Share

Bab 58 - Bersama Lilla

Penulis: Ayunina Sharlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-18 06:00:40
"Siapa yang menduga, justru saat Leon menyamar jadi Agus, hatinya yang keras dan tertutup bisa luluh. Dia bisa mencintai lagi. Buat gue ini keajaiban. Gue ga akan biarkan Leon luka lagi. Terlalu lama dia sakit. Sofi harusnya membawa bahagia buat Leon." Sisi lain dari kisah Leon kembali diperdengarkan.

Lila terdiam. Jika semua itu benar, Lila punya misi membawa Mentari kembali pada Leon. Bagus sekali, Mentari ada di tempat kosnya. Lila punya banyak kesempatan untuk bicara dengan Mentari.

"Lu jadi pulang? Gue juga mau jalan. Lu arah mana?" tanya Baharudin saat mereka hampir sampai di pintu depan mal.

"Ya, langsung pulang. Aku arah ..." Lila menjelaskan ke mana dia akan pulang.

"Bareng aja. Aku juga lewat situ. Tapi turun depan gang ga bisa masuk." Baharudin menawarkan.

"Oh, boleh. Lumayan bisa irit ongkos." Lila tersenyum.

Baharudin mengajak Lila ke tempat parkir. Begitu tahu mobil yang dikendarai Baharudin, Lila sedikit menciut. Mobil yang mewah dan tidak begitu sering tampak si j
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 59 - Pertolongan Tiba-tiba

    "Ga segampang itu, Sofi. Aku dengar semua penjelasan Tuan Muda. Aku ngerti, buat dia juga ga mudah. Dia udah atur semua biar ada waktu yang pas gitu, bicara sama kamu. Tapi siapa yang tau, malah kayak gini jadinya." Alman menerangkan. Mentari tidak merespon. Pikirannya penuh. Sayangnya pada Leon ga mungkin berkurang. Sayangnya, kejadian-kejadian di sekitar mereka membuat semua porak poranda begitu cepat. "Sof, baliklah ... Om kuatir sama kamu. Juga sama Tuan Muda," bujuk Alman. "Maaf, Om ... aku ga bisa. Aku butuh waktu memikirkan semuanya," kata Mentari menolak. Alman terus membujuk Mentari agar mau kembali. Dia berusaha meyakinkan jika pria itu, yang mereka kenal dengan nama Agus, tapi ternyata Leon Alvarez, memang sayang pada Mentari. "Om, aku ga bisa. Aku ga mau buat masalah lagi. Tempat Tuan Muda memang di mal, aku hanya terdampar di sana. Aku harus cari tempat lain untuk menjalani hidupku." Mentari kekeh tidak mau menuruti permintaan Alman. Alman harus menyerah rupanya. Tel

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-18
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 60 - Rumah Laundry

    Mentari memperhatikan Angel yang sibuk bicara di telpon. Makanan yang ada di depannya hampir tak dia sentuh. Hati Mentari berdebar-debar, apakah ada pekerjaan buatnya? Apakah syaratnya akan memudahkan dia diterima seandainya ada pekerjaan? "Oh, baiklah. Terima kasih banyak. Nanti aku hubungi lagi." Akhirnya Angel selesai. Dia memandang pada Mentari. Mentari juga melihat padanya, menanti kabar. Baik atau buruk? "Thank God, ada satu pekerjaan. Aku harap ini sesuai buat kamu." Angel kembali tersenyum. "Oya? Boleh tahu, Tante, pekerjaannya bagaimana? Apakah kira-kira saya bisa?" Mentari senang mendengar kabar itu. "Jemaat kami itu punya usaha laundry. Jadi kamu akan bekerja di sana. Bagaimana menurutmu?" tanya Angel. "Laundry? Ya, Tante. Saya bersedia dengan pekerjaan itu," jawab Mentari dengan hati lega. "Baik. Kurasa ..." Angel tersenyum lebih lebar. Dari tatapan matanya tampak dia berpikir. "Sofi, sebaiknya aku antar saja kamu menemui pemilik laundry. Kalau begitu tunggu sebenta

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-18
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 61 - Te Extraño Siempre

    Lila pindah dari kursi naik ke kasur, duduk di samping Mentari. Sepertinya ada yang lebih perlu jadi perhatian sampai dia harus pindah tempat. Mentari menunggu apa yang selanjutnya Lila tuturkan. "Aku minta maaf dengan semua ketidaknyamanan yang terjadi karena Agus. Tetapi sama sekali tidak ada maksud aku menyudutkan siapapun, mencari kesalahan siapapun. Murni aku ingin belajar dari semua dan ingin menghargai apapun yang menjadi tanggung jawab bapak ibu dan rekan-rekan sekalian. "Untuk ke depan, kita akan bekerja lebih maksimal, lebih sehati, dan itu untuk kebaikan semua. Jika ada hal yang kurang berkenan, aku terbuka untuk kritik, saran dan masukan dari semua pihak, demi kebaikan kita." Lila berusaha meniru gaya Leon bicara. Mentari memandang Lila dengan serius. Keren juga yang Leon katakan di depan semua karyawan. Biasanya dia akan bicara santai dengan bahasa sehari-hari yang kadang terkesan seenaknya. "Satu hal lagi, mengenai hubungan Agus dan Sofi ..."Mendengar itu, mata Ment

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-19
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 62 - Kemarahan Leon

    "Lila, itu Sofi?" Leon maju tiga langkah makin mendekat. Lila tersentak. Dia seperti refleks menerima telpon tanpa berpikir kalau Leon sedang ada di depannya. "Eh, Ini ...""Berikan ponselmu. Sekarang!" Tegas Leon bicara. Lila tak berani menolak. Tapi dia juga tak bergerak. Leon yang tidak sabar. Dia mengulurkan tangan dan mengambil handphone Lila. Dengan cepat benda pipih itu pindah ke tangan Leon. "Mbak, makasih, ya? Buat semuanya dan ..." Suara manis dan lembut Mentari terdengar. Leon sangat rindu suara itu. Denyut di dada Leon semakin kuat. "Sofi, Sayang, kamu di mana?" Leon tak mampu menahan rindu hatinya. "Mas Agus?" Tentu saja Mentari sangat kaget mendengar Leon yang bicara dan bukan Lila. "Maafkan aku. Please, balik, Sofi. aku mau bicara dengan kamu. Baca pesanku, please ..." Tuuttt ... ttuuttt ... Panggilan itu terputus. Leon menarik napas dalam. Mentari benar-benar menolak dia. Mendengar suaranya saja, langsung dia akhiri telepon. Leon menoleh pada Lila dengan tatapa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-19
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 63 - Mencari Jejak Mentari

    Mentari menatap telepon genggam di tangannya. Dengan mata berkaca-kaca dia membaca puluhan pesan dari Leon di sana. Hatinya berdetak tidak karuan sambil membayangkan wajah tampan Leon sedih karena Mentari kabur. Tulisan aku sayang kamu dan rindu kamu banyak sekali yang Leon kirimkan. Hati Mentari seolah-olah penuh. Penuh rasa bersalah dan juga takut. Penuh dengan kesedihan harus kuat melepas pria pertama yang membuat dia jatuh hati dan sekaligus menjadi kekasih pertama di hidup Mentari. "Aku juga kangen, Mas. Sangat. Tapi aku ga mungkin kembali. Maafkan aku ..." bisik Mentari sambil mengusap matanya yang basah. Di hati terkecil Mentari ada suara lembut yang berbisk agar dia kembali. Setidaknya membalas pesan Leon atau memberanikan diri untuk menerima panggilan Leon. Tetapi rasa takutnya lebih besar, sehingga sekalipun pesan telah dia ketik, jari tak juga kunjung mengirim balasan. Apalagi menerima telpon dari Leon."Maafkan aku, Mas. Aku, aku ga bisa membayangkan kamu akan sangat kec

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-20
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 64 - Putar Haluan

    "Gimana? Mama lemas dan hampir pingsan? Aduh, Bi, bawa ke rumah sakit saja. Aku segera nyusul setelah ini. Oke, Bi. Makasih.” Baharudin mematikan ponselnya. Lila yang ada di depannya menatap Baharudin. Wajahnya yang manis dan biasanya tampak tenang berubah. Ada kecemasan muncul di sana. "Bang, ke rumah sakit saja. Aku akan lanjut mencari Sofi sendiri ga apa-apa. Tinggal dua tempat aja, kok," kata Lila. "Udah, makan dulu," kata Baharudin tidak menanggapi usul Lila. Tepat saat itu pesanan mereka datang. Dengan cepat mereka segera menyantapnya. Tidak ada lagi waktu untuk menikmati apakah menu yang disajikan itu lezat atau bagaimana. Yang ada di kepala Baharudin secepatnya dia harus menyusul mamanya ke rumah sakit. Lila pun sama. Dia tidak ingin merepotkan Baharudin. Pria itu pasti kuatir dengan kondisi ibunya. Lila makan dengan cepat agar Baharudin tidak perlu menunggu dia selesai. Tidak sampai lima belas menit, mereka telah menghabiskan makanan di piring masing-masing. "Ayo, aku ga

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-20
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 65 - Orang Kaya, Memang!

    Lila terbelalak. Terasa panas dingin badannya mendengar kata-kata itu. Dia menoleh pada Baharudin yang tersenyum memandang ibunya. "Iya, Ma. Baru jadian. Makanya baru bisa ajak Lila ke sini. Menurut Mama cocok, ga?" Baharudin makin lebar tersenyum. "Lila nama kamu? Secantik orangnya. Kamu yang sabar sama Bahar, ya? Kadang dia terlampau manja. Maklum anak tunggal." Dengan suara yang terdengar parau, ibu Baharudin bicara. Lila tidak tahu harus menjawab apa. Wajahnya merah bak tomat. Telinganya terasa panas juga. "Eh, iya, Nyonya ..." "Panggil Tante, bukan Nyonya." Ibu Baharudin memotong ucapan Lila. "Baik, Tante," sahut Lila kikuk. "Mama harus istirahat. Jangan buat aku takut kayak tadi. Pokoknya Mama harus sembuh," kata Baharudin. Dia memeluk mamanya dengan manja, menempelkan pipinya. Lila paham apa yang barusan sang ibu katakan tentang Baharudin. Lalu Baharudin mengajak Lila keluar. Di kamar, dokter dan perawat serta satu pelayan masih menemani. Bapak yang tadi mengantar Lila m

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-20
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 66 - Bingung

    Leon menopang dagunya. Dia memandangi wajah Lila. Sepertinya ada sesuatu. Tetapi gadis itu menghindar dan tidak ingin bicara. Padahal sebelum dia pergi dengan Baharudin mencari Mentari, dia menangis penuh penyesalan karena tidak mengatakan pada Leon soal Mentari yang bersembunyi di tempat dia tinggal. Begitu Lila datang lagi, dia menjadi ketus dan kesal. "Lila, kamu beneran ga apa-apa?" tanya Leon memastikan. "Eh, ya ... ga apa-apa, Tuan. Saya permisi, terima kasih," kata Lila. Dia berdiri, sedikit membungkuk memberi hormat lalu keluar ruangan itu. "Aneh. Dia bukan Lila yang biasanya," ujar Alman. Matanya memandangi Lila yang berjalan buru-buru keluar ruangan itu. "Udin ... bikin apa dia sama Lila?" gumam Leon. Sayangnya Leon tidak bisa mengurus itu. Dia harus mengerjakan yang lain. Dia akan menuntaskan rencana dengan Alman. Baik Lila ikut serta atau tidak, dia akan tetap menjalankan rencana itu. Setelah matang apa yang dia dan Alman akan lakukan, Alman meninggalkan kantor Leon.

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-21

Bab terbaru

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 125 - Di Atap Mal

    "Mama! Lihat!" Suara kecil dan ceria itu memaksa Mentari mengangkat wajah ke depan. Bocah tiga tahun itu menunjukkan sebuah mainan robot di tangannya. Wajahnya sumringah, tampak gembira. Dia berhasil membuat mainan robot dari lego. "Keren, Juni! Merah warnanya, robot kamu pasti hebat!" Mentari bertepuk tangan. "Papa yang ajari. Aku mau buat robot lain, yang biru dan kuning!" ujar bocah itu riang. "Oke. Mama mau ambil minuman. Juni mau?" Mentari berdiri. "Iya, jus jeruk aku suka, Mama!" kata Junior semangat. "Sebentar, ya?" Mentari melangkah ke meja di dekat gudang dan menuangkan jus jeruk dalam gelas, lalu dia bawa kepada anaknya yang kembali sibuk dengan lego. "Makasih, Mama," kata Junior. Dengan cepat gelas berisi jus jeruk itu berkurang tinggal setengah. "Ahh ... segar sekali, hehehe ..." Senyum lebar muncul di bibir mungil Junior. Dia memberikan lagi gelas pada Mentari dan mengusap kasar bibirnya karena sisi jus menetes hingga ke dagunya. "Good boy. Lanjutkan main, ya?"

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 124 - Satu Lagi Keajaiban

    Dada Leon semakin menderu, bergejolak, berdetak cepat, dan entah apa lagi yang dia rasa. Tiba di depan ruangan Mentari, Leon makin tidak karuan. Leon cepat masuk ke ruangan itu. Di dalam ada dokter dan dua perawat yang membantu Mentari. Lusia juga ada di situ. "Dokter!" Leon memanggil dokter. Dokter wanita usia empat puluhan itu berbalik dan melihat Leon. "Nah, ini Pak Leon sudah datang. Sini, Pak, temani istrinya." Suara dokter itu tenang dan lembut. Leon seperti merasa ada aliran air menumpahi kepala hingga ke seluruh tubuh. Semua gerah dan panas tiba-tiba menjadi sejuk. "Bagaimana Mentari, Dok?" Leon mendekat ke samping dokter. Lusia sudah pindah ke sebelah Leon agak di belakang. Di ranjang Mentari berbaring lemah dengan wajah pucat dan tampak kesakitan. Leon maju lagi tiga langkah, memegang tangan kiri Mentari. Tangan kanan sudah dipasang infus. "Apa yang terjadi, Sayang?" Leon mendekatkan wajahnya, bertanya dengan nada cemas. "Maaf, aku ga bisa jaga diri. Aku berjalan ga ha

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 123 - Leon Junior!

    Mentari membuka mata. Entah berapa lama dia tertidur. Badan rasanya sakit semua. Mentari menoleh ke sisinya. Leon masih terlelap dengan posisi meringkuk. Sebelah tangan Leon memeluk pinggang Mentari. "Astaga ... udah kejadian, " kata Mentari pelan. Dadanya kembali berdegup kencang. Ingatan Mentari balik cepat ke sore hari saat tiba di hotel. Tanpa bisa dihalangi, begitu saja, Mentari membiarkan Leon merengkuh dirinya, utuh. Mentari juga tidak tahu bagaimana bisa dia punya keberanian itu. Semua trauma dan rasa takut disentuh pria tiba-tiba saja lenyap. Sebaliknya, dia ingin suami tercinta tidak melepaskan dirinya. "Ohh, malu sekali," ucap Mentari lirih. Rasa panas kembali menjalar di wajahnya. Perut seperti digelitik, susah dia gambarkan. "Hmm ... Sayang ..." Leon bergerak. Dia membuka mata dan melihat Mentari sedang memandang padanya. "Bangun?" Mentari menaikkan selimut untuk menutupi tubuhnya. "Kenapa mau selimutan? Ga usah." Leon menarik Mentari kembali merapat padanya. "Mas

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 122 - More Than I Can Wish

    "Uffhhh!!" Leon meletkakkan pantatnya di kursi pesawat dengan penuh rasa lega. Tinggal beberapa menit pesawat mengudara, Leon dan Mentari akhirnya bisa juga masuk pesawat. Mentari memegang dadanya, masih berusaha mentralkan napasnya yang terengah-engah. "Thank God, ga telat," kata Leon. Matanya memandang ke sekitarnya. Di depan pramugari mulai memberi aba-aba, menolong penumpang bersiap tinggal landas. Mentari memegang tangan Leon kuat-kuat. Ini pengalaman dia pertama kali masuk pesawat dan akan terbang di udara. Campur aduk rasa di dada Mentari. Kejutan pernikahan belum juga mereda. Semalam tegang sekali di hotel berdua dengan Leon. Tiba-tiba mendengar Leon menyebut dalam doa akan mengajak Mentari ke Spanyol. Dan di pagi hari kejar-kejaran tidak karuan demi tiba tepat waktu di bandara. Benar-benar luar biasa! "Kamu takut?" tanya Leon sambil mencermati wajah Mentari. "Aku baru ini naik pesawat. Ngeri ga, sih?" tanya Mentari dengan wajah melas. "Nggak, aman. Ada aku, tenang saj

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 121 - Kejutan Leon

    Mentari makin mendekat. Pelan sekali Mentari naik ke kasur dan duduk di samping Leon. Sama sekali Leon tidak bergerak. Dia pasti sangat lelah dan terlelap tanpa tahu lagi apa yang terjadi di sekitarnya. Mentari mencermati detil wajah Leon. Oh, memang sungguh tampan dan mempesona. "Tidur nganga mulutnya, tetap saja tampan," ucap Mentari lirih. Refleks, karena makin mengagumi suaminya, tangan Mentari menyentuh lembut pipi Leon. "Uhh ..." Leon kaget karena sentuhan tangan Mentari yang dingin. Leon membuka matanya. Seketika Leon melihat Mentari di sampingnya. Leon langsung duduk dan menghadap ke arah Mentari. "Hei, sudah mandi? Aku ketiduran," kata Leon. Dia mengusap kedua mata dan wajahnya. "Pasti Mas Leon capek. Maaf, aku lama di dalam." Mentari kembali memperhatikan wajah Leon. Tampak lelah dan kuyu. "Mandi biar seger, tidur badannya bersih." "Hmm, yaa ... aku ga akan lama." ujar Leon. Dia mengusap lembut pipi Mentari lalu beranjak menuju kamar mandi. Mentari turun dari ranjang

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 120 - Tidak Malam Ini

    Leon menggaruk kepalanya sambil memutar badan melihat ke arah pintu. Ada apa lagi? Tamu datang di saat dia sedang mulai permainan manis dengan istrinya? Astaga! Apa pihak hotel tidak tahu kalau harusnya pengantin baru tidak diganggu? Mentari pun memutar badan melihat ke arah lain. Malu sekali rasanya mengingat apa yang barusan dia dan Leon lakukan. Mentari menata napasnya. Ini baru di awal, sudah seperti itu rasanya. Pakaian Mentari bahkan masih lengkap, "Aku lihat siapa yang datang," kata Leon sambil melangkah menuju ke pintu. Ketika pintu dibuka, seorang pelayan hotel berdiri di sana. Di tangan pria muda itu ada sebuah bingkisan cantik dibungkus kertas emas dengan pita manis di atasnya. "Kenapa?" Leon bertanya dengan wajah mengkerut. "Saya minta maaf, ini ada kiriman. Pesannya sangat penting dan harus sampai malam ini juga. Sekali lagi minta maaf," ujar pelayan itu. Terlihat dia tidak nyaman mengetuk pintu kamar Leon. "Oke, thank you." Leon menerima bingkisan itu dan menutup pi

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 119 - Di Kamar Pengantin

    Upacara sakral itu masih berlangsung. Hari bersejarah bagi dua insan yang dilanda asmara, yang bersiap memasuki kehidupan baru bersama. Saat itu saat di mana di hadapan Tuhan mereka akan mengucapkan janji, dengan sadar, dengan yakin, bahwa mereka disatukan dengan cinta melalui sebuah pernikahan kudus di hadapan-Nya. Leon merasakan getaran begitu kuat di hatinya. Rasaya syukur berlimpah yang seperti menenggelamkannya dalam kolam tapi tidak membuat Leon tak bisa bernapas. Mentari berulang kali menghapus air mata yang tak bisa dia tahan terus saja menitik. Janji pernikahan mereka ucapkan. Doa bagi kedua mempelai dinaikkan di hadirat Ilahi. Pendeta menyatakan sah, Leon dan Mentari menjadi suami istri. "Apa yang disatukan Tuhan, tidak bisa dipisahkan oleh manusia. Tetap setialah satu sama lain, peliharanya cinta yang Tuhan hadirkan di antara kalian. Berjalanlah bersama merajut kebersamaan hingga maut memisahkan." Pesan terakhir pendeta bagi keduanya, kemudian sekali lagi pendeta itu ber

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 118 - Gaun Putih

    Lila berlari kecil menuju kamar utama apartemen. Di depan pintu kamar, ada Irma sudah menunggu. "Wah, cantik banget! Warna putih dan merah. Thank you!" Irma menerima buket dari tangan Lila. "Ternyata hasil karyaku ga mengecewakan, ya?" Lila tersenyum lebar. "Kamu buat sendiri? Ih, keren. Ntar aku nikah mau dong, dibuatin juga!" Irma seketika melebarkan senyumnya. "Pengantin sudah siap?" Lila melongok ke dalam kamar. "Hampir. Tinggal pasang cadar saja." Irma masuk dengan buket di tangannya. Irma dan Lila berhenti serentak. Mata mereka menatap gadis imut yang disulap menjadi ratu tercantik sepanjang hari. "Ini beneran kamu, Tari?" Lila maju dua langkah sambil matanya menatap makin dalam pada Mentari tanpa kedip. Mentari berdiri dalam balutan gaun putih panjang semata kaki. Ada pita sedikit besar yang menghiasi pinggang. Lalu bagian belakang gaun itu sedikit menyapu lantai. Di atas kepala Mentari ada mahkota kecil berwarna perak terpasang indah. Sedangkan cadar transparan menutup

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 117 - So? How?

    Perkataan Asterita jelas dan tegas dia katakan. Leon merasa ada kehangatan kasih ibu yang begitu dalam hadir untuknya. Awalnya dia sangat kesal. Mamanya bertingkah aneh-aneh. Pasti hanya ingin mempermalukan Mentari, karena dia gadis sederhana dan tidak tahu banyak kehidupan manusia kalangan atas. Ternyata pikiran Leon salah. Asterita serius dengan yang dia lakukan demi kebaikan Leon, agar Leon tidak akan lagi terluka dan menemukan kebahagiaan utuh dalam cinta sejati yang dia butuhkan. Hati Leon melimpah dengan haru. Tatapan marah di hatinya dengan cepat berganti. "So? How?" Horacio memandang Asterita. Apakah yang dia cari sudah ketemu? Apakah dia sudah lega setelah melakukan ujian dan tantangan pada wanita-wanita yang mencintai putra sulung mereka? Asterita memandang Horacio dengan senyum kecil muncul di bibirnya yang disalut warna merah gelap, yang sangat pas di wajahnya. "Ya, kali ini aku harus mengakui, aku salah." Asterita menarik napas dalam. Mata Horacio menciut bersamaan de

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status