Home / Young Adult / Terjerat Pesona Kakak Tiriku / Chapter 3 (Musibah atau berkah?)

Share

Chapter 3 (Musibah atau berkah?)

Author: Scorpio_Girl
last update Last Updated: 2024-11-01 21:18:05

BYURRRRR ...

Pada akhirnya, Adnessa dan Axelio sama-sama terjatuh kedalam kolam. Axelio yang saat itu tengah memeluk Adnessa, tanpa sengaja melihat tubuh adik tirinya yang terlihat menggoda dengan keadaan yang basah kuyup, tanpa terkecuali, hingga menampakan lekuk tubuhnya yang indah, bahkan dadanya pun terlihat jelas menonjol.

'Sebenarnya, ini sebuah musibah atau berkah?!' batin Axelio seraya mengusap kasar wajahnya. Entah kenapa, Axelio menjadi sedikit gusar hingga kesulitan untuk menelan salifanya.

'Apa-apaan ini? Kenapa dia menatap ku seperti itu?' Spontan, Adnessa menyilangkan kedua tangannya di depan dada, dan segera mendorong Axelio untuk menjauh.

'Shittt,' hal itu membuat Axelio seketika sadar dengan apa yang baru saja dia pikirkan. Lagi pula, pria dewasa mana yang tidak berfikiran buruk ketika di suguhkan dengan pemandangan seperti itu?

Setelah pelukan itu terlepas, tanpa sepatah kata, Adnessa berbalik badan dan berjalan menepi, meninggalkan Axelio yang masih terdiam menatapnya.

DEGGG.

Saat Adnessa sudah berada di tepi kolam, dan berniat untuk naik ke atas, tiba-tiba saja gadis itu di kejutkan dengan sebuah tangan yang melingkar di perutnya dari arah belakang.

Axelio memutar tubuh Adnessa perlahan, agar menatap kearahnya, "Sa, bisa tidak, kalau kamu menganggap aku bukan sebagai kakak kamu?!"

Hah? permintaan macam apa itu? Entah kenapa jantung Adnessa berdetak semakin kencang, ketika Axelio perlahan menekan tubuhnya hingga tersudut di tepi kolam. Bahkan, hingga tidak ada jarak sama sekali di antara mereka.

'Tenanglah, Nessa. Pasti dia hanya menggodamu saja,' Tapi sungguh, itu tidak lucu. Adnessa berusaha untuk menormalkan kembali detak jantungnya yang seperti ingin melompat keluar. Namun, kenapa semakin lama wajah Axelio terlihat semakin mendekat ke arahnya?

"Apa yang kamu lakukan? Minggir?!" ucap Adnessa, ketika tinggal beberapa inchi lagi bibir mereka bertemu. Untung saja Adnessa masih sadar dan segera mendorong tubuh Axelio agar menjauh darinya.

Sekilas, Adnessa sempat menatap wajah tampan Axel, 'Dia memang tampan, dia memang menggoda. tapi, kita saudara!'

Tanpa berlama-lama, Adnessa segera berbalik badan dan memungut handuk kimono miliknya yang tergeletak di atas lantai, sebelum meninggalkan tempat itu.

Sedangkan Axelio, pria itu hanya terdiam, menatap punggung Adnessa yang semakin menjauh dan menghilang di balik pintu ruangan itu. Mengingat respon Adnessa, sepertinya gadis itu tidak menyukainya, membuat Axelio kesal sendiri hingga memukul-mukul permukaan air untuk menyalurkan kekesalannya.

"Sedang apa, ya, dia?" gumam Axelio yang tengah melamun di balkon kamarnya, seraya menatap ke arah kamar Adnessa yang kebetulan bersebelahan dengan kamarnya.

Axelio menyandarkan tubuhnya, seraya menyesap sebatang rokok yang terselip di jemarinya. di tengah lamunanya, tanpa terasa ponsel di sakunya berbunyi membuyarkan lamunannya tentang Adnessa.

"Ada apa, Van?" tanya Axelio.

"Pffftttttt, tumben suara lo kusut gitu, kenapa?" tanya Revan yang justru meledek Axelio.

Axelio menghela nafas, rasanya sangat malas untuk meladeni Revan yang memang anaknya rame dan iseng, "Kalau nggak ada yang penting, gue matiin teleponnya!"

Mendengar respon Axelio yang tidak seperti biasanya, hal itu membuat Revan sedikit penasaran. karena jika seperti ini, sahabatnya itu pasti sedang ada masalah.

"Lah, tumben. Lagi banyak masalah, lo? Cerita, bro, sama gue! Gue ada di tempat biasa, kalau nggak sibuk, main lah kemari!" 

"Balap?"

"Iya, lah, bro. Kemana lagi? Nanti juga ada pesta disana, seorang Axelio Hansel masa tidak datang?!" sahut Revan, karena biasanya 'tidak ada pesta tanpa Axelio.'

"Sorry, gue sibuk!" sahut Axelio yang langsung mematikan ponselnya,  memutus percakapan itu.

Axelio kembali menatap ke arah balkon kamar Adnessa, bertanya-tanya, kenapa akhir-akhir ini dirinya merasa ada sesuatu yang aneh ketika melihat adik tirinya tu. Bahkan, sekarang dirinya merasa kalut, setelah kejadian tadi dan Adnessa sama sekali tidak terlihat keluar dari kamarnya.

Akhirnya, Axelio memutuskan untuk melihat keadaan Adnessa melalui pintu balkon kamar gadis itu. Namun, baru saja dirinya akan melompati pagar pembatas, netranya tidak sengaja melihat Adnessa yang keluar dari kamar dan berdiri di balkon dengan ponsel yang berada di telinganya. Gadis itu terlihat sibuk berbicara dengan seseorang, membuatnya tidak menyadari keberadaan Axelio di sana.

'Apa yang dia bicarakan, serius sekali?!' batin Axelio penasaran.

"Kamu mau kesini, menemuiku? Serius?!" ucap Adnessa.

Entah siapa yang saat ini berbicara dengan Adnessa hingga membuat gadis itu bisa sebahagia itu. Tentu saja, hal itu semakin membuat Axelio semakin penasaran. Bahkan, Axelio sampai mendekat ke arah Adnessa dan berdiri tepat di belakang gadis itu hanya untuk mendengarkan percakapan Adnessa dengan seseorang dari ponsel itu.

"Baiklah, kalau begitu, aku .... AAAAAAAA," Adnessa terkejut, setelah berbalik badan dan mendapati Axel yang berdiri tepat di belakangnya.

"Sa, kamu kenapa?" ucap seseorang dari ponsel Adnessa, yang terdengar samar, namun Axelio bisa memastikan jika pemilik suara itu seorang pria.

"Tidak ada apa-apa, nanti kita bicara lagi, ya!" ucap Adnessa dengan jantung yang masih berdebar, seraya mengakhiri panggilan telepon itu.

"Kenapa kamu ada di sini?" tanya Adnessa dengan wajah kesal seraya memegangi dadanya.

Sedangkan Axelio, pria itu hanya berdiri mematung menatap ke arah Adnessa. Setelah beberapa menit, tiba-tiba saja Axelio berbalik badan dan melangkah pergi, tanpa sepatah kata atau sekedar menjawab pertanyaan Adnessa. Membuat Adnessa menatap aneh ke arah Axelio, namun Adnessa tidak ingin terlalu memikirkannya dan lebih memilih untuk masuk kedalam, bersiap untuk menemui kekasihnya yang akan datang menemuinya di kota ini.

***

Sore itu, Adnessa benar-benar menemui kekasihnya, Giovan. Bahkan, kali ini Adnessa terlihat sangat cantik dan sedikit anggun dari biasanya. 

Ditengah perjalanan, tiba-tiba saja Adnessa teringat dengan suatu hal ketika melewati kompleks pusat perbelanjaan. Tanpa berpikir panjang, gadis itu segera memarkirkan mobil yang di kendarainya dan segera turun setelah mobil itu berhenti. 

"Masih satu jam lagi!" gumam Adnessa, setelah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Adnessa melangkahkan kakinya menyusuri pusat perbelanjaan itu, mencari kado yang akan dia berikan kepada kekasihnya sebagai kejutan. Setelah 30 menit berkeliling, akhirnya Adnessa menemukan sebuah jam tangan yang menurutnya sangat cocok jika dikenakan oleh Geovan. Akhirnya, tidak ingin berlama-lama Adnessa memutuskan untuk membeli jam itu. Dengan senyum sumringah, Adnessa kembali melangkahkan kakinya keluar dari pusat perbelanjaan itu, dengan sebelah tangan yang menenteng mini bag berwarna hitam.

DRTTTT ... DRTTTT ... DRTTTT.

Adnessa tersenyum, melihat siapa yang menelponnya, "Iya, hallo?!"

"Sayang, maaf, sepertinya hari ini aku tidak jadi datang menemuimu," ucap Geovan.

Mendengar kalimat itu, dahi Adnessa terlihat sedikit berkerut. Pasalnya siang tadi, Geovan sudah bilang jika dirinya sudah dalam perjalanan. Tapi, kenapa tiba-tiba membatalkan pertemuan ini? Aneh sekali.

"Bukannya kamu-"

"Sayang, maaf hari ini aku sangat sibuk. Nanti, ya, kita bicara lagi!" potong Geovan yang langsung mengakhiri panggilan itu.

"Ishhhh, aneh sekali!" gumam Adnessa sedikit kesal.

Adnessa memutuskan untuk beristirahat sejenak di dalam mobi, gadis itu mnatap sekilas ke arah mini bag berwarna hitam yang berada di kursi samping. Melihat semua yang dia usahakan hari ini, dan sia-sia, membuat Adnessa sedikit bad mood.

"Sudah sampai di sini, kalau begitu sekalian saja pergi ke ..." Adnessa tidak melanjutkan kalimatnya, gadis itu tersenyum melihat sebuah tempat dari layar ponselnya. Tanpa menunggu lama, Adnessa melajukan mobilnya menuju lokasi sesuai arahan dari aplikasi petunjuk jalan ponselnya.

Sore menjelang malam, itu. Akhirnya Adnessa memutuskan untuk pergi ke salah satu club yang menyediakan arena balap. Baru saja keluar dari mobil, Adnessa sudah di suguhkan dengan beberapa orang yang tengah berpesta, sebelum acara balapnya di mulai. 

BRUGGG.

Tubuh Adnessa limbung hingga terduduk di tanah, setelah dirinya yang memang ceroboh tidak sengaja bertabrakan dengan seorang pria.

"Ishhhh," Desis Adnessa seraya membersihkan kedua telapak tangannya sebelum berdiri.

"Sorry, sorry!" ucap seorang pria seraya mengulurkan tangannya ke arah Adnessa.

Adnessa mengangkat wajahnya, menatap pria yang tengah mengulurkan tangan kerahanya dan tersenyum kaku, "It's okay."

"Astaga. Apa tangan kamu baik-baik saja?" Tanya pria itu yang spontan meraih tangan Adnessa, setelah melihat telapak tangan Adnessa yang kotor.

"Oh, tidak apa-apa. Saya baik-baik saja!" sahut Adnessa yang langsung menarik tangannya.

"Oh, maaf. Saya hanya ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja!" sahut pria itu, merasa kejadian ini juga karena salahnya.

Adnessa tersenyum, "Terimakasih! Kalau begitu, saya permisi!"

"Tunggu!"

Mendengar itu, Adnessa yang telah melangkah seketika menghentikan langkahnya, dan menoleh ke arah pria yang tadi bertabrakan dengannya, "Ada , apa?"

"Ah, tidak. Apa kamu juga mau datang ke pesta?"

Adnessa merapatkan bibirnya dengan sudut bibir yang terlihat sedikit terangkat, sebelum mengangguk mendengar pertanyaan pria muda di depannya, "Iya!"

"Sendiri?" tanya pria itu, setelah menelisik ke arah sekeliling Adnessa.

"Yeahh," sahut singkat Adnessa dengan anggukan kecil.

"Mau pergi bersama?"

Adnessa terdiam sesaat, mempertimbangkan tawaran itu, 'Lagi pula, aku tidak mengenal siapa pun disini. Tapi ... '

Seolah bisa membaca fikiran Adnessa, pria itu kembali mengulurkan tangannya untuk yang kedua kalinya, "Saya Revan Evander, panggil saja Evan!"

"Ahhh, iya. Adnessa!" ucap Adnessa seraya menerima uluran tangan itu.

Setelah perkenalan itu, mereka bersepakat untuk segera masuk kedalam menyambut bagaimana kemeriahan pesta malam ini. Revan mempersilahkan Adnessa untuk melangkah terlebih dahulu, membuat gadis itu tersenyum dengan canggung.

Revan dan Adnessa terlihat berjalan beriringan, dengan setia pria itu menunjukkan dan menjelaskan apa saja yang ada di dalam acara itu.

"Berarti, ini, kali pertama kamu datang kemari?" tanya Revan.

"Emm. Tapi, dulu sering mendengar tentang club ini!"

"Woahh, seterkenal itu, ya! Tapi perlu kamu tau, jangan pernah kamu mendekati sekempulan pria yang berada disana!" ucap Revan, seraya menunjuk ke salah satu tempat dimana ada banyak sekali pria bertato di sana.

"Memangnya, kenapa?" tanya Adnessa, menatap sekilas kearah yang di maksud oleh Revan.

"Yah, kurasa saja kamu kurang cocok untuk berada di sana!" sahut Revan, melihat Adnessa yang sepertinya gadis polos, sangat berbahaya jika sampai masuk kedalam kelompok Brian.

"Oh, begitu. Baiklah," sahut Adnessa, tidak ingin memperpanjang tentang hal itu.

"BTW, kamu tinggal dimana?"

"Di daerah perumahan XXX," sahut Adnessa, tanpa menghentikan langkahnya.

"Woah, benarkah? kebetulan saya ada teman di daerah itu!"

"Benarkah?"

"Yups, kalau boleh tau alamat rumah kamu? Siapa tau nanti saat saya datang kedaerah itu bisa mampir!"

"Ehm, kamu tau kediaman Hansel?"

"Hansel? kamu tinggal di dekat kediaman keluarga hansel?"

Adnessa menggeleng, "Saya tinggal di sana!"

Revan mengerutkan keningnya mendengar jawaban Adnessa, sedikit tidak percaya. Untuk apa gadis ini tinggal disana?

Adnessa menoleh, menatap sekilas ke arah Revan dan tidak sengaja melihat ekspresi aneh pria itu, "Saya adik Axelio Hansel!"

"APA?!" lebih terkejut lagi mendengar pengakuan gadis di sampingnya ini. Pasalnya, selama ini Revan hanya tau jika Axelio adalah putra tunggal di keluarganya. Bagaimana bisa, tiba-tiba memilik seorang adik yang sangat cantik seperti ini?

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 4 (Siapa gadis itu?)

    Karena suara Revan yang cukup keras, membuat semua orang yang berada di sekitar menatap kearah mereka berdua.Dengan raut wajah yang terlihat tidak nyaman, akhirnya Adnessa menjelaskan bagaimana dirinya bisa menjadi putri di keluarga Hansel, "Ckkk, ibu ku menikah dengan om Jhonatan. Jadi, mau tidak mau, saya menjadi adik tiri Axel!" Revan mengangguk paham, "Ohhh, seperti itu. Sepertinya, nanti kita akan sering bertemu!"Adnessa hanya mengedikkan bahunya, dan terus melangkahkan kaki mengelilingi tempat itu. Semakin lama, Adnessa merasa tempat ini lumayan nyaman dan matanya terpana ketika melihat sebuah area kolam dari kejauhan."Van!" Revan yang tengah bersemangat menemani Adnessa berkeliling harus menghentikan langkahnya, setelah mendengar suara seseorang memanggilnya."Woy, bro! Siapa ini?" tanya seorang pria yang sepertinya kenal dekat dengan Revan.Seperti pria lain pada umunya ketika melihat gadis cantik yang belum pernah dijumpai. Pria itu menatap kearah Adnessa dengan pandanga

    Last Updated : 2024-11-10
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 5 (Hal gila)

    "Turunkan aku! Aku tidak sudi di sentuh oleh tangan mu yang kotor itu!" gumam Adnessa dengan suara yang terdengar tidak begitu jelas.Walaupun dalam keadaan setengah sadar, Adnessa masih bisa mengenali siapa lelaki yang memaksa dirinya untuk meninggalkan tempat ini. Seketika, membuatnya merasa jiji saat teringat apa yang di lihatnya di kolam tadi.Sepertinya, usaha Adnessa sia-sia. Walaupun gadis itu telah meronta bahkan mengumpati Axelio dengan kalimat pedasnya agar kakak tirinya itu mau menurunkannya, namun, kenyatannya Axelio tidak goyah sedikit pun dan tetap membawa Adnessa pergi dari tempat itu."Aku benci kamu, aku benci semua orang!" ucap Adnessa seraya memukul pundak Axelio.Tepat di sebelah mobil miliknya, akhirnya Axelio menghentikan langkahnya dan menurunkan Adnessa. Dengan tangan terkepal dan wajah memerah menahan kesal, Axelio menyudutkan tubuh Adnessa di kap mobilnya. Dua pasang mata itu saling beradu tatap dengan pandangan masing-masing. Axelio dengan tatapan kesalnya d

    Last Updated : 2024-12-06
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 6 (Pesona Axcelio)

    Axelio terus melangkah, mengikis jarak diantara dirinya dan Adnessa. Lagi-lagi, hal itu membuat Adnessa tersudut. Glekkk. Di saat seperti ini, mata elang dengan alis tebal yang semakin memperkuat karakter tegas Axelio itu, justru membuat Adnessa kesulitan untuk mengontrol dirinya, bahkan matanya pun tidak beralih sedikit pun dari Axelio. 'Jika boleh mengatakannya dengan jujur, sepertinya aku mulai terpikat dengan pria bajingan ini,' batin Adnessa tanpa sadar. Namun, beberapa saat kemudian Adnessa segera menunduk, untungnya ia segera menyadari ada yang salah dengan otaknya.'Aishhhh, bodoh, apa yang kamu pikirkan barusan?' batin Adnessa merutuki dirinya. DEG. Jantung Adnessa kembali berdesir hebat ketika Axelio tiba-tiba mengangkat dagunya, membawa wajahnya untuk menatap kearah lelaki itu yang kini berdiri tepat di depannya. Bahkan, wajah Axelio kini berada tepat di depan wajah Adnessa dengan jarak yang hanya beberapa inchi. Dengan lembut, Axelio merapikan anak rambut Adnessa yang

    Last Updated : 2024-12-07
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 7 (kebrutalan Axcel)

    "AXELL!"Disaat semuanya sudah hampir terlambat. Terlihat, seorang gadis berparas cantik meneriakkan nama Axelio, membuat tiga pria yang tengah berdebat itu menoleh. Tentu saja hal itu membuat Axelio sedikit bernafas lega, karena akhirnya ada yang mengalihkan perhatian dua sahabatnya ini.'Erika?' Axel mengernyit, melihat siluet yang sangat di kenalnya berjalan mendekat.Dengan senyum lebar, tanpa permisi Erika bergelayut manja di lengan Axelio. Namun, sepertinya Axelio tidak menyambut baik sikap Erika itu, bahkan Axcel segera melepaskan pelukan gadis itu darinya.Mendapat penolakan dari Axelio, tentu saja Erika merasa ada yang berbeda, "Ada apa, xel?""Pffftttttt. Pakek nanya, tentulah Axel risih sama lo!" sahut Aldy.Risih? tidak mungkin. Tadi saja ketika berada di kolam renang dirinya sudah hampir berhasil, mana mungkin Axcel risih dengannya, "Bilang saja kalau lo iri dengan Axcel, heh.""Iri? Gue tarik semua ucapan gue dulu yang sempat mengagumi cewek kayak lo," sahut Aldy. Memang

    Last Updated : 2024-12-08
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 8 (Butterfly Era)

    'Akhh, sialan?!' dengan mata terpejam, Adnessa memukul pelan kepalanya, ketika bayangan kejadian semalam melintas di otaknya. Apa lagi, bayangan wajah Axelio yang sangat menggoda saat itu terus menghantuinya, membuat Adnessa benar-benar tidak nyaman tinggal di kediaman Hansel."Setan bukan, tapi gak ada capeknya, apa? gentayangin gue mulu," keluh Adnessa. Ternyata, sejak kejadian semalam, Adnessa tidak bisa beristirahat dengan tenang. Bahkan, hampir semalaman gadis itu tidak tidur. Untuk mengusir bayangan yang menganggu itu, Adnessa memutuskan untuk berolahraga, ya, walaupun jam menunjukkan masih sangat pagi, bahkan semburat cahaya matahari pun belum muncul."Mau kemana kamu?" "Astaga?!" baru saja Adnessa keluar dari pintu kamarnya, sudah di kejutkan dengan suara berat Axcel.Dengan tatapan kesal dan bibir cemberut, Adnessa menatap ke arah Axcel yang tengah bersandar di dinding, tepat di sebelah pintu kamarnya. Apa dia baru saja pulang? Melihat Axcel masih mengenakan baju yang sama

    Last Updated : 2024-12-09
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 9 (Pengakuan)

    Di tengah kesibukannya. Pagi ini, Axcel memang sengaja meluangkan waktunya untuk mengantar Adnessa."Ngapain masih disana?" tanya Adnessa melihat mobil Axcel yang tidak segera pergi."Suka-suka saya, dong! saya bangun rumah di sini pun tidak akan ada yang berani melarang," sahut Axcel dengan wajah congkaknya."Sombong sekali," gerutu Adnessa yang memilih meninggalkan tempat itu, dan enggan meladeni ucapan Axcel yang pasti nantinya hanya akan membuatnya kesal."Sa?!" panggil Axcel."Jangan nengok, jangan berhenti!!" gumam Adnessa memperingatkan dirinya sendiri dan semakin mempercepat langkahnya."Adnessa sayang. Jangan telat makan dan jaga diri baik-baik, ya. Kalau ada yang gangguin nanti, bilang saja sudah punya saya!" teriak Axcell, membuat Adnessa yang mendengarnya merasa malu."Dasar gila, apa dia tidak malu mengatakan hal seperti itu?" entah itu hanya sebuah candaan atau bagaimana. Namun, menurut Adnessa, kalimat seperti tadi tidak seharusnya di ucapkan sembarangan seperti ini. Kar

    Last Updated : 2024-12-10
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 10 (Dosen Favorit sejuta umat)

    "Mahasiswi baru? Silahkan perkenalkan dirimu!" Sebenarnya, tidak bertanya pun Revan sudah tahu jika Adnessa adalah mahasiswi baru disini. Dan hal ini hanyalah alasan untuknya agar memiliki kesempatan untuk mendekati Adnessa."Baik, pak!" seketika, Adnessa dapat bernafas dengan lega."Pak Revan, saya tidak sekalian bapak suruh untuk maju ke depan?" tanya Laluna.Revan menaikkan sebelah alisnya, ia sudah hafal sekali dengan sifat mahasiswinya itu yang sering menggodanya, "Kamu mau gantikan saya mengajar disini? Kalau memang begitu, saya persilahkan!""Boro-boro, kalau beneran gue yang ngajar, mungkin generasi gen z akan semakin berantakkan," gumam Laluna seraya menelan salivanya dengan kasar. "Pfffttttttt. Katanya dengan senang hati, pak!" sahut Fransisca dengan lantang, seraya menertawai sahabatnya."ya ampun, Sis. Apa-apaan sih, Lo?" keluh Laluna yag membuatnya mendapat sorakan dari teman yang lain.Sebenarnya, hal seperti ini sudah hal yang biasa untuk Revan. Karena di kampus ini,

    Last Updated : 2024-12-11
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 11 (dintara tuan muda Hansel tuan muda Evander)

    Adnessa yang baru saja membuka pintu kamarnya, heran melihat keberadaan Axcel dan Revan berdiri di depan kamarnya, "Kalian, ngapain di sini?"Revan dan Axcel memang bersahabat, tidak heran jika melihat dosen muda itu berada di kediaman Hansel. Tapi, melihat dua pria ini berdiri di depan pintu kamarnya dengan nafas yang naik turun, membuat Adnessa bertanya-tanya."Saya? Saya mengkhawatirkan kamu," sahut Revan to the poin.Adnessa semakin binggung, "Hah? Apa anda salah bicara, Pak?"Maksudnya, dirinya tidak sepenting itu kenapa seorang dosen seperti Revan bisa mengkhawatirkannya?! Apa aku membuat masalah? Adnessa mencoba untuk mengingat apa yang ia lakukan, yang mungkin membuat masalah tanpa ia sadari.Melihat pakaian yang di kenakan Adnessa sedikit terbuka, Axcel segera melepaskan jas yang ia kenakan untuk Adnessa.'Astaga. Malu sekali,' batin Adnessa yang baru saja menyadari pakaiannya."Maksud saya, tadi Axcel datang ke kampus untuk menjemput kamu, dan saya teringat jika kamu sudah pu

    Last Updated : 2024-12-12

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 85 (Nasib dan masa depan)

    Baru saja Adnessa memasuki rumah, ia sudah di suguhi dengan suasaa hening dan mencekam. Terlihat, ayah, ibu, Axcel, dan Erika duduk di sofa yang berada di ruangan itu dengan wajah serius, entah hal serius apa yang mereka bicarakan? Namun, sedikit pun ia tidak tertarik untuk mengetahuinya."Sore, Ma, Pa!" sapanya ketika melewati mereka. Dengan tatapan setengah kosong, mungkin saja kalut dengan masalahnya. Adnessa melangkahkan kakinya menaiki anak tangga."Ada apa dengannya, Pa?!" tanya Margaretha, cemas dengan sikap Adnessa yang tidak seperti biasanya. Terlihat sekali jika gadis itu memiliki banyak masalah.Jhonatan menggeleng pelan. Sama seperti istrinya, ia juga penasaran kenapa putrinya bersikap aneh. "Nessa?!" panggil Jhonatan.Adnessa yang telah berada di pertengahan anak tangga menghentikan langkahnya, mendengar suara Jhonatan memanggilnya. "Iya. Ada apa, Pa?!""Kemari, ada yang perlu Papa bicarakan denganmu!" ucap Jhonatan.'Apa yang ingin Papa katakan?!' batinnya bertanya-tanya

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 84 (Anak siapa?)

    Menurutnya, ini adalah hari terburuk untuknya. Konsekuensi ini, sebenarnya ia tidak akan pernah mempermasalahkan, karena biar bagaimanapun anak ini hadir atas perbuatannya yang dengan sadar menjalin hubungan terlarang dengan Axcel, kakak tirinya. Namun, kenapa ini harus terjadi sekarang? Disaat semua sudah berakhir. Disaat semua telah memilih jalannya masing-masing.'Apa yang akan aku katakan kepada Pak Revan nanti?!' batinnya gelisah. Sedikit pun, ia tidak memiliki nyali untuk menghadapi Revan. Apalagi melihat sikap pria itu yang saat ini berubah menjadi murung setelah mengetahui kehamilannya. Bagaimana tidak, pria mana yang tidak akan terkejut melihat kekasihnya hamil? Apalagi, Revan tidak pernah sedikit pun menyentuh Adnessa."Emmm, P-Pak? Anda duluan saja! Biar nanti saya pulang naik taksi saja," ucap Adnessa, ketika mereka telah berada di depan gedung rumah sakit.Walaupun setelah mengetahui kebenarannya tadi Revan tidak mengatakan hal apa pun, tapi ia sudah bisa menebak isi hati

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 83 (Kabar mengejutkan, kehamilan Adnessa)

    Revan yang melihat perubahan dari Adnessa membuatnya khawatir. Ia mengikuti Adnessa yang berjalan tergesa-gesa menuju toilet dengan sebelah tangan membekap mulutnya, seolah menahan gejolak dari dalam perutnya.Ada apa dengannya? Segudang asumsi mengenai Adnessa,tiba-tiba muncul dikepalanya. 'Apa mungkin dia...' batinnya menggantung. Revan menggelengkan kepalanya, berusaha menolak kenyataan terburuk yang muncul di pikirannya. Tapi gejala yang muncul tiba-tiba ini ... Mungkinkah Adnessa tengah hamil? Revan berdiri di samping pintu toilet, menyandarkan tubuhnya di dinding yang berada tepat di samping pintu, menunggu Adnessa dengan setia. Kehadirannya di sana, menyita perhatian semua orang yang berlalu-lalang menuju toilet dengan ekspresi yang berbeda-beda. Namun, Revan tak menghiraukannya, di dalam otaknya hanya dipenuhi dengan Adnessa. Membuatnya bersikap acuh dengan kondisi di sekitar."Astaga. Pak Revan kenapa berdiri di sini?!" Adnessa yang baru saja keluar dari dalam toilet terkeju

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 82 (keanehan Adnessa)

    Pada akhirnya, hari itu Adnessa, Revan, dan Aldynata memutuskan untuk makan sore, pengganti makan siang yang telah terlewatkan. Dua pria dengan status tidak biasa itu terlihat dengan santai mengikuti kemauan Adnessa.Perjalanan menuju restoran sushi seperti yang diminta oleh Adnessa hanya memerlukan waktu beberapa menit dari rumah sakit di mana Adnessa diperiksa tadi. Mobil yang mereka tumpangi akhirnya berhenti. Lagi-lagi Revan dan Aldynata berlomba-lomba untuk membukakan pintu untuk Adnessa."Dy, sebaiknya lo tidak perlu repot-repot! Adnessa itu cewek gue, gue yang lebih berhak untuk memperhatikannya!" ucap Revan to the point, malas untuk berdebat dengan sahabatnya itu dan membuat Adnessa kembali tidak nyaman.Aldynata yang tadinya sudah mengulurkan tangan bermaksud untuk membukakan pintu untuk Adnessa akhirnya mengurungkan niatnya, 'Iya juga, tapi... Kenapa gue jadi sepeduli ini dengan Adnessa?!' batinnya yang baru saja menyadari hal aneh dalam dirinya.Kali ini, tidak ada perdebat

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 81 (Kejutan kehamilan Erika)

    Sore itu, Axcel dan Erika yang sudah berencana fitting gaun pernikahan, akhirnya membatalkan janji itu setelah sebuah kejadian di mana Erika tiba-tiba pingsan. Walaupun Axcel tidak menyukai Erika, namun ia sedikit merasa cemas dan khawatir. Akhirnya tanpa berfikir panjang, Axcel segera membawa Erika ke rumah sakit.Axcel menunggu dokter dengan cemas, ia duduk seorang diri di sebuah kursi panjang yang berada di sebrang pintu UGD. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya dokter keluar dari ruang perawatan. Axcel segera menghampiri dokter, "Bagaimana keadaan Erika, Dok?" tanyanya cemas, raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam.Dokter tersenyum tipis, "Nyonya baik-baik saja. Ia hanya mengalami kelelahan dan tekanan darahnya sedikit rendah. Ia perlu istirahat yang cukup."Axcel menghela napas lega, "Syukurlah. Terima kasih, Dok.""Sama-sama," jawab dokter. "Namun, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan. Sebagai calon ayah, seharusnya anda harus—""Sebentar, Dok," ucap Ax

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 80 (Ada apa dengan Erika?!)

    "Adnessa?!" Revan sangat terkejut. Suaranya terdengar cukup keras melihat Adnessa yang terjatuh setelah bertabrakan dengan seseorang. Ia merasakan jantungnya berdebar kencang, khawatir dengan keadaan Adnessa.Begitu pun dengan Aldynata. Walaupun tidak seheboh Revan, ia juga khawatir dengan keadaan Adnessa. Matanya menatap Adnessa dengan tatapan cemas, dan ia tidak bisa mengendalikan diri untuk tidak segera berlari ke arah Adnessa. Memastikan jika gadis itu baik-baik saja.Melihat kejadian itu, Aldynata dan Revan segera berlari menghampiri Adnessa. Ingin memastikan keadaan Adnessa. Mereka berdua sama-sama khawatir dan ingin melindungi Adnessa.Sedangkan Adnessa, gadis itu masih terdiam melihat kehadiran Erika di sana. Ternyata, gadis yang bertabrakan dengannya tadi adalah Erika. Adnessa merasa terkejut dan tidak nyaman dengan kehadiran Erika.Namun, semua rasa ketidanyamananya teraihkan setelah melihat Axcel juga berada disana. Entah dari mana, pria itu berasal yang pasti, Axcel melang

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 79 (Memulai semuanya dengan benar)

    Setelah perdebatan panjang antara Revan dan Aldynata yang berebut untuk mengajak Adnessa makan siang. Adnessa yang tidak sanggup melihat betapa hebohnya dua pria dewasa di depannya ini, akhirnya memutuskan untuk menerima ajakan mereka berdua. Ia merasa pusing dengan perdebatan mereka, dan ia ingin segera makan.Kehebohan Revan dan juga Aldynata ternyata tidak hanya sampai di situ. Ketika mobil yang mereka tumpangi berhenti di basement salah satu pusat perbelanjaan dan pertokoan elit di kota itu. CEO dan dosen tampan itu kembali berebut untuk membukakan pintu untuk Adnessa."Biar saya saja, Dy," ucap Revan, suaranya terdengar tegas. Ia merasa sebagai orang yang lebih dekat dengan Adnessa, lebih tepatnya sebagai kekasih gadis itu, ia merasa lebih pantas membukakan pintu untuk Adnessa."Tidak, saya yang akan membukakan pintu untuknya," balas Aldynata, suaranya terdengar dingin. Ia merasa sebagai CEO perusahaan tempat Adnessa magang, ia berhak memperlakukannya dengan baik."Ckkkk." Adness

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 78 (Keterpaksaan)

    Debaran yang tadinya sudah mulai normal, kembali tidak beraturan setelah mendengar suara Aldynata yang menghentikannya. Apa aku membuat kesalahan? Batin Adnessa bimbang."Makan dengan saya," ucap Aldynata seolah tidak menerima penolakan, suaranya terdengar datar namun tegas, "setelah itu, kamu baru boleh pergi!"Adnessa terdiam, menatap Aldynata dengan tatapan bingung. Ia merasa aneh dengan permintaan Aldynata. Mengapa CEO perusahaan sebesar Wijaya Group mengajaknya makan siang?"Tapi, Pak..." Adnessa mencoba menolak dengan halus, suaranya terdengar ragu. Ia merasa tidak nyaman dengan ajakan Aldynata."Tidak ada tapi-tapian," potong Aldynata, suaranya terdengar dingin. "Saya sudah memutuskan, kamu akan makan siang dengan saya."Adnessa menelan ludah, merasa terintimidasi dengan sikap Aldynata. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia merasa terjebak dalam situasi yang tidak nyaman."Kalau kamu bersedia, maka saya akan memberi satu nilai plus. Bukannya itu sangat baik? Cukup membantu penila

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 77 (Sesi wawancara)

    "Denger-denger, hari ini penguji yang datang adalah CEO Wijaya Group sendiri!" ucap Laluna, matanya membulat penuh antusias, seolah sedang membicarakan bintang film terkenal."Yang benar?" tanya Fransisca tidak percaya, alisnya terangkat, menandakan keraguan yang besar."Beneran, anak-anak yang mendaftar di perusahaan itu banyak yang cabut. Katanya CEO itu terkenal galak!" Laluna mengangguk-angguk, memperkuat ucapannya dengan nada meyakinkan."Tapi katanya CEO-nya muda, ya?" tanya Fransisca lagi, penasaran, membayangkan sosok CEO muda yang karismatik.Laluna mengangguk, "Hmmm.""Yang penting ganteng, gak, sih?!" sahut Fransisca yang justru menjawab dengan sebuah candaan, tawanya terdengar renyah, mencairkan suasana tegang."Biar pun ganteng, tapi... Mau dibawa ke mana-mana tetep gantengan Pak Revan!" sahut Laluna, matanya berbinar-binar, membayangkan ketampanan dosen favorit mereka."Kalian sedang ngomongin apa?!" tanya Adnessa yang baru saja menyusul langkah sahabatnya, akibat Revan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status