Andreas pun mengunci pintu kamar lalu menghampiri kasur.Ketika Celine merasakan ada yang naik ke kasur, lampu di kamarnya juga sudah dimatikan.Celine berbalik dan bertatapan dengan sepasang mata hitam di kegelapan."Kamu ...."Ketika Celine mau mengatakan sesuatu, pegangan pintu diputar oleh seseorang."Sstt ...." Andreas menyuruh Celine jangan bersuara.Orang di luar coba memutar pegangan pintunya beberapa kali lagi, tapi tetap tidak berhasil. Akhirnya, orang itu pun menyerah.Setelah merasa orang di luar sudah pergi, Celine baru memprotes, "Apa-apaan kamu? Ini kasurku!"Celine mengecilkan suaranya karena takut didengar orang lain.Andreas malah tidak peduli. "Kamu yang bilang, terserah aku. Aku cuma mau pinjam setengah kasurmu, masa kamu pelit gitu? Padahal aku sudah meminjamkan dua triliun tanpa ragu-ragu ...."Mereka adalah pasangan suami istri, sangat normal tidur di satu kasur.Celine terdiam.Suaminya adalah kreditur, jadi dia tidak bisa melawan.Mereka memang sepasang suami i
Hansen berhenti.Andreas mengangkat alisnya lalu melihat Hansen seakan-akan dia menang. Setelah itu, langsung masuk ke mobilnya dan melaju pergi."Tuan Muda ...." Sopir Keluarga Nadine membukakan pintu mobil untuk Hansen.Hansen pun sadar dari lamunannya. Setelah naik mobil, di benaknya terus terngiang-ngiang kata-kata Andreas tadi.Orang paling penting?Andreas bisa-bisanya menganggap Celine sebagai orang terpenting!Kalau dua hari yang lalu, dia bakal marah karena Andreas tidak menepati janjinya terhadap Lala. Namun sekarang, dia tahu jelas kalau dia merasa terancam.Dia tidak mau Celine berhubungan dengan Andreas.Begitu sampai kantor, Hansen langsung menyuruh bawahannya mengirimkan informasi tentang Fiona Yasin.Sementara di Menara Jayadi, Andreas juga sedang melihat informasi mengenai Fiona Yasin.Perusahaan Yasin adalah perusahaan developer di Kota Binara dan perkembangan mereka lumayan bagus beberapa tahun ini.Fiona anak tunggal, dulunya juga teman sekelas Celine pas SMA.Di Ba
Vila Keluarga Nadine sangat luas.Selain bangunan utama, masih ada beberapa bangunan kecil yang jarang ditempati.Celine mengikuti Carla melewati taman bunga. Ketika melewati sebuah dinding bunga, Celine mengenali kalau tempat ini adalah tempat di mana dia bertemu dengan Tuan Andreas sebelumnya.Sosok Tuan Andreas berhenti sejenak di kepala Celine.Setelah melewati dinding bunga dan mengitari sebuah hutan kecil, mereka akhirnya tiba di depan sebuah rumah kecil."Ini adalah tempat tinggal Lala dulu. Dia nggak suka keramaian, jadi kamarnya ditaruh di sini. Sini, ikut aku ...."Carla membawa Celine masuk ke salah satu kamar.Begitu masuk ke kamar itu, Celine merasa sangat familier.Dia tiba-tiba teringat, waktu acara perayaan perlombaan, bajunya basah dan Kak Hansen menyuruhnya memakai baju adiknya. Susunan kamar itu sama persis dengan kamar ini."Lihat, ini Lala."Carla mengambil sebuah album foto lalu mulai membalik lembarannya.Celine fokus melihat foto-foto itu. Hampir setiap foto ada
Carla sengaja menggodanya.Celine menerima ponsel Carla dengan ekspresi canggung.Hansen di ujung telepon juga canggung. Tadinya dia mau mencoba menjelaskan, tapi tiba-tiba teringat sesuatu, jadi dia membatalkannya."Kamu sudah bangun? Aku suruh asistenku menjemputmu." Hansen tidak tenang membiarkan Celine tetap tinggal di vila.Meski sudah ada bukti, dia tidak bisa membuktikan Carla pernah mencelakai Celine.Namun, dia tetap tidak percaya pada Carla.Setelah selesai bicara, Hansen langsung menutup telepon.Carla tertegun sambil menatap ponsel di tangannya.Carla bertanya penasaran, "Celly, apa kata Kakak?""Dia bilang mau menyuruh asistennya menjemputku ...."Celine mengira Kak Hansen pasti ada urusan mencarinya, jadi dia tidak berpikir terlalu banyak.Namun, Carla tahu jelas kalau Hansen sedang melindungi Celine darinya.Namun, dia sudah memberi tahu Celine apa yang ingin dia katakan.Teringat Andreas, Carla melihat Celine dengan ekspresi bingung dan bertanya, "Kamu benar-benar perna
"Sempat atau nggak, kita tetap harus coba.""Benar, benar, mana tahu dia nggak mempermasalahkan kejadian sebelumnya. Kalau bisa berteman dengan setengah Nona Keluarga Nadine, pasti banyak yang iri ...."Seketika, kumpulan orang itu mulai memuji-muji Celine.Fiona pun mengernyit.Orangnya saja mungkin sudah ditelan ikan di laut, masih mau mengajaknya berteman?Kemudian, ada yang mencoba menelepon Celine, tapi dapat balasan kalau ponsel Celine tidak aktif."Kenapa nggak aktif?" ujar orang itu kecewa.Fiona malah tersenyum sinis. "Orangnya saja sudah nggak ada, ya pasti nggak aktif!""Apa maksudmu?" Teman-temannya melihat Fiona dengan tatapan bingung.Hari ini sebelum keluar rumah, Fiona sudah mencari tahu dan mendapat kabar kalau bawahan Tuan Muda Hansen sedang melakukan pencarian di area laut dekat dermaga. Kalau Celine masih hidup, untuk apa mereka mencari-cari di sana?Sementara Ronny juga sudah dikirim ke kantor polisi.Malam itu, dia tidak melakukan apa-apa, tidak mungkin ada yang m
Begitu ditanya, tubuh Fiona langsung membeku."Apa yang nggak ada hubungannya denganmu?" tanya Celine lagi.Fiona menghindari tatapan Celine lalu mengubah sikapnya. "Memangnya aku bilang apa? Aku nggak bilang apa-apa!""Waktu itu di kapal pesiar aku ingat kamu juga ada!" Celine berkata dengan tenang, "Memangnya kamu dan Ronny nggak berinteraksi sama sekali?"Mungkin karena takut ketahuan, Fiona tiba-tiba jadi sangat kuat dan langsung melepaskan tangannya dari Celine."Interaksi apa? Meski aku ada di sana, aku dan Tuan Muda Ronny nggak pernah berinteraksi!""Oh ya?"Celine tidak percaya.Reaksi seheboh ini jelas karena takut ketahuan.Namun, kalau mau mendapatkan jawaban dari Fiona, tidak mungkin dengan bertanya terus seperti ini.Celine mengangkat alisnya lalu berkata, "Ya sudah, karena kamu sudah bilang nggak ada, aku percaya padamu. Dah!"Celine melambaikan tangannya lalu pergi sambil tersenyum.Namun, Fiona malah kebingungan.Dia pikir Celine akan terus mendesaknya, tapi ternyata di
"Bagaimana dengan Fiona Yasin?" tanya Hansen."Tuan Muda, coba dengar ini ...."Asisten Hansen mengeluarkan sebuah pena perekam suara lalu memainkan sebuah rekaman suara, yaitu percakapan antara Fiona dan beberapa temannya di kafe tadi.Di saat yang bersamaan, rekaman yang sama juga sampai ke tangan Andreas.Namun, dari rekaman itu, informasi yang diberikan Fiona hanya akan membuat orang curiga kalau dia ada hubungannya dengan kejadian itu, tapi tidak menyatakan dengan jelas apa yang dia lakukan."Tuan, apakah perlu menggunakan beberapa trik?" tanya Owen.Andreas duduk di kursi sambil memainkan sebuah koin dengan tangannya.Setelah diam sejenak, Andreas berkata datar, "Pakai!""Baik."Hanya satu kata dari Andreas, Owen sudah tahu harus melakukan apa.Di sisi lain, Fiona langsung pulang setelah meninggalkan mal.Dia mengemudi sambil terus memikirkan kejadian di kapal pesiar itu. Dia terus memberi tahu diri sendiri, kalaupun malam itu ada yang melihatnya minum-minum dan mengobrol dengan
Namun, meski sudah mencari ke sekeliling, dia tetap tidak menemukan Celine."Andreas!"Hansen menggertakkan giginya sambil mengumpat. Dia menelepon Andreas balik tapi tidak diangkat.Sementara saat ini Andreas sudah mengemudi membawa Celine ke Kompleks Tiara dengan hati puas.Mendengar ponsel Andreas terus berbunyi, Celine pun bertanya, "Kamu nggak angkat telepon?"Tanpa melihat saja Andreas sudah tahu siapa yang meneleponnya."Orang nggak penting dan urusan nggak penting, nggak usah dipedulikan."Andreas tidak melihat ponselnya sama sekali dan langsung mematikan suara ponselnya, membiarkan Hansen terus meneleponnya.Mereka pun pulang ke Kompleks Tiara. Setelah Celine tidur, Andreas baru keluar rumah.Di rumah sakit.Fiona patah tulang di kedua kakinya dan baru saja melakukan operasi. Baru saja dibawa ke kamar, dia sudah dipindahkan dari rumah sakit.Efek anestesi baru saja habis.Fiona membuka matanya dan melihat sekelilingnya gelap.Rasa sakit di kakinya membuatnya refleks berteriak.
"Ce ... Ce ...."Mata Sarah membelalak, bahkan suaranya juga bergetar.Sarah setakut itu padanya?Celine tidak tahu apakah dia harus senang.Namun, sebagai orang yang hidup bersama selama bertahun-tahun, sekarang bertemu setelah berpisah sekian lama, Celine tersenyum sopan dan menyambutnya. "Aku Celine, kamu nggak salah lihat."Celine!Sarah menelan ludahnya tanpa sadar.Dia segera menunduk dengan panik, sama sekali tidak berani melihat Celine.Sebelumnya di Binara, Andreas menangkapnya lalu "menjaganya" selama beberapa saat. Setelah itu, setiap memikirkan pengalamannya itu, dia seakan-akan bermimpi buruk.Andreas sengaja "menjaganya" secara khusus karena Celine.Celine adalah wanita yang dicintai Andreas!Meski Sarah tidak rela putrinya Aurora mendapatkan cinta pria sehebat itu, Andreas orangnya terlalu kejam.Dia bahkan tidak berani merasa iri lagi terhadap Celine.Setelah Andreas pulang ke Mastika, Sarah tetap sangat hati-hati, selalu meringkuk di rumahnya, takut menarik perhatian A
Kalau Lily benar-benar ada kesempatan menyakiti Celine ....Beberapa saat ini, setiap kali terpikirkan hal ini, Hansen selalu merasa takut.Amarahnya terhadap Lala palsu pun semakin besar."Kamu sudah berusaha keras untuk wajah ini."Hansen menarik kembali pandangannya, waktu dia melihat Lily, tatapannya kembali dingin dan tajam, lalu dia memanggil sebuah nama. "Lily Maira!"Lily Maira ....Di saat dia kembali mendengar nama ini dari mulut orang lain, sebuah bagian di hati Lily seketika runtuh.Hansen ... sudah tahu.Mereka ... sudah tahu!Namun, dia tidak mau jadi Lily!"Aku bukan Lily." Mata Lily berkilau, perlahan-lahan muncul kegilaan di matanya yang menatap Hansen dengan tatapan memohon."Kakak, aku Lala, aku bukan Lily. Aku Lala!"Di akhir, nada suaranya sangat yakin.Seakan-akan kalau dia sendiri percaya dia itu Lala, berarti dia itu Lala.Saat ini, di benaknya hanya ada satu pikiran, yaitu dia tidak boleh mengaku kalau dia itu Lily, tidak boleh!Namun tiba-tiba, terdengar suara
Hansen kembali berkata.Berulang kali, hampir setiap tahun ada satu masalah.Lily tentu saja menjawab dia ingat, dia juga cuma bisa jawab ingat. Semakin lama, Lily bahkan tidak berani menjawab lebih dari satu kata.Karena setiap kali dia menjawab, Hansen selalu mencibir.Sampai akhirnya, Lily merasa dia hampir menggila, kepalanya sampai berkeringat.Bahkan dia sampai takut mendengar "kamu ingat, nggak?" dari mulut Hansen. Dia itu sebenarnya harusnya ingat atau tidak?Akhirnya, Hansen berhenti bertanya.Namun, dia melihat lurus ke Lily dengan tatapan yang membuat Lily gelisah."Kak, Kakak ...." Lily memanggilnya dengan canggung.Kebencian di mata Hansen sudah sangat jelas. "Aku bukan kakakmu, kalau aku itu kakakmu, kamu mana mungkin nggak ingat kalau aku sama sekali nggak pernah kasih Lala kalung mutiara. Pas dia umur sepuluh tahun, yang hilang itu adalah gelang mutiara."Wajah Lily langsung memucat, dia menghindari tatapan Hansen sambil sibuk menjelaskan, "Benar, itu gelang, aku salah
Tak lama kemudian, semua tamu sudah pergi.Seluruh vila ini hanya tersisa anggota Keluarga Nadine dan juga dua orang luar.Dua orang itu memakai topeng, tadi mereka bersembunyi di kerumunan. Lily ingat mereka, tapi dia tidak memperhatikan mereka. Namun sekarang, waktu melihat mereka, dia baru terkejut.Itu Donny dan Albert!Mereka bukannya sudah pergi membawa abu Celine ....Tidak, bukan.Celine saja masih hidup, mereka mana mungkin pergi membawa abu Celine?Meski Lily tidak ingin percaya apa yang ada di depannya, dia tetap harus menerima sebuah kenyataan.Ini hanyalah sebuah pertunjukan ....Sejak kapan pertunjukan ini dimulai?Lily teringat dengan ledakan di gudang rumah sakit jiwa itu, apakah dimulai dari waktu itu?Tidak, bukan.Mungkin lebih awal lagi."Kamu lagi berpikir kamu salahnya di bagian mana?" Celine menatap Lily dengan tatapan seolah-olah mau melihat pikirannya.Lily langsung sadar kembali lalu berusaha untuk tersenyum. "Apa maksudmu? Aku nggak mengerti. Celly, Kakak, ay
Semua orang yang hadir setuju dengan kata-kata Celine ini.Sebagai tokoh utama acara hari ini, semua orang memperhatikan Lala. Hari ini dia memang terlihat sangat senang, bahkan sampai rela mengeluarkan properti seharga 20 miliar sebagai hadiah.Namun sekarang, Bu Celine masih hidup, 69% saham itu sudah tidak ada. Entah properti 20 miliar itu jadi diberikan atau tidak.Tidak ada yang berani bertanya.Juga tidak ada yang tahu kalau saat ini Lily sangat marah.Dia menyesal.Dari kapan situasinya jadi makin parah begini? Sejak melepas topeng .... Nggak!Melihat gaun Celine yang sempurna, Lily baru sadar kalau dia ditipu. Dia ditipu oleh Celine dan Lina!Bahkan Hansen ....Lily tidak berani berpikir lebih panjang, karena dia tidak bisa menanggung akibatnya.Apa yang harus dia lakukan sekarang?Di benak Lily ada begitu banyak pertanyaan, banyak ketidakpastian, juga sangat banyak ketakutan yang terus bertambah. Dia ingin kabur, ingin segera meninggalkan situasi ini lalu menganalisa kondisiny
Bu Celine ... sepertinya tidak tahu tentang ini?Tadi meski memakai topeng, mereka sepertinya pernah melihat wanita yang memakai gaun merah ini. Kalau dia adalah Bu Celine, berarti dari tadi sudah ada di sini.Di acara ini, ada begitu banyak orang yang membicarakan pembagian saham hari ini, kalaupun tadinya tidak tahu, sekarang juga harusnya sudah tahu!Seketika, suasananya sangat aneh.Semua orang hening, mereka melihat Celine lalu melihat Lala yang masih duduk di tanah dengan wajah pucat. Akhirnya, mereka melihat Hansen yang dari tadi tidak bersuara.Saat ini, Hansen yang sudah melihat Celine tetap tenang.Sama sekali tidak seperti orang yang baru tahu kalau Celine masih hidup, malah seperti orang yang sudah tahu dari awal.Kemudian, Hansen tersenyum tipis dan berkata, "Pembagian saham apa?"Beberapa kata itu membuat semua orang tertegun.Terutama Lily.Dia yang pikirannya sangat berantakan tiba-tiba jernih gara-gara kata-kata Hansen itu."Kak, hari ini di kantor, kamu memimpin rapat
Lily benar-benar panik, juga benar-benar takut.Kalaupun sudah melepas tangan Celine, dia tetap bisa merasakan suhu badan Celine. Wajah Lily pun sangat pucat."Kamu ... kenapa?" tanya Celine sambil tersenyum, seperti sedang mengkhawatirkannya.Namun saat ini, Lily tidak bisa mendengar suara apa pun. Dia hanya bisa melihat senyuman di wajah Celine, dan dia semakin yakin kalau itu adalah Celine! Celine yang masih hidup!Namun ... kenapa Celine masih hidup?Dia lihat dengan mata kepalanya sendiri gudang itu meledak, dia sendiri yang menekan tombol bomnya. Saat ini, dia masih ingat kekuatan ledakan itu, satu bom diikuti dengan satu bom, meledak secara berurutan. Kekuatan ledakan itu sudah cukup untuk membuat tubuh orang meledak berkeping-keping.Dia juga melihat sendiri sisa mayat Celine yang bahkan wajahnya tidak terlihat.Lalu kalung itu ....Celine jelas-jelas sudah mati, kenapa bisa masih hidup?Di benak Lily, berbagai ingatan muncul, dia sedang mencari petunjuk.Sementara saat ini, ad
"Ah!"Lily langsung berdiri dengan panik dan ingin kabur, tapi karena sepatu hak tingginya terlilit seprai di bawah,sebelum dia berdiri, dia sudah terjatuh lagi dengan posisi duduk.Dia merasa sakit, tapi dia tidak peduli.Dia melihat wanita yang tadinya jongkok perlahan-lahan berdiri, wajahnya penuh dengan ketakutan.Celine!Itu hantu Celine!"Pergi, pergi kamu." Lily menutup matanya, seakan-akan tidak akan takut kalau tidak kelihatan.Namun, meski mata tertutup, telinga tetap bisa mendengar.Dia mendengar ada suara langkah kaki yang mendekat, suara Celine pun terdengar. "Aku datang untuk menghadiri pesta, sayang sekali kalau aku meninggalkan pesta seseru ini. Aku nggak mau pergi."Setelah itu, dia mendekati Lily dan berkata lagi, "Kamu nggak menyambutku?"Menyambutnya?Menyambut hantu?Lily tadinya merasa dia yang meledakkan gudang itu, kalaupun Celine mendatanginya dalam bentuk hantu, dia juga tidak takut. Dia bahkan akan memamerkan kemenangannya ke Celine.Namun, dia ternyata teta
Akan tetapi, setelah dia merengek kesakitan, tetap tidak ada jawaban.Mana Hansen?Tadi dia jelas-jelas melihat Hansen ada di belakangnya, tidak jauh darinya.Lily berusaha menahan sakit lalu menopang tubuhnya sendiri dan menoleh mencari Hansen.Dia langsung melihat ke arah terakhir dia melihat Hansen, Hansen ada di sana."Kakak ...." Lily melihatnya dengan ekspresi sedih, ingin mendapat kasih sayang darinya. Namun, Hansen .... Wajahnya datar ....Hansen hanya melihatnya. Melihat dia jatuh, kenapa Hansen tidak bereaksi?"Kakak ...." Lily tidak percaya.Namun, waktu dia memanggil Hansen lagi, dia malah melihat Hansen tersenyum sinis.Tersenyum sini ....Sejak dia pulang ke kediaman Nadine, dia tidak pernah melihat ekspresi ini di wajah Hansen.Dia adalah Lala yang disayangi Hansen, Hansen kenapa malah menunjukkan ekspresi seperti ini padanya?"Kakak, sakit ...." Lily kebingungan, dia sudah memanggil Hansen berkali-kali, Hansen tidak mungkin tidak dengar. Namun, Hansen seakan-akan tidak