Sky dan Seiji beserta keluarganya pergi ke perkebunan anggur keluarga Nabila menggunakan limousin sedangkan Nabila berkendara bersama Jonathan di depan sebagai penunjuk jalan yang sebenarnya tidak perlu karena sopir limousin adalah sopir pribadi keluarga Nabila yang sudah biasa datang ke perkebunan."Dasar pamer!" gerutu Seiji menatap tajam pada Sky, saat melihat tanda cinta di leher, pundak serta bagian depan dada Alin yang tetap tidak tertutupi oleh syal yang dia pakai."Apa pamer?" ceplos Alin yang tidak mengerti pada awalnya."Suami brengsekmu yang pamer!" sahut Seiji dan Sky langsung tergelak diikuti oleh Syelin.Sky duduk memeluk Syelin yang sudah mulai terlihat akrab dengannya."Syelin sebentar lagi punya adek bayi. Kalau mau pamer itu harus ada bukti hidupnya, bukan tanda yang bisa hilang dalam hitungan hari!" Seiji sengaja meraba perut Irine dan mengusapnya di depan Sky.Keita dan Sean serempak mengulum senyum melihat pria sedewasa dan sedingin Seiji bisa bertindak absurd di
Alin tersentak kaget bangun dari tidurnya mendengar bunyi telp yang sangat nyaring dekat kepalanya. Setelah di jawab, bukannya suara seseorang yang berbicara akan tetapi suara operator yang mengingatkan Alin akan tanggal jatuh tempo pinjaman onlinenya tinggal tiga hari lagi. "Alin …kapan bisa bayar hutangnya? Saya perlu untuk membayar cicilan saya. Tolong di usahakan ya Lin," pesan chat dari koko Lai masuk di aplikasi berlogo hijau milik Alin, semakin menambah keruwetan pikiran Alin di pagi hari itu. Alin melihat anaknya, Sean yang berumur 12 tahun, tahun ini. Sean ingin masuk sekolah asrama dan saat ini masih tidur pulas di sebelahnya. Alin bangun perlahan sambil menarik nafas panjang. Mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi dengan langkah lesu. "Och Tuhan, tolong aku. Please ...merdekakan aku dari segala hutang ya Tuhan," jerit bathin Alin yang sering dia ucapkan. Alin Musthofa adalah seorang ibu tunggal untuk anaknya, Matsuyama Sean. Papanya Sean orang Jepang asli dan Alin
Alin terlihat mulai sibuk dengan aktifitas jualan snacknya yang dia repacking dan di jual seharga dua ribuan karena target pasarnya adalah anak-anak. Meskipun untungnya tidak seberapa, jika di tekuni dengan baik, pasti mendapatkan hasil yang memuaskan. Begitulah yang Alin pikirkan. Aisyah, Sahabat Alin juga menitipkan produk jualannya di toko Alin sehingga membuat toko Alin menjadi penuh produk yang bisa di jual. Tentu saja semakin bagus agar pembeli tertarik untuk membeli bahkan memborong di toko Alin. "Bismillah ...pokoknya semua hutang ku lunas! Alhamdulillah ..." Doa Alin setiap pagi sebelum membuka tokonya.Akan tetapi pagi itu tidaklah mulus. Baru saja Alin menyemangati dirinya sendiri, telpon dari debt collector aplikasi pinjaman online kembali datang mengganggu dengan suara operatornya.Belum lagi bayaran kontrak rumah yang besok jatuh tempo menyusul kontrak toko. Token listrik di rumah juga sudah berteriak minta di isi ulang.Bahkan tadi pagi, Alin belum sempat memasak nasi
Menjelang tengah malam, Sky pulang ke rumahnya. Daffa sudah menunggunya dari sore dan data yang di perlukan juga sudah siap."Daf, perintahkan Mr. Philippe untuk menyiapkan makan malamku sebelum kita berangkat. Apakah kamu sudah makan malam?""Baik. Apakah kamu juga ingin memakan soup daging kuda?" sarkas Daffa."Jika ada, boleh. Kamu juga harus mencicipi soup itu nanti!"Sky masuk ke kamar mandinya langsung menuju shower.Daffa sudah menemui Mr. Philippe yang langsung menghubungi bagian dapur, Ternyata hanya ada Zia, gadis muda yang bertugas di dapur malam itu dan kebetulan sedang membuat soup daging kuda yang dia beli dengan harga murah di pasar karena pembelinya memaksanya untuk membelinya.Daffa hampir mau muntah saat di hadapannya ada mangkok soup daging kuda. Sky tertawa tanpa suara, sangat menikmati kekesalan Daffa yang meringis pada wajahnya."Cepatlah di makan, bukankah kamu meminta soup daging kuda tadi?" kekeh Sky menatap Daffa yang terpaksa memakan soup di hadapannya dengan
Sky sudah bangun dari tadi, merasakan ngilu di luka perut dan dadanya. Tidak ada siapapun di kamar. Sky melihat ke sekeliling, ini adalah kamarnya. Sky beringsut bangun, berjalan tertatih-tatih ke kamar mandi untuk mencuci muka dan sikat gigi. Setelah mencuci muka dan menyikat giginya, pintu kamar Sky di buka dari luar saat pria itu sedang menuntaskan panggilan alam di tubuhnya. "Tuan muda ...apakah Anda di kamar mandi?"Terdengar suara nyaring Zia yang bertanya. Sky keluar dari kamar mandi, melihat gadis remaja yang ranum di hadapannya sudah lengkap dengan seragam sekolahnya. "Alex membuatkan soup ayam, makanlah," ujar Zia sambil meletakkan mangkok soup dan sarapan untuk Sky di atas meja.Alex adalah kepala koki di kediaman Sky. "Kamu mau sekolah?" "Iya, tapi saya di minta Alex mengantarkan ini untuk Tuan Muda. Nyonya Janette baru saja kembali ke kamarnya, beliau semalaman berjaga di sini. Dokter sedang dalam perjalanan ke sini. Tapi sepertinya Tuan Muda sudah membaik ya?" c
Alin baru saja selesai membuka toko jualan snack-nya. Telpnya berdering dari debt collector yang mengingatkan tanggal jatuh tempo pembayaran pinjamannya. Debt collector ini menelpon tidak kenal waktu dan sehari bisa sampai sepuluh kali telpon masuk dari nomor yang berbeda. Jika di jawab selalu suara operator yang berbicara."Siapa Lin? Kok ga di jawab?" tanya pak Rustam, Paman Alin yang baru saja datang ke toko Alin ingin minum kopi herbal yang dititipin Aisyah untuk di jual di toko Alin."Uhm, salah sambung," jawab Alin sekenanya.Hp Alin kembali berdering dari nomor yang berbeda dan layar ponselnya terlihat merah yang berarti itu adalah telpon dari nomor debt collector lagi. Alin segera mematikan namun terlambat, pak Rustam sudah terlanjur melihatnya."Telp debt collector ya? Kamu minjam online?" cecar pak Rustam menatap Alin lekat-lekat."Enggak. Pinjaman yang sebelumnya sudah mau jatuh tempo dua hari lagi. Jadi tiga hari sebelum jatuh tempo, akan ada telpon pengingat seperti tadi.
Sky langsung turun dari kamar hotel tempat dia menginap ke cafe dan memesan ruangan privat. Baru saja Sky menyesap kopi yang di antarkan pelayan padanya, terdengar suara Daffa sedang berbicara dengan seseorang dan membukakan pintu ruangan pada orang itu yang menjadi ruangan private tempat Sky sedang duduk. Cangkir kopi Sky masih berada di tangannya dan menggantung di udara, matanya melotot menatap wanita yang baru saja masuk ke ruangannya bersama Daffa. Ingatan Sky berkelana ke beberapa tahun yang lalu di malam dia mabuk dan duduk di halte MRT menunggu Daffa menjemputnya. Udara malam itu sangat dingin. Seorang wanita duduk bersama anak laki-laki di sebelahnya. Melihat Sky Yuan yang menggigil, wanita itu melepaskan syalnya dan melilitkan ke leher Sky Yuan. "Kamu minum alkohol, seharusnya itu bisa menghangatkanmu! Aku hanya punya ini, pakailah. Maaf jika warnanya pink, nanti kamu bisa membuangnya. Untuk saat ini setidaknya bisa mengurangi dinginmu," ujar sang wanita pada Sky. Wanita
"Sean, ini snacknya pada kosong keranjangnya?" Tanya Alin saat dia kembali ke toko dan melihat keranjang tempat snack biasanya di susun untuk di jual terlihat kosong."Och itu tadi ada yang borong" Jawab Sean cepat sambil berhenti dari main game online di laptopnya."Mommy udah ga pusing lagi? Tadi tidur?" Tanya anak itu lagi setelah melihat wajah mommy malah terlihat semakin kuyu, tidak segar sehabis tidur siang."Ga bisa tidur. Emang borong berapa? Sini bantu mommy susun lagi snacknya""500 ribu. Orang yang belinya tadi ganteng deh. Klo mommy liat pasti suka, apalagi matanya biru, berbody tinggi dan ganteng, selera mommy banget deh pokoknya" Kekeh Sean sambil melirik mommynya yang sedang mengisi keranjang kosong dengan snack kembali."500ribu? Wah Alhamdulillah. Emang gantengan mana sama Sean?" Alin tersenyum menatap Sean anaknya yang kadang suka menggodanya."Yee... Gantengan om yang beli itu tadi lah. Sean kan matanya ga biru, Om yang tadi matanya biru loh.
Sky dan Seiji beserta keluarganya pergi ke perkebunan anggur keluarga Nabila menggunakan limousin sedangkan Nabila berkendara bersama Jonathan di depan sebagai penunjuk jalan yang sebenarnya tidak perlu karena sopir limousin adalah sopir pribadi keluarga Nabila yang sudah biasa datang ke perkebunan."Dasar pamer!" gerutu Seiji menatap tajam pada Sky, saat melihat tanda cinta di leher, pundak serta bagian depan dada Alin yang tetap tidak tertutupi oleh syal yang dia pakai."Apa pamer?" ceplos Alin yang tidak mengerti pada awalnya."Suami brengsekmu yang pamer!" sahut Seiji dan Sky langsung tergelak diikuti oleh Syelin.Sky duduk memeluk Syelin yang sudah mulai terlihat akrab dengannya."Syelin sebentar lagi punya adek bayi. Kalau mau pamer itu harus ada bukti hidupnya, bukan tanda yang bisa hilang dalam hitungan hari!" Seiji sengaja meraba perut Irine dan mengusapnya di depan Sky.Keita dan Sean serempak mengulum senyum melihat pria sedewasa dan sedingin Seiji bisa bertindak absurd di
Mr. Philippe mendapatkan pemutusan surat kerjanya yang tidak perlu lagi dia mengabdikan diri jadi pelayan di kediaman Yuan. Tetapi dia bersikeras tetap ingin bekerja untuk Sky di kediaman sehingga Sky memberikan pekerjaan sebagai notaris padanya, menggantikan Norman yang akhir hidupnya tetap berkhianat bersama Keith pada Sky dan Nicholas.Pulang dari ziarah makam Thomas, Janette tidak bisa bertahan lagi terhadap penyakitnya dan akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan Sky.Nicholas juga berada di dekat Janette disaat terakhir hidupnya, dia memaafkan semua salah dan khilaf Janette di masa lalu.Tiga bulan kemudian,Sky membawa Alin dan Sean berlibur ke Sydney sekaligus bertemu Jonathan di kantor cabang milik Sky di Sydney.Jonathan membuat pertemuan dengan Sky dan Alin di sebuah restoran mewah pusat kota Sydney. "Kenalkan, ini Nabila. Bila, ini bosku Sky Yuan, Alin dan putra mereka Sean, juga ini Keita," Jonathan memperkenalkan wanita yang datang bersamanya kepada Sky, Ali
Seiji dan Irine bukan pertama kali tidur bersama. Sekarang mereka sudah menikah meski di dalam hati Seiji masih tetap Alin yang bertahta. Tetapi tubuhnya masih seperti biasa, bisa bereaksi menegang sempurna saat melihat Irine.Syelin dibawa Nicholas keluar kamar sejak tengah malam untuk tidur bersamanya dan Sean.Kepergian Syelin tersebut ikut membangunkan Irine sedangkan Seiji belum tidur sejak masuk ke kamar, menunggu Syelin dan Irine siuman setelah obat penawar berhasil lolos melewati tenggorokan mereka. "Aku tidak peduli alasanmu menikahiku, tetapi apakah kamu akan melewatkan mencicipi tubuhku di malam pertama pernikahan kita?" cetus Irine seraya bangkit dan menyobek gaun pengantinnya menjadi beberapa bagian yang tersebar di lantai."Akhirnya kamu bangun," ucap Seiji santai.Seiji beringsut mundur bersandar ke kepala ranjang, memperhatikan Irine yang menelanjangi dirinya sendiri sampai tidak ada satu helai kainpun tersisa pada tubuh montok berisinya.Irine menarik meja kerja yang
Mr. Philippe bergegas pulang ke kediaman Yuan dan pergi ke kamar Seiji."Kotak obat kuat," gumam Mr. Philippe mengulangi ucapan Seiji yang memintanya membawa kotak itu ke hotel segera.Mr. Philippe membuka laci nakas dan menemukan beberapa kotak karet pengaman yang terlihat masih bersegel.Mr. Philippe menggerutu mengomeli Seiji dan jemarinya terus memeriksa kotak-kotak di dalam laci dan akhirnya menemukannya ada di dalam kotak karet pengaman yang segelnya sudah tidak utuh.Mr. Philippe memasukkan kotak yang dia dapatkan tersebut ke dalam kantung pakaiannya, juga membawa satu kotak karet pengaman yang bergambar gerigi pada luar kotak bersamanya.Kediaman Yuan sangat sepi, tetapi Mr. Philippe melihat ada bayangan seseorang berdiri di depan pintu masuk kediaman. "Lewat sini," bisik suara Brook terdengar di telinga Mr. Philippe. Brook mengajak Mr. Philippe ke atas rooftop. "Tunggu, kamu tidak memintaku untuk terjun bersamamu, 'kan? Ini sangat tinggi!" Mr. Philippe belum pernah melakuk
Janette terbatuk dan segera menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Sedangkan Nicholas membawa kursi rodanya ke balkon hotel depan ruangan pesta pernikahan Seiji dan Irine."Jika kamu sungguh-sungguh mencintai Daddy kami, mengakulah pada Sky jika kalian sudah memperdayanya sejak dia pemuda belia dan menewaskan Diana,"Janette terkejut menoleh ke samping menatap Nicholas. "Diana? Aku tidak mengetahui hal tersebut!" spontan Janette menjawab cepat.Janette mengetahui jika Diana adalah kekasih Henry sebelumnya tetapi penyebab kematiannya, dia tidak pernah tahu kebenarannya karena Henry mengatakan Diana bunuh diri di kamarnya dengan meminum racun yang menghancurkan tubuh bagian bawahnya.Sudut bibir Nicholas melengkung sinis, "Aku tegaskan padamu, berhenti berpura-pura, Janette! Aku tidak seperti Sky yang akan berhati lemah menghadapimu apalagi setelah mengetahui keterlibatanmu menewaskan Katherine dan Thomas Yuan!"Nicholas sengaja menyebut nama orangtuanya sebagai penegasan pada Janet
Janette menatap lekat pada Nicholas yang sedang duduk sarapan di seberang mejanya."Kita harus bicara, Nick!" ucap Janette setelah menyendok beberapa suap makanannya yang sama sekali tidak bisa dia nikmati.Nicholas menggedikkan kedua alisnya berujar, "Silakan!""Hanya kita berdua!" pinta Janette tegas seakan tubuhnya tiba-tiba menjadi sehat bertenaga."Apakah ada orang lain di meja makan ini, Janette?" sahut Nicholas tersenyum sinis.Nicholas menegakkan punggungnya ke sandaran kursi duduknya, mengambil gelas air mineral untuk dia minum.Janette menelan salivanya yang terasa pahit. Bertahun-tahun dia berinteraksi dengan Nicholas, tetapi dia masih belum bisa merengkuh hatinya seperti dia mendapatkan Sky."Kemana kamu beberapa hari ini?" tanya Janette berbasa basi."Untuk apa aku melaporkan kegiatanku padamu Janette? Aku sudah tidak bekerja lagi untukmu!" sahut Nicholas menyeringai sinis."Oh ya, Henry sudah tewas di Hongkong. Ku dengar staffnya yang membunuhnya dengan racun, karena mer
Nicholas tiba di kediaman Yuan sebelum tengah malam tiba. Mr. Philippe belum tidur dan dia langsung tersenyum senang melihat kedatangan Nicholas."Tuan muda Sky masih di rumah sakit," ucapnya pelan.Nicholas mengangguk samar. Melirik ke arah pintu kamar Janette sebentar sebelum dia pergi ke dapur untuk bertemu Alex."Dimana Syelin?" ucap Nicholas bertanya pada Mr. Philippe yang masih mengikutinya sampai le dapur."Syelin dibawa Seiji menginap di apartemen Irine," sahut Mr. Philippe sambil mengambil cangkir dari kabinet dan menuangkan minuman segar untuk Nicholas."Alex sedang berada di halaman belakang," cetus Mr. Philippe memperhatikan wajah Nicholas yang terlihat tenang.Mr. Philippe sudah sangat paham akan ketenangan Sky dan Nicholas, karena itu berarti telah atau akan terjadi sesuatu yang menyenangkan mereka."Uhm, aku ke kamar dulu. Nanti kalau Alex kembali, minta dia bawakan pasta saus tomat ke kamarku," tutur Nicholas seraya berjalan menaiki tangga menuju kamarnya di lantai du
"Aku sudah memperingatkan kalian, jangan pernah mengganggu Sky! Tapi ternyata kalian sudah paham akan risikonya!" ujar Nicholas tegas dan tajam menatap Henry Han, Ayah yang membesarkannya sejak bayi.Henry sedang duduk pada kursi empuk dalam ruangan kerjanya di Hongkong saat Nicholas masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk."Kamu datang, mau makan apa?" tanya Henry mengabaikan ucapan sengit Nicholas saat tadi memasuki ruangannya.Henry menekan tombol pada pesawat telpon, "Bawakan dua cangkir kopi ke ruanganku, sekarang!" ucap Henry pada pekerjanya lalu berdiri mempersilahkan Nicholas duduk pada sofa mewah yang terdapat di dalam ruangan."Jangan menguji kesabaranku, Henry! Kamu sangat tau tujuanku datang ke sini bukan untuk bersantai ataupun menikmati secangkir kopi yang bisa saja telah kau perintahkan membubuhkan racun untukku!"Nicholas terlihat sangat kaku, sungguh berbeda dengan Sky yang bisa mengikuti alur para musuhnya meskipun bersikap dingin.Nicholas memang dibesarkan hampir tida
Keita menerima laporan dari teman-temannya yang dia tempatkan untuk mengawasi Riri di pusat rehabilitasi meskipun juga sangat mudah baginya meretas sistem keamanan di sana dan melihat apapun yang terjadi. "Aku ada pekerjaan, nanti aku kembali lagi!" ucap Keita pada Daffa, lalu dia melirik sebentar ke arah pintu ruangan Sky yang tertutup rapat. "Amankan dia, dan pinta Dokter memeriksa keadaan Riri!" pinta Keita kepada temannya melalui sambungan telpon yang juga merupakan anak buah Seiji di Singapura. "Ku rasa dia tidak bekerja sendiri, karena dia hanya seorang tukang bersih-bersih, bukan orang lokal," ujar teman Keita di telpon padanya. "Hm! Buat dia bicara, tawarkan uang kalau begitu!" saran Keita cukup gemas dengan cara kerja orang yang masih belum berhenti mengusik ketenangan hidup Alin dan Sky. Tidak lama, Keita sudah sampai pada sebuah rumah yang tidak jauh dari pusat rehabilitasi. Keita mendorong pintu yang tidak terkatup rapat dengan ujung telunjuknya. Terlihat seorang