Bab 16Hanina luruh seketika, namun otaknya langsung memberi kode agar ia segera meninggalkan tempat itu. Jangan sampai ibu mertuanya tahu jika ia mencuri dengar pembicaraan antara ibu mertuanya dengan Risty dari balik dinding kamar. Niatnya yang akan ke dapur untuk membuat sarapan pun urung. Hanina bergegas balik ke ruang tamu dan memilih duduk di sofa untuk mengatur nafasnya. Hanya mendengar perdebatan antara ibu mertuanya dan Risty sudah membuat nafasnya ngos-ngosan seperti orang yang habis lari maraton.Hanina memejamkan mata, belajar mencerna setiap ucapan yang ia dengar. Ada rasa sesal di hati sudah mengenal Akmal dan keluarganya. Kenapa mereka tidak memiliki rasa tulus?Kenapa Akmal, ibunya, bahkan istri pertama Akmal menganggap ia sebagai tambang emas? Kenapa setiap hubungan yang terjalin harus berdasarkan untung dan rugi dari sisi materi?Jika begini caranya, apa bedanya dengan bisnis? Sementara sebuah rumah tangga harusnya dibangun atas dasar cinta dan ketulusan, bukan kare
Bab 17"Kamu sudah tidak mencintaiku lagi, Mas?" lirih perempuan itu. Wajahnya seketika berubah pias. Risty bersandar di depan pintu dan melupakan niatnya sementara untuk masuk ke dalam rumah ini serta mengusir suami dan ibu mertuanya.Sejak peristiwa malam itu, sikap suaminya benar-benar berubah. Padahal dia berharap dengan tinggalnya mereka satu atap, akan membuat Akmal lebih perhatian kepadanya. Sejak Akmal menikahi Hanina, dia selalu merasa was-was, takut jika Akmal berpaling, meski Risty tetap percaya diri jika dia tetaplah yang utama dan keadaan ini hanya sementara. Setelah mereka mendapatkan apa yang diinginkan, maka Hanina akan segera ditendang jauh dari kehidupan rumah tangga mereka.Kenapa apa yang ia rencanakan malah jauh panggang daripada api?Risty mengakui ia memang ceroboh, tetapi seharusnya jika rencana mereka gagal, maka Akmal harus mengambil sikap untuk menceraikan Hanina. Lagi pula sekarang, apa yang mereka harapkan dari perempuan itu? Akses keuangan sudah dicabut d
Bab 18Pagi yang sibuk. Hanina menghabiskan waktunya sepanjang pagi dengan menganalisis semua file yang masuk ke dalam laptopnya, lalu menghadiri rapat dengan dewan komisaris yang ketuanya merupakan papanya sendiri. Selain sebagai ketua dewan komisaris, Sulistyo Darmawan juga merupakan shareholder mayor alias pemegang saham mayoritas. Akmal memang sudah tidak lagi memegang perusahaan, tetapi Hanina yang harus menyelesaikan kekacauan yang dibuat pria itu. Dia bertanggung jawab harus menjelaskan panjang lebar soal data-data profit and loss. Mungkin ini sedikit sensitif, tetapi mau tidak mau Hanina harus berterus terang jika tingkat penjualan bulan ini memang menurun.Untuk sejenak Hanina bisa melupakan persoalan pribadinya. Setidaknya dalam beberapa minggu ke depan, dia harus bekerja keras untuk menaikkan grafik penjualan dan mengembalikan tingkat kepercayaan para pemegang saham yang lain. Hanina masih beruntung. Dia dan sang papa adalah pemegang saham mayoritas. Jadi kekacauan yang di
Bab 19Sore menjelang petang. Kesibukan di gedung pusat PT Hanina Indo Textile mulai surut. Hanina menutup laptop kemudian memasukkannya ke dalam tas kerjanya.Setelah pamit dengan Melati, Hanina bergegas keluar dan menyusuri lorong yang terhubung dengan lift."Pulang bareng yuk. Kebetulan aku sudah kangen sama Tante Liani," tawar Rio. Pria itu mensejajarkan tubuhnya di samping Hanina yang kini sudah berada di depan pintu lift. "Beneran nggak merepotkan nih?" ujar perempuan itu tanpa menoleh."Enggak merepotkan sama sekali, lagi pula Akmal nggak menjemputmu, kan?""Iya, aku pulang sendiri. Paling dijemput sama sopir papa. Nanti kalau sudah sampai di bawah aku telepon Pak Joko," sahut Hanina menyebut nama sopir papanya.Pria itu meraih tangan Hanina, lalu menggenggamnya erat. Sedangkan tangannya yang lain memijit tombol, agar lift membawa mereka ke lantai dasar."Sudah lama aku merindukanmu seperti ini. Sudah lama kita tidak semobil berdua," celoteh pria itu setelah mobil yang mereka t
Bab 20"Ceritanya panjang, tapi aku harap kamu tidak melakukan hal yang berlebihan. Cukup kamu yang tahu. Dan tolong, rahasiakan semua ini dari kedua orang tuaku."Setelah menimbang selama beberapa menit, akhirnya Hanina memutuskan untuk bercerita. Saat ini mereka masih berada di mobil dengan Aqila yang berada di pangkuannya."Na, aku mencintaimu, tapi aku nggak egois. Jika kamu merasa nggak nyaman, terlebih lagi aku, Na. Aku harus tahu apa masalahmu, apalagi jika itu berkaitan dengan Akmal. Apa Akmal sudah menyakitimu?""Ternyata Mas Akmal punya istri yang lain. Jadi selama ini aku sudah menikahi pria beristri, Rio.""Apa?!' "Dia sudah punya istri saat menikahimu?" Wajah pria itu seketika merah padam dan tanpa sadar mencengkram kemudi. Untung saja mesin mobil sudah dimatikan, sehingga tidak berbahaya jika tanpa sadar kaki Rio menginjak pedal gas."Bodohnya aku yang terlalu percaya sama Mas Akmal. Aku nggak menyangka jika dia sudah punya istri, dan ternyata aku istri kedua," ucap Ha
Bab 21"Tapi apakah kamu akan tetap membiarkan keadaan berlangsung seperti ini? Kamu itu berhak untuk bahagia, Na. Aku nggak bisa melihat kamu menangis. Aku nggak bisa!""Aku berjanji nggak akan menangis.""Tapi hatimu yang menangis. Aku kenal kamu sejak kecil, Na. Dari kecil sampai dewasa, kamu nggak pernah disakiti oleh siapapun. Kamu itu putri yang manja dan selalu mendapatkan limpahan cinta dari orang-orang sekelilingmu. Tapi apa yang dilakukan Akmal sama kamu?! Aku nggak rela. Please, Na. Pikirkan kebahagiaanmu juga....""Bersabarlah sedikit, Rio. Aku yakin Mas Akmal akan bisa mengambil sikap dan setelah itu kita bisa menentukan langkah ke depannya."Memang terkesan agak lucu. Hanina yang bermasalah, tetapi justru ia yang harus menenangkan Rio.Rio menatap wajah Hanina dalam-dalam. Wanita yang sangat dicintainya itu entah kenapa di matanya tampak sedikit pucat. Ingin rasanya Rio mengusap wajah itu, tapi tidak mungkin. Setiap kali bersentuhan dengan Hanina, dia selalu saja merasa
Bab 22"Seharusnya Mas yang tanya, ngapain kamu di sini? Bukannya diam di rumah, tapi malah keluyuran?" cetus Akmal gemas. Pria itu tegak berdiri dengan tangan menggenggam ponsel."Aku nggak keluyuran, Mas. Aku ini mau arisan. Kebetulan hari ini yang ngadain itu Mbak Sierra.""Kamu kenal sama Sierra? Akmal menatap penampilan istri pertamanya itu. Risty mengenakan dress selutut yang terlihat begitu cantik dan pas di tubuhnya. Rambutnya terurai bergelombang dengan make up yang sempurna. Di tangannya menenteng sebuah tas keluaran terbaru yang setahu akmal berharga sekitar sepuluh juta rupiah, sementara sepatu yang Risty kenakan pun bukan barang murah.Dari mana istrinya mendapatkan barang-barang itu? Seingat Akmal, ia tak pernah membelikan Risty barang-barang bermerek, kecuali hari itu. Bahkan sebelumnya, meski uang bulanan Risty cukup besar menurut ukurannya, tetap saja Risty nyaris tidak punya barang bermerek. Akmal hapal barang-barang milik istri pertamanya ini."Iya dong. Mbak Sierra
Bab 23"Makan tuh cinta! Emangnya bisa bikin kenyang?" semprot Ricky. Lama-lama ia kesel juga pada sahabatnya yang tidak bisa dinasehati ini. Ricky merasa seharusnya kehadiran Hanina seperti durian runtuh bagi Akmal, tetapi Akmal nya saja yang tidak mau bersyukur. Jika pria itu memiliki hati dan pandangan yang luas, tentu akan mudah membedakan mana perempuan yang bisa menjadi istri yang sesungguhnya.Kurang apa lagi Hanina selama ini, sehingga tidak bisa mendapatkan cinta seorang Akmal?Cinta memang misteri dan tidak bisa memilih kemana ia akan berlabuh. Mengingat hal itu, Ricky hanya bisa menggeleng samar dan menahan emosinya."Ya nggak sih, tapi ini soal perasaan. Aku nggak bisa kehilangan Risty. Dia cinta pertamaku.""Tapi wanita itu sudah membuatmu susah. Dulu saja kamu siang malam kerja untuknya, tapi dia masih saja merasa kurang, sampai akhirnya kamu bertemu Hanina dan tiba-tiba saja ibumu dan Risty punya ide untuk menikahkan kalian." Pria itu lagi-lagi menggeleng menatap sahaba