya demi saham 10% itu.Namun, di luar dugaannya, Carla malah berkata, "Soal Lily, kamu tenang saja."Lily ....Muncul kekagetan di mata Celine, tapi dalam sekejap, dia pun mengerti. "Kamu tahu dia itu Lily!"Teringat hari itu waktu dia dituntun "Lala" ke rumah sakit jiwa, Carla mencoba untuk menghentikannya. Apakah waktu itu Carla sudah tahu kalau "Lala" itu Lily?Carla bahkan bisa menebak kalau hari itu dia bakal celaka!"Maaf, hari itu aku nggak berusaha keras menghentikanmu. Untungnya kamu selamat.""Waktu aku mendengar kabar kematianmu, aku juga nggak terlalu percaya. Aku s
"Tadi aku lihat ...."Di bawah tekanan yang sangat kuat, anak orang kaya itu sangat tegang. Dia langsung menggeleng sambil berkata, "Nggak lihat apa-apa!""Oke, terus aku suka siapa ...." Jeremy melipat lengannya di depan dada.Jelas terlihat sedang mengancam, asalkan tuan muda satu ini mengucapkan satu kata saja yang membuatnya kesal, dia bakal langsung memberinya hukuman.Anak orang kaya itu langsung ketakutan."Nggak, Tuan Muda nggak suka siapa pun, aku nggak tahu apa-apa."Anak orang kaya itu segera mundur, dia seakan-akan takut akan dibunuh kalau dekat dengan Jeremy.Tatapan Jeremy yang membuat orang merinding itu terus tertuju pada anak orang kaya itu, sampai akhirnya dia berkata, "Pergi!"Anak orang kaya itu seakan-akan bebas.Dia langsung lari secepat mungkin.Waktu sudah tidak ada orang, ekspresi galak Jeremy baru menghilang.Namun, keningnya tetap berkerut. Di benaknya, kata-kata anak orang kaya tadi seperti kutukan yang tidak bisa keluar dari otaknya.Dia suka siapa ....Wak
Jeremy sangat cemas.Dia tahu jelas sifat ibunya.Egois, materialistis, juga gegabah.Demi mendapatkan yang dia inginkan, dia bisa mengabaikan moral dan juga batasan orang-orang.Namun Celine bukan orang yang sanggup dia singgung. Tidak hanya itu, Jeremy juga tidak ingin Jessy mencari masalah dengan Celine.Mendengar ocehan Jeremy, Jessy jadi agak kesal."Aku sudah ketemu Celine," ujar Jessy ketus.Dia bisa mendengar dengan jelas suara napas Jeremy yang terhenti. "Kamu nggak melakukan apa-apa ke Celine, 'kan?"Dari nada suaranya, tidak terdengar dia lebih mengkhawatirkan Celine atau Jessy.Kalau dulu, Jessy pasti bakal marah lagi.Namun hari ini, dia sangat senang!"Memangnya aku bakal apain dia? Celly sebaik itu, aku mana mungkin tega menyakitinya?" Begitu memikirkan Celine, senyum di wajah Jessy langsung melebar.Jeremy pun terdiam.Dia mengira dia salah dengar."Oh ya, aku ini mau tanya kamu, Celly suka apa?" Jessy teringat dengan tujuannya.Di seberang telepon, Jeremy masih tertegu
Carla sangat terkejut.Terkejut dengan kata-kata Celine tadi. Dia mengira hari ini Celine memanggil mereka ke sini untuk menarik kembali janji Hansen kemarin.Dia tahu, alasan Hansen setuju membaginya 10% saham di rapat pemegang saham sebelumnya hanya karena berpura-pura, membuat pertunjukan khusus untuk Lily.Hansen mengangkat Lala palsu setinggi mungkin agar dia sombong dan semakin menanti-nanti, lalu seketika membuat penantian dan kesombongannya itu berubah jadi debu.Inilah tujuan Hansen.Sekarang tujuannya sudah tercapai, berarti saham yang sudah dibagi itu tidak akan benar-benar dibagikan.Lagi pula waktu itu hanya perjanjian dengan mulut, prosedurnya belum dijalankan sama sekali, sangat mudah kalau mau menariknya kembali.Namun, Carla tidak menyangka Celine malah berkata kalau pembagian itu tetap berlaku.Lalu berkata kalau sudah seharusnya mereka mendapatkannya ....Carla menatap Celine, dari terkejut jadi tidak percaya sampai perlahan-lahan muncul kekaguman. Hanya karena di ma
Lala ....Orang-orang yang hadir menunjukkan ekspresi yang aneh.Bahkan Carla yang menunduk juga membeku sejenak.Jessy sudah menyadarinya, reaksi mereka agak aneh.Kalau dipikir-pikir, sejak melihatnya di pesta malam itu, dia tidak pernah melihat Lala lagi, bahkan tidak ada kabar tentang dia juga."Dia ...."Jessy baru saja mau bertanya, tapi disela oleh Hansen. "Bibi sudah nggak menginginkan 10% saham itu?"Mau, mana mungkin tidak?Namun ...."Celine ...."Jessy melihat Celine.Tadi dia memang kesal dan tidak rela, tapi dia tahu jelas, saham itu milik Celine, semuanya bergantung padanya.Kalau dia tidak setuju, kalaupun dia membuat keributan, dia tetap tidak bisa apa-apa.Celine menatap mata Jessy sambil tersenyum lembut. "Bibi mau bilang apa?"Jessy ragu-ragu sejenak lalu akhirnya berkata, "Hari itu, saham yang dibagi Hansen ...."Sikapnya jauh lebih lembut dari yang tadi.Celine teringat dengan tujuannya memanggil Jessy dan Carla hari ini. "Yang sudah dikasih ke Bibi, tentu saja su
Selama beberapa hari ini, suasana di Grup Nadine sangat mencekam.Sejak pesta di vila malam itu, Nona Lala tidak pernah terlihat lagi.Di antara Lala dan Celine, hampir semua orang lebih menyukai Celine.Nona Lala suka tertawa, meski terlihat ramah, selalu memberikan kesan tidak mudah didekati, tapi Nona Celine berbeda.Dia sopan, jaga jarak, tapi malah membuat orang ingin mendekatinya.Kabar kematian Bu Celine yang sebelumnya hanya salah paham, semua orang sangat senang.Namun, sebelum pesta itu, Tuan Muda Hansen sudah membagi ulang saham yang awalnya milik Bu Celine. Sekarang Bu Celine masih hidup, pembagian saham itu ....Hampir semua orang penasaran dengan masalah ini, tapi di saat yang sama, semua orang tidak berani mengungkit hal ini, bahkan membicarakannya diam-diam saja tidak berani.Namun, Jessy akhirnya tidak tahan lagi.Di pesta itu, dia terlalu senang, sampai-sampai minum sedikit alkohol, Dia tidak menyangka begitu bangun, dia sudah di kasurnya sendiri. Lalu keesokan hariny
Jessy mencengkeram setirnya, kegalakannya tadi seketika menghilang tanpa bekas."Turun!"Hansen mengulangi untuk ketiga kalinya. Tangannya memukul bagian depan mobil, suara yang keras itu membuat Jessy menelan ludahnya.Dia punya firasat.Kalau dia tidak turun juga, Hansen akan menghancurkan mobil ini.Setelah menghirup napas dalam, Jessy terpaksa turun.Begitu membuka mobil, dia langsung merasakan angin dingin.Di sekitar mobilnya, ada beberapa mobil mewah yang mengelilinginya.Selain Hansen, ada Donny dan Albert.Mereka sepertinya sudah tahu dia akan datang mencari Celine, jadi langsung bergegas ke sini.Jessy merasa agak kesal.Celine benar-benar beruntung!Ada begitu banyak orang yang melindunginya, takutnya bahkan angin juga tidak akan bisa menyentuhnya.Jessy melirik dinding kediaman Jayadi. Meski iri, sikapnya tetap sangat lemah. "Aku cuma datang menjenguk Celly, sepertinya nggak ada yang salah kalau seorang bibi datang mengunjungi keponakannya?"Meski dia bicara begitu, tapi di
Celine pernah datang sekali ke kamar Andreas.Interior kamar ini sangat minimalis, terasa sedikit suram. Dia seakan-akan bisa merasakan perasaan Andreas waktu tinggal di sini.Andreas selalu menahan emosinya."Aku merasa kamar ini harus dirubah sedikit," ujar Celine.Yuni tertegun sejenak lalu segera menjawab, "Oke, terserah kamu mau ubah jadi bagaimana. Aku siapkan seseorang untuk membantumu, kamu tinggal kasih dia perintah."Keesokan harinya, Yuni sudah menyiapkan orang itu."Nyonya Celine, aku Paula. Mulai sekarang, kalau ada perlu apa pun, tinggal suruh aku saja."Saat ini, Celine sedang menggambar di atas kertas.Dia mendongak dan melihat Paula. Gadis muda ini punya mata yang jernih, terlihat seperti berumur dua puluhan tahun, kelihatannya sangat baik dan penurut.Celine malas berbicara, jadi dia hanya tersenyum sopan.Paula sangat hening, tapi juga efisien dan handal.Waktu Celine sibuk mengurus renovasi kamar, Dylan pulang ke kediaman Jayadi. Melihat sosok Celine yang sibuk, dia