Share

Bab 67 - Siasat Alman

last update Last Updated: 2023-02-21 14:38:52
Ingatan Mentari balik pada kejadian Alman pingsan sampai masuk rumah sakit. Dan belum sampai dua bulan berselang Alman kembali sakit. Kalau sampai ada apa-apa dengan Alman bagaimana? Mentari berpikir apa yang harus dia lakukan.

"Kalau aku nongol, apa tepat? Padahal sebisa mungkin aku menghindar tidak bertemu, tidak berhubungan dengan siapapun yang kasih terkait dengan mal. Gimana, ya?" Mentari bingung.

Mentari memutar otaknya. Semisal Alman memburuk, apa yang bisa dia perbuat? Yang lalu apa-apa Mentari akan minta Leon membantu. Tapi setelah semua yang terjadi? Tidak, Mentari tidak mungkin mengganggu Leon lagi.

"Mbak Lila ... ya, kukira Mbak Lila akan dengan senang hati menolong." Mentari memutuskan.

Mentari mengirim pesan pada Lila. Centang satu.

"Ah, kok ga bisa. Apa masih sibuk? Tapi ini udah malam, bukan jam kerja Mbak Lila. Atau dia tukar jam kerja?" Mentari gelisah.

Dia letakkan ponsel dan kembali berbaring. Dia akan tunggu beberapa waktu dan melihat apakah ada balasan dari
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 68 - Pengakuan

    Alman termangu di pinggir kasur. Dia masih tidak percaya berhasil membuat Mentari keluar dari persembunyian. Mentari mengirim pesan sedang menuju ke tempat kos Alman. "Ah, Tuan Muda!" Tiba-tiba Alman seperti tersadar. Dia harus cepat memberi kabar pada Leon. Alman menghubungi Leon dan memberitahu kalau Mentari sedang dalam perjalanan menuju ke tempatnya. "Aku akan ke sana, Om. Tahan dia selama mungkin. Om Al memang keren. Makasih banyak!" Leon mengakhiri panggilan Alman. Alman berpikir. Bagaimana caranya Mentari tidak curiga kalau dia hanya pura-pura sakit. Alman harus terlihat pucat? Atau merah wajahnya? Alman melihat ke seluruh kamarnya. Dia bergerak cepat. Dia buat kamarnya tampak berantakan. Lalu dia berbaring dengan mengenakan jaket tipis dan kumal miliknya. Tidak lupa dia berselimut sampai di pinggangnya. Tentu saja panas sekali di tubuhnya. Meskipun pagi, Jakarta tetap saja panas. Tapi apa boleh buat, akting harus dilanjutkan. Dia harus siap begitu Mentari datang. Setidak

    Last Updated : 2023-02-21
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 69 - Memelukmu

    Mentari tak bergerak. Dia terpaku melihat Leon masuk dan mendekatinya. Mata mereka bertemu. Jantung mereka beradu. Leon berdiri tepat di depan Mentari. Beberapa saat tidak ada yang bicara, hanya saling menatap."Jadi, selama ini aku tidak tahu siapa kamu yang sebenarnya," kata Leon memecah keheningan mereka. Tidak ada marah di sana. Tidak ada kecewa dari nada suaranya. Mentari mendongak, memandang Leon. Matanya berkaca-kaca lagi, sementara wajahnya masih basah karena air mata. "Tuan, aku ..." "Siapa namamu? Beritahu aku. Apa yang terjadi denganmu? Apakah salah jika aku tahu?" Leon memandang Mentari dengan tatapan dalam dan menghujam. "Maafkan aku ... maafkan aku ..." Mentari tidak bisa mengatakan apapun yang lain. Dia tidak bisa menjelaskan apa yang dia rasakan saat itu. Mentari sangat tidak siap Leon mengetahui kenyataan yang sebenarnya tentang dirinya.Leon tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaannya bisa bertemu Mentari lagi. Dia sangat rindu pada gadis kecil dan kurus yang m

    Last Updated : 2023-02-22
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 70 - Pelanggan Misterius

    Leon tidak membantah, tapi dia tidak lega. Andai Mentari langsung mengiyakan balik ke mal, Leon akan antar ambil semua barang miliknya. Lalu dia bawa Mentari kembali ke atap, setelah itu Mentari bisa bekerja lagi di mal. "Mas, aku harus berangkat." Mentari menatap Leon. Dia sudah bersiap meninggalkan kamar Alman. "Okelah. Tunggu sampai makanan datang, aku antarkan. Biar aku tahu di mana kamu bekerja dan tinggal." Leon mengalah. "Terima kasih," ucap Mentari seraya mengulum senyum manisnya. Tidak lama makanan pesanan Leon datang. Mereka tidak jadi makan bersama. Mentari memilih segera berangkat. Leon mengantarkan menuju ke laundry tempat Mentari bekerja. Leon memperhatikan laundry memang lumayan besar. Melihat situasinya cukup baik memang. Tetapi tetap saja Leon tidak rela Mentari bekerja di sana. Teman-teman kerja Mentari tentu saja heran karena dia datang diantar pria tampan dan keren yang mengendarai mobil mentereng. "Kamu dari mana? Itu siapa?" Salah satu karyawan langsung bert

    Last Updated : 2023-02-23
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 71 - Isi Hati Baharudin

    Ternyata Lila tidak bisa ditekan atau digertak kali ini. Dia tegas menolak dengan alasan yang sangat tepat. "Lila, kalau tidak mendesak aku tidak akan meminta ijin buat kamu. Serius, aku minta waktu satu jam saja." Baharudin membujuk Lila. Lila tak menjawab, tak bergeming. "Kalau kamu cepat, cepat balik juga untuk kerja," kata Leon menambahkan. Lila seperti tidak punya pilihan. Satu saja jawabannya, ikut apa maunya Leon dan Baharudin. Tetapi jelas, Lila tidak lega dengan bujukan dua pria tampan dan kaya raya di depannya. "Baik, saya akan lakukan yang Tuan minta," tandas Lila. Percuma didebat, Lila akan tetap terpojok. Dia akan ikut Baharudin dan mendengarkan apa yang dia mau katakan. Kalau itu sudah berlebihan, Lila akan bertindak. "Thank you, Lila. Aku tahu kamu gadis yang berhati baik." Baharudin senang, usahanya tidak sia-sia. Baharudin beranjak. Lila memandang Leon dengan tatapan tak senang, lalu dia mengekori Baharudin. Baharudin mengajak Lila masuk ke salah satu tempat ma

    Last Updated : 2023-02-24
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 72 - Permainan

    Tidak menunggu lebih lama, Baharudin meluncur turun dan keluar mal. Sementara telinganya masih mendengar penjelasan pelayan yang menelponnya, dia berjalan secepat mungkin ke tempat parkir. "Apa?" Baharudin kembali menghentikan langkah setelah tahu apa kabar yang dia dengar. "Bi, aku sampai degdegan ga karuan. Jadi ... ya Tuhan ..." Baharudin menarik napas dalam. Ketegangannya berangsur surut. "Maaf, Tuan Muda, Nyonya saya minta bicara sendiri ga mau. Pesan paling penting, Tuan Muda belikan gaun terbaik buat kekasih Tuan Muda. Minggu depan acara ultah pernikahan Tuan dan Nyonya. Tuan Muda dan Nona Lila harus tampil maksimal." Pesan itu jelas terdengar di telinga Baharudin. "Oke ..." Jawaban oke Baharudin gamang. Mamanya serius gembira Baharudin punya kekasih. Sampai dia sudah merencanakan jauh untuk Lila. "Oh, my ... gue terjebak permainan gue sendiri. Apa kayak gini rasanya Leon waktu itu? Tapi setidaknya dia benar-benar jatuh hati pada Sofi. Mereka pacaran bukan bohongan." Baharu

    Last Updated : 2023-02-25
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 73 - Rencana Pengakuan Leon

    Mentari merasa jantungnya kembali berdebar keras. Pertanyaannya bukan dijawab oleh Leon, tetapi justru dia mengajak Mentari pergi entah ke mana. Di dalam mobil Mentari menanyakan tujuan mereka, Leon hanya menggeleng. "Mas, jangan buat aku takut. Kita ke mana?" Mentari mendesak. "Ada, deh." Leon melirik Mentari dengan senyum simpul di bibirnya. "Aduh, kenapa aku degdegan ga karuan. Jangan gini, Mas!" Mentari memohon. "Hehehe, mau dijawab ga pertanyaan kamu?" Leon begitu tenang bicara. "Iya, pasti. Cuma ini ..." Mentari kembali melihat ke depannya. Matanya melebar. Leon masuk ke sebuah butik yang dari namanya saja, Mentari tahu butik macam apa yang mereka datangi. "Mas, ini kenapa ke sini?" tanya Mentari bingung. "Ayo turun," ajak Leon setelah mobil terparkir rapi di halaman butik mewah itu. Leon lebih dulu keluar dari mobil. Mentari masih terpaku di tempatnya duduk. Leon berjalan memutar dan membuka pintu untuk Mentari. "Mari, Sayangku ..." Leon mengulurkan tangan meminta Menta

    Last Updated : 2023-02-25
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 74 - Mas Leon, Tolong!

    Leon tidak habis pikir, Mentari menganggap yang dia rencanakan bukan hal yang baik untuk mereka berdua. Padahal sepenuh hati Leon berniat melakukannya andai Mentari tidak kabur. "Mentari!" Leon memanggil keras dan mengejar kekasihnya. Gadis itu berjalan tanpa menoleh ke belakang lagi. Leon mempercepat langkahnya. "Mentari Jelita!" Mendengar panggilan hampir utuh dari namanya, Mentari berhenti dan berbalik. Dia menunggu Leon mendekat. "Aku minta maaf jika yang aku lakukan menyinggung perasaan kamu. Aku sama sekali tidak ingin membuat kamu marah atau bersedih." Leon memandang serius dengan mata sayu. "Mas ... aku, aku sayang kamu, tapi ... setelah semua yang kamu katakan, aku sadar siapa diriku. Bagai bumi dan langit bertemu sama kamu, Mas. Ini tidak mungkin," kata Mentari dengan suara makin lirih dan ada rasa pedih. "Mentari Jelita Pramesti. Nama yang sangat indah. Aku yakin tidak asal orang tua kanu memberi nama itu buat kamu." Pandangan Leon tak beralih. Dua manik miliknya menat

    Last Updated : 2023-02-26
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 75 - Lepaskan Aku!

    Malam semakin larut. Leon dengan pemilik laundry, dan pengurus kampung bergerak. Mereka memeriksa CCTV memastikan kejadian penculikan terhadap Mentari. Di alam tayangan, pria-pria yang datang seperti yang dikatakan pegawai laundry, mereka mengenakan masker. Jadi tidak bisa dikenali wajahnya. Pria-pria itu pura-pura bertanya alamat di sekitar komplek perumahan. Dan tiba-tiba mereka menangkap Mentari dan menyerang teman Mentari. Sayang juga CCtV tidak dapat menangkap jelas nomor mobil pada kendaraan. Posisi mobil agak bersebrangan dengan kamera CCTV. "Lebih baik laporkan saja pada polisi. Ini menyangkut nyawa seorang gadis. Benar-benar keterlaluan!" Seroang bapak berkata dengan emosi. "Ya, kurasa begitu lebih baik. Kita pergi saja sekarang!" sahut yang lain. Leon sangat berterima kasih pada semua yang mau menolong. Mentari memang orang baru, tetapi mereka tetap sigap bersikap atas apa yang terjadi. Malam itu juga mereka membuat laporan ke kepolisian. Sampai petugas polisi pun datang

    Last Updated : 2023-02-26

Latest chapter

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 125 - Di Atap Mal

    "Mama! Lihat!" Suara kecil dan ceria itu memaksa Mentari mengangkat wajah ke depan. Bocah tiga tahun itu menunjukkan sebuah mainan robot di tangannya. Wajahnya sumringah, tampak gembira. Dia berhasil membuat mainan robot dari lego. "Keren, Juni! Merah warnanya, robot kamu pasti hebat!" Mentari bertepuk tangan. "Papa yang ajari. Aku mau buat robot lain, yang biru dan kuning!" ujar bocah itu riang. "Oke. Mama mau ambil minuman. Juni mau?" Mentari berdiri. "Iya, jus jeruk aku suka, Mama!" kata Junior semangat. "Sebentar, ya?" Mentari melangkah ke meja di dekat gudang dan menuangkan jus jeruk dalam gelas, lalu dia bawa kepada anaknya yang kembali sibuk dengan lego. "Makasih, Mama," kata Junior. Dengan cepat gelas berisi jus jeruk itu berkurang tinggal setengah. "Ahh ... segar sekali, hehehe ..." Senyum lebar muncul di bibir mungil Junior. Dia memberikan lagi gelas pada Mentari dan mengusap kasar bibirnya karena sisi jus menetes hingga ke dagunya. "Good boy. Lanjutkan main, ya?"

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 124 - Satu Lagi Keajaiban

    Dada Leon semakin menderu, bergejolak, berdetak cepat, dan entah apa lagi yang dia rasa. Tiba di depan ruangan Mentari, Leon makin tidak karuan. Leon cepat masuk ke ruangan itu. Di dalam ada dokter dan dua perawat yang membantu Mentari. Lusia juga ada di situ. "Dokter!" Leon memanggil dokter. Dokter wanita usia empat puluhan itu berbalik dan melihat Leon. "Nah, ini Pak Leon sudah datang. Sini, Pak, temani istrinya." Suara dokter itu tenang dan lembut. Leon seperti merasa ada aliran air menumpahi kepala hingga ke seluruh tubuh. Semua gerah dan panas tiba-tiba menjadi sejuk. "Bagaimana Mentari, Dok?" Leon mendekat ke samping dokter. Lusia sudah pindah ke sebelah Leon agak di belakang. Di ranjang Mentari berbaring lemah dengan wajah pucat dan tampak kesakitan. Leon maju lagi tiga langkah, memegang tangan kiri Mentari. Tangan kanan sudah dipasang infus. "Apa yang terjadi, Sayang?" Leon mendekatkan wajahnya, bertanya dengan nada cemas. "Maaf, aku ga bisa jaga diri. Aku berjalan ga ha

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 123 - Leon Junior!

    Mentari membuka mata. Entah berapa lama dia tertidur. Badan rasanya sakit semua. Mentari menoleh ke sisinya. Leon masih terlelap dengan posisi meringkuk. Sebelah tangan Leon memeluk pinggang Mentari. "Astaga ... udah kejadian, " kata Mentari pelan. Dadanya kembali berdegup kencang. Ingatan Mentari balik cepat ke sore hari saat tiba di hotel. Tanpa bisa dihalangi, begitu saja, Mentari membiarkan Leon merengkuh dirinya, utuh. Mentari juga tidak tahu bagaimana bisa dia punya keberanian itu. Semua trauma dan rasa takut disentuh pria tiba-tiba saja lenyap. Sebaliknya, dia ingin suami tercinta tidak melepaskan dirinya. "Ohh, malu sekali," ucap Mentari lirih. Rasa panas kembali menjalar di wajahnya. Perut seperti digelitik, susah dia gambarkan. "Hmm ... Sayang ..." Leon bergerak. Dia membuka mata dan melihat Mentari sedang memandang padanya. "Bangun?" Mentari menaikkan selimut untuk menutupi tubuhnya. "Kenapa mau selimutan? Ga usah." Leon menarik Mentari kembali merapat padanya. "Mas

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 122 - More Than I Can Wish

    "Uffhhh!!" Leon meletkakkan pantatnya di kursi pesawat dengan penuh rasa lega. Tinggal beberapa menit pesawat mengudara, Leon dan Mentari akhirnya bisa juga masuk pesawat. Mentari memegang dadanya, masih berusaha mentralkan napasnya yang terengah-engah. "Thank God, ga telat," kata Leon. Matanya memandang ke sekitarnya. Di depan pramugari mulai memberi aba-aba, menolong penumpang bersiap tinggal landas. Mentari memegang tangan Leon kuat-kuat. Ini pengalaman dia pertama kali masuk pesawat dan akan terbang di udara. Campur aduk rasa di dada Mentari. Kejutan pernikahan belum juga mereda. Semalam tegang sekali di hotel berdua dengan Leon. Tiba-tiba mendengar Leon menyebut dalam doa akan mengajak Mentari ke Spanyol. Dan di pagi hari kejar-kejaran tidak karuan demi tiba tepat waktu di bandara. Benar-benar luar biasa! "Kamu takut?" tanya Leon sambil mencermati wajah Mentari. "Aku baru ini naik pesawat. Ngeri ga, sih?" tanya Mentari dengan wajah melas. "Nggak, aman. Ada aku, tenang saj

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 121 - Kejutan Leon

    Mentari makin mendekat. Pelan sekali Mentari naik ke kasur dan duduk di samping Leon. Sama sekali Leon tidak bergerak. Dia pasti sangat lelah dan terlelap tanpa tahu lagi apa yang terjadi di sekitarnya. Mentari mencermati detil wajah Leon. Oh, memang sungguh tampan dan mempesona. "Tidur nganga mulutnya, tetap saja tampan," ucap Mentari lirih. Refleks, karena makin mengagumi suaminya, tangan Mentari menyentuh lembut pipi Leon. "Uhh ..." Leon kaget karena sentuhan tangan Mentari yang dingin. Leon membuka matanya. Seketika Leon melihat Mentari di sampingnya. Leon langsung duduk dan menghadap ke arah Mentari. "Hei, sudah mandi? Aku ketiduran," kata Leon. Dia mengusap kedua mata dan wajahnya. "Pasti Mas Leon capek. Maaf, aku lama di dalam." Mentari kembali memperhatikan wajah Leon. Tampak lelah dan kuyu. "Mandi biar seger, tidur badannya bersih." "Hmm, yaa ... aku ga akan lama." ujar Leon. Dia mengusap lembut pipi Mentari lalu beranjak menuju kamar mandi. Mentari turun dari ranjang

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 120 - Tidak Malam Ini

    Leon menggaruk kepalanya sambil memutar badan melihat ke arah pintu. Ada apa lagi? Tamu datang di saat dia sedang mulai permainan manis dengan istrinya? Astaga! Apa pihak hotel tidak tahu kalau harusnya pengantin baru tidak diganggu? Mentari pun memutar badan melihat ke arah lain. Malu sekali rasanya mengingat apa yang barusan dia dan Leon lakukan. Mentari menata napasnya. Ini baru di awal, sudah seperti itu rasanya. Pakaian Mentari bahkan masih lengkap, "Aku lihat siapa yang datang," kata Leon sambil melangkah menuju ke pintu. Ketika pintu dibuka, seorang pelayan hotel berdiri di sana. Di tangan pria muda itu ada sebuah bingkisan cantik dibungkus kertas emas dengan pita manis di atasnya. "Kenapa?" Leon bertanya dengan wajah mengkerut. "Saya minta maaf, ini ada kiriman. Pesannya sangat penting dan harus sampai malam ini juga. Sekali lagi minta maaf," ujar pelayan itu. Terlihat dia tidak nyaman mengetuk pintu kamar Leon. "Oke, thank you." Leon menerima bingkisan itu dan menutup pi

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 119 - Di Kamar Pengantin

    Upacara sakral itu masih berlangsung. Hari bersejarah bagi dua insan yang dilanda asmara, yang bersiap memasuki kehidupan baru bersama. Saat itu saat di mana di hadapan Tuhan mereka akan mengucapkan janji, dengan sadar, dengan yakin, bahwa mereka disatukan dengan cinta melalui sebuah pernikahan kudus di hadapan-Nya. Leon merasakan getaran begitu kuat di hatinya. Rasaya syukur berlimpah yang seperti menenggelamkannya dalam kolam tapi tidak membuat Leon tak bisa bernapas. Mentari berulang kali menghapus air mata yang tak bisa dia tahan terus saja menitik. Janji pernikahan mereka ucapkan. Doa bagi kedua mempelai dinaikkan di hadirat Ilahi. Pendeta menyatakan sah, Leon dan Mentari menjadi suami istri. "Apa yang disatukan Tuhan, tidak bisa dipisahkan oleh manusia. Tetap setialah satu sama lain, peliharanya cinta yang Tuhan hadirkan di antara kalian. Berjalanlah bersama merajut kebersamaan hingga maut memisahkan." Pesan terakhir pendeta bagi keduanya, kemudian sekali lagi pendeta itu ber

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 118 - Gaun Putih

    Lila berlari kecil menuju kamar utama apartemen. Di depan pintu kamar, ada Irma sudah menunggu. "Wah, cantik banget! Warna putih dan merah. Thank you!" Irma menerima buket dari tangan Lila. "Ternyata hasil karyaku ga mengecewakan, ya?" Lila tersenyum lebar. "Kamu buat sendiri? Ih, keren. Ntar aku nikah mau dong, dibuatin juga!" Irma seketika melebarkan senyumnya. "Pengantin sudah siap?" Lila melongok ke dalam kamar. "Hampir. Tinggal pasang cadar saja." Irma masuk dengan buket di tangannya. Irma dan Lila berhenti serentak. Mata mereka menatap gadis imut yang disulap menjadi ratu tercantik sepanjang hari. "Ini beneran kamu, Tari?" Lila maju dua langkah sambil matanya menatap makin dalam pada Mentari tanpa kedip. Mentari berdiri dalam balutan gaun putih panjang semata kaki. Ada pita sedikit besar yang menghiasi pinggang. Lalu bagian belakang gaun itu sedikit menyapu lantai. Di atas kepala Mentari ada mahkota kecil berwarna perak terpasang indah. Sedangkan cadar transparan menutup

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 117 - So? How?

    Perkataan Asterita jelas dan tegas dia katakan. Leon merasa ada kehangatan kasih ibu yang begitu dalam hadir untuknya. Awalnya dia sangat kesal. Mamanya bertingkah aneh-aneh. Pasti hanya ingin mempermalukan Mentari, karena dia gadis sederhana dan tidak tahu banyak kehidupan manusia kalangan atas. Ternyata pikiran Leon salah. Asterita serius dengan yang dia lakukan demi kebaikan Leon, agar Leon tidak akan lagi terluka dan menemukan kebahagiaan utuh dalam cinta sejati yang dia butuhkan. Hati Leon melimpah dengan haru. Tatapan marah di hatinya dengan cepat berganti. "So? How?" Horacio memandang Asterita. Apakah yang dia cari sudah ketemu? Apakah dia sudah lega setelah melakukan ujian dan tantangan pada wanita-wanita yang mencintai putra sulung mereka? Asterita memandang Horacio dengan senyum kecil muncul di bibirnya yang disalut warna merah gelap, yang sangat pas di wajahnya. "Ya, kali ini aku harus mengakui, aku salah." Asterita menarik napas dalam. Mata Horacio menciut bersamaan de

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status