Narendra tertidur nyenyak.
Pikiran dan badannya benar-benar kelelahan. Dia berjanji untuk tidur sebaik mungkin selama tiga jam sebelum kembali memikirkan rencana yang sedang disusunnya. Dan dia menepati janji itu.
Dia tidur nyenyak. Senyenyak yang dia bisa karena tiba-tiba dia terbangun karena derit samar pintu yang dibuka. Awalnya dia berpikir kalau Badi yang berkunjung ke kontrakan petaknya. Itu tidak aneh karena bodyguard itu sering berkunjung tanpa menginformasikan terlebih dulu. Toh, mereka hanya berjarak beberapa kontrakan petak. Tetapi setelah dia menghitung sampai sepuluh dan suasana kembali hening, dia tahu ada yang salah.
Siapa yang menyelinap masuk ke kontrakan petaknya?
Tidak mungkin Calya karena adiknya sedang bersama kekasihnya di lokasi syuting. Bang Ucok juga sedang bekerja. Hanya satu kemungkinan dan dia tidak ingin itu menjadi kenyataan. Para pengintai.
Pria itu bergerak secepat kilat walau nyaris tidak ada suara yang ter
“CUT! CUUT!!” Kenny berteriak tidak senang di tengah-tengah adegan.Teriakan itu membuat seluruh aktor dan kru yang sedang bertugas menghentikan kegiatan mereka kemudian saling melempar tatapan bingung kepada satu sama lain.“Kita break dulu. Gembel benar ini!” Kenny menggerutu sambil beringsut dari kursi yang didudukinya.Kru dan akor langsung bubar mendengar kata break. Saat syuting break merupakan sebuah kemewahan. Tidak ada seorang pun yang ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk istirahat walah hanya sebentar.“Apa-apaan itu, Agnia?! Akting kamu kenapa seburuk itu?!” Suara Kenny menggelegar membuat nyali seluruh kru yang masih di lokasi terutama Agnia menciut hingga nyaris tidak bersisa.Agnia hanya tertunduk diam. Dia sadar dengan kesalahannya. Sejak mendengar informasi kalau Kenny kemungkinan memiliki seorang anak yang seusia dengannya, konsentrasinya langsung buyar. Dia berusaha u
“Kayak ada yang beda tapi apa, ya?” Agnia bukannya ke kontrakan petaknya, dia malah memilih untuk ke kontrakan petak Narendra.“Hei, kamu sudah pulang?” Narendra yang sedang mengepel langsung berhenti dan menoleh ke arah pintu, “Cepat. Lancar syutingnya?”“Lancar, kok,” kekasihnya tertawa kecil, “Bang Kenny ngebubarin kita lebih cepat karena scene-nya udah beres semua terus kita harus siap-siap buat pindah syuting ke luar kota minggu depan. Kamu lagi bersih-bersih?”“Iya. Calya alergi debu,” pria itu tersenyum sambil mengacak rambut Agnia, “Kamu pasti capek. Mau aku belikan makan malam apa?”“Aku udah makan tadi sama Calya. Kita ditraktir sama Fred. Salah satu MUA yang seneng banget sama Calya.”“Senang bagaimana?”“Katanya dia kayak punya adik yang selama ini dia harapin,” Agnia kembali tertawa, “Aku tuh kad
“Ngapain kau di teras jam segini?!”Menjelang pukul sepuluh malam Bang Ucok baru kembali ke kontrakan petak. Pria itu terlihat letih walau suasana hatinya masih cukup baik. Hari ini pekerjaannya berjalan lancar walau banyak yang harus dikerjakannya.“Menunggu Abang pulang,” Narendra tersenyum ke arah tetangganya itu.Jawabannya tidak sepenuhnya salah. Dia memang sedang menunggu Bang Ucok sekalian mengawasi sekitar kontrakan petaknya. Sesuai dengan janji, ketiga penyusup itu tidak lagi berada di kawasan ini untuk mengintainya. Narendra sudah mengantongi jawaban yang dibutuhkannya.“Kenapa kamu nungguin aku? Ada hutang aku sama kau?” Pria itu melontarkan candaan yang sayangnya ditanggapi Narendra dengan serius.“Tentu saja Abang tidak memiliki hutang kepadaku,” pria itu menjawab santai walau terdengar serius, “Aku menunggu untuk melanjutkan percakapan kita tadi pagi.”“Yang mana
“Kak Rendra!” Calya menggedor pintu kamar Narendra sebelum masuk dan langsung lompat ke tempat tidur kakaknya.“Ck,” Narendra hanya berdecak kesal karena tidurnya diganggu oleh sang adik, “Masih pagi, Calya.”“Justru karena masih pagi makanya aku bangunin. Aku bosan, Kak Agnia udah berangkat dari subuh. Katanya hari ini aku nggak boleh ikut karena bakalan sampai malam banget.”“Cuma itu alasannya?”Calya menatap kakaknya sebelum menghela napas, “Nggak cuma itu, sih. Kemarin aku sempat diisengin sama beberapa aktor gitu.”“Diisengi seperti apa maksud kamu?” Sisa kantuknya sudah terbang tak bersisa mendengar ucapan Calya.“Yaaa…digodain itu, Kak. Tapi Kakak tenang aja, tadi aku langsung ngelawan. Pokoknya aku bikin mereka jera!”“Benar?”“Iya, Kak! Aku langsung tending bagian itunya,” Calya tertawa kecil,
“Jadi apa yang mau kamu bicarakan?”Narendra langsung bertanya serius setelah waitress menjauhi meja mereka. Selesai bersepeda di seputaran kota tua, sesuai keinginan Calya, mereka berakhir di tea house yang berada di salah satu sudut kota tua.Calya menyesap the pesanannya sambil tersenyum, “Sejak kapan Kakak tahu kalau aku ngajak Kakak sepedaan karena ada yang mau aku obrolin?”“Sejak awal,” Narendra terkekeh, “Aku terlalu mengenalmu, sissy. Menebak tujuanmu adalah hal paling mudah. Jadi apa yang ingin kamu bicarakan?”“Latar belakang Kak Agnia,” Calya meletakkan kembali cangkir tehnya, “Kak Bimasakti udah ceritanya banyak ke aku tentang latar belakang keluarga Kak Agnia. Aku tahu kalau Om Kenny kemungkinan besar adalah ayah Kak Agnia.”Pria itu mengangguk sambil melirik ke arah Badi yang duduk beberapa meja dari mereka, “Ya. Dan s
“Kak, kamu nggak mau cerita ada kejadian apa kemarin di kontrakan petak?”“Kejadian apa?” Narendra menghabiskan camilan yang tersisa di atas meja.“Aku udah bukan anak kecil, ya,” Calya memberengutkan kedua pipinya, “Aku bisa lihat kalau sofa kamu baru dan ada sisa aroma disinfektan yang biasa dipakai sama jasa kebersihan profesional langganan kita. Ngaku aja, deh, Kak!”“Tidak terjadi apa-apa,” Narendra menghabiskan teh kemudian melambaikan tangan meminta waitress untuk menggantinya dengan teh baru yang masih panas.“Ayolah, Kak! Masa rahasiaan sama aku, sih? Aku kesal lho, ini!”Narendra tergelak, “Tidak terjadi apa-apa. Hanya ada beberapa penyusup tapi sudah ditangani oleh Badi. Mereka juga sudah dibereskan oleh tim keamanan kita. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”“Kak! Itu masalah besar, ya!” Walau berbisik tapi gadis itu menekan s
“Ada apa?”Narendra baru terbangun ketika dia membaca pesan yang dikirimkan oleh kekasihnya. Agnia memintanya untuk segera mengunjungi kontrakan petaknya jika pria itu sudah bangun. Sedetik setelah membaca pesan itu, Narendra sudah berada di kamar mandi untuk membersihkan diri kemudian tergesa mengenakan kaos dan celana pendek selutut. Hanya dengan beralaskan sandal jepit pria itu berkunjung ke kontrakan petak kekasihnya.“Kamu udah bangun?” Agnia malah balas menjawab sambil tersenyum lebar, “Kirain masih entaran bangunnya.”“Kamu pikir aku bisa tidur lagi atau setidaknya bermalas-malasan setelah membaca pesan yang kamu kirimkan?”Tawa renyah gadis itu seketika pecah, “Maaf. Aku nggak bermaksud bikin kamu khawatir atau panik.”“Lalu?” Narendra duduk di salah satu kursi makan milik Agnia.“Kirain kamu bakalan bangun agak siang. Aku takut mie buatanku udah membengkak
“Wah, wah, akhirnya…tuan muda super sibuk sampai juga di sini.”Rajasena yang sedang bersantai di halaman belakang rumahnya bersama Masyha, sang istri, dan Elena, anak bungsunya yang baru berusia lima tahun, langsung berdiri dan menyambut kedatangan Narendra.“Tuan muda apa?” Narendra terkekeh sambil balas memeluk kakak tertuanya, “Bertiga aja? Allen mana?”“Wah, keajaiban, nih, kamu bisa ingat nama keponakan,” Masyha ikut berdiri kemudian bergantian memeluk adik iparnya, “Udah di-briefing sama Abimana?”Narendra tertawa malu mendengar ucapan Masyha, “Kalian nggak jetlag? Baru sampai kemarin, bukan?”“Allen masih di Zurich. Katanya mau ke Interlaken karena kemarin bareng aku nggak bisa ke mana-mana.”“Sendirian?” Narendra masih tidak percaya kakaknya mengizinkan anak pertamanya berlibur seorang diri. Walau dia tahu keponak