"Ah ...."Jika tidak ada dinding di seberang, Lily pasti akan tersungkur di lantai.Pintu di belakangnya dibanting sampai tertutup. Lily merasa sangat heran. Obat di dalam tubuh Andreas jelas sudah bereaksi.Apalagi, Andreas sudah menganggapnya sebagai Celine, 'kan?Mengapa bisa begini?"Ah ...."Lily menggertakkan giginya seraya menatap pintu kamar yang tertutup rapat itu, lalu mengentakkan kakinya dengan sangat enggan.Di dalam kamar, Andreas bersandar di pintu dan akhirnya sadar bahwa dia tidak hanya mabuk.Rasa panas dalam tubuhnya sangat mirip dengan Celine di malam itu ....Keracunan?Teringat pada wanita tadi, Andreas melirik botol bir di meja dan langsung paham. Tatapannya menjadi sangat berbahaya."Sialan!" maki Andreas. Kemudian, dia pergi ke kamar mandi dan ingin meredakan rasa panas dalam tubuhnya dengan mandi air dingin.Di Kompleks Tiara.Celine sedang mengemas barang-barang di malam hari.Surat perceraian telah diberikan pada Andreas. Rumah ini disewa oleh mereka berdua
Tiba-tiba, Andreas tersenyum.Dia ingin bertanya apakah Celine tahu apa konsekuensinya jika dirinya datang kemari.Namun, saat ini dia tidak ingin bertanya lagi.Celine mengkhawatirkannya! Ini saja sudah cukup!Adapun yang lain ....Andreas mencengkeram pergelangan tangan Celine, menarik Celine ke dalam pelukannya, dan mencium bibir Celine.Pintu kamar ditutup.Pikiran Celine menjadi kacau saat dicium. Saat dia kembali sadar, dia baru menyadari kejanggalan Andreas.Kondisi Andreas saat ini sangat mirip dengan reaksinya saat keracunan pada dua kali sebelumnya.Andreas juga keracunan?"Linlin ..." gumam Andreas di telinga Celine. Dia memeluknya dengan erat, seperti ingin menggabungkan tubuh Celine dengan tubuhnya.Suhu di dalam ruangan meroket.Celine yakin bahwa Andreas keracunan.Dia ingin mendorong Andreas, tetapi Andreas sudah "menyelamatkannya" dua kali. Saat Andreas berada dalam situasi ini, dia tidak bisa berpangku tangan saja!Andreas pun tidak memberinya waktu untuk berpikir.Ce
Tatapan Andreas sedingin es saat dia bertanya, "Kenapa dia bisa ada di sini?"Selain Celine, hanya James yang tahu dia berada di sini.James tertegun sejenak. Dia langsung mengecut saat menghadapi kemarahan Andreas. "Carla terus cari kamu, jadi aku bawa dia ke sini. Bagaimanapun ... kalian ... kalian adalah teman."Andreas mengernyit.James menjadi gelisah dan menjelaskan lagi, "Aku awalnya mau naik bareng, tapi tiba-tiba ada telepon. Jadi, aku suruh dia naik dulu. Tadi ... nggak kenapa-napa, 'kan?"James memandang sekeliling kamar dan merasa adegan ini familier.Tiba-tiba, matanya membelalak karena menyadari sesuatu. "Tadi malam, kamu ... siapa dia? Kamu dijebak lagi? Wanita mana itu?"Tatapan James menjadi marah saat dia melihat Andreas. "Bisa-bisanya kamu sembarangan seperti ini? Bagaimana dengan si Cantik?"Andreas tidak menjawab apa pun.Dia tahu James salah paham.Dia tidak ingin menjelaskan, tetapi dilihat dari tatapan marah James, James benar-benar memihak kepada Celine.Jadi,
Andreas yang awalnya jengkel segera tersenyum dengan penuh rasa cinta.Celine kelelahan karena aktivitas tadi malam.Mungkin Celine sedang tidur. Jadi, saat mendengar nada dering ponsel, dia langsung menolak panggilan telepon tanpa melihat siapa peneleponnya, lalu lanjut tidur.Andreas tersenyum bahagia saat membayangkannya.Setelah melihat jam, dia memutuskan untuk mengantarkan makan siang untuk Celine ketika Celine hendak bangun.Di sepanjang jalan, Andreas sangat energik.Sementara itu, Carla yang duduk di sebelahnya merasa sedih.Melihat Andreas begitu peduli pada wanita itu, Carla yang sudah berwaspada tahu bahwa situasi saat ini sangat buruk.Dia tidak lagi mengganggu Andreas.Sebaliknya, dia meminta James mengantarnya ke Hotel Binara.Andreas tiba-tiba mendapat telepon dari perusahaan. Belakangan ini, dia sering pergi ke Perusahaan Perhiasan Aurora dibanding Menara Jayadi.Owen akan mengantarkan dokumen-dokumen ke Menara Sailendra untuk ditandatangani olehnya.Hari ini, suasana
Sebelum Owen selesai berbicara, Andreas melemparkan tatapan dingin padanya."Besok saja!" Andreas langsung pergi.Tidak ada hal yang lebih penting daripada mengantarkan makan siang untuk Celine."Tapi ...." Akan tetapi, besok sudah terlambat!Melihat Andreas pergi dengan suasana hati girang, Owen merasa heran.Kemarin, Andreas murung dan tidak ingin diganggu seperti orang patah hati. Mengapa Andreas berubah drastis setelah semalam?Apa yang telah terjadi tadi malam?Owen berpikir, mungkin Celine tidak seberapa penting bagi Andreas. Jika tidak, bagaimana mungkin Andreas melupakan kesakitan karena patah hati dengan begitu cepat?Adapun informasi yang baru saja diperoleh ....Setelah berpikir sejenak, Owen memutuskan untuk tidak memikirkannya.Pada saat yang sama, Celine selesai menangani urusan kantor. Begitu melihat jam, sudah pukul 11.15.Waktunya pas untuk pergi makan siang.Setelah berkemas, Celine membawa tasnya ke ruang tamu untuk menemui Hansen.Kemudian, Hansen mengemudikan mobil
Andreas kebingungan."Apa maksudnya ada di perusahaan pagi ini, tapi sekarang harusnya sudah nggak?"Bukankah Celine sedang tidur tadi pagi?Owen terkejut karena diteriaki Andreas. Dia memprotes, "Saat Tuan pergi tadi, aku sudah bilang ada masalah penting, tapi Tuan bilang besok saja ...."Bahkan melalui telepon, Owen dapat merasakan aura dingin."Katakan!" perintah Andreas dengan suara dingin."Tuan Muda Hansen sudah menunggu Bu Celine di ruang tamu Aurora sepanjang pagi. Tampaknya mereka akan bepergian bersama. Di jam ini ...."Mereka seharusnya sedang makan bersama dengan bahagia.Owen tidak berani menyelesaikan kalimatnya.Andreas terdiam sejenak.Owen mengira telepon sudah terputus, jadi dia memanggil, "Tuan?"Akhirnya terdengar suara Andreas."Cari tahu di mana mereka sekarang. Selain itu ... panggil dia nyonya mulai sekarang!"Andreas langsung menutup telepon.Owen termangu.Nyonya?Surat perceraian sudah ditandatangani, apakah masih bisa dipanggil nyonya?Owen sama sekali tidak
"Terima kasih, Tuan Muda Hansen ...." Di tengah kepanikan, Celine bergegas mengucapkan terima kasih.Hansen tersenyum lembut. "Aku panggil kamu Celine, bukankah terlalu asing kalau kamu panggil aku Tuan Muda Hansen?"Celine terdiam.Bukan Tuan Muda Hansen, lalu dipanggil apa? Hansen? Ini ... sepertinya kurang sopan!"Panggil aku Kak Hansen saja!" Tatapan Hansen penuh dengan rasa sayang."Baik, Kak Hansen!"Panggilan ini tidak asing, juga tidak terlalu dekat, pas sekali!Tak jauh dari sana, Andreas juga memasuki taman hiburan.Saat melihat mereka bercanda tawa, tatapan Andreas seakan-akan ingin membunuh orang.Dia adalah Tuan Andreas. Saat menaklukkan cabang keturunan dari Keluarga Jayadi waktu itu, dia bertindak dengan tegas dan kejam. Namun, dia tidak berdaya saat menghadapi Celine saat ini.Di sampingnya, Owen tidak berani bersuara karena takut akan membuat Andreas marah dan menjadi pelampiasannya.Sampai pukul 5 sore, Celine dan Hansen meninggalkan taman hiburan, lalu masuk ke mobil
Hansen bingung mengapa kali ini Andreas hanya berjaga di sekitar dengan waspada, tetapi tidak berani mendekat.Namun, dia merasa hal ini makin seru.Hansen memasuki museum bersama Celine.Andreas keluar dari mobil dan bergegas mengikuti mereka. Namun, dia dicegat oleh petugas tiket."Maaf, Pak, nggak ada tiket nggak boleh masuk. Tolong beri jalan untuk orang-orang yang punya tiket," ujar pria muda itu.Pria itu tersenyum dengan sopan dan ramah.Namun, tatapannya pada Andreas mencerminkan isi pikirannya.Andreas tampan dan berpakaian rapi, tetapi ternyata tidak sanggup membeli tiket.Cih ....Di bawah pengawasannya, tidak ada orang tanpa tiket yang bisa masuk.Andreas mundur ke samping dengan wajah masam.Belum pernah dia ditahan di luar seperti ini.Di sampingnya, Owen bahkan merasa kagum pada petugas tiket itu.Melihat ekspresinya, Andreas melemparkan tantangan dingin padanya. "Kenapa kamu bengong saja? Cepat beli tiket!"Owen bergidik ketakutan dan segera membeli tiket.Begitu dia me