Alin terlihat mulai sibuk dengan aktifitas jualan snacknya yang dia repacking dan di jual seharga dua ribuan karena target pasarnya adalah anak-anak. Meskipun untungnya tidak seberapa, jika di tekuni dengan baik, pasti mendapatkan hasil yang memuaskan. Begitulah yang Alin pikirkan.
Aisyah, Sahabat Alin juga menitipkan produk jualannya di toko Alin sehingga membuat toko Alin menjadi penuh produk yang bisa di jual. Tentu saja semakin bagus agar pembeli tertarik untuk membeli bahkan memborong di toko Alin."Bismillah ...pokoknya semua hutang ku lunas! Alhamdulillah ..." Doa Alin setiap pagi sebelum membuka tokonya.Akan tetapi pagi itu tidaklah mulus. Baru saja Alin menyemangati dirinya sendiri, telpon dari debt collector aplikasi pinjaman online kembali datang mengganggu dengan suara operatornya.Belum lagi bayaran kontrak rumah yang besok jatuh tempo menyusul kontrak toko. Token listrik di rumah juga sudah berteriak minta di isi ulang.Bahkan tadi pagi, Alin belum sempat memasak nasi karena beras juga habis.Koko Lai yang baik hati, belum mengingatkan lagi akan hutang Alin. Koko Lai memang orang yang sangat baik. Alin merasa beruntung setidaknya Koko Lai sangat pengertian meski hutang Alin pada Koko Lai mencapai puluhan juta.Alin hanya bisa berdoa agar Tuhan selalu melancarkan segala urusan Koko Lai meskipun Alin belum bisa membayar hutangnya. Dalam hati Alin juga terucap ribuan maaf untuk Koko Lai."Tuhan ...please tolong aku. Aku benar-benar lelah, Tuhan," Doa Alin dan tanpa terasa matanya berlinang, sudut matanya sudah basah.Beberapa waktu lalu saat Alin baru saja di setujui pinjaman onlinenya, temannya datang sambil menangis meminjam uang pada Alin. Dasar Alin memang mudah kasihan, dia pun meminjamkan separoh dana dari pinjaman online tersebut. Sekarang temannya tidak bisa di hubungi, setidaknya Alin berharap temannya bisa mengembalikan uang pinjamannya agar bisa membayar cicilan pinjaman online.Sekali lagi sangatlah sia-sia jika berharap pada manusia karena seringnya kecewa yang didapat.
"Apa yang harus aku lakukan, Tuhan? Ku mohon ...tuntun aku, bukakan jalan untukku agar bisa melunasi semua hutang-hutangku dan membesarkan anakku dengan baik,"Alin membuka dompetnya, kartu donor darah yang ada di dompetnya tiba-tiba jatuh ke lantai."Minggu lalu belum bisa donor darah karena HB rendah. Besok sepertinya sudah bisa," gumam Alin pada dirinya sendiri.Sudah sejak beberapa tahun terakhir Alin rutin berdonor darah sekali tiga bulan. Meskipun beberapa kali HB-nya rendah saat di periksa sebelum berdonor, Alin tetap tidak menyerah. Banyak istirahat dan tidak bergadang di malam hari sangat bagus untuk menaikkan HB yang rendah.*Daffa sedang fokus bekerja di rumah Sky Yuan, sedangkan yang punya rumah pergi ke kantor di kawasan Suntec, berjarak 20 menit berkendara dari rumahnya yang terletak di kawasan Holland Village.Holland Village terletak dekat kebun raya Singapura dan termasuk hunian ekspatriat kaya. Harga untuk apartemen mewah di kawasan ini bisa mencapai lima ratus milyar. Sky tidak tinggal di apartemen akan tetapi di rumah yang desainnya seperti gaya Belanda kuno bahkan lebih megah dari istana, dengan puluhan orang yang bekerja di rumahnya termasuk pelayan, tukang kebun dan koki.
Daffa sudah biasa ditinggal bekerja di ruangan kerja Sky sedangkan pemuda itu sedang bekerja memuaskan urusan bawah perutnya entah di mana, entah di kantor, apartemen atau hotelnya. Daffa tidak peduli akan urusan pribadi Sky tersebut dan itulah yang membuat Sky mempertahankan Daffa tetap bekerja padanya."Merlin, telp Angelo untuk siapkan barang untukku!" ucap Sky sambil berjalan ke kamar mandi yang masih di dalam ruangan kerjanya. Baru saja dia selesai menggeluti Merlin yang entah kenapa hatinya merasa belum puas, kepalanya masih sangat pusing.Merlin yang mendengar permintaan Sky langsung paham dengan barang yang di maksud bosnya itu.Merlin merasa sangat sakit hati. Betapa tidak, dia sudah mengerahkan seluruh tenaganya agar bisa memuaskan Sky, akan tetapi sekarang pria itu baru saja menyuruhnya untuk menghubungi orang yang akan membawakan gadis lain untuk melayaninya. Kondisi Merlin sendiri sangat lelah ingin beristirahat tapi dia harus tetap profesional melanjutkan kerja sebagai sekretaris.Merlin dipekerjakan Sky dua tahun lalu sebagai sekretaris pribadinya. Sebenarnya Sky tidak terlalu membutuhkan sekretaris pribadi, karena semua urusannya sudah di tangani oleh Daffa, asisten pribadinya. Sekretaris pribadi baginya hanyalah kedok untuk membuat Merlin melayani urusan bawah perutnya, setelah dia bertemu Merlin di salah satu cafe di kawasan Rafles. Waktu itu Merlin sanggup bertahan melayaninya tanpa pingsan selama semalaman dan Sky cukup puas akan hal itu. Sky menawarkan kehidupan yang mewah untuk Merlin tentu saja dengan syarat wanita itu hanya diijinkan untuk melayani dirinya saja."Kamu sudah menghubungi Angelo?"Sky keluar dari kamar mandi, hanya melilitkan rendah handuk di pinggang seksinya. Rambutnya masih basah menetes di wajah tampan dan tubuh atletisnya. Pemandangan yang sangat menggiurkan itu kini membuat Merlin menelan ludah pahit.
"Sudahlah, aku akan langsung ke sana saja,"Merlin merapikan pakaiannya, kemudian memakaikan pakaian yang baru di ambilnya dari lemari pribadi ke tubuh Sky tanpa bicara apa-apa, seperti seorang istri yang sangat patuh dan pasrah terhadap suaminya."Pergilah berlibur, Aku akan menanggung semua biayanya. Tenagamu sudah mulai melemah melayaniku. Sudah ku katakan jangan pernah pakai perasaan, karena aku tidak suka menjalin cinta!"Merlin mendongak, memasangkan dasi untuk Sky namun di tolaknya."Merlin, kamu cemburu! Aku tidak menyukainya dan permainan mu tadi sama sekali tidak memuaskan ku!" tutur Sky tajam memegang pergelangan tangan Merlin yang ingin memakaikan dasi ke lehernya."Sky ..." panggil Merlin lirih menatap wajah Sky yang masih sangat dia kagumi.Sky benar, Merlin sangat mencintai Sky yang meskipun memporak-porandakan tubuhnya, sialnya dia semakin jatuh cinta untuk setiap sentuhan pria itu pada tubuhnya.
"Siapa yang memberimu hak untuk menyebut namaku? Kamu sudah melakukan kesalahan, Merlin. Pergi!!" geram Sky dingin seakan bisa membekukan jantung Merlin.Setiap wanita yang berhubungan dengan Sky hanya diperbolehkan memanggilnya dengan sebutan Mister Yuan. Tidak ada satupun yang diijinkan menyebut namanya.Setelah Merlin berlari ke luar dari ruangannya, Sky menghubungi Velisha agar datang ke kantornya. Dia berubah pikiran tidak jadi ke cafe Angelo tapi memanggil sahabatnya sekaligus wanita pemuas nafsunya yang lain untuk datang.Tok tok tok ...Langkah kaki Velisha sangat gemulai meskipun dia terlihat terburu-buru namun keanggunannya masih sangat kental padanya.
Merlin melihat Velisha datang yang langsung memasuki ruangan Sky tanpa menyapanya, membuat hatinya seperti di iris sembilu. Sky tidak hanya mencelanya yang sudah melemah tapi dia juga sangat menghinanya karena sudah membawa wanita yang sangat dia benci datang ke kantor.Sky tahu kalau Merlin sangat membenci Velisha yang menurut Merlin, Velisha itu sangat munafik, berkedok sahabat padahal wanita itu sangat licik. Dia sudah menikah tapi tidak pernah malu-malu bertindak mesra pada Sky.
Merlin tidak bisa menerima penghinaan ini. Baru saja tubuhnya seperti mau rontok tulang belulangnya melayani Sky, sekarang bos kejamnya itu sudah mengundang orang yang sangat dia benci. Untuk apa lagi kalau bukan untuk menghangatkan kasur di kamar pribadi dalam ruangan Sky yang beberapa menit lalu di tinggalkan Merlin. bahkan sepreinya masih berantakan, belum di ganti!
Telepon di meja Merlin berbunyi dari Sky yang meminta untuk di antarkan kopi ke dalam ruangannya.Sepuluh menit kemudian, Merlin mengetuk pintu membawa dua cangkir kopi yang sangat ingin dia beri tetesan racun untuk Velisha namun dia tidak tahu cangkir mana yang akan di minum Sky nantinya.Merlin berjalan meletakkan kopi di atas meja, sudut matanya melirik ke arah sofa di mana Sky sedang duduk di sana dengan Velisha yang meringkuk di atas pangkuan Sky.Darah Merlin mendidih melihatnya. Kkemeja yang tadi dibantu Merlin pakaikan di tubuh Sky, kini kancingnya sudah terlepas dan Velisha sudah dengan pakaian dalam saja yang melekat pada tubuh seksinya."Merlin, Rapikan tempat tidur dan ganti sepreinya!" perintah Sky yang sangat keterlaluan pada Merlin.Mau tidak mau Merlin menghubungi bagian binatu yang khusus menangani kamar pribadi bosnya tersebut. Namun Sky sepertinya sudah tidak sabar, meminta Merlin segera mencopot seprei di kasurnya juga meminta Merlin bergegas memasangkan seprei baru setelah orang dari binatu datang.
"Kenapa tempat tidurmu berantakan? Siapa yang baru saja keluar dari sini?" tanya Velisha lembut membelai rahang Sky."Tidak perlu tahu. Yang kamu perlu tahu sekarang adalah aku sudah siap memasukimu!""Och kau vulgar sekali!!!"Velisha sengaja berteriak kesenangan agar didengar Merlin karena insting wanitanya berkata wanita yang membuat tempat tidur Sky berantakan tentu saja Merlin. Sky tidak pernah membawa gadis-gadisnya yang akan dia tiduri ke kantornya.
Telinga Merlin memanas mendengar desahan-desahan yang di sengaja Velisha lolos dari mulut manisnya. Sky juga tidak peduli, dia memang sangat pintar membuat wanita melayang dengan sentuhannya, sekaligus sangat kejam dalam tindakannya.Sky langsung membopong tubuh Velisha dan menidurkannya di kasur setelah Merlin selesai memasangkan seprei baru.Sky benar-benar mengabaikan Merlin yang masih berada di dalam ruangannya saat dia naik mengungkung Velisha di atas tempat tidur. Namun Velisha tentu saja tahu jika Merlin masih memperhatikan mereka dengan kedua tangan di tautkan, wajahnya sangat suram dan tatapannya sinis menatap Velisha yang membuat Velisha semakin terpacu untuk bertindak lebih manja pada Sky, sesekali dia menjerit nikmat.
Vote dan komennya yaa, Love you all!
Menjelang tengah malam, Sky pulang ke rumahnya. Daffa sudah menunggunya dari sore dan data yang di perlukan juga sudah siap."Daf, perintahkan Mr. Philippe untuk menyiapkan makan malamku sebelum kita berangkat. Apakah kamu sudah makan malam?""Baik. Apakah kamu juga ingin memakan soup daging kuda?" sarkas Daffa."Jika ada, boleh. Kamu juga harus mencicipi soup itu nanti!"Sky masuk ke kamar mandinya langsung menuju shower.Daffa sudah menemui Mr. Philippe yang langsung menghubungi bagian dapur, Ternyata hanya ada Zia, gadis muda yang bertugas di dapur malam itu dan kebetulan sedang membuat soup daging kuda yang dia beli dengan harga murah di pasar karena pembelinya memaksanya untuk membelinya.Daffa hampir mau muntah saat di hadapannya ada mangkok soup daging kuda. Sky tertawa tanpa suara, sangat menikmati kekesalan Daffa yang meringis pada wajahnya."Cepatlah di makan, bukankah kamu meminta soup daging kuda tadi?" kekeh Sky menatap Daffa yang terpaksa memakan soup di hadapannya dengan
Sky sudah bangun dari tadi, merasakan ngilu di luka perut dan dadanya. Tidak ada siapapun di kamar. Sky melihat ke sekeliling, ini adalah kamarnya. Sky beringsut bangun, berjalan tertatih-tatih ke kamar mandi untuk mencuci muka dan sikat gigi. Setelah mencuci muka dan menyikat giginya, pintu kamar Sky di buka dari luar saat pria itu sedang menuntaskan panggilan alam di tubuhnya. "Tuan muda ...apakah Anda di kamar mandi?"Terdengar suara nyaring Zia yang bertanya. Sky keluar dari kamar mandi, melihat gadis remaja yang ranum di hadapannya sudah lengkap dengan seragam sekolahnya. "Alex membuatkan soup ayam, makanlah," ujar Zia sambil meletakkan mangkok soup dan sarapan untuk Sky di atas meja.Alex adalah kepala koki di kediaman Sky. "Kamu mau sekolah?" "Iya, tapi saya di minta Alex mengantarkan ini untuk Tuan Muda. Nyonya Janette baru saja kembali ke kamarnya, beliau semalaman berjaga di sini. Dokter sedang dalam perjalanan ke sini. Tapi sepertinya Tuan Muda sudah membaik ya?" c
Alin baru saja selesai membuka toko jualan snack-nya. Telpnya berdering dari debt collector yang mengingatkan tanggal jatuh tempo pembayaran pinjamannya. Debt collector ini menelpon tidak kenal waktu dan sehari bisa sampai sepuluh kali telpon masuk dari nomor yang berbeda. Jika di jawab selalu suara operator yang berbicara."Siapa Lin? Kok ga di jawab?" tanya pak Rustam, Paman Alin yang baru saja datang ke toko Alin ingin minum kopi herbal yang dititipin Aisyah untuk di jual di toko Alin."Uhm, salah sambung," jawab Alin sekenanya.Hp Alin kembali berdering dari nomor yang berbeda dan layar ponselnya terlihat merah yang berarti itu adalah telpon dari nomor debt collector lagi. Alin segera mematikan namun terlambat, pak Rustam sudah terlanjur melihatnya."Telp debt collector ya? Kamu minjam online?" cecar pak Rustam menatap Alin lekat-lekat."Enggak. Pinjaman yang sebelumnya sudah mau jatuh tempo dua hari lagi. Jadi tiga hari sebelum jatuh tempo, akan ada telpon pengingat seperti tadi.
Sky langsung turun dari kamar hotel tempat dia menginap ke cafe dan memesan ruangan privat. Baru saja Sky menyesap kopi yang di antarkan pelayan padanya, terdengar suara Daffa sedang berbicara dengan seseorang dan membukakan pintu ruangan pada orang itu yang menjadi ruangan private tempat Sky sedang duduk. Cangkir kopi Sky masih berada di tangannya dan menggantung di udara, matanya melotot menatap wanita yang baru saja masuk ke ruangannya bersama Daffa. Ingatan Sky berkelana ke beberapa tahun yang lalu di malam dia mabuk dan duduk di halte MRT menunggu Daffa menjemputnya. Udara malam itu sangat dingin. Seorang wanita duduk bersama anak laki-laki di sebelahnya. Melihat Sky Yuan yang menggigil, wanita itu melepaskan syalnya dan melilitkan ke leher Sky Yuan. "Kamu minum alkohol, seharusnya itu bisa menghangatkanmu! Aku hanya punya ini, pakailah. Maaf jika warnanya pink, nanti kamu bisa membuangnya. Untuk saat ini setidaknya bisa mengurangi dinginmu," ujar sang wanita pada Sky. Wanita
"Sean, ini snacknya pada kosong keranjangnya?" Tanya Alin saat dia kembali ke toko dan melihat keranjang tempat snack biasanya di susun untuk di jual terlihat kosong."Och itu tadi ada yang borong" Jawab Sean cepat sambil berhenti dari main game online di laptopnya."Mommy udah ga pusing lagi? Tadi tidur?" Tanya anak itu lagi setelah melihat wajah mommy malah terlihat semakin kuyu, tidak segar sehabis tidur siang."Ga bisa tidur. Emang borong berapa? Sini bantu mommy susun lagi snacknya""500 ribu. Orang yang belinya tadi ganteng deh. Klo mommy liat pasti suka, apalagi matanya biru, berbody tinggi dan ganteng, selera mommy banget deh pokoknya" Kekeh Sean sambil melirik mommynya yang sedang mengisi keranjang kosong dengan snack kembali."500ribu? Wah Alhamdulillah. Emang gantengan mana sama Sean?" Alin tersenyum menatap Sean anaknya yang kadang suka menggodanya."Yee... Gantengan om yang beli itu tadi lah. Sean kan matanya ga biru, Om yang tadi matanya biru loh.
"Mister Yuan, Anda tidak apa-pa?" Tanya Alin saat membuka pintu kamarnya, Sky Yuan berkeringat dan wajahnya sangat pucat."Hm, kamu punya sesuatu untuk ku minum?""Ada. Masuklah" Jawab Alin pendek meski masih terdengar ketus tapi Sky tersenyum dan bersorak dalam hatinya. Tidak sia - sia mencubit perutnya sampai mungkin sekarang kemerahan. "Daffa bilang, kamu rutin donor darah. Apakah selalu lancar?" Sky Yuan duduk di lantai, di depannya ada dua gelas teh manis dan kue kering jualan Alin. "Ya. Setiap 3 bulan sekali. Tidak selalu lancar, kadang HB turun, jadi reschedule 3 hari atau 7 hari ke depannya. Kenapa?" "Kamu tidak bertanya kenapa aku menawarkan pernikahan padamu?" "Tidak perlu. Anda bukan orang pertama yang menawarkan itu padaku" Ketus Alin sambil menyeruput teh manis hangatnya cuek dengan membunyikan sluuurrpnya. Sky Yuan tersenyum di matanya. "Aku membutuhkanmu. Darahku ada kelainan, setiap 4 - 5 bulan aku rutin menerima donor darah, dan tidak s
"Nanti Daddy dan Mommy akan sering berkunjung ke sini. Kalau ada apa - apa, Sean bisa minta guru hubungi Daddy" Ucap Sky Yuan sambil memeluk Sean saat mengantarnya masuk sekolah asrama. Selama dua bulan ini mereka tinggal bersama, sudah terbangun chemistry di antara mereka bertiga layaknya satu keluarga. Sky semakin menyukai Alin yang ternyata walaupun lidahnya tajam padanya, dia sangat lembut dan perhatian. Istri idaman dan figur ibu yang hebat untuk anaknya, Sky yakin hal itu. "Uhm. Om Sky dan mommy mau balik ke Singapura?" Sean masih belum terbiasa memanggil Sky dengan sebutan "daddy""Ya. Nanti Sean libur, akan di jemput. Kita liburan ke Singapura atau ke tempat lain yang kalian inginkan" Sky Yuan melirik Alin yang masih memeluk Sean di dadanya."Mommy love you, Sean. Jaga diri baik - baik, sopan dan nurut sama gurumu dan belajarlah yang rajin" Bisik Alin, mencium kening dan rambut Sean sampai menitikkan airmata."Mom... Om Sky... Sean mau ad
Mereka sampai di kediaman Sky Yuan tengah malam. Hanya Mr. Philippe yang menyambut kedatangan Alin karena semua sudah terlelap di peraduannya. Sky memerintahkan Mr. Philippe untuk menyiapkan kamar tamu untuk Daffa sebelum dia membawa Alin ke kamarnya di lantai tiga."Tidurlah atau kamu mau mandi dulu?" Tanya Sky pada Alin saat mereka sudah sampai di kamar."Aku mau mandi sebentar" Jawab Alin singkat. Dia melihat Mr. Philippe baru saja meletakkan koper pakaian Alin dan Sky Yuan dekat pintu dalam kamar yang di ambil oleh Sky yang menggiring koper - koper tersebut ke dekat wall in closet.Alin sedang menikmati busa sabun milik Sky Yuan di bawah shower saat pria itu menyelonong masuk sudah membuka pakaiannya, menyisakan lapisan terakhir yang masih melekat."Kok kamu masuk? Aku sebentar lagi selesai" Protes Alin menatap wajah Sky sepintas, tidak berani menggerakkan matanya ke bagian tubuh Sky yang lainnya. Entahlah rasanya berdebar - debar dan memalukan."Aku ingin mem
Sky dan Seiji beserta keluarganya pergi ke perkebunan anggur keluarga Nabila menggunakan limousin sedangkan Nabila berkendara bersama Jonathan di depan sebagai penunjuk jalan yang sebenarnya tidak perlu karena sopir limousin adalah sopir pribadi keluarga Nabila yang sudah biasa datang ke perkebunan."Dasar pamer!" gerutu Seiji menatap tajam pada Sky, saat melihat tanda cinta di leher, pundak serta bagian depan dada Alin yang tetap tidak tertutupi oleh syal yang dia pakai."Apa pamer?" ceplos Alin yang tidak mengerti pada awalnya."Suami brengsekmu yang pamer!" sahut Seiji dan Sky langsung tergelak diikuti oleh Syelin.Sky duduk memeluk Syelin yang sudah mulai terlihat akrab dengannya."Syelin sebentar lagi punya adek bayi. Kalau mau pamer itu harus ada bukti hidupnya, bukan tanda yang bisa hilang dalam hitungan hari!" Seiji sengaja meraba perut Irine dan mengusapnya di depan Sky.Keita dan Sean serempak mengulum senyum melihat pria sedewasa dan sedingin Seiji bisa bertindak absurd di
Mr. Philippe mendapatkan pemutusan surat kerjanya yang tidak perlu lagi dia mengabdikan diri jadi pelayan di kediaman Yuan. Tetapi dia bersikeras tetap ingin bekerja untuk Sky di kediaman sehingga Sky memberikan pekerjaan sebagai notaris padanya, menggantikan Norman yang akhir hidupnya tetap berkhianat bersama Keith pada Sky dan Nicholas.Pulang dari ziarah makam Thomas, Janette tidak bisa bertahan lagi terhadap penyakitnya dan akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan Sky.Nicholas juga berada di dekat Janette disaat terakhir hidupnya, dia memaafkan semua salah dan khilaf Janette di masa lalu.Tiga bulan kemudian,Sky membawa Alin dan Sean berlibur ke Sydney sekaligus bertemu Jonathan di kantor cabang milik Sky di Sydney.Jonathan membuat pertemuan dengan Sky dan Alin di sebuah restoran mewah pusat kota Sydney. "Kenalkan, ini Nabila. Bila, ini bosku Sky Yuan, Alin dan putra mereka Sean, juga ini Keita," Jonathan memperkenalkan wanita yang datang bersamanya kepada Sky, Ali
Seiji dan Irine bukan pertama kali tidur bersama. Sekarang mereka sudah menikah meski di dalam hati Seiji masih tetap Alin yang bertahta. Tetapi tubuhnya masih seperti biasa, bisa bereaksi menegang sempurna saat melihat Irine.Syelin dibawa Nicholas keluar kamar sejak tengah malam untuk tidur bersamanya dan Sean.Kepergian Syelin tersebut ikut membangunkan Irine sedangkan Seiji belum tidur sejak masuk ke kamar, menunggu Syelin dan Irine siuman setelah obat penawar berhasil lolos melewati tenggorokan mereka. "Aku tidak peduli alasanmu menikahiku, tetapi apakah kamu akan melewatkan mencicipi tubuhku di malam pertama pernikahan kita?" cetus Irine seraya bangkit dan menyobek gaun pengantinnya menjadi beberapa bagian yang tersebar di lantai."Akhirnya kamu bangun," ucap Seiji santai.Seiji beringsut mundur bersandar ke kepala ranjang, memperhatikan Irine yang menelanjangi dirinya sendiri sampai tidak ada satu helai kainpun tersisa pada tubuh montok berisinya.Irine menarik meja kerja yang
Mr. Philippe bergegas pulang ke kediaman Yuan dan pergi ke kamar Seiji."Kotak obat kuat," gumam Mr. Philippe mengulangi ucapan Seiji yang memintanya membawa kotak itu ke hotel segera.Mr. Philippe membuka laci nakas dan menemukan beberapa kotak karet pengaman yang terlihat masih bersegel.Mr. Philippe menggerutu mengomeli Seiji dan jemarinya terus memeriksa kotak-kotak di dalam laci dan akhirnya menemukannya ada di dalam kotak karet pengaman yang segelnya sudah tidak utuh.Mr. Philippe memasukkan kotak yang dia dapatkan tersebut ke dalam kantung pakaiannya, juga membawa satu kotak karet pengaman yang bergambar gerigi pada luar kotak bersamanya.Kediaman Yuan sangat sepi, tetapi Mr. Philippe melihat ada bayangan seseorang berdiri di depan pintu masuk kediaman. "Lewat sini," bisik suara Brook terdengar di telinga Mr. Philippe. Brook mengajak Mr. Philippe ke atas rooftop. "Tunggu, kamu tidak memintaku untuk terjun bersamamu, 'kan? Ini sangat tinggi!" Mr. Philippe belum pernah melakuk
Janette terbatuk dan segera menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Sedangkan Nicholas membawa kursi rodanya ke balkon hotel depan ruangan pesta pernikahan Seiji dan Irine."Jika kamu sungguh-sungguh mencintai Daddy kami, mengakulah pada Sky jika kalian sudah memperdayanya sejak dia pemuda belia dan menewaskan Diana,"Janette terkejut menoleh ke samping menatap Nicholas. "Diana? Aku tidak mengetahui hal tersebut!" spontan Janette menjawab cepat.Janette mengetahui jika Diana adalah kekasih Henry sebelumnya tetapi penyebab kematiannya, dia tidak pernah tahu kebenarannya karena Henry mengatakan Diana bunuh diri di kamarnya dengan meminum racun yang menghancurkan tubuh bagian bawahnya.Sudut bibir Nicholas melengkung sinis, "Aku tegaskan padamu, berhenti berpura-pura, Janette! Aku tidak seperti Sky yang akan berhati lemah menghadapimu apalagi setelah mengetahui keterlibatanmu menewaskan Katherine dan Thomas Yuan!"Nicholas sengaja menyebut nama orangtuanya sebagai penegasan pada Janet
Janette menatap lekat pada Nicholas yang sedang duduk sarapan di seberang mejanya."Kita harus bicara, Nick!" ucap Janette setelah menyendok beberapa suap makanannya yang sama sekali tidak bisa dia nikmati.Nicholas menggedikkan kedua alisnya berujar, "Silakan!""Hanya kita berdua!" pinta Janette tegas seakan tubuhnya tiba-tiba menjadi sehat bertenaga."Apakah ada orang lain di meja makan ini, Janette?" sahut Nicholas tersenyum sinis.Nicholas menegakkan punggungnya ke sandaran kursi duduknya, mengambil gelas air mineral untuk dia minum.Janette menelan salivanya yang terasa pahit. Bertahun-tahun dia berinteraksi dengan Nicholas, tetapi dia masih belum bisa merengkuh hatinya seperti dia mendapatkan Sky."Kemana kamu beberapa hari ini?" tanya Janette berbasa basi."Untuk apa aku melaporkan kegiatanku padamu Janette? Aku sudah tidak bekerja lagi untukmu!" sahut Nicholas menyeringai sinis."Oh ya, Henry sudah tewas di Hongkong. Ku dengar staffnya yang membunuhnya dengan racun, karena mer
Nicholas tiba di kediaman Yuan sebelum tengah malam tiba. Mr. Philippe belum tidur dan dia langsung tersenyum senang melihat kedatangan Nicholas."Tuan muda Sky masih di rumah sakit," ucapnya pelan.Nicholas mengangguk samar. Melirik ke arah pintu kamar Janette sebentar sebelum dia pergi ke dapur untuk bertemu Alex."Dimana Syelin?" ucap Nicholas bertanya pada Mr. Philippe yang masih mengikutinya sampai le dapur."Syelin dibawa Seiji menginap di apartemen Irine," sahut Mr. Philippe sambil mengambil cangkir dari kabinet dan menuangkan minuman segar untuk Nicholas."Alex sedang berada di halaman belakang," cetus Mr. Philippe memperhatikan wajah Nicholas yang terlihat tenang.Mr. Philippe sudah sangat paham akan ketenangan Sky dan Nicholas, karena itu berarti telah atau akan terjadi sesuatu yang menyenangkan mereka."Uhm, aku ke kamar dulu. Nanti kalau Alex kembali, minta dia bawakan pasta saus tomat ke kamarku," tutur Nicholas seraya berjalan menaiki tangga menuju kamarnya di lantai du
"Aku sudah memperingatkan kalian, jangan pernah mengganggu Sky! Tapi ternyata kalian sudah paham akan risikonya!" ujar Nicholas tegas dan tajam menatap Henry Han, Ayah yang membesarkannya sejak bayi.Henry sedang duduk pada kursi empuk dalam ruangan kerjanya di Hongkong saat Nicholas masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk."Kamu datang, mau makan apa?" tanya Henry mengabaikan ucapan sengit Nicholas saat tadi memasuki ruangannya.Henry menekan tombol pada pesawat telpon, "Bawakan dua cangkir kopi ke ruanganku, sekarang!" ucap Henry pada pekerjanya lalu berdiri mempersilahkan Nicholas duduk pada sofa mewah yang terdapat di dalam ruangan."Jangan menguji kesabaranku, Henry! Kamu sangat tau tujuanku datang ke sini bukan untuk bersantai ataupun menikmati secangkir kopi yang bisa saja telah kau perintahkan membubuhkan racun untukku!"Nicholas terlihat sangat kaku, sungguh berbeda dengan Sky yang bisa mengikuti alur para musuhnya meskipun bersikap dingin.Nicholas memang dibesarkan hampir tida
Keita menerima laporan dari teman-temannya yang dia tempatkan untuk mengawasi Riri di pusat rehabilitasi meskipun juga sangat mudah baginya meretas sistem keamanan di sana dan melihat apapun yang terjadi. "Aku ada pekerjaan, nanti aku kembali lagi!" ucap Keita pada Daffa, lalu dia melirik sebentar ke arah pintu ruangan Sky yang tertutup rapat. "Amankan dia, dan pinta Dokter memeriksa keadaan Riri!" pinta Keita kepada temannya melalui sambungan telpon yang juga merupakan anak buah Seiji di Singapura. "Ku rasa dia tidak bekerja sendiri, karena dia hanya seorang tukang bersih-bersih, bukan orang lokal," ujar teman Keita di telpon padanya. "Hm! Buat dia bicara, tawarkan uang kalau begitu!" saran Keita cukup gemas dengan cara kerja orang yang masih belum berhenti mengusik ketenangan hidup Alin dan Sky. Tidak lama, Keita sudah sampai pada sebuah rumah yang tidak jauh dari pusat rehabilitasi. Keita mendorong pintu yang tidak terkatup rapat dengan ujung telunjuknya. Terlihat seorang