Share

42. Menolak Kenyataan

Author: UmmiNH
last update Last Updated: 2025-04-22 09:13:47

Nadira benar-benar mematung, bahkan ia sampai lupa caranya berkedip. Perlahan ia duduk dengan wajah masih menyimpan keterkejutan hebat.

An sengaja mengangkat panggilan itu. "Halo?"

Suara pria itu benar-benar terdengar dari ponsel Nadira.

Merasa sudah cukup, Anand mematikan panggilan dan berjalan mendekat, berlutut di depan Nadira sambil memegang tangan perempuan itu yang terasa dingin.

"Maaf, aku gak bermaksud menipumu ataupun berbohong. Semuanya mengalir begitu saja. Bermula sejak pertemuan pertama kita di kampus, aku terkejut karena kamu tak mengenalku, padahal menurut pengakuanmu dalam chat, kamu sudah melihat fotoku."

Nadira masih tak mampu berbicara. Ia hanya terdiam menatap tanah dengan nafas memburu.

"Nadira? Kamu baik-baik saja, kan?"

Nadira masih bergeming, pikirannya masih berkeliaran menyusuri setiap kejadian demi kejadian yang berkaitan dengan Anand ataupun An selama ini. Akalnya mulai mengakui jika semuanya memang masuk akal, hanya saja ... egonya menolak. Semua ya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Kamil Tanjungan
jangan lama2 thor
goodnovel comment avatar
Azna Azizah
ayo lanjuuuut
goodnovel comment avatar
Maisyarah Syarah
seru min.... lanjuuut
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    1. Mencuri Foto

    "Gak mau! Pokoknya aku gak mau nikah cepet-cepet. Aku masih muda, pengen senang-senang, masih pengen bebas berkeliaran, Ma!" "Gak bisa, pokoknya kamu harus menikah sama Anand dua hari lagi!" bantah Abram, papanya Dira."Dengar, Sayang, kamu tidak bisa seperti ini terus. Kamu sudah dewasa, umurmu sudah cukup untuk menikah. Anand itu laki-laki baik, bertanggung jawab, mama sama papa yakin dia pasti bisa membimbing kamu jadi lebih baik." Melati menambahkan."Tapi aku udah punya pacar, Ma. Dia gak kalah baik dan bertanggung jawab dari Anand." "Tahu apa kamu tentang tanggung jawab seorang laki-laki, hah? Sudah, putusin dia dan menikah sama Anand." "Aku gak mau, apalagi mendadak banget kayak gini. Aku gak pernah bertemu sama dia, gak tahu orangnya, mau nikah kok gini?" "Nanti juga kalian ketemu. Dengar, Ra, ibunya sekarang sedang kritis, meminta Anand untuk segera menikahi kamu. Papa, mama, sama ibunya Anand sudah lama berencana menikahkan kalian berdua. Jadi gak ada alasan lagi. Ini ge

    Last Updated : 2025-04-07
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    2. Kecewa

    "Gak maaauuu! Mama, aku gak mau nikah sama Anand, Ma. Aku gak mau, serius, Ma!" "Pa! Papa tolong dengerin jeritan anakmu satu-satunya ini, Pa. Aku gak mau nikah sama Anand, Pa. Aku mohon."Dira berlutut, beralih dari ayahnya ke ibunya sambil merengek, tetapi kedua orang tuanya tetap bergeming."Berhenti kekanak-kanakan, Nadira. Kami tahu mana yang terbaik buat kamu, bahkan melebihi kamu sendiri. Dan masalah ini gak bisa lagi ditawar-tawar. Tinggal satu hari lagi, Dira. Semua orang yang terpenting sudah diundang, ibunya Anand juga sudah mengetahui hal ini."Dira cemberut dengan air mata yang menganak sungai. "Papa gak bisa gitu dong, Pa. Kenapa Papa egois? Aku juga punya pacar, Pa. Aku punya pilihan sendiri, aku punya keinginan sendiri buat hidup aku. Pacar aku lebih tampan dan pantas jadi suami aku daripada Anand. Aku gak mau, Pa.""Putusin dia." "Papa jangan keterlaluan! Jangan atur-atur aku seperti ini, Pa. Aku lebih baik kabur sama Danil daripada punya orang tua kayak Papa." "N

    Last Updated : 2025-04-07
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    3. Hari Pernikahan

    Setelah seharian mengurung diri di kamar, Dira keluar karena perutnya minta diisi. Ia mengedarkan pandang, rumah begitu sepi, entah ke mana kedua orang tuanya pergi. Saat melewati ruang keluarga, ia melihat ponsel ayahnya tergeletak di atas meja. Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalanya. Dengan cepat ia mengambil ponsel itu dan menyalin nomor Anand di ponselnya. Rasa lapar tiba-tiba menguap, ia pun segera berlari ke kamarnya lagi dan menekan panggilan dengan dada menggebu-gebu. "Halo?" Suara bariton dari sebrang sana sempat membuatnya berhenti bernafas. Kenapa suaranya ganteng banget? Ah, masa bodo. Apa gunanya suara bagus kalo penampilannya ... Ih. Dira bergidik. "Heh! Gue Dira. Dengerin gue, ya, gue mungkin gak bisa nolak pernikahan ini sekarang, jadi Lo bisa senang beristrikan cewek cantik dan energik kaya gue. Tapi jangan harap kita bisa jadi suami istri sungguhan seperti pasangan yang lain. Bahkan, gue minta Lo gak usah nemuin gue. Gue gak mau lihat Lo dan gue juga gak mau ke

    Last Updated : 2025-04-07
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    4. Gelisah

    "Aaahhh! Pagi yang cerah. Mari anggap saja semua yang terjadi adalah mimpi buruk yang gak akan jadi kenyataan," ucap Nadira sambil merenggangkan otot tubuhnya. Tatapannya tak sengaja menangkap buku nikah yang tergeletak di atas meja riasnya. Dengan cepat dia memasukan benda itu ke dalam laci. "Ah, sial! Baru juga gue berusaha mengubur tragedi naas kemarin, eh malah ditampar sama kenyataan." Setelah bersiap-siap, Nadira berlari ke luar kamar. "Dira? Kamu mau ke mana?" tanya Melati. Abram pun turut heran melihat anaknya kini yang mendadak terlihat baik-baik saja, tak seperti kemarin. "Mau ketemu sama Yasmin. Dah Ma!" "Sarapan dulu!" "Nanti aja!" Abram menggelengkan kepala. "Setidaknya dia baik-baik saja, Pa. Jujur Mama sempat cemas kemarin. Takut dia terus terpuruk dan mengganggu kesehatannya." "Anak seperti dia mana mungkin selemah itu. Lihat dia sekarang, malah gak merasa bersalah sama sekali." ***"Hei, Yas! Nunggu lama?" tanya Dira pada gadis berambut sebahu yang sudah me

    Last Updated : 2025-04-07
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    5. Kabar Duka

    "Malam Papa ... Mama ...!" Melati dan Abram menatap tajam kedua tangan Nadila yang membawa begitu banyak paper bag, sedangkan gadis itu terus berjalan cuek. "Nadira!" Langkah gadis itu yang hendak menaiki anak tangga langsung terhenti mendengar panggilan menyeramkan dari papanya. Perlahan ia berbalik, menatap satu persatu wajah orang tuanya dengan cemas."Uang siapa yang kamu pakai? Bukannya Papa tidak kasih uang?" tanya Abram."Uang ... " "Uang siapa? Kamu minjam dari teman, hah? Papa gak habis pikir, kamu se-menjengkelkan ini, Nadira! Sengaja papa gak ngasih kamu uang tambahan supaya kamu berhenti foya-foya, menghamburkan uang gak jelas. Tapi kamu ... Sama siapa kamu pinjam uang?" tanya Abram dengan mata melotot. "Uang Anand, Pa." "Anand?" pekik Abram dan Melati bersamaan. "Kamu gila, Nadira?" geram Abram. "Kenapa sih, Pa? Wajar dong dia ngasih aku uang, dia kan--""Suami kamu?" Nadira langsung mengangguk."Kamu bisa-bisanya menuntut Anand melakukan kewajiban suami, tapi k

    Last Updated : 2025-04-07
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    6. Dosen Baru

    [Maaf, aku gak bisa datang sekarang. Nanti sepulang dari sini aku pasti ke sana. Turut berduka cita.]Anand menatap pesan yang dikirimkan Nadira. Gadis itu memang sedang melakukan studi lapangan, sama seperti Triana yang tak turut serta dalam pemakaman tantenya. [Tidak masalah.]***"Umur gak ada yang tahu, ya, Ra? Padahal Kak Anand udah ngusahain yang terbaik sampai ke luar negri," ucap Triana.Nadira tak menyahut, tatapannya lurus ke depan. Entah harus bahagia atau sedih mendengar kabar itu, Nadira tak tahu. Bahagianya mungkin ini adalah jalan yang tuhan pilihkan untuk mengakhiri ikatan menyesakan ini. Hanya saja ..."Nadira ... " Nadira dan Triana sontak menoleh ke belakang, terlihat Danil sedang berdiri. "Danil? Ngapain Lo ke sini?" tanya Triana."Gue mau ngomong sama Nadira." "Gue gak izinin." "Jangan ikut campur, sana sana!" "Eh!" Nadira memberi isyarat untuk Triana memberi mereka waktu bicara. Walaupun sedikit keberatan akhirnya Triana menjauh. "Jangan macam-macam Lo sa

    Last Updated : 2025-04-07
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    7. Ingin Cerai

    "Ke sana juga, yuk, Ra? Pengen lihat seganteng apa dosen baru itu." "Duh, gue lagi gak mood, Yas.""Alah mana mungkin Lo gak mood lihat yang bening-bening? Gak percaya gue." "Tapi gue serius, Yas. Gue lagi bener-bener gak mood. Kepala gue lagi kusut banget.""Gak asik, Lo. Ya udah deh gue pergi sendiri. Penasaran banget seganteng apa, sampai sekampus heboh semua." Yasmin meninggalkan Nadira sendiri. Seperginya Yasmin, Nadira duduk sendirian di kursi, mengutak-atik ponselnya, kemudian menghembuskan nafas."Dira?" Nadira menoleh, lalu menghela nafas setelah melihat Danil yang memanggilnya. Tanpa meminta persetujuan Danil duduk di samping Nadira."Ini buat kamu." Nadira menoleh, menatap bucket bunga mawar yang Danil sodorkan. Namun ia tak mengatakan apapun."Ra? Kamu masih marah? Aku tahu kenapa kamu gak berniat buat ikut heboh lihat dosen baru kita itu, karena kamu pasti masih belum bisa lupain aku, kan?""Berhenti ganggu aku, Danil.""Aku gak ganggu kamu, Ra. Aku cuma--"Nadira de

    Last Updated : 2025-04-07
  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    8. Gosip

    Semua kehebohan teman sekelasnya, desas-desus yang masuk ke telinga kanannya selama berada di kampus seolah langsung keluar begitu saja dari telinga kirinya. Nadira tak menggubris sama sekali, dan tak tertarik sama sekali dengan sosok dosen yang kini jadi bahan bibir seluruh mahasiswa. "Aaahh ... Ya Tuhan ...!" desah Nadila memecah keheningan di tengah-tengah penjelasan Bu Hanum sambil memeluk meja. Seketika semua orang di kelasnya menoleh dan menahan tawa. "Siapa itu!" "Siap, Pak!" sentak Nadira sambil berdiri. Seketika tawa semua orang pecah seketika."Kamu gak nyimak, ya? Melamun terus sejak pertama saya masuk kelas."Nadira menggaruk kepalanya. "Maaf, Bu, saya lagi banyak masalah.""Ya sudah, kesampingkan dulu masalahnya, harus berusaha mengatur diri sendiri. Jangan sampai mengganggu rekan lain.""Siap, Bu." Dira menghela nafas lega.***"Ra, kita jenguk Triana, yuk?" ucap Yasmin."Nggak, ah. Lo aja kalo mau.""Kenapa? Aneh Lo, udah lama kita gak main ke rumahnya.""Gue ... Gue

    Last Updated : 2025-04-11

Latest chapter

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    42. Menolak Kenyataan

    Nadira benar-benar mematung, bahkan ia sampai lupa caranya berkedip. Perlahan ia duduk dengan wajah masih menyimpan keterkejutan hebat. An sengaja mengangkat panggilan itu. "Halo?" Suara pria itu benar-benar terdengar dari ponsel Nadira. Merasa sudah cukup, Anand mematikan panggilan dan berjalan mendekat, berlutut di depan Nadira sambil memegang tangan perempuan itu yang terasa dingin. "Maaf, aku gak bermaksud menipumu ataupun berbohong. Semuanya mengalir begitu saja. Bermula sejak pertemuan pertama kita di kampus, aku terkejut karena kamu tak mengenalku, padahal menurut pengakuanmu dalam chat, kamu sudah melihat fotoku." Nadira masih tak mampu berbicara. Ia hanya terdiam menatap tanah dengan nafas memburu. "Nadira? Kamu baik-baik saja, kan?" Nadira masih bergeming, pikirannya masih berkeliaran menyusuri setiap kejadian demi kejadian yang berkaitan dengan Anand ataupun An selama ini. Akalnya mulai mengakui jika semuanya memang masuk akal, hanya saja ... egonya menolak. Semua ya

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    41. Ketemuan

    [Kamu harus sembuh dulu, nanti aku akan datang.]Nadira menatap pesan dari suaminya tanpa kedip. "Ada apa, Sayang?" tanya Melati."Ma, apa penyakitku menular? Kenapa Anand hanya akan datang kalau aku sembuh?" "Bukan seperti itu, Nak, mungkin ... Memang Anand sekarang memang belum bisa datang. Kamu jangan berpikiran buruk sama Anand. Bukan kah kamu bilang mau berubah? Mau mulai menerimanya sebagai suami?" Nadira mengangguk pelan. "Kalau begitu, kamu harus semangat untuk sembuh biar bisa ketemu sama suami kamu." Nadira tersenyum.Di tempat lain, Anand sedang menatap foto Nadira yang sedang mengerjakan tugas. Ia mengambil fotonya diam-diam saat sedang les. Anand menggeser foto itu, hingga yang terpampang di layar kini foto Nadira yang sedang menyibakkan rambut karena kegerahan. An tersenyum melihatnya, walaupun diambil secara diam-diam dan tersembunyi, tapi hasil potretannya sangat indah. "Sayang, Mas kangen. Cepet sembuh. Dan ... Maaf." Anand mengecup layar ponselnya sendiri, mat

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    40. Penolakan

    "Duar!" "Copot!" Yasmin tertawa melihat raut terkejut di wajah Triana."Yasmiiiiiin!" Triana mengejar temannya, berusaha meraih Yasmin dengan gemas. Begitu dapat, ia memukul temannya itu berkali-kali. "Sakit, Nana! Lo sadis banget sama gue." "Lagian siapa suruh ngagetin gue?" "Eh, Na, gue denger pembicaraan Lo sama pak An tadi."Triana mengerjap, menatap Yasmin dengan mata membelalak. "Lo ... nguping?" Yasmin nyengir lebar. "Astaga Yasmin!" "Awalnya gue mau pergi lagi, tapi denger Lo nyebut pak An kakak gue gak jadi pergi. Hehe." "Asem, Lo!" "Jadi sekarang Lo gak punya alasan lagi buat gak jelasin sama gue kan, Na?" Triana menarik nafas dalam-dalam, kemudian menatap Yasmin yang sedari tadi cengar-cengir menyebalkan."Memang gak ada pilihan lain, atau telinga gue bakal sakit denger rengekan Lo yang gak bakal berenti." "Asiiikk!" ***An menatap ponselnya tanpa berkedip. Deretan pesan yang ia kirimkan tak satu pun yang mendapatkan balasan. Dan keadaan berbanding terbalik den

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    39. Menghindar

    "Siapa bilang saya suka sama kamu?" tanya An di tengah-tengah kegugupan. Berdebat dengan Nadira ternyata bukanlah ide bagus.Nadira mendengkus. "Siapa bilang? Gak perlu ada yang bilang aku bisa lihat sendiri dari cara Bapak memperlakukan aku. Tapi maaf, aku gak suka sama tipe cowok yang gak setia kaya Bapak. Dan bener, aku udah nikah, dan aku lebih bersyukur punya suami yang pendiam dan gak banyak tingkah kaya Bapak. Jangan harap aku akan berpaling hanya karena wujud Bapak yang lebih bagus dari suamiku. Bapak pikir good looking hal pokok yang membuat perempuan bahagia? Bapak salah! Walaupun suamiku gak ganteng, tapi dia lembut dan penyayang, dan itu cukup membuatku hidup tenang. Gak pernah perhitungan apalagi curang!""Nadira, kamu mengagumi siapa sebenarnya?" "Ya jelas suami aku. Masa Bapak?" An berdecak kesal. Ingin sekali merutuki nasib pernikahannya yang berbelit-belit seperti ini. "Nadira, suami kamu itu--""Cukup! Jangan harap Bapak bisa mempengaruhi isi kepalaku dengan menga

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    38. Berdebat

    Tok tok tok!"Masuk!" Nadira melongokan kepalanya terlebih dulu sebelum benar-benar masuk. Terlihat An sedang begitu fokus dengan pekerjaannya. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?" "Duduk dulu." Nadira duduk di kursi dengan santai, tak menyadari kalau kini ada bom waktu yang siap meledak untuknya. "Tolong belikan saya obat diare." "Bapak diare?" An melirik dengan sengit."Oh, iya, ya. Gara-gara tadi, ya?" Dira cengengesan. "Ini uangnya. Kamu harus kembali dalam waktu 10 menit." "Sepuluh menit? Pak, warung kan--""Dimulai dari sekarang." Nadira berdecak, semua omelannya terpaksa harus ia pendam terlebih dulu dan segera berlari keluar dari ruangan. Bagaikan sedang dikejar anjing, Nadira berlari terbirit-birit hingga berkali-kali hampir menabrak orang. Brak! Nadira menyimpan obat di atas meja An. Nafas gadis itu tersengal-sengal, tangannya memegangi dada yang terasa sesak. "Terlambat dua menit." "Cuma dua menit, yang penting sekarang obatnya sudah ada, kan? Bapak bisa minum se

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    37. Nakal

    "P-pak, Bapak yakin mau makan di sini?" "Kenapa tidak? Kamu juga, kenapa makanannya malah diobrak-abrik begitu?" Nadira menatap siomay di depannya. Ia cengengesan seketika. Triana dan Yasmin yang baru muncul di pintu masuk kantin langsung mematung di tempat melihat pemandangan itu. "Yas, ini gimana?" "Kita nyari meja lain dong. Masa iya mau satu meja sama pak An." "Oke-oke." Triana dan Yasmin bejalan dengan tegak. "Na! Yas! Sini!" teriak Nadira saat melihat kedua temannya. Namun, kedua temannya itu malah cengengesan. "Lo duduk di sana aja, Ra, kita di sini. Kali-kali kita makan tanpa Lo," celetuk Yasmin.Nadira langsung membelalak mendengar ucapan asal tersebut. Gadis itu sudah bangkit dari kursi hendak menghampiri teman-temannya, namun Anand menahan tangannya dan memaksa Dira kembali duduk."Siapa yang melewatkan sarapan saya?" Nadira mengerucutkan bibir. "Saya." "Jadi sekarang temani saya makan. Diam!" Nadira memejam sambil menarik nafas. Tiba-tiba pikiran jahil muncul d

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    36. Ditolong Suami

    "Anand? Dira? Dira kenapa, Nak?" tanya Melati panik. "Nanti saja nanya nya. Ayo bawa Dira ke kamar," ucap Abram. Anand membawa Nadira ke lantai atas, di mana kamar perempuan itu berada. Pria itu langsung menutupi tubuh istrinya dengan selimut. "Dira kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Melati lagi. "Nadira mabuk, Ma." "Mabuk lagi? Kenapa bisa? Tadi dia pamit keluar sama temen-temennya. Mama kira ... " Anand memejam beberapa saat. "Maaf, Ma, Pa, saya tidak bisa menjaga Nadira." Melati dan Abram kompak menggeleng. "Jangan salahkan diri kamu, Nak. Nadira memang seperti ini dari dulu, hanya saja setelah menikah memang ini pertama kalinya dia mabuk lagi."Anand menatap Nadira yang masih terlelap dengan tatapan bersalah. Dadanya naik turun seiring dengan nafasnya yang masih terengah-engah. "Ini salah Anand, Pa. Apa anand harus mengakhiri semuanya?" Abram dan Melati saling tatap. "Kelulusan tinggal dua bulan lagi, Nak, menurut papa lebih baik jangan sekarang. Bantu Nadira untuk mengal

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    35. Ngelantur

    Sepanjang jalan Nadira uring-uringan, apa-apa yang ia temui langsung ditendang. "Kenapa ya, cowok itu bebas banget hidupnya? Udah nikah, tapi masih bisa ketemuan sama banyak cewek, pake dandan habis-habisan lagi. Sedangkan istrinya gak tahu ada di mana. Genit! Ganjen! Sok cakep!" "Sedangkan gue, cewek, ketahuan ngomongin cowok lain sambil ketawa-ketawa bahagia langsung ditegur sama nyokap gara-gara sudah punya suami. Haish! Kenapa hidup gini bener? Apa sebesar ini perbedaan antara cewek sama cowok? Dasar cowok gak tahu diri! Pantes banyak cewek yang menderita di muka bumi ini. Mungkin mentang-mentang punya wujud kaya Arjuna kalian, ya? Hah, apa untuk sekarang gue harus bersyukur punya suami limited edition yang pastinya gak bakal banyak tingkah dan gaya?""Arghh! Nyebelin!" Setelah puas mengeluarkan unek-uneknya, Nadira melambaikan tangan pada tukang ojek yang ia temui.***"Baru pulang, Nak?" "Gimana lesnya? Lancar?"Nadira lagi-lagi melihat gelagat aneh dari kedua orang tuanya.

  • Ternyata Dosen Killer Itu Suamiku    34. Jealous

    Nadira memakan banyak es krim dengan berbagai rasa. Ia yang kesal merasa sudah dipermainkan oleh pria itu sengaja mengada-ngada, meminta ini itu untuk memoroti uangnya. An menatap Dira dengan senyuman terpaksa, telunjuknya menggaruk pelipis melihat bungkus es krim yang sudah berserakan di tanah. "Nadira?""Hm?""Kamu ... Gak takut gemuk?" Nadira langsung mendelik. "Kenapa?""Kamu terlalu banyak makan es krim sekarang.""Aku gak peduli, bukannya gemuk itu lebih menggemaskan?" tanya Dira sambil tersenyum dan menarik turunkan alisnya. An tertegun, walaupun mungkin Dira melakukannya tanpa alasan tertentu, namun tetap saja mampu membuat An salah tingkah. "Bapak gak suka cewek gemuk?" "Em ... tergantung. Suka atau nggak itu gak bisa diputuskan.""Tinggal jawab, belibet banget." "Mungkin bisa dibilang ... kurang suka." "Oke!" Nadira malah semakin cepat menghabiskan es krim di tangannya, kemudian membuka es krim selanjutnya. An melotot. "Nadira, kamu ... " "Denger Bapak gak suka cew

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status