Entah sudah berapa lama Alin tertidur namun dia tetap menikmati tidurnya yang bermimpi melihat jernihnya mata biru Sky Yuan di hadapannya. Ada rasa bahagia membuncah di dalam dirinya melihat suami yang sangat dia rindukan itu pagi, siang dan malam ada di depan matanya.
Seiji sedang menggendong Syelin di pelukannya di kelilingi Daffa dan Mr. Philippe. Sean dan Irine masih terbaring di atas brangkar, tersenyum melihat kekonyolan Seiji yang mengaku kepada semua orang bahwa Syelin adalah putrinya.
Para Dokter dan Suster yang keluar masuk ke dalam ruangan, selalu di perkenalkan oleh Seiji pada putrinya yang kembali tertidur nyenyak di pelukannya.
“Dokter, lihat putriku sudah bangun, matanya sangat biru seperti Mommy-nya!” ujar Seiji yang tidak melepaskan Syelin dari dekapan hangatnya setelah bayi yang baru lahir tersebut di bersihkan dan di bungkus selimut. Beruntung Alin masih belum terbangun, kalau tidak, kebohongan Seiji pasti terungkap kar
Lala tidak bisa bangun dari ranjangnya, perutnya mual seperti ada penyakit dalam lambungnya. Apapun yang dia makan dan minum, seperti magnet menarik segala yang ada di alam tubuhnya untuk di keluarkan melalui mulutnya.Dimi sudah di hubungi oleh Dokter Senior yang membantu Lala meningkatkan pembelajarannya di Siniy Dom—rumah sakit swasta milik Dimitri Severe yang hanya berisi sumber daya bertalenta tinggi yang siap untuk di kirim membantu kemanusiaan di seluruh dunia.“Kak Dimi,” panggil Marla, Dokter senior di Siniy Dom yang mendampingi Lala.“Ada apa dengannya? Menurut laporanmu, sudah sepekan terakhir dia seperti gejala orang keracunan. Apakah kamu sudah menyelidiki makanan, minuman dan ruangan kamarnya?” tanya Dimi yang merupakan wakil pemimpin kelompok Mafia Rusia, pemimpin tertingginya adalah Xiao Zhang yang merupakan kakak angkat Dimi.Ada banyak lawan yang ingin merebut posisi Dimi ataupun meng
Sky dan Nicholas berada di ruangan kerja Dimi dan ketiga pria itu saling berdiam diri cukup lama. Nicholas membiarkan Dimi menyelesaikan pekerjaannya dan Sky melihat koleksi buku Dimi di ruangan kerja tersebut yang memiliki banyak koleksi buku, berjajar rapi di atas rak dan rutin di bersihkan. Terbukti dari tidak ada debu sedikitpun terdapat pada buku-bukunya. Sky mengitari rak buku, selentingan bayangan memasuki pikirannya, melihat wanita yang sedang tertidur dengan buku masih terbuka di tangannya. Sky terus berjalan melihat rak buku yang lainnya, kali ini bayangannya sendiri yang sedang berciuman dengan wanita yang sama dengan wanita yang dia lihat tertidur tadi. “Ach sepertinya aku sudah gila!!” gerutu Sky yang sedikit kencang membuat Nicholas yang melihat pemandangan di luar jendela membalikkan tubuhnya menatap ke arah Sky dan Dimi mendongakkan wajahnya dari pekerjaannya meneliti keadaan pria yang lupa ingatan itu. “Kamu gila, Sky?” celetuk Dimi santai, berjalan ke sofa dan dud
Nicholas membawa Sky ke rumah ibu mereka, Katherine Morris di Skotlandia. Nicholas juga mengunci apapun info dan signal dirinya dan Sky dari Seiji maupun Keita. Nicholas adalah murid yang baik, dia belajar cara mengunci signal dari Keita yang merupakan murid terbaik Seiji dan sekarang dia melindungi dirinya juga Sky dari Keita dan Seiji. Sejak Robert dan Wesley di tangkap, perusahaan Sky yang berada di New York sedikit mengalami goncangan. Ketika Sky masih belum bisa bekerja, Nicholas melakukan backup data dan membantu menangani masalah perusahaan secara diam-diam di samping dia mencari pembelot di antara para pengawal Ayahnya Henry. Sekarang Sky sudah mulai bisa bekerja kembali di belakang layar menggunakan akun Daffa yang di duplikasi oleh Nicholas. Dan di sela-sela waktunya dia habiskan dengan berkuda di peternakan atau ke pantai. Sesekali Sky masih terlihat melukis meski pria itu tampak tidak menikmatinya lagi.Sudah sebelas bulan tiga minggu berlalu sejak Sky melihat Alin tidur
Pesta ke satu tahun Syelin diadakan di restoran hotel Sky Yuan dengan tema makan malam bersama. Sean libur selama beberapa hari untuk menghadiri pesta ulang tahun adik perempuannya tersebut. Ini adalah idenya Janette yang merasa dirinya mungkin tidak bisa lagi ikut merayakan pesta ulang tahun Syelin di tahun-tahun berikutnya. Aunty Chen, Amey, Ahmed dan pedagang di food court Bisan tentu saja datang, begitu juga dengan Mirza yang datang bersama istri dan putrinya Melvi.Dari semenjak lahir sampai berumur satu tahun, Syelin selalu di mandikan pagi dan sore oleh Seiji. Hanya libur yang bisa di hitung dengan jari. Syelin akan merengek dan sulit di tenangkan jika tidak mendengar atau video call dengan Seiji. Begitulah anak perempuan cantik bermata biru itu selalu merasakan jika Seiji adalah Papanya. Mr. Philippe dan Janette hanya tersenyum melihat Syelin yang lebih manja ke Seiji, mereka tidak pernah lupa bagaimana peran Seiji terhadap Syelin saat dia masih berada dalam kandungan
Syelin menangis terisak di leher Sky, air mata bayi berumur satu tahun itu membanjir membasahi leher dan kemeja yang di pakai Sky Yuan. Hati Sky merasa sangat sakit mendengar tangisan putri kecilnya itu, tangannya mendekap erat tubuh Syelin dan menciuminya. Tapi tangisan Syelin tidak kunjung berhenti. Nicholas memegang pundak Sky dan akhirnya Sky mengembalikan putrinya ke pelukan Daffa.Mr. Philippe datang dari samping membujuk Syelin dan mendudukkannya di pelukannya, mata besar Syelin berpendar mencari berkeliling pria mata biru yang tadi memeluknya, namun dia Sky sudah pergi dengan cepat bersama Nicholas.Daffa duduk di kursi depan Syelin yang di pangku Mr. Philippe membelai rambut coklat milik Syelin.Daffa berbicara lembut ke bayi perempuan itu layaknya kepada anak yang sudah bisa berbicara, “Daddy-mu sedih melihatmu menangis. Katakan pada Ayah, apa yang membuat Syelin menangis? Syelin mau Mommy?” Syelin mengangguk dan mengulurkan ked
Alin terkejut melihat orang yang duduk kaku tidak bisa bergerak di depannya. Dengan cepat Alin membuka kembali totokannya di bahu, leher dan punggung pria yang tersenyum manis menatapnya sedangkan Alin masih tidak bisa berkata apapun, mulutnya terbuka tapi tidak ada kata yang keluar karena terlalu banyak kata dalam pikiran Alin yang ingin berdesakan keluar. “Wifey …” panggil Sky lirih, berdiri menyerahkan satu cangkir coklat hangat yang sudah selesai dia buat untuk Alin dan satu untuk dirinya. “Duduklah di dalam, aku sudah membakar roti untukmu.” ujar Sky kembali menarik tangan Alin dengan tangannya kirinya dan mendorong sedikit punggung Alin dengan tangan yang memegang cangkir coklat hangat agar Alin masuk ke dalam tenda di hadapan mereka. Alin menurut, masih terus menatap wajah Sky Yuan di sampingnya, tidak ingin berkedip karena jika berkedip dia kuatir pria di sebelahnya akan pergi dan semuanya hanyalah mimpi sampai Alin duduk pun dia tetap patuh mengikuti apapun ucapan pria yan
Alin masih bermalasan di atas ranjang di kediaman Sky Yuan di belahan Skotlandia. Hanya ada mereka berdua di rumah, Lupita masih fokus melanjutkan kuliahnya sedangkan Mr. Rain sudah menemui ajalnya akibat perbuatannya di Singapura. Dan para pekerja lainnya hanya datang membersihkan rumah pagi hari sekaligus mengantarkan bahan makanan. Anak buah Nicholas tetap berjaga di kejauhan termasuk Brook yang memang selalu mengikuti Alin kemanapun dia pergi kecuali ke Jepang waktu itu tapi dia datang saat penyelamatan Alin dan Seiji bersama Nicholas. Alin sudah bangun dari tadi, tapi dia masih menelungkup di atas ranjang. Menghirup udara segar wangi musim semi di Skotlandia bercampur aroma asin air laut, sangat wangi. Tubuhnya merasakan ngilu dan masih perih akibat pelepasan kerinduannya dengan Sky yang sudah setahun lebih tidak bertemu. “Wife, kamu masih tidur?” Sky datang membawa salad, bubur roti dan susu segar untuk mereka berdua ke kamar dan meletakkannya di atas meja. Sky ikut masuk ke
Selesai sarapan pagi, Sky mengajak Alin jalan-jalan ke Edinburgh yang berjarak tiga puluh menit berkendara mobil sport milik Sky Yuan. Udara sangat segar karena kota Edinburgh baru saja di guyur hujan deras. Suhu di Edinburgh lebih dingin dari tempat tinggal Sky yang lebih dekat ke laut. Sky memarkirkan mobilnya di salah satu lobi hotel, menyerahkan kunci mobilnya ke staff valet hotel yang siap sedia untuk memarkirkan mobilnya.Alin baru pertama kali datang ke Edinburgh ini dan dari awal sudah menyukai kota dingin yang sangat klasik di matanya. dia tidak sabar ingin jalan-jalan mengitari dan menikmati segalanya. Alin langsung menarik lengan Sky untuk beralasan minum kopi di salah satu kafe yang tidak jauh dari hotel.“No kafein, Wifey!” bisik Sky lembut menuruti istrinya itu masuk ke salah satu cafe yang terletak di pinggir jalan bersebelahan dengan toko menjual bunga yang seperti menyatu dengan cafe karena memang tidak ada penyekat yang membata