Sekelompok pria dan wanita yang basah kuyup itu pun berjalan mendekati Hansen. Ketika mereka hendak meminta maaf, Hansen malah menghentikan mereka."Nggak usah lagi!"Suara Hansen terdengar sangat dingin.Sekelompok orang itu mengira Hansen sedang memberi muka pada Paman Liam sehingga dia menyuruh mereka tidak perlu meminta maaf. Ketika perasaan mereka sedang melambung, Hansen kembali mengatakan sesuatu, "Mereka seharusnya bukan meminta maaf padaku, tapi padanya."Hansen sama sekali tidak melihat sekelompok orang itu.Matanya melirik Liam dan akhirnya berhenti pada tubuh Celine."Dia?" Wajah para wanita itu terlihat sangat tidak senang.Celine hanyalah teman yang diajak Tuan Hansen ke tempat ini. Dia sama sekali tidak pantas mendapatkan ucapan maaf mereka.Liam juga melihat Celine sekilas. Dia sama sekali tidak bermaksud untuk berbicara.Senyuman sinis telah muncul di dalam mata Celine. Dia tiba-tiba saja menatap Hansen dan berkata, "Kakak, aku dingin. Kalau nggak ada urusan lain lagi,
Alvin malah tidak peduli.Dia hanya menyukai Celine dan tidak ada pikiran aneh terhadap wanita itu. Jadi mau Celine sudah menikah atau belum, dia tidak mempermasalahkannya. Soal menggoda Tuan Hansen, dengan moral yang dimiliki Celine, wanita itu tidak mungkin melakukan hal tersebut."Menggoda Tuan Hansen? Apakah kamu sudah melihatnya? Kalau kamu nggak melihatnya dan sembarangan memfitnah temanku, percayalah aku akan merobek mulutmu!"Ketika Alvin mengatakan kalimat tersebut, orang-orang itu pun kaget sekali.Tuan Alvin ternyata menganggap Celine sebagai temannya.Hanya saja, bukankah Angel mengatakan bahwa Alvin sangat pandang tinggi. Perangainya juga aneh dan suka menyendiri. Tidak ada seorang pun yang masuk ke dalam kriterianya.Mereka sontak tercengang, lalu Alvin kembali melancarkan sebuah tendangan dan salah seorang di antara mereka langsung ditendang masuk ke dalam kolam.Terdengar suara air dan semua orang pun tersadar. Mereka menemukan bahwa sorot mata Alvin sudah terlihat sema
Celine sudah kembali ke manor Keluarga Nadine.Mereka pulang lebih awal dari pesta dansa tersebut. Ketika mereka kembali ke manor, sang kakek masih belum tidur.Melihat Celine berbalut handuk dan memakai jas Hansen, lalu rambut Celine juga basah, sang kakek pun segera mendekatinya."Celine, ada apa ini? Kenapa kamu jadi seperti ini?"Baru saja sang kakek bertanya, Celine pun bersin.Ekspresi wajah Tuan Richard jadi semakin tidak senang. Dia segera berpesan pada pengurus rumah, "Cepat suruh Tante Noni untuk menyiapkan air hangat! Celine, kamu mandilah dulu untuk mengusir rasa dingin."Celine memang ingin berendam air hangat.Wanita itu menatap sang kakek dengan ekspresi menenangkan. Dia tidak banyak bicara dan langsung naik ke lantai atas, lalu pergi ke kamarnya.Hanya saja, wajah Tuan Richard malah terlihat semakin masam.Pria itu pun melirik Hansen dan bertanya dengan suara dingin."Seingatku, malam ini ada pesta dansa untuk memperingati ulang tahun anak kembar Keluarga Sugito. Kamu m
"Nggak! Nggak usah lagi! Bukan hal yang begitu penting." Sebuah senyuman langsung muncul di wajah Celine.Setelah Tante Noni meninggalkan tempat itu, hati Celine terasa sangat tenang.Bayangan suami nomor satunya terus muncul di dalam benaknya. Dia sampai berkali-kali mengambil ponselnya dan ingin menghubungi pria itu, tapi dia ragu-ragu.Akhirnya, dia pun menghubungi nomor telepon suaminya itu.Hanya saja, dia tetap mendapatkan balasan bahwa ponsel sang suami sedang tidak aktif.Celine yang merasa kesal sampai panik. Dia bermaksud untuk tidur dan melupakannya. Dia tidak mau berpikiran macam-macam. Akan tetapi, otaknya malah terus berpikir macam-macam. Dia sama sekali tidak bisa tidur.Wanita itu langsung mengganti bajunya. Ketika keluar kamar, kebetulan Hansen keluar dari ruang baca."Kakak?" Celine kaget dan berteriak.Sejak Hansen menyelamatkannya malam itu, dia semakin terbiasa memanggil pria ini dengan sebutan kakak. Awalnya, rasanya masih canggung. Akan tetapi sekarang, Celine be
Sebuah senyuman langsung muncul di wajah Andreas.Ketika mobil akan menuju ke parkiran bawah tanah, Andreas tiba-tiba saja berkata, "Berhenti!"Owen tertegun. Dia kira telah muncul masalah pada luka pria itu. Dia segera menghentikan mobilnya dan bertanya dengan cemas, "Tuan, apakah lukamu ....""Aku baik-baik saja." Tatapan Andreas masih berhenti di ruangan yang lampunya menyala.Meskipun dia bilang dia baik-baik saja, keringat yang bermunculan di kepalanya semakin lama semakin banyak.Owen mengikuti tatapan pria itu dan menemukan kamar yang lampunya menyala. Saat itu, dia baru sadar bahwa Tuan Andreas bukan mau pulang, tapi dia ingin memastikan bahwa nyonya sedang berada di rumah."Ayo jalan!" Andreas takut dia sedang diikuti. Dia tidak berani berlama-lama di tempat itu.Owen juga paham dan segera menjalankan perintahnya dan mengendarai mobil tersebut meninggalkan tempat itu....Hotel Binara. Carla tergesa-gesa turun dari mobil.Sebenarnya dia tadi berada di rumah sakit. Begitu menda
Wajah Celine berubah sangat merah. Wanita itu jelas sudah tertegun.Selanjutnya, dia merasa kepalanya sangat pusing dan berkata, "Suami? Suami apa?"Celine melihat ponselnya dan matanya tetap tidak bisa melihat layar ponsel itu dengan jelas. Rasa lelah pun segera menerjangnya. Wanita itu segera bersandar di sofa dan perlahan-lahan napasnya menjadi sangat tenang.Panggilan telepon mereka tetap tersambung.Andreas yang berada di hotel terlihat sangat serius."Celine?" Setelah memanggil wanita itu beberapa kali, Celine tetap tidak membalasnya.Wanita ini sepertinya sudah ketiduran gara-gara mabuk.Karena khawatir tidak ada yang menjaga wanita itu, Andreas pun menahan rasa sakitnya dan memanggil Owen."Tuan?" Owen langsung masuk ke dalam kamar dan menemukan Andreas bertelanjang dada dan memberikan perintah, "Berikan satu set pakaian pengawal untukku!"Owen, "..."Setelah terdiam sejenak, Owen segera bertanya, "Tuan, untuk apa Tuan menginginkan baju pengawal?""Aku suruh kamu mengambilkanny
Dia sudah mabuk. Dia pasti sedang berhalusinasi.Dengan bantuan dari sosok tersebut, dia berhasil membalikkan tubuhnya. Sosok yang ada di dalam halusinasinya itu tetap tidak menghilang.Celine mengerutkan dahinya dan menjulurkan tangannya untuk memukul pipi pria itu.Andreas, "..."Celine, "..."Padahal dia sedang berhalusinasi. Kenapa rasa yang ada di tangannya sangat nyata?Celine lantas tertawa dan memencet wajah tampan itu.Andreas, "..."Wanita ini menganggap wajahnya mainan?Ketika dia hendak menangkap tangan wanita itu, Celine tiba-tiba saja mengerutkan dahinya."Wajahmu panas sekali ...." Celine meraba kening pria itu. Seperti merasa tangannya tidak bisa mengetahui suhu tubuh pria itu, Celine tiba-tiba duduk dan memegang wajah Andreas. Dahinya lantas menempel di dahi Andreas.Jarak mereka begitu dekat. Celine sepertinya tidak sadar bahwa tindakannya terasa sangat menggoda bagi seseorang.Benak Andreas pun tidak bisa memikirkan apa pun lagi.Celine berusaha merasakan suhu tubuh
Di dalam pantulan cermin itu, wajah Andreas terlihat sangat pucat. Bibirnya juga sangat pucat.Hanya saja, bekas pecah yang ada di bibirnya terlihat sangat jelas.Andreas jadi teringat pada gigitan wanita itu semalam. Dia juga menyadari bahwa tatapan James semakin lama semakin mengganggu."Lihat apa?" Andreas lantas membuang cermin yang ada padanya.James bergerak secara refleks dan menangkapnya. Dia pun menggoda dengan berkata, "Tuan Jayadi, kamu sudah terluka. Tuan seharusnya lebih tenang.""Pergi!" Andreas memejamkan matanya sambil mengusir pria itu.Dia juga sadar bahwa dia sudah terluka. Kalau semalam dia tidak terluka, dia dan Celine semalam tidak akan hanya berhenti dengan sebuah ciuman.Sejak dulu, dia sama sekali tidak sanggup menahan dirinya menghadapi Celine.James tersenyum dingin. Ketika dia berbalik pergi, Andreas tiba-tiba saja memanggilnya, "James!""..." James langsung menoleh dan berkata, "Ada perintah apa, Tuan Jayadi?""Bantu aku awasi Celine." Andreas melihat ke da
Di pesta malam, nona-nona yang datang tidak berani mendekati Celine lagi selain untuk menyapanya. Mereka takut tidak sengaja melakukan sesuatu dan menyakiti Nyonya Jayadi ini.Mereka pun semakin kagum dengan Nyonya Jayadi dan semakin berusaha menyanjung Nyonya Yuni.Semua orang sibuk mengelilingi Nyonya Yuni, Gisela bahkan tidak bisa berbaur.Bertha juga berada di luar kerumunan itu, dia sama sekali tidak ada niat untuk menyanjung Nyonya Yuni.Di benaknya masih terus ada bayangan adegan yang terjadi di taman tadi, dia bahkan masih ingat jelas tekstur bibir pria itu.Bertha merasa otaknya sangat berantakan.Ada apa dengannya?Menyadari kondisinya yang aneh, Bertha berusaha untuk menyingkirkan pikiran-pikiran itu. Namun, ingatan itu seperti kutukan yang tertanam di benaknya.Semakin dia pikirkan, wajahnya semakin merah.Dia pun memutuskan untuk diam-diam pergi. Dia ingin mencari tempat yang lebih sepi untuk meredakan panas di wajahnya.Karena terlalu buru-buru, dia menabrak dada seseoran
Gisela mengalihkan pandangannya dan kebetulan melihat Bertha dan Alvin berdiri bersama, sedang membicarakan sesuatu.Bertha mau mendekati Alvin?Muncul tebakan ini di benak Gisela.Kalau Bertha berhasil mendekati Alvin ....Waktu dia sedang berpikir, Evan menghampirinya dengan terburu-buru, terdengar maksud menyalahkan di suaranya. "Tadi kamu kenapa? Kenapa kamu sampai melewatkan kesempatan sebagus itu?""Kamu tahu, nggak? Dia bukan hanya istri Tuan Andreas, dia itu pemegang saham terbesar di Grup Nadine, juga putri Keluarga Tjangnaka ....""Kalau bisa berteman dengannya, Keluarga Wisma pasti bakal sukses, tapi ...."Evan sangat kecewa. Semakin dia memikirkan manfaat yang bisa didapatkan kalau bisa membangun koneksi dengan Nyonya Jayadi, dia semakin merasa kalau Gisela telah melewatkan kesempatan yang sangat bagus."Kenapa kamu ...."Gisela memutar bola matanya di dalam hati.Kalau dia menunjukkan bakatnya di depan Nyonya Jayadi dan disukai Nyonya Jayadi, manfaatnya tentu saja jadi mil
Celine tersenyum ke Yuni untuk menenangkannya. "Nenek, aku benar-benar nggak apa-apa.""Nggak apa-apa juga harus diperiksa."Yuni sangat teguh.Namun, Celine tidak mungkin tenang membiarkan wanita licik seperti ini menyentuhnya. Dia akhirnya terpaksa melihat Gisela."Kamu profesional?""Iya, benar."Gisela segera mengangguk. Entah kenapa, Nyonya Jayadi di depannya ini jelas-jelas terlihat sangat lembut, tapi dia merasa tekanan yang membuatnya susah bernapas.Gisela tersenyum lembut, berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan niat baiknya pada Nyonya Jayadi.Sementara Celine juga bisa melihat "niat baik" Gisela.Dia hanyalah berpura-pura.Celine melihatnya dan berkata secara perlahan, "Kamu dokter?"Gisela tertegun sejenak lalu menggeleng. "Bukan."Celine bertanya lagi, "Perawat?"Gisela terdiam sejenak."Bukan, tapi aku ...."Sebelum Gisela selesai bicara, Celine tidak memberinya kesempatan lagi. "Kamu bukan dokter, juga bukan perawat, mananya yang profesional?"Celine berkata penuh makn
Yuni segera menyuruh orang memanggil dokter pribadi.Saat ini, Gisela juga langsung sadar kembali dan segera mengajukan diri. "Aku ... aku pernah belajar keperawatan ...."Hal yang terjadi tadi ....Gisela merasa dia sudah mau meledak saking kesalnya.Jelas-jelas dia melihat Bertha sudah mau menabrak Nyonya Jayadi, tapi di luar dugaannya .... Teringat dengan kejadian tadi, Gisela tidak hanya merasa kecewa karena rencananya gagal.Pria yang ditimpa Bertha tadi adalah tuan muda pertama Keluarga Sugito.Mereka ... berciuman.Namun, Bertha mana layak?Gisela tidak pernah menyangka akan jadi seperti ini. Mendengar Yuni meminta orang memanggil dokter pribadi, Gisela langsung sadar kembali.Rencananya mencelakai Bertha sudah gagal, dia tidak boleh melewatkan kesempatan untuk menunjukkan kehebatannya.Oleh karena itu, dia pun segera menawarkan diri.Baru saja dia selesai bicara, semua orang pun melihatnya.Termasuk Nyonya Yuni dan juga Nyonya Jayadi itu."Kamu bisa ilmu keperawatan?" Yuni meli
Melihat gadis baju hitam itu sudah mau menabraknya, Celine refleks berteriak, "Andreas ...."Saat ini, di bandara Kota Binara.Seorang pria memegang dadanya, keningnya juga berkerut. Kegelisahan yang tiba-tiba muncul di hatinya membuat kepalanya pusing."Tuan, kamu kenapa?"Orang yang lewat menyadari keanehannya dan segera bertanya.Pria itu berusaha untuk menenangkan dirinya, tapi hatinya seperti diremas oleh sebuah tangan. Dia tidak pernah merasakan rasa sakit seperti itu.Di hatinya bahkan muncul ketakutan, lalu perlahan-lahan ketakutan itu menyelimutinya.Dia bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya."Tuan, kamu kenapa?"Melihat kondisinya, orang yang lewat tadi bertanya lagi.Pria itu menghirup napas dalam-dalam lalu mengibaskan tangannya, tapi ketakutan itu masih mengikutinya.Sebenarnya ... ada apa dengannya?Sementara saat ini, Celine menutup matanya, suasana sekitarnya seakan-akan menjadi hening. Dia berusaha melindungi perutnya, berdoa hal yang dia takutkan tidak akan ter
Semakin Evan menyukai rasa puas ini, dia semakin tidak menyukai Bertha yang angkuh."Kalau begitu, aku ke sana?"Gisela memasuki area dansa dengan hati-hati tapi semangat seakan-akan sudah mendapat dukungan.Dia mengikuti tempo dan irama lalu mulai membaur dengan orang-orang.Di tempat yang tidak diperhatikan orang, Gisela diam-diam mengamati sekelilingnya, mencari kesempatan. Akhirnya, dia melihat Bertha sedang berputar mendekati Celine.Gisela tahu kalau kesempatannya sudah datang."Siapa gadis baju hitam itu? Tariannya lumayan bagus ...."Yuni juga memerhatikan Bertha.Nada pujiannya kebetulan didengar oleh Gisela, Gisela pun semakin yakin dengan rencananya.Nyonya Yuni sedang memuji Bertha? Nanti, takutnya dia baru akan puas setelah membunuh Bertha!Gisela berpikir sambil menunggu waktu yang pas, kemudian dia diam-diam mendorong gadis yang sedang menari membelakanginya ...."Aduh ...."Seiring dengan seruan kaget, gadis itu menabrak orang di depannya."Ah ....""Aduh ...."Suara te
Alvin kenal dengan Nyonya Jayadi ini?Gisela melihat Alvin berjalan kemari bersama Celine, jarak di antara mereka seperti sengaja untuk menghindari rumor.Apakah hubungan mereka tidak biasa?Gisela memutar matanya, otaknya juga ikut berputar.Waktu melihat Nyonya Jayadi sudah mendekati kerumunan orang, Alvin berhenti mengikutinya, tapi matanya tetap tertuju pada Nyonya Jayadi.Gisela pun melihat wanita yang meski sedang hamil, tetap sangat cantik itu. Dalam hati muncul perasaan yang aneh, bahkan dia juga tidak bisa membedakan apakah itu kagum atau iri.Nyonya Jayadi ini benar-benar beruntung.Sedangkan dia ....Gisela mencari Bertha di sekitar, lalu segera menemukannya yang terlihat sangat mencolok di antara kerumunan.Bertha ada di antara kerumunan orang yang menari, sepertinya dia terbawa suasana, terlihat sangat gembira, sama sekali tidak sedih karena Evan mau membatalkan pernikahan mereka.Kenapa dia tidak sedih?Gisela merasa kesal.Bertha harusnya sedih, karena bagaimanapun juga
Celine terus menunggu Andreas, merindukannya setiap hari. Sejak babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional di mana dia menerima cincin "Penantian", dia tidak menemukan petunjuk apa pun lagi tentang Andreas.Dia terjebak dalam penantian yang tidak terlihat ujungnya, seakan-akan mengerti maksud dari orang yang mengirim cincin itu.Penantian ....Orang itu memberi tahu dia kalau dia akan terus menunggu.Alvin bisa melihat kepahitan di mata Celine. Di kalangan para orang kaya di Binara ada sangat banyak rumor tentang Celine dan Andreas.Ada yang bilang Celine sedang hamil, tapi Tuan Andreas tidak pernah muncul di sisinya sekalipun, hubungan mereka sudah renggang.Ada yang bilang Celine hanya diakui karena hamil dengan keturunan Keluarga Jayadi, Yuni juga hanya mementingkan cicitnya yang ada di kandungan Celine.Di luar ada banyak rumor seperti ini, tapi karena identitas Celine yang merupakan pewaris Grup Nadine dan juga putri Keluarga Tjangnaka, tidak ada yang berani meremehkannya.Al
Di bawah tatapan semua orang, seorang wanita berpakaian putih memegang wajahnya, jelas terlihat dia baru saja ditampar.Wanita itu memasang ekspresi bingung, lalu sibuk meminta maaf pada orang yang menamparnya seakan-akan tidak peduli dengan rasa sakit di wajahnya. "Maaf, Kak, aku ...."Sebelum dia selesai, seorang pria maju dan melindungi wanita baju putih itu di belakangnya sambil memelototi wanita baju hitam di depan wanita baju putih itu. "Kenapa kamu memukulnya?""Kak Evan, jangan salahkan Kakak, aku yang salah, membuatnya marah."Wanita baju putih itu terlihat sangat lemah seperti bunga yang mudah rusak.Alasan dia terlihat lemah,adalah karena kekejaman "Kakak" yang disebut olehnya itu. Semakin dia terlihat lemah, semakin bisa merangsang keinginan pria untuk melindunginya.Namun, di mata wanita baju hitam itu ....Celine melihat wanita baju hitam itu dengan tatapan penasaran. Wanita itu terlihat sangat tenang, seakan-akan sudah biasa dengan kelemahan wanita baju putih dan juga s