Beranda / Urban / Ternyata Kaya Tujuh Turunan / Berbagi Gosip Keluarga Widjaja

Share

Berbagi Gosip Keluarga Widjaja

Penulis: Serenity
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-05 16:30:12

“Bos, aku tinggal nggak apa-apa?” Badi bertanya untuk kesekian kalinya.

Itu pertanyaan yang wajar. Bodyguard-nya itu selalu bertanya sebelum meninggalkan Narendra sendirian. Tetapi biasanya tidak pernah sesering ini. Itu membuat Narendra kembali teringat pada kecurigaan yang ingin dilupakannya.

Mungkinkah?

“Tidak apa. Kamu lupa kita sedang berada di mana?” Dia menjawab diplomatis, “Tidak mungkin terjadi apa-apa di sini.”

Badi memperhatikan Narendra dengan seksama sebelum mengangguk, “Ya udah kalau gitu. Aku jalan dulu, ya?”

“Salam buat Antari,” pria itu melambaikan tangan.

“Tahu aja aku mau jalan sama Tari,” Badi terkekeh sambil keluar dari kamar yang ditempati Narendra dan Agnia.

“Sama siapa lagi?” Narendra terbahak sambil kembali sibuk dengan ponselnya.

Tidak lama setelah Badi menutup pintu kamar, Agnia keluar dari walk in cl

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
KACA MATA
Mohon ketikannya dirapihkan...
goodnovel comment avatar
yusi wandhini
up lagiii lagiii
goodnovel comment avatar
yusi wandhini
waaaa , suka uwu mereka thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ternyata Kaya Tujuh Turunan   Waktunya Beraksi, Badi

    Sepanjang hari Badi menemani Antari dan ibunya. Dengan bermodal mobil perusahaan yang dipinjam, dia mengantar Antari dan Lastri, ibunya, dari satu pasar ke pasar lain, dari satu toko ke toko lain. Kalau Badi tidak salah menangkap, ada keluarga Antari yang akan menikah dan meminta bantuan Lastri untuk menyiapkan seragam serta kebutuhan untuk seragam keluarga besar.“Nak Badi, kemejanya ukuran apa?” Lastri bertanya ketika mereka sedang berada di toko batik.“Ukuran siapa, Bu?” Badi sempat tergagap karena dia tidak menyangka pertanyaan itu diajukan untuknya.“Ya, ukurannya, Nak Badi. Ini biar sekalian dibeliin. Nanti kamu bisa datang, kan? Seragaman juga sama Tari.”“Oh? Eh, iya, tapi apa nggak merepotkan, Bu?”“Aduh, merepotkan bagaimana, sih? Kamu itu udah jadi bagian dari keluarga, lho! Malah aneh kalau kamu nggak pakai seragam. Ukurannya apa?”“L, Bu,” Badi menjawab den

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-05
  • Ternyata Kaya Tujuh Turunan   Lalu Pertanyaannya Mana?

    “Tari, bisa bicara sebentar?” Pertanyaan itu dilontarkan Badi ketika orang tua gadis itu sudah kembali ke dalam rumah.“Tentu! Mau bicara di sini atau di dalam?” Gadis itu masih terlihat seriang sebelumnya.“Di mobil aja gimana?”“Boleh, boleh. Sebentar aku ngomong sama Bapak dulu, ya? Takutnya nanti dicariin malah nggak lucu, kan?”Sambil tertawa kecil Antari masuk ke rumahnya. Tidak lama gadis itu sudah kembali ke hadapan Badi tetapi kali ini dengan menggunakan jaket. Udara malam itu memang cukup dingin.“Nanti kalau udah selesai, aku antarin lagi kamu ke rumah,” mereka berjalan melewati tanaman dan sangkar burung koleksi orang tua Antari.“Astagaaa!” Antari tertawa, “Nggak usah, Kak. Kayak di mana aja. Aku dari lahir udah di sini. Aman kalau cuma jalan dari depan ke sini.”“Gitu, ya?” Dia mengusap tengkuk, “Kamu senang jalan bareng

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-05
  • Ternyata Kaya Tujuh Turunan   Petir di Senin Pagi

    “Seperti biasa, ya. Tanpa cela,” atasan Bang Ucok bertepuk tangan pelan sambil tersenyum lebar.Sejak pria itu menjadi atasan Bang Ucok, tidak pernah sekalipun Bang Ucok mengecewakan. Pekerjaannya selalu sempurna. Tentu dia pernah membuat kesalahan tetapi kesigapannya membuat kesalahan itu tidak berefek besar. Presentasinya juga selalu mengundang decak kagum dari para peserta rapat. Banyak yang memperebutkan Bang Ucok. Mulai dari departemen lain sampai bank lain. Sayang, pria itu sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan untuk pindah.Kesempurnaan pekerjaan Bang Ucok bukan tanpa alasan. Masa kecil yang cukup keras berpadu dengan ibu yang selalu menuntut yang terbaik membuat pria itu sudah tertempa sejak kecil. Selain itu, ada satu kalimat yang selalu diulang ibunya lagi dan lagi.Kau tahu, Cok, masalah itu datang tanpa aba-aba. Jangan kau harap kau bisa tahu itu masalah kapan datangnya. Jadi kau harus selalu menyiapkan rencana untuk membereskan

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-06
  • Ternyata Kaya Tujuh Turunan   Bakmi Penuh Kenangan dan Pertanyaan

    “Bang, kok masih di sini?” pintu ruang meeting terbuka dan tidak menunggu waktu lama sosok Amelia sudah berdiri di depan Bang Ucok, “Udah jam makan siang. Makan, yuk? Aku mendadak pengin bakmi yang di samping. Kalau kita nggak turun sekarang nanti ngantre, lho!”“Ha? Kau bilang apa?” Pikiran Bang Ucok masih kosong sehingga dia tidak menangkap apa yang diucapkan oleh gadis itu.“Makan siang, Bang. Bakmi. Yuk?” Amelia tanpa sungkan memeluk lengan Bang Ucok, “Ayo, bangun! Abang kenapa lemas banget? Jangan bilang tadi presentasinya gagal. Nggak mungkin, deh. Aku tadi sempat ngecek, semuanya perfect.”“Tak ada masalah dengan presentasinya. Lancar,” dia menjawab lesu.“Terus kenapa lesu? Tadi nggak sarapan, ya?” Amelia bertanya. Gadis itu terlihat begitu perhatian.Biasanya Bang Ucok akan senang dengan perhatian yang diberikan oleh gadis itu. Meski rasa

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-06
  • Ternyata Kaya Tujuh Turunan   Sendiri Menghadapi Masalah Hati

    Sudah malam ketika Badi tiba di kontrakan petak. Hari ini dia merasa begitu lelah. Bukan karena pekerjaan yang menumpuk atau ada masalah tetapi karena berita tentang Amelia yang mendapatkan beasiswa ke London.Pria itu tidak tahu harus bersikap bagaimana. Di satu sisi dia ikut senang. Tidak mudah mendapatkan beasiswa di salah satu kampus tertua di Inggris itu. Kesempatan ini juga akan membuka banyak pintu dan berbagai pengalaman baru untuk Amelia. Tentu saja dia senang dan bangga. Tapi di sisi lain...tidak mudah melepas gadis yang dicintai untuk pergi sejauh itu. Bang Ucok juga merasa kalau kepergian Amelia nantinya akan menutup kesempatan mereka bersama.Gadis itu memang belum mengatakan kepada Bang Ucok tentang keputusan mengambil beasiswa tersebut. Tetapi pria itu tidak mampu mengenyahkan itu dari pikirannya. Sepanjang hari dia tidak berhenti membayangkan berbagai kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi nanti. Semakin dibayangkan, semakin mengerikan.Dia me

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-08
  • Ternyata Kaya Tujuh Turunan   Bang Ucok Vs. Amelia

    "Bang, sarapan, yuk?" Amelia masuk ke ruangan Bang Ucok setelah mengetuk pintu terlebih dulu."Macam mana?"Bang Ucok yang mulai sibuk dengan pekerjaan di depan laptop langsung berpaling ke arah sumber suara."Sarapan. Bubur ayam. Aku laper banget ini," gadis itu duduk sambil memberengutkan pipi dan berujar manja.Tidak ada yang berbeda. Amelia sering mengajaknya untuk sarapan. Gadis itu juga sering bermanja dengannya. Tentu saja masih dalam batas wajar. Hanya seperti seorang teman yang bermanja ke teman dekatnya lainnya. Tidak lebih."Aduh, sudah makannya aku ini," Bang Ucok menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop.Dia berusaha menahan diri sekuat mungkin. Dia tahu, menatap mata gadis itu akan membuatnya lulus dan melupakan tekad yang sudah dibulatkannya tadi malam. Walau dia membalas pesan Amelia dengan mengatakan akan menyediakan waktu untuk bicara, dia sudah berencana untuk menyibukkan diri sepanjang hari. Bang Ucok belum siap men

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-10
  • Ternyata Kaya Tujuh Turunan   Tidak Selalu Berakhir Bahagia

    Tanpa mengucap apa pun Bang Ucok menyimpan laptopnya. Ini pertama kali pria itu melihat Amelia seemosional ini. Gadis itu termasuk yang pintar mengelola emosinya. Selama Bang Ucok mengenalnya, dia selalu tenang. Bahkan ketika menghadapi pekerjaan yang sangat berat atau klien yang benar-benar bermasalah, gadis itu tidak pernah seemosional sekarang."Apa yang ingin kau bicarakan?" Pria itu menyerah.Dengan tenang Amelia duduk di hadapan Bang Ucok. Gadis itu masih menatap tajam ke arah atasannya."Abang udah tahu, ya?""Tahu apa?" Pria itu memilih untuk balik bertanya.Gadis itu menarik napas panjang, "Jangan bikin ini makin susah, Bang.""Siapa yang mempersulit? Aku tak tahu apa yang kau omongkan.""Maaf," gadis itu kembali menarik napas panjang. Sepertinya ini akan jauh lebih sulit dari yang ada dalam bayangannya."Apa yang mau kau omongkan? Sepenting apa?" Sekuat tenaga Bang Ucok berusaha menjaga nada suaranya."Jadi," d

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-10
  • Ternyata Kaya Tujuh Turunan   Curhat Diselingi Mie Ayam

    "Kenapa kusut banget mukanya, Bang?" Badi yang entah sedang melakukan apa di teras kontrakan petak Narendra langsung bertanya ketika Bang Ucok memasuki halaman tempat tinggal mereka."Pusing aku," Bang Ucok menjawab sambil duduk di teras kontrakan petaknya, "Ke mana kawan kau itu?""Rendra?" Badi menunjuk ke dalam kontrakan petak dengan dagunya, "Lagi tidur. Kayaknya dia masih belum fit. Masih mudah capek dan lelah."Pria itu mengangguk tanpa mengerti, "Tipes memang macam itulah. Tak bisa langsung benar-benar sembuh. Kasihan juga kulihat dia.""Aku juga nggak tega lihatnya. Mana dia masih kepikiran masalah kerjaan kemarin.""Dipecat kalian?""Nggak enak banget bahasanya, Bang," Badi terkekeh, "Mengundurkan diri. Si Bos nggak enak sama tempat kerja kalau kelamaan nggak masuk.""Kau ikut-ikutan mundur juga?""Yaa..mau gimana lagi, Bang?" Badi menggaruk tengkuknya."Curiga aku. Sebenarnya dia siapa?""Dia siapa?" Bad

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-10

Bab terbaru

  • Ternyata Kaya Tujuh Turunan   Akhir Merupakan Awal untuk yang Baru

    "Nia, kamu sudah selesai berganti pakaian?"Suara Narendra membuat Agnia yang sedang berada di kamar mandi segera melepas kimono sutra yang dikenakan ketika dia membersihkan riasan wajah dengan bantuan seorang asisten MUA yang diminta oleh Reinya untuk tinggal sampai setelah acara selesai. Gadis itu mengambil piyama yang diberikan oleh Calya khusus untuk Agnia dan Narendra. Piyama berbahan sutra itu merupakan salah satu brand mewah dan salah satu yang tertua di Inggris. Kualitasnya sudah tidak perlu dipertanyakan karena sekelas Ratu Elizabeth II saja mempercayakan pakaian tidurnya kepada mereka.Agnia tidak pernah menduga kalau hal tersulit yang harus dilakukannya setelah memutuskan menikah dengan Narendra adalah beradaptasi dengan begitu banyak priviledge yang tiba-tiba dimilikinya. Semua serba dapat dimiliki. Tidak hanya sekadar memiliki tetapi selalu yang terbaik. Apapun itu."Nia?" Terdengar ketukan pelan di pintu kamar mandi."Sebentar," tergesa gadis itu menggelung rambut kemudi

  • Ternyata Kaya Tujuh Turunan   Selamat Bergabung

    "Macam inilah! Sah udah kalian sekarang," Bang Ucok langsung menyapa ketika seluru prosesi akad nikah selesai. Penampilan pria berbadan besar itu terlihat berbeda hari ini. Seperti seluruh undangan pria, Bang Ucok juga mengenakan three piece suit. Amelia turut hadir juga terlihat menawan dengan whimsical garden-inspired maxi dress. Penampilan disempurnakan dengan rambut tergelung model french twist yang memamerkan leher jenjangnya."Akhirnya, Bang," Agnia tertawa kecil, "Sekarang Bang Ucok udah nggak perlu khawatir lagi sama aku, kan? Aku udah nggak sendiri lagi.""He! Macam manaa... tak mungkin aku tak khawatir sama kau. Adik akunya kau ini," Bang Ucok berpura-pura bersungut kesal, "Jangan sementang kau sudah nikah terus kau anggap tak peduli lagi aku sama kau, ya!"Narendra terkekeh memperhatikan interaksi antara Agnia dan Bang Ucok. Walau mereka sudah tidak lagi di kontrakan petak tetapi tidak ada yang berubah. Semuanya masih sama seperti dulu."Maaf, Bang," Narendra menyela percak

  • Ternyata Kaya Tujuh Turunan   Dia yang Diantarkan Sang Ayah

    "Kamu yakin?""Ayah," Agnia hanya berpaling karena hiasan kepalanya cukup berat, "Ayah sudah berulang kali nanyain itu, lho. Mau Ayah tanya sampai seratus bahkan ribuan kali, jawaban Agnia tetap sama. Agnia yakin.""Tapi gimana kalau sampai tersebar? Memang pernikahan kamu private tapi tetap aja, di depan venue itu wartawan udah ngumpul kayak mau demo.""Memangnya kenapa kalau sampai nyebar?" Agnia menatap Kenny melalui cermin, "Ayah malu kalau sampai publik tahu aku ini anak ayah?""Bukan gitu," Kenny membalas tatapan Agnia, "Ayah bertanya karena Ayah nggak mau kamu menyesali kepuutusanmu.""Aku nggak akan nyesal, Yah," Agnia menjawab dengan yakin, "Percaya sama aku. Ini bukan keputusan impulsif. Aku udah mikirin ini dari lama. Dan itu keinginan aku. Pertanyaannya sekarang, apa Ayah mau ngelakuinnya atau nggak?""Tentu saja Ayah mau, Nia," Kenny menghampiri anak semata wayangnya dan meletakkan kedua tangan di bahu Agnia yang terbuka karena kebaya pernikahannya memiliki leher yang cuk

  • Ternyata Kaya Tujuh Turunan   Dia yang Akan Menjadi Pemimpin

    Narendra menatap pantulan diri pada cermin sambil menghembuskan napas dengan pelan. Dirinya terlihat sempurna dengann three pieces suit warna kelabu yang dipilihkan Agnia untuk hari istimewa ini. Kekasih yang akan segera menjadi istrinya itu mengatakan kalau kelabu merupakan warna yang hangat, dan itu sesuai dengan apa yang dirasakannya setiap kali berada di dekat Narendra. Sebagai seorang pria, Narendra menyerahkan sepenuhnya kepada Agnia.Ketika gadis itu meminta agar pernikahan mereka dilakukan secara private dan hanya mengundang keluarga dekat serta sahabat, Narendra juga dengan segera menyetujuinya. Beruntung keluarga besar mereka mau berkompromi. Walau pernikahan akan dirayakan secara sederhana tetapi resepsi akan diselenggarakan besar-besaran dan mengundang seluruh kenalan mereka. Agnia yang menyadari posisi mereka, Narendra merupakan pewaris keluarga Widjaja dan dirinya yang merupakan selebritas, setuju dengan itu."Narendra," Asija bersama dengan Reinya memasuki ruangan yang

  • Ternyata Kaya Tujuh Turunan   Cerita untuk Media

    "Lo gila," Abimana masuk ke ruang kerja Narendra sambil menggulirkan jari di tablet."Ada apa?" Narendra masih sibuk memperhatikan layar ponselnya. Dia sedang memeriksa portofolio saham miliknya sambil beristirahat dari memeriksa berbagai dokumen pekerjaan.Ketika Narendra kembali dari Seoul kemarin, dia disambut dengan tumpukan dokumen di meja kerja. Hanya dua hari tetapi tumpukan dokumen itu seakan Narendra sudah tidak mengantor selama berbulan-bulan. Seandainya bisa, dia ingin mengabaikan dokumen-dokumen itu. Tetapi tentu saja dia tidak dapat melakukannya karena ada tanggung jawab yang dipikul di bahunya.Asija menanggapi keputusan Narendra yang akhirnya setuju untuk menjadi pewaris Widjaja Group dengan serius. Walau pria itu mengatakan akan menggantikan Asija beberapa tahun lagi, pria paruh baya itu dengan cerdik mulai mengalihkan pekerjaan dan tanggung jawabnya kepada Narendra. Tentu saja Narendra tahu apa yang dilakukan oleh ayahnya tetapi dia tidak merasa keberatan dengan itu.

  • Ternyata Kaya Tujuh Turunan   Sebuah Awal untuk Hubungan Mereka

    "Woaa!" Lee Jieun, aktris yang menjadi salah seorang lawan main Agnia di serial yang bekerja sama dengan Netflix itu memasuk lobi sambil berseru tidak percaya, "Mereka penasaran sekali sama kalian, ya!"Setelah Agnia, aktris berikutnya yang tidak di red carpet adalah Lee Jieun. Sayangnya, beberapa pewarta masih penasaran mengapa Agnia ditemani oleh Narendra sehingga mereka masih melontarkan pertanyaan itu berulang kali. Berkat pengalaman panjang menjadi aktris dan penyanyi, dengan cepat Lee Jieun dapat mengendalikan suasana dan menarik perhatian para pewarta. Setelah meladeni permintaan untuk berfoto dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan serta berbincang dengan MC, gadis itu memasuki lobi gedung tempat acara digelar dan segera menyapa Agnia yang kebetulan masih belum memasuki ruangan tempat acara akan berlangsung."Eonnie," Agnia tertawa penuh rasa bersalah. Seharusnya spotlight hari ini milik Lee Jieun yang merupakan aktris utama di serial yang mereka bintangi. Tetapi karena kehad

  • Ternyata Kaya Tujuh Turunan   Lagi, Kejutan yang Menyenangkan

    "Surprise!" Narendra tertawa kecil sambil menjawil hidung kekasihnya, "May I be you plus one?""Ren... dra?" Agnia masih tidak percaya kalau pria yang sudah menunggu di mobil adalah kekasihnya, "Kamu ngapain di sini?""Jadi plus one kamu. Boleh?" Narendra masih menatap kekasihnya sambil tersenyum, "Shit! I really want to kiss you but it will ruins your lipstick."Sisa kebingungan Agnia menghilang dan berganti dengan tawa, "Kamu udah nggak ketemu aku lama terus itu kalimat pertama kamu?"Narendra masih tersenyum tanpa rasa bersalah sama sekali, "Seaneh itu? Bagian mana yang aneh dari seorang pria yang ingin mencium kekasihnya?""Bukan aneh," Agnia masih tertawa, "Tapi aku nggak nyangka kalau itu yang bakalan kamu ucapin setelah kita nggak ketemu selama beberapa minggu.""Beberapa minggu?" Senyuman masih tersisa walau sekarang pria itu mengernyit bingung, "Bukannya beberapa hari lalu kita baru bertemu, ya?""Beberapa hari?" Agnia berpiki selama beberapa saat, "Aaah! Aku ingat! Astagaa,

  • Ternyata Kaya Tujuh Turunan   Bersiap Untuk Acara Istimewa

    Suara ketukan disusul dengan seseorang gadis membuka pintu kamar hotel yang digunakan Agnia sejak beberapa malam lalu. Gadis berheadset dan memeluk clipboard berdiri di ambang pintu."Selamat siang Nona Agnia," senyumnya merekah sempurna, "Kita sesuai dengan jadwal. Lima menit lagi Anda sudah harus turun. Mobil yang akan mengantarkan Anda ke lokasi sudah siap."Agnia yang berdiri di tengah ruangan dan dikelilingi oleh begitu banyak orang dengan kesibukan masing-masing hanya dapat menoleh sambil tersenyum kemudian menganggukkan kepala. Dia tidak dapat melakukan lebih dari itu. Penata busana sedang memastikan seluruh lekuk tubuh artisnya menonjol dengan tepat tanpa ada kerutan atau lipatan yang merusaknya. Asisten penata busana sudah menyodorkan entah pasangan sepatu ke berapa untuk dicobanya. Hairdresser sejak tadi memastikan kalau rambut Agnia sempurna sesuai dengan keinginannya sementara make up artist yang dipercaya oleh artis muda itu sedang melakukan retouch pada beberapa bagian w

  • Ternyata Kaya Tujuh Turunan   Pembicaraan Di Sela Pengukuran

    "Paman Leo," Narendra tersenyum ketika melihat pria paruh baya yang sudah berpuluh tahun bekerja di tailor yang sudah menjadi langganan keluarga besar Widjaja. "Saya tidak pernah menyangka kalau saya masih diberi kesempatan untuk mengukur dan menyiapkan suits untuk pernikahan Anda," Leo menyapa dengan ramah. "Paman pasti masih menganggapku anak kecil," Narendra terkekeh. "Kebiasaan orang tua," dengan hati-hati Leo mengarahkan Narendra yang ditemani Abimana dan Badi untuk berjalan ke bagian belakang yang lebih tertutup, "Rasanya baru kemarin Anda ke sini untuk pengukuran suits pertama. Bahan wol, warna kelabu. Three pieces dengan celana pendek." "Untuk ulang tahun pernikahan Papa dan Mama," Narendra menyambung, "Saya juga masih mengingatnya dengan baik, Paman." Selama beberapa saat Leo berdiri sambil menatap Narendra. Tatapannya penuh dengan kenangan bercampur kebanggaan. Dia sempat larut sebelum menyadari kalau ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Dengan cepat dia mengeluarkan

DMCA.com Protection Status