Sebelum Owen selesai berbicara, Andreas melemparkan tatapan dingin padanya."Besok saja!" Andreas langsung pergi.Tidak ada hal yang lebih penting daripada mengantarkan makan siang untuk Celine."Tapi ...." Akan tetapi, besok sudah terlambat!Melihat Andreas pergi dengan suasana hati girang, Owen merasa heran.Kemarin, Andreas murung dan tidak ingin diganggu seperti orang patah hati. Mengapa Andreas berubah drastis setelah semalam?Apa yang telah terjadi tadi malam?Owen berpikir, mungkin Celine tidak seberapa penting bagi Andreas. Jika tidak, bagaimana mungkin Andreas melupakan kesakitan karena patah hati dengan begitu cepat?Adapun informasi yang baru saja diperoleh ....Setelah berpikir sejenak, Owen memutuskan untuk tidak memikirkannya.Pada saat yang sama, Celine selesai menangani urusan kantor. Begitu melihat jam, sudah pukul 11.15.Waktunya pas untuk pergi makan siang.Setelah berkemas, Celine membawa tasnya ke ruang tamu untuk menemui Hansen.Kemudian, Hansen mengemudikan mobil
Andreas kebingungan."Apa maksudnya ada di perusahaan pagi ini, tapi sekarang harusnya sudah nggak?"Bukankah Celine sedang tidur tadi pagi?Owen terkejut karena diteriaki Andreas. Dia memprotes, "Saat Tuan pergi tadi, aku sudah bilang ada masalah penting, tapi Tuan bilang besok saja ...."Bahkan melalui telepon, Owen dapat merasakan aura dingin."Katakan!" perintah Andreas dengan suara dingin."Tuan Muda Hansen sudah menunggu Bu Celine di ruang tamu Aurora sepanjang pagi. Tampaknya mereka akan bepergian bersama. Di jam ini ...."Mereka seharusnya sedang makan bersama dengan bahagia.Owen tidak berani menyelesaikan kalimatnya.Andreas terdiam sejenak.Owen mengira telepon sudah terputus, jadi dia memanggil, "Tuan?"Akhirnya terdengar suara Andreas."Cari tahu di mana mereka sekarang. Selain itu ... panggil dia nyonya mulai sekarang!"Andreas langsung menutup telepon.Owen termangu.Nyonya?Surat perceraian sudah ditandatangani, apakah masih bisa dipanggil nyonya?Owen sama sekali tidak
"Terima kasih, Tuan Muda Hansen ...." Di tengah kepanikan, Celine bergegas mengucapkan terima kasih.Hansen tersenyum lembut. "Aku panggil kamu Celine, bukankah terlalu asing kalau kamu panggil aku Tuan Muda Hansen?"Celine terdiam.Bukan Tuan Muda Hansen, lalu dipanggil apa? Hansen? Ini ... sepertinya kurang sopan!"Panggil aku Kak Hansen saja!" Tatapan Hansen penuh dengan rasa sayang."Baik, Kak Hansen!"Panggilan ini tidak asing, juga tidak terlalu dekat, pas sekali!Tak jauh dari sana, Andreas juga memasuki taman hiburan.Saat melihat mereka bercanda tawa, tatapan Andreas seakan-akan ingin membunuh orang.Dia adalah Tuan Andreas. Saat menaklukkan cabang keturunan dari Keluarga Jayadi waktu itu, dia bertindak dengan tegas dan kejam. Namun, dia tidak berdaya saat menghadapi Celine saat ini.Di sampingnya, Owen tidak berani bersuara karena takut akan membuat Andreas marah dan menjadi pelampiasannya.Sampai pukul 5 sore, Celine dan Hansen meninggalkan taman hiburan, lalu masuk ke mobil
Hansen bingung mengapa kali ini Andreas hanya berjaga di sekitar dengan waspada, tetapi tidak berani mendekat.Namun, dia merasa hal ini makin seru.Hansen memasuki museum bersama Celine.Andreas keluar dari mobil dan bergegas mengikuti mereka. Namun, dia dicegat oleh petugas tiket."Maaf, Pak, nggak ada tiket nggak boleh masuk. Tolong beri jalan untuk orang-orang yang punya tiket," ujar pria muda itu.Pria itu tersenyum dengan sopan dan ramah.Namun, tatapannya pada Andreas mencerminkan isi pikirannya.Andreas tampan dan berpakaian rapi, tetapi ternyata tidak sanggup membeli tiket.Cih ....Di bawah pengawasannya, tidak ada orang tanpa tiket yang bisa masuk.Andreas mundur ke samping dengan wajah masam.Belum pernah dia ditahan di luar seperti ini.Di sampingnya, Owen bahkan merasa kagum pada petugas tiket itu.Melihat ekspresinya, Andreas melemparkan tantangan dingin padanya. "Kenapa kamu bengong saja? Cepat beli tiket!"Owen bergidik ketakutan dan segera membeli tiket.Begitu dia me
Hansen dan Celine menoleh di waktu yang bersamaan.Begitu melihat sosok yang berada di belakang mereka, ekspresi mereka sontak berubah.Orang yang datang bukan orang lain, melainkan Carla.Hansen langsung mengerutkan dahinya. Saat ini, dia sepertinya tidak ingin diganggu oleh Carla.Namun, Carla sangat jarang melihat Hansen bersama dengan wanita lain. Lalu wanita ini ....Tatapan Carla bergerak ke wajah Celine.Melihat sosok Carla, sekujur tubuh Celine berubah tegang. Meskipun wanita itu memakai kacamata hitam, Celine bisa langsung mengenalinya.Wanita ini adalah sponsor baru dari suami nomor satunya.Dia tidak menyangka bisa bertemu dengan Carla di tempat ini.Kalau begitu bagaimana dengan suami nomor satunya? Apakah dia juga datang?Celine secara refleks langsung melihat ke sekelilingnya. Ketika dia tidak berhasil menemukan suami nomor satunya itu, Celine pun bernapas lega.Lalu pada saat itu pula dia sadar bahwa dirinya seperti takut jika mereka berdua berdiri bersama.Sejak kejadia
Wajah Hansen sudah terlihat sangat kecut.Andreas yang berada tidak jauh juga sudah mendengarnya.Andreas melangkah ke samping Hansen dan berkata, "Celine nggak mungkin bisa menyukaimu."Hansen melihat Andreas.Beberapa waktu yang lalu Hansen masih khawatir bahwa Carla akan mengatakan hal yang tidak-tidak kepada Celine sehingga timbul kesalahpahaman. Akan tetapi sekarang, dia malah agak berharap agar Carla membantunya supaya Celine merasa tertarik padanya."Apa kamu merasa dia bisa menyukaimu?" tanya Hansen sambil tersenyum."Tentu saja! Aku dan dia ...." Andreas hampir saja mengatakan bahwa dirinya dan Celine sudah menikah.Akan tetapi, dia segera menahan dirinya.Kesepakatan perceraian masih ada di tangannya. Kesan Celine terhadap "Tuan Jayadi" sangat tidak baik.Dia tidak mungkin membiarkan Hansen mengetahui bahwa Celine tidak tahu tentang jati dirinya. Kalau tidak, Hansen pasti akan memilih untuk membocorkan rahasia itu.Andreas tiba-tiba saja merasa agak pusing.Saat itu di dalam
Sesaat, mereka bertiga kompak melawan Celine.Celine merasa Irina dan Lily seperti koyo cabe.Hari ini museum sedang mengadakan pameran barang antik. Celine juga tidak ingin menghajar mereka terlalu berlebihan sehingga memengaruhi situasi di tempat itu.Ketika dia bermaksud untuk mendorong mereka bertiga dan meninggalkan tempat itu dan mencari petugas keamanan museum untuk mengendalikan ketiga wanita ini, Irina tiba-tiba saja menendang ke arahnya sebelum Celine sempat melakukan rencananya."Ah!"Irina mengadu kesakitan. Dia sudah kehilangan keseimbangan badannya.Ketika tubuhnya akan terjatuh, Irina sempat berontak dan berusaha mempertahankan keseimbangannya.Jadi, wanita itu pun melepaskan genggamannya pada baju Celine. Akan tetapi jelas sekali tanpa penahan, dia lebih tidak bisa mempertahankan keseimbangannya.Di situasi genting tersebut, Irina hanya bisa menarik rambut seseorang yang ada di sampingnya."Ah!" Rambut Lily ditarik dan kepalanya terasa sakit.Dia tidak sanggup menahan b
Tiba-tiba saja ada dua orang yang masuk dan semua orang pun tersentak kaget.Ketika Lily melihat Tuan Jayadi, sorot matanya berubah panik.Kenapa pria ini ada di sini?Bukankah Kak Celine datang ke sini bersama dengan Tuan Hansen?Hanya saja sekarang dia juga tidak peduli akan banyak hal. Wanita itu berusaha menunduk dan tidak membiarkan Tuan Jayadi melihat wajahnya.Ketika melihat kemunculan suami nomor satunya ini, mata Celine terlihat kaget.Ternyata pria ini ada di sini.Dia pasti datang bersama dengan Nona Carla.Sponsor barunya ada di belakang. Celine tiba-tiba saja merasa suasananya berubah sangat aneh.Akan tetapi dengan situasi sekarang, dia tidak punya banyak kesempatan untuk berpikir. Lily segera menggertakkan giginya dan mengirimkan pesan kepada Irina. "Lapor polisi dan hubungi Tuan Reza."Irina tertegun sejenak dan akhirnya mengangguk sambil membalas: "Baiklah!"Irina dan Fiona sama-sama melakukan panggilan telepon.Ketika ambulans tiba, mobil polisi juga sudah tiba di san