Bab 83Dua hari kemudian, Akmal bertolak menuju ibukota. Masalah ini harus ia selesaikan. Cerita dari ibunya membuatnya menarik kesimpulan jika saat ini Hanina sudah mulai membuka diri dengannyaIni adalah sebuah kemajuan.Setelah pencariannya menemukan jalan buntu, akhirnya titik terang itu mulai ia dapatkan. Akmal merasa sangat bersemangat."Di mana sekarang Hanina tinggal, Ma?" Pertanyaan itu langsung terlontar dari mulut Akmal tatkala wanita yang telah melahirkannya itu membukakan pintu untuknya."Duduk dulu, Nak," tegur ibunya."Aku tidak bisa tenang jika Hanina tidak diketahui keberadaannya. Aku tidak ada niat untuk pulang, tetapi demi Hanina, maka aku rela mengambil cuti....""Tapi kita bicarakan semuanya baik-baik, Nak."Kali ini Akmal menurut, lantaran melihat pelototan mata ibunya."Jangan berbelit-belit, Ma. Katakan di mana sekarang Hanina tinggal! Aku akan segera menjemputnya, sebab aku sudah tidak tahan sendirian di tempat kerjaku," tukas pria itu."Memangnya kenapa? Apak
Bab 84"Kak Nina nya nggak ada, Mas. Ini kan hari libur," tukas Dira menatap malas pria itu, pria yang nyaris tiap hari selalu muncul di butik ini, seperti tidak ada kerjaan saja."Siapa bilang Mas mau menemui Nina? Mas malah mau ngobrol sama kamu," sanggah Rio santai."Ngobrol sama aku?" Dira menepuk jidatnya sendiri. "Pasti topiknya tidak jauh-jauh dari urusan Kak Nina. Memangnya kenapa sih, Mas? Apa nggak capek ngejar Kak Nina terus? Aku yang ngelihatnya aja capek banget.""Mas nggak ada istilah capek. Mas selalu berharap suatu saat pintu hati Nina akan terbuka." Pria itu menatap Adira dalam-dalam. Mereka duduk berhadapan, duduk di sofa yang memang disediakan di butik ini sebagai tempat bagi para pengunjung yang ingin beristirahat setelah lelah memilih barang yang mereka inginkan."Kalian ini sama saja. Aku juga heran kenapa Kak Nina berkeras menunggu Mas Akmal, sementara Mas Akmal udah nggak tahu lagi kabar beritanya. Sudah itu, Mas Rio malah ngejar-ngejar Kak Nina. Ribet aku jadi
Bab 85Pria itu merasa sangat percaya diri jika Hanina kini sudah berada di dalam genggamannya. Dia sama sekali tidak menyadari jika ada sebuah motor yang mengikutinya dari dari jarak yang cukup aman sehingga tidak terlihat olehnya, sebuah motor yang mengikutinya sejak dari restoran.Rio melajukan mobilnya menuju sebuah hotel. Tidak mungkin ia mengeksekusi Hanina di rumahnya, karena pasti akan mengundang kecurigaan keluarga wanita itu. Lagi pula, semua orang pasti akan cepat menyadari menghilangnya Hanina. Dan untuk membendung semua kemungkinan itu, Rio memang sengaja mengajak Dira jalan-jalan.Tidak ada makan siang yang gratis, bukan?Sampai di parkiran hotel tujuan, Rio menggendong Hanina ala bridal menuju lobby. Seorang petugas mengantarnya menuju kamar yang sudah ia reservasi sebelumnya.Bugh bugh!Rio baru saja membuka pintu kamar hotel ketika mendadak sebuah tendangan keras bersarang di pundaknya, membuat tubuh pria itu terdorong ke depan. Hampir saja tubuh Hanina jatuh ke lanta
Bab 86"Ingat, aku bukan lagi Akmal yang bisa kamu remehkan. Aku bisa saja menjebloskan kamu ke dalam penjara jika kamu masih nekat," ancam pria itu. Dia maju dua langkah, kemudian menoleh kepada Rio."Mungkin aku tidak punya bukti untuk membongkar kejahatanmu di hadapan Papa Darmawan, tetapi aku yakin suatu saat nanti kebenaran pasti akan datang. Papa Darmawan pasti akan tahu bagaimana bejatnya kelakuan anak angkatnya yang konon katanya sangat ia sayangi ini." Pria itu tersenyum sinis. Rio masih saja meringis. Pukulan yang bertubi-tubi dari Akmal serasa meremukkan sampai ke tulang-tulangnya.Meski bertubuh tinggi dengan paras yang rupawan, tetapi jika urusan adu jotos, Rio pasti akan kalah."Tetapi jika soal penculikan Hanina, aku tidak segan-segan melaporkannya kepada polisi, lagi pula aku punya bukti, dan dua orang petugas keamanan itu akan menjadi saksinya. Bukankah kamu check in di hotel ini atas namamu, sementara petugas resepsionis mendapati kamu membawa Hanina dalam keadaan t
Bab 87"Kalau kamu nggak ada hubungan apa-apa sama Sierra, kenapa kamu bisa seintim itu dengan dia?!" gugat perempuan itu. Entah karena perasaannya saja yang terlampau cemburu, sehingga dia merasa tayangan video launching hotel Sierra itu terlihat jika kebersamaan Akmal dan Sierra begitu intim. Atau jangan-jangan apakah itu karena permainan kamera?"Enggak Sayang, ini nggak seperti yang kamu pikirkan. Sierra itu owner di hotel yang aku pimpin. Dia atasan aku. Kalaupun kami terlihat bersama di depan kamera, itu hanya sekedar untuk pencitraan. Aku nggak ada hubungan apa-apa sama Siera, lagi pula seandainya pun nggak ada kamu, aku juga nggak mungkin memilih cewek kayak gitu. Sierra itu temannya Risty." Akmal menjelaskan panjang lebar. Dia memiringkan tubuhnya dan membelai kepala sang istri penuh sayang."Temannya Risty?" Hanina tersentak kaget."Iya, sebelumnya aku memang pernah ketemu dengan Sierra di rumahnya saat aku mengantar pesanan snack box dari cafenya Ricky. Ya gitu deh ceritany
Bab 88"Jadi semua ini ulah Rio? Aku kira penculikan ini sebagai kejutan untuk pertemuan kita." Wanita itu mengurungkan niatnya untuk menyuap makanan. Dia menatap serius sang suami yang baru saja menyelesaikan ceritanya"Mana mungkin aku berani ngasih kejutan seperti itu sama kamu. Aku masih waras juga kali." "Kali aja kamu ngasih prank," ujar Hanina sembari nyengir. Akhirnya dia kembali meneruskan menyuap makanannya."Enggak, Sayang. Aku hanya berpikir jika ini memang jalan Tuhan untuk mempertemukan kita. Aku sudah mencarimu kemana-mana. Tapi nggak ketemu. Hanya saja ya, nggak nyangka aja jika Rio sampai senekat itu, padahal seharusnya dia berpikir ulang karena bagaimanapun dia masih anak angkat papa Darmawan dan mama Liani.""Aku juga nggak nyangka, Mas. Aku pikir dengan usahaku yang menjodohkan dengan Dira, sedikitnya perhatian Rio segera teralihkan." Perempuan itu menggeleng seraya mengucap istighfar dalam hati."Kamu menjodohkan Rio dengan Dira?""Iya, Mas. Aku lelah, karena sel
Bab 89 "Aku hanya ingin bertemu dengan Hanina, Pa. Jika tidak begitu caranya, bagaimana mungkin aku bisa bertemu dengan Hanina?" tukas pria itu setelah memberi kode kedipan mata kepada istrinya yang membuat Hanina mendesah kesal. Sebenarnya Hanina tidak menyetujui ide Akmal. Namun mengingat nasib Rio sekarang, Hanina berpikir ada baiknya jika menuruti suaminya. Mereka sudah punya kesepakatan dengan Rio. Semoga saja Rio menempati janjinya dan mereka tidak perlu membongkar masalah ini, yang membuat Rio terancam dipecat sebagai anak angkat keluarga Darmawan. Mereka mungkin masih bisa memaafkan kelakuan Rio, tetapi barangkali itu tidak berlaku bagi seorang pria setengah tua yang mencintai putrinya melebihi dari apapun ini. Jangankan Rio, yang sudah memiliki kesalahan dengan menculik Hanina dan bermaksud akan menodainya, Akmal saja harus berjuang mati-matian untuk bisa kembali meluluhkan hati pria setengah tua yang satu ini. "Tapi kamu sudah membawa anak saya tanpa izin!" sergah
Bab 90Perempuan paruh baya itu seperti kehabisan kata-kata. Ludahnya terasa kelu, sulit baginya untuk mengungkapkan apa yang menjadi bagian terdalam di hatinya.Dia menarik nafasnya dalam-dalam sambil mencoba merangkai kata-kata di dalam hati untuk selanjutnya ia suarakan juga di depan anak dan menantunya."Seandainya waktu itu kamu bukan pria beristri dan bisa memantaskan diri terlebih dahulu sebelum menikahi putri kami, mungkin kami tidak merasa dikecewakan seperti ini. Percayalah, kami tidak pernah memandang seseorang itu dari keturunan dan hartanya. Nak, kami sama sekali tidak merendahkan kamu, hanya saja, kamu yang merendahkan diri sendiri dengan membohongi kami dan keluarga besar ini. Kami ini keluarga besar, Nak. Apa nanti kata anggota keluarga kita jika kondisi rumah tangga kalian seperti ini? Apalagi Hanina kamu jadikan sebagai istri kedua. Itu bahkan seperti aib, meskipun dalam hukum agama hal itu boleh-boleh saja. Namun publik sudah terlanjur menilai Hanina sebagai perebu
Bab 116"Selama putri kita nggak berzina, mengapa kita harus repot? Anak kita cuma satu dan sekarang anak kita udah mau punya anak dua. Kenapa kita nggak bersyukur, Ma?? Kalau bukan Hanina dan anak-anaknya, lalu siapa yang akan merawat kita kelak?! Nggak usah kesel, yang penting putri kita nggak berzina. Anak itu ada bapaknya, walaupun Papa masih belum mengizinkan bapaknya untuk membawa mereka. Papa masih ingin mengajari Akmal untuk menjadi kepala keluarga yang baik."Ucapan pria itu sungguh menenangkan dan Liani harus mengakui jika Darmawan memang benar. Hanya saja dia masih belum bisa menerima kehamilan Hanina. Dia merasa kecolongan. Bukannya selama ini dia dan suaminya melarang keras Hanina dan Akmal berhubungan? Lah, ini kok malah hamil?!"Papa masih ingat, kan bagaimana kita susahnya mendapatkan Hanina? Sampai-sampai Mama dikira mandul, karena hampir 10 tahun menikah, belum juga dikaruniai anak. Lalu kenapa setelah ia dewasa malah mendapatkan suami seperti Akmal?! Mama nggak rela
Bab 115" Nah tuh, bener kan? Sudah ada embrio rupanya. Selamat ya, Bu. Ibu positif mengandung. Usia kandungannya sudah 6 minggu," ujar dokter kandungan perempuan yang bernama Herlina itu.Percintaan panasnya dengan Akmal malam itu ternyata membuahkan hasil. Hanina kembali teringat dengan kejadian malam penculikannya. Seharusnya waktu itu Rio lah yang mengeksekusinya. Namun ternyata dia malah bercinta dengan Akmal. Sontak Hanina bergidik. Tak terbayangkan seandainya benih ini milik Rio. Pasti akan sangat rumit. Saat ini Rio sudah menikah dengan Risty.Perempuan itu memejamkan matanya sejenak, berusaha mencerna kejutan yang diterimanya saat ini."Terima kasih, Dok." Hanina kembali bangkit dari tempat tidur setelah selesai pemeriksaan. Dia turun dari tempat tidur di dibantu oleh seorang perawat perempuan yang dengan sigap membawanya duduk di kursi berhadapan dengan sang dokter."Saya resepkan obat anti mual dan vitamin, dikonsumsi secara rutin ya, Bu. Semoga Ibu dan dedek bayinya sehat.
Bab 114"Baru beberapa bulan yang lalu, Bu," sahut Melati sumringah. "Saya nyaman bekerja di perusahaannya Pak Irwan. Sama seperti Ibu, beliau baik dan tidak pernah menekan saya untuk ini dan itu. Namun saya di tuntut harus mendampinginya kemanapun. Ya, mirip-mirip Daisy lah. Cuma beruntungnya, Daisy itu keponakannya Pak Irwan. Jadi aman deh.""Memangnya kenapa? Bukankah mendampingi bos kemanapun itu adalah tugas seorang sekretaris?""Iya, Bu. Tapi yang tidak enaknya itu rumor yang beredar di seputar kantor tentang kedekatan kami," curhat Melati."Memangnya ada apa?" Hanina lagi-lagi merasa tertarik dengan cerita Melati. Dia melambaikan tangan pada ibunya, dan Liani yang paham segera membawa Aqila dari pangkuan Hanina."Pak Irwan itu duda. Jadinya ya.... Bu Hanina bisa membayangkan lah." Wajah sumringahnya berakhir dengan senyum kecut. Melati tak bisa mengabaikan begitu saja tatapan para perempuan di kantornya yang terlihat begitu sinis bercampur iri. Walaupun duda, tetapi Irwan meru
Bab 113"Iya." Wajah Hanina kembali dengan mode serius. "Aku akui aku memang sudah memberitahu soal kalian yang akan menikah, lagi pula aku juga tidak mau menutup-nutupi masalah ini. Aku tidak mau dia terlalu berharap sama kamu.""Aku tidak mau tahu ya, tapi yang jelas aku tidak mau kejadian seperti itu terulang kembali. Aku mau kita mentaati kesepakatan yang sudah dibuat. Bukankah itu juga yang kamu dan Akmal inginkan?!" tegas pria itu. "Kamu menekanku?!" Perempuan itu tersentak balas menatap Rio yang entah kenapa pagi ini tatapannya begitu dalam. "Aku tidak ingin membuatmu tertekan, tetapi apapun yang terjadi, kamu harus menangani dan bertanggung jawab. Kamu pastikan agar Dira tidak mengulangi hal yang merugikan dirinya sendiri." Rio bangkit, kemudian mundur selangkah. "Ya sudah, hanya itu yang ingin aku katakan. Sekarang aku harus pergi. Pekerjaanku hari ini sangat banyak."Hanina masih saja ternganga dengan sikap Rio yang dengan langkah cepatnya menghilang dari balik pintu kaca.
Bab 112"Adira, tapi Mas Rio menganggap kamu sebagai seorang adik, nggak lebih. Dia memang sangat baik sama kamu dan dia merasa kamu adalah saudaranya, di saat saudaranya yang lain tidak peduli. Kamu itu terlalu berharga. Ayolah Dira.... jangan seperti ini lagi ya. Kamu akan tetap memiliki cinta Mas Rio walaupun kami sudah menikah. Kamu nggak akan kehilangan Mas Rio," tutur lirih perempuan itu.Dia memang sengaja memancing dengan kata-kata adik, karena dia ingin tahu atau bagaimana tanggapan gadis itu. "Omong kosong! Kak Nina dan Mas Rio itu juga saudara angkat, tapi ternyata Mas Rio mencintai Kak Nina lebih daripada seorang adik. Kenapa itu tidak bisa berlaku kepadaku? Aku dan Kak Nina itu posisinya sama!" Gadis merengut. Bibirnya mengerucut. "Cinta itu tidak bisa memilih, Dira....""Nah bener, kan? Sebenarnya kalian memang saling mencintai, atau jangan-jangan kalian sudah ada hubungan lain di balik Kak Nina dan Mas Akmal?" tuduh gadis itu.Namun Risty menggeleng. "Enggak Dira. Aku
Bab 111Namun Rio malah menggeleng sembari memperdengarkan kekehannya. "Dia itu masih perawan, Ris. Bagaimana mungkin aku tega memerawani anak orang, terlebih adik angkatku sendiri. Dia akan menyesali seumur hidupnya.""Tapi aku pikir kamu bisa memanfaatkan...." Risty sengaja memancing atensi pria disampingnya ini."Aku bukan pria yang seperti itu. Jika aku mengetahui gadis itu masih perawan, aku tentu tidak akan mengajaknya untuk bersenang-senang. Kasihan. Lagi pula tak mungkin aku merusak adik angkatku sendiri. Dia itu gadis yang baik.""Baik katamu?! Tapi nyatanya dia ke klub malam....""Sepertinya dia ada masalah," bela Rio."Patah hati?" tebak Risty. Jemari lentiknya seketika membelai dada pria itu. "Jangan-jangan patah hati sama kamu?""Kemungkinan besar iya. Tapi aku juga tidak berani mengorek keterangan dari gadis itu. Aku hanya menyuruhnya istirahat dan jangan berpikir yang berat-berat. Setelah itu aku keluar dan pergi meninggalkan hotel. Semoga saja dia baik-baik saja di san
Bab 110"Aku tidak tahu harus bagaimana, tapi aku nggak mungkin membatalkan rencanaku. Kamu itu berhak mendapatkan laki-laki yang lebih baik, Dira." Rio memejamkan mata sejenak, kemudian membuka keran dan membasuh wajahnya.Air dingin yang mengucur dan membasahi wajahnya sedikit mendinginkan suhu di tubuh Rio yang memanas akibat ulah Dira barusan. Setelah ia merasa lebih tenang, Rio pun keluar dari kamar mandi, lalu berjalan mendekati gadis yang tergolek di atas karpet itu. Dan dengan teramat hati-hati, Rio mengangkat tubuh Dira dan kembali merebahkan di pembaringan. Beruntung kali ini tampaknya Dira benar-benar tertidur, sehingga tidak bertingkah yang macam-macam."Kasihan kamu, Dira. Kenapa kamu harus jatuh cinta sama Mas?" keluh pria itu. Kondisi Dira membuat Rio benar-benar risau. Dia menjadi serba salah. Memang ini di luar kendalinya, tapi sebagai seorang kakak tetap saja Rio merasa bertanggung jawab dengan perasaan Dira."Ini bukan soal baik atau buruk, tetapi nyatanya Mas meman
Bab 109Waktu sudah mendekati tengah malam dan Rio masih tidak bisa tertidur lantaran juniornya yang tidak mau diajak kompromi. Berkali-kali ia menelan salivanya sembari mengerang lirih. Namun ia tak mau membangunkan Risty yang sudah lelap, walaupun jika ia meminta, perempuan itu pasti tidak akan keberatan untuk melayani kebutuhan biologisnya.Tidak.Dia sudah berjanji dalam hati untuk tidak melakukan itu, kecuali mereka sudah resmi menikah.Entah pikiran itu berasal dari mana, padahal baik Rio maupun Risty sama-sama menganut kehidupan bebas, yang berarti seks sebelum menikah bukan hal yang tabu.Akhirnya pria itu memutuskan untuk bangkit dari tempat tidurny.a. Dia melepaskan lengannya dari kepala Risty dengan sangat hati-hati, lalu segera menyibak selimut dan akhirnya beringsut dari pembaringan.Setelah mengambil ponsel dari laci meja nakas, Rio keluar dari kamar, terus ke ruang tamu dan akhirnya sampai di pintu utama. Rumah ini memang tidak terlalu besar, tetapi juga tidak terlalu k
Bab 108Belum apa-apa, tapi Risty sudah berpikir ingin lari darinya. Apa sedemikian tidak berharga tawarannya, sehingga membuat Risty selalu mencari cara untuk menghindar dari berkomitmen dengannya? Pria itu seolah merasa hatinya dicubit-cubit. Akmal benar-benar beruntung dicintai dengan hebat oleh dua orang perempuan. Risty dan Hanina. Rio tak bisa membayangkan seandainya dua perempuan ini dulunya sampai akur dan memutuskan untuk tetap menjalani pernikahannya."Aku menyukaimu, Ris. Jadi tolong berhenti berpikiran suatu saat kamu akan pergi dariku. Sebuah pernikahan itu tidak mesti dengan diawali oleh cinta. Kita tidak perlu cinta untuk membuat sebuah rumah tangga. Kita hanya perlu sebuah kesepakatan.""Aku hanya mencoba untuk realistis, Mas, lagi pula kamu masih muda dan aku berpikir jika masih banyak wanita yang mau denganmu. Setelah hatimu lebih kuat dan lukamu sembuh, aku bisa pergi dari hidupmu dan kita akan kembali menjadi orang lain.""Bagaimana dengan perasaanmu? Kamu tidak