Nicholas membawa Sky ke rumah ibu mereka, Katherine Morris di Skotlandia. Nicholas juga mengunci apapun info dan signal dirinya dan Sky dari Seiji maupun Keita. Nicholas adalah murid yang baik, dia belajar cara mengunci signal dari Keita yang merupakan murid terbaik Seiji dan sekarang dia melindungi dirinya juga Sky dari Keita dan Seiji. Sejak Robert dan Wesley di tangkap, perusahaan Sky yang berada di New York sedikit mengalami goncangan. Ketika Sky masih belum bisa bekerja, Nicholas melakukan backup data dan membantu menangani masalah perusahaan secara diam-diam di samping dia mencari pembelot di antara para pengawal Ayahnya Henry. Sekarang Sky sudah mulai bisa bekerja kembali di belakang layar menggunakan akun Daffa yang di duplikasi oleh Nicholas. Dan di sela-sela waktunya dia habiskan dengan berkuda di peternakan atau ke pantai. Sesekali Sky masih terlihat melukis meski pria itu tampak tidak menikmatinya lagi.Sudah sebelas bulan tiga minggu berlalu sejak Sky melihat Alin tidur
Pesta ke satu tahun Syelin diadakan di restoran hotel Sky Yuan dengan tema makan malam bersama. Sean libur selama beberapa hari untuk menghadiri pesta ulang tahun adik perempuannya tersebut. Ini adalah idenya Janette yang merasa dirinya mungkin tidak bisa lagi ikut merayakan pesta ulang tahun Syelin di tahun-tahun berikutnya. Aunty Chen, Amey, Ahmed dan pedagang di food court Bisan tentu saja datang, begitu juga dengan Mirza yang datang bersama istri dan putrinya Melvi.Dari semenjak lahir sampai berumur satu tahun, Syelin selalu di mandikan pagi dan sore oleh Seiji. Hanya libur yang bisa di hitung dengan jari. Syelin akan merengek dan sulit di tenangkan jika tidak mendengar atau video call dengan Seiji. Begitulah anak perempuan cantik bermata biru itu selalu merasakan jika Seiji adalah Papanya. Mr. Philippe dan Janette hanya tersenyum melihat Syelin yang lebih manja ke Seiji, mereka tidak pernah lupa bagaimana peran Seiji terhadap Syelin saat dia masih berada dalam kandungan
Syelin menangis terisak di leher Sky, air mata bayi berumur satu tahun itu membanjir membasahi leher dan kemeja yang di pakai Sky Yuan. Hati Sky merasa sangat sakit mendengar tangisan putri kecilnya itu, tangannya mendekap erat tubuh Syelin dan menciuminya. Tapi tangisan Syelin tidak kunjung berhenti. Nicholas memegang pundak Sky dan akhirnya Sky mengembalikan putrinya ke pelukan Daffa.Mr. Philippe datang dari samping membujuk Syelin dan mendudukkannya di pelukannya, mata besar Syelin berpendar mencari berkeliling pria mata biru yang tadi memeluknya, namun dia Sky sudah pergi dengan cepat bersama Nicholas.Daffa duduk di kursi depan Syelin yang di pangku Mr. Philippe membelai rambut coklat milik Syelin.Daffa berbicara lembut ke bayi perempuan itu layaknya kepada anak yang sudah bisa berbicara, “Daddy-mu sedih melihatmu menangis. Katakan pada Ayah, apa yang membuat Syelin menangis? Syelin mau Mommy?” Syelin mengangguk dan mengulurkan ked
Alin terkejut melihat orang yang duduk kaku tidak bisa bergerak di depannya. Dengan cepat Alin membuka kembali totokannya di bahu, leher dan punggung pria yang tersenyum manis menatapnya sedangkan Alin masih tidak bisa berkata apapun, mulutnya terbuka tapi tidak ada kata yang keluar karena terlalu banyak kata dalam pikiran Alin yang ingin berdesakan keluar. “Wifey …” panggil Sky lirih, berdiri menyerahkan satu cangkir coklat hangat yang sudah selesai dia buat untuk Alin dan satu untuk dirinya. “Duduklah di dalam, aku sudah membakar roti untukmu.” ujar Sky kembali menarik tangan Alin dengan tangannya kirinya dan mendorong sedikit punggung Alin dengan tangan yang memegang cangkir coklat hangat agar Alin masuk ke dalam tenda di hadapan mereka. Alin menurut, masih terus menatap wajah Sky Yuan di sampingnya, tidak ingin berkedip karena jika berkedip dia kuatir pria di sebelahnya akan pergi dan semuanya hanyalah mimpi sampai Alin duduk pun dia tetap patuh mengikuti apapun ucapan pria yan
Alin masih bermalasan di atas ranjang di kediaman Sky Yuan di belahan Skotlandia. Hanya ada mereka berdua di rumah, Lupita masih fokus melanjutkan kuliahnya sedangkan Mr. Rain sudah menemui ajalnya akibat perbuatannya di Singapura. Dan para pekerja lainnya hanya datang membersihkan rumah pagi hari sekaligus mengantarkan bahan makanan. Anak buah Nicholas tetap berjaga di kejauhan termasuk Brook yang memang selalu mengikuti Alin kemanapun dia pergi kecuali ke Jepang waktu itu tapi dia datang saat penyelamatan Alin dan Seiji bersama Nicholas. Alin sudah bangun dari tadi, tapi dia masih menelungkup di atas ranjang. Menghirup udara segar wangi musim semi di Skotlandia bercampur aroma asin air laut, sangat wangi. Tubuhnya merasakan ngilu dan masih perih akibat pelepasan kerinduannya dengan Sky yang sudah setahun lebih tidak bertemu. “Wife, kamu masih tidur?” Sky datang membawa salad, bubur roti dan susu segar untuk mereka berdua ke kamar dan meletakkannya di atas meja. Sky ikut masuk ke
Selesai sarapan pagi, Sky mengajak Alin jalan-jalan ke Edinburgh yang berjarak tiga puluh menit berkendara mobil sport milik Sky Yuan. Udara sangat segar karena kota Edinburgh baru saja di guyur hujan deras. Suhu di Edinburgh lebih dingin dari tempat tinggal Sky yang lebih dekat ke laut. Sky memarkirkan mobilnya di salah satu lobi hotel, menyerahkan kunci mobilnya ke staff valet hotel yang siap sedia untuk memarkirkan mobilnya.Alin baru pertama kali datang ke Edinburgh ini dan dari awal sudah menyukai kota dingin yang sangat klasik di matanya. dia tidak sabar ingin jalan-jalan mengitari dan menikmati segalanya. Alin langsung menarik lengan Sky untuk beralasan minum kopi di salah satu kafe yang tidak jauh dari hotel.“No kafein, Wifey!” bisik Sky lembut menuruti istrinya itu masuk ke salah satu cafe yang terletak di pinggir jalan bersebelahan dengan toko menjual bunga yang seperti menyatu dengan cafe karena memang tidak ada penyekat yang membata
Alin tidak berani menatap mata Sky Yuan yang sedang berjongkok di hadapannya. Sky terlalu sangat sempurna sebagai laki-laki, sebagai pria dan sebagai suami juga sangat tampan dengan bentuk tubuh yang bisa mengalahkan para model pria international. “Kamu akan mengakuisisi hotel ini?” tanya Alin singkat sambil memperhatikan interior kamar suite president yang mereka tempati, sangat bagus. Dan lokasi hotel juga ada di pusat kota Edinburgh. “Ya, masih dalam tahap pembicaraan. Tapi kami serius ingin bekerja sama. Sekarang katakan padaku, ada apa?”Alin menelan salivanya dengan berat, “Kamu sudah sering ke sini, apakah kamu pernah bercinta dengan para wanita yang kamu kenal di sini dan melewatkan malam bersama atau one night stand?” cicit Alin pelan memalingkan matanya tapi ekor matanya memperhatikan perubahan sekecil apapun pada diri suaminya itu. “Och Tuhan, Alin! Kamu cemburu, Wifey?” Sky berteriak, menangkup wajah Alin dengan kedua tangannya. Menatap dalam ke netra coklat hazel mili
Alin selesai membersihkan dirinya dan keluar menggunakan jubah mandi. Sky Yuan langsung berdiri menghampiri istrinya itu. "Aku ga bisa bermain solo. Kamu bantu ya" mohon Sky sedikit merajuk menarik tangan Alin, mengecup punggung tangan wanitanya itu lembut lalu dia bawa duduk di sofa di pinggir jendela. Alin duduk di sofa, sengaja membelakangi Sky Yuan yang memeluknya dari belakang, melihat pemandangan kota Edinburgh yang terlihat sangat jelas dari jendela tempat Alin duduk. Hujan turun gerimis yang bulir-bulirnya seperti jutaan berlian jatuh ke bumi. Alin sangat menyukai hujan, membuat pikirannya menjadi lebih tenang. "Sudah ga marah lagi kan? Jadi kamu cemburu karena kamu datang bulan, Wifey?" Sky menangkup kedua pipi Alin, menengadahkannya dan memberikan kecupan-kecupan manis di atas bibir dan wajah istrinya itu yang kalau merajuk bisa membuat dunia Sky Yuan tenggelam. Sky bukan pria penggombal yang punya banyak stok kata-kata manis, dia adalah pria yang memiliki hasrat besar d
Sky dan Seiji beserta keluarganya pergi ke perkebunan anggur keluarga Nabila menggunakan limousin sedangkan Nabila berkendara bersama Jonathan di depan sebagai penunjuk jalan yang sebenarnya tidak perlu karena sopir limousin adalah sopir pribadi keluarga Nabila yang sudah biasa datang ke perkebunan."Dasar pamer!" gerutu Seiji menatap tajam pada Sky, saat melihat tanda cinta di leher, pundak serta bagian depan dada Alin yang tetap tidak tertutupi oleh syal yang dia pakai."Apa pamer?" ceplos Alin yang tidak mengerti pada awalnya."Suami brengsekmu yang pamer!" sahut Seiji dan Sky langsung tergelak diikuti oleh Syelin.Sky duduk memeluk Syelin yang sudah mulai terlihat akrab dengannya."Syelin sebentar lagi punya adek bayi. Kalau mau pamer itu harus ada bukti hidupnya, bukan tanda yang bisa hilang dalam hitungan hari!" Seiji sengaja meraba perut Irine dan mengusapnya di depan Sky.Keita dan Sean serempak mengulum senyum melihat pria sedewasa dan sedingin Seiji bisa bertindak absurd di
Mr. Philippe mendapatkan pemutusan surat kerjanya yang tidak perlu lagi dia mengabdikan diri jadi pelayan di kediaman Yuan. Tetapi dia bersikeras tetap ingin bekerja untuk Sky di kediaman sehingga Sky memberikan pekerjaan sebagai notaris padanya, menggantikan Norman yang akhir hidupnya tetap berkhianat bersama Keith pada Sky dan Nicholas.Pulang dari ziarah makam Thomas, Janette tidak bisa bertahan lagi terhadap penyakitnya dan akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan Sky.Nicholas juga berada di dekat Janette disaat terakhir hidupnya, dia memaafkan semua salah dan khilaf Janette di masa lalu.Tiga bulan kemudian,Sky membawa Alin dan Sean berlibur ke Sydney sekaligus bertemu Jonathan di kantor cabang milik Sky di Sydney.Jonathan membuat pertemuan dengan Sky dan Alin di sebuah restoran mewah pusat kota Sydney. "Kenalkan, ini Nabila. Bila, ini bosku Sky Yuan, Alin dan putra mereka Sean, juga ini Keita," Jonathan memperkenalkan wanita yang datang bersamanya kepada Sky, Ali
Seiji dan Irine bukan pertama kali tidur bersama. Sekarang mereka sudah menikah meski di dalam hati Seiji masih tetap Alin yang bertahta. Tetapi tubuhnya masih seperti biasa, bisa bereaksi menegang sempurna saat melihat Irine.Syelin dibawa Nicholas keluar kamar sejak tengah malam untuk tidur bersamanya dan Sean.Kepergian Syelin tersebut ikut membangunkan Irine sedangkan Seiji belum tidur sejak masuk ke kamar, menunggu Syelin dan Irine siuman setelah obat penawar berhasil lolos melewati tenggorokan mereka. "Aku tidak peduli alasanmu menikahiku, tetapi apakah kamu akan melewatkan mencicipi tubuhku di malam pertama pernikahan kita?" cetus Irine seraya bangkit dan menyobek gaun pengantinnya menjadi beberapa bagian yang tersebar di lantai."Akhirnya kamu bangun," ucap Seiji santai.Seiji beringsut mundur bersandar ke kepala ranjang, memperhatikan Irine yang menelanjangi dirinya sendiri sampai tidak ada satu helai kainpun tersisa pada tubuh montok berisinya.Irine menarik meja kerja yang
Mr. Philippe bergegas pulang ke kediaman Yuan dan pergi ke kamar Seiji."Kotak obat kuat," gumam Mr. Philippe mengulangi ucapan Seiji yang memintanya membawa kotak itu ke hotel segera.Mr. Philippe membuka laci nakas dan menemukan beberapa kotak karet pengaman yang terlihat masih bersegel.Mr. Philippe menggerutu mengomeli Seiji dan jemarinya terus memeriksa kotak-kotak di dalam laci dan akhirnya menemukannya ada di dalam kotak karet pengaman yang segelnya sudah tidak utuh.Mr. Philippe memasukkan kotak yang dia dapatkan tersebut ke dalam kantung pakaiannya, juga membawa satu kotak karet pengaman yang bergambar gerigi pada luar kotak bersamanya.Kediaman Yuan sangat sepi, tetapi Mr. Philippe melihat ada bayangan seseorang berdiri di depan pintu masuk kediaman. "Lewat sini," bisik suara Brook terdengar di telinga Mr. Philippe. Brook mengajak Mr. Philippe ke atas rooftop. "Tunggu, kamu tidak memintaku untuk terjun bersamamu, 'kan? Ini sangat tinggi!" Mr. Philippe belum pernah melakuk
Janette terbatuk dan segera menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Sedangkan Nicholas membawa kursi rodanya ke balkon hotel depan ruangan pesta pernikahan Seiji dan Irine."Jika kamu sungguh-sungguh mencintai Daddy kami, mengakulah pada Sky jika kalian sudah memperdayanya sejak dia pemuda belia dan menewaskan Diana,"Janette terkejut menoleh ke samping menatap Nicholas. "Diana? Aku tidak mengetahui hal tersebut!" spontan Janette menjawab cepat.Janette mengetahui jika Diana adalah kekasih Henry sebelumnya tetapi penyebab kematiannya, dia tidak pernah tahu kebenarannya karena Henry mengatakan Diana bunuh diri di kamarnya dengan meminum racun yang menghancurkan tubuh bagian bawahnya.Sudut bibir Nicholas melengkung sinis, "Aku tegaskan padamu, berhenti berpura-pura, Janette! Aku tidak seperti Sky yang akan berhati lemah menghadapimu apalagi setelah mengetahui keterlibatanmu menewaskan Katherine dan Thomas Yuan!"Nicholas sengaja menyebut nama orangtuanya sebagai penegasan pada Janet
Janette menatap lekat pada Nicholas yang sedang duduk sarapan di seberang mejanya."Kita harus bicara, Nick!" ucap Janette setelah menyendok beberapa suap makanannya yang sama sekali tidak bisa dia nikmati.Nicholas menggedikkan kedua alisnya berujar, "Silakan!""Hanya kita berdua!" pinta Janette tegas seakan tubuhnya tiba-tiba menjadi sehat bertenaga."Apakah ada orang lain di meja makan ini, Janette?" sahut Nicholas tersenyum sinis.Nicholas menegakkan punggungnya ke sandaran kursi duduknya, mengambil gelas air mineral untuk dia minum.Janette menelan salivanya yang terasa pahit. Bertahun-tahun dia berinteraksi dengan Nicholas, tetapi dia masih belum bisa merengkuh hatinya seperti dia mendapatkan Sky."Kemana kamu beberapa hari ini?" tanya Janette berbasa basi."Untuk apa aku melaporkan kegiatanku padamu Janette? Aku sudah tidak bekerja lagi untukmu!" sahut Nicholas menyeringai sinis."Oh ya, Henry sudah tewas di Hongkong. Ku dengar staffnya yang membunuhnya dengan racun, karena mer
Nicholas tiba di kediaman Yuan sebelum tengah malam tiba. Mr. Philippe belum tidur dan dia langsung tersenyum senang melihat kedatangan Nicholas."Tuan muda Sky masih di rumah sakit," ucapnya pelan.Nicholas mengangguk samar. Melirik ke arah pintu kamar Janette sebentar sebelum dia pergi ke dapur untuk bertemu Alex."Dimana Syelin?" ucap Nicholas bertanya pada Mr. Philippe yang masih mengikutinya sampai le dapur."Syelin dibawa Seiji menginap di apartemen Irine," sahut Mr. Philippe sambil mengambil cangkir dari kabinet dan menuangkan minuman segar untuk Nicholas."Alex sedang berada di halaman belakang," cetus Mr. Philippe memperhatikan wajah Nicholas yang terlihat tenang.Mr. Philippe sudah sangat paham akan ketenangan Sky dan Nicholas, karena itu berarti telah atau akan terjadi sesuatu yang menyenangkan mereka."Uhm, aku ke kamar dulu. Nanti kalau Alex kembali, minta dia bawakan pasta saus tomat ke kamarku," tutur Nicholas seraya berjalan menaiki tangga menuju kamarnya di lantai du
"Aku sudah memperingatkan kalian, jangan pernah mengganggu Sky! Tapi ternyata kalian sudah paham akan risikonya!" ujar Nicholas tegas dan tajam menatap Henry Han, Ayah yang membesarkannya sejak bayi.Henry sedang duduk pada kursi empuk dalam ruangan kerjanya di Hongkong saat Nicholas masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk."Kamu datang, mau makan apa?" tanya Henry mengabaikan ucapan sengit Nicholas saat tadi memasuki ruangannya.Henry menekan tombol pada pesawat telpon, "Bawakan dua cangkir kopi ke ruanganku, sekarang!" ucap Henry pada pekerjanya lalu berdiri mempersilahkan Nicholas duduk pada sofa mewah yang terdapat di dalam ruangan."Jangan menguji kesabaranku, Henry! Kamu sangat tau tujuanku datang ke sini bukan untuk bersantai ataupun menikmati secangkir kopi yang bisa saja telah kau perintahkan membubuhkan racun untukku!"Nicholas terlihat sangat kaku, sungguh berbeda dengan Sky yang bisa mengikuti alur para musuhnya meskipun bersikap dingin.Nicholas memang dibesarkan hampir tida
Keita menerima laporan dari teman-temannya yang dia tempatkan untuk mengawasi Riri di pusat rehabilitasi meskipun juga sangat mudah baginya meretas sistem keamanan di sana dan melihat apapun yang terjadi. "Aku ada pekerjaan, nanti aku kembali lagi!" ucap Keita pada Daffa, lalu dia melirik sebentar ke arah pintu ruangan Sky yang tertutup rapat. "Amankan dia, dan pinta Dokter memeriksa keadaan Riri!" pinta Keita kepada temannya melalui sambungan telpon yang juga merupakan anak buah Seiji di Singapura. "Ku rasa dia tidak bekerja sendiri, karena dia hanya seorang tukang bersih-bersih, bukan orang lokal," ujar teman Keita di telpon padanya. "Hm! Buat dia bicara, tawarkan uang kalau begitu!" saran Keita cukup gemas dengan cara kerja orang yang masih belum berhenti mengusik ketenangan hidup Alin dan Sky. Tidak lama, Keita sudah sampai pada sebuah rumah yang tidak jauh dari pusat rehabilitasi. Keita mendorong pintu yang tidak terkatup rapat dengan ujung telunjuknya. Terlihat seorang