Home / Young Adult / Terjerat Pesona Kakak Tiriku / Chapter 8 (Butterfly Era)

Share

Chapter 8 (Butterfly Era)

Author: Scorpio_Girl
last update Last Updated: 2024-12-09 21:57:05

'Akhh, sialan?!' dengan mata terpejam, Adnessa memukul pelan kepalanya, ketika bayangan kejadian semalam melintas di otaknya. Apa lagi, bayangan wajah Axelio yang sangat menggoda saat itu terus menghantuinya, membuat Adnessa benar-benar tidak nyaman tinggal di kediaman Hansel.

"Setan bukan, tapi gak ada capeknya, apa? gentayangin gue mulu," keluh Adnessa. 

Ternyata, sejak kejadian semalam, Adnessa tidak bisa beristirahat dengan tenang. Bahkan, hampir semalaman gadis itu tidak tidur. Untuk mengusir bayangan yang menganggu itu, Adnessa memutuskan untuk berolahraga, ya, walaupun jam menunjukkan masih sangat pagi, bahkan semburat cahaya matahari pun belum muncul.

"Mau kemana kamu?" 

"Astaga?!" baru saja Adnessa keluar dari pintu kamarnya, sudah di kejutkan dengan suara berat Axcel.

Dengan tatapan kesal dan bibir cemberut, Adnessa menatap ke arah Axcel yang tengah bersandar di dinding, tepat di sebelah pintu kamarnya. 

Apa dia baru saja pulang? Melihat Axcel masih mengenakan baju yang sama dengan yang di pakainnya ketika di bar kemarin, membuat Adnessa bertanya-tanya.

"Dih, sudah punya kekasih masih saja menganggu," gumam Adnessa seraya berlalu pergi, mengabaikan pertanyaan Axcel.

Apa yang salah dengan ucapan ku? Axcel tidak habis fikir lagi dengan sikap Adnessa yang berubah-ubah. Semalam, gadis itu tiba-tiba menciumnya, dan sekarang gadis itu tiba-tiba marah dengannya.

"Apa mungkin ini efek patah hati?" gumam Axcel yang hanya menatap punggung Adnessa. Kali ini, Axcel memang sengaja tidak mengejar Adnessa. Bukannya dia tidak perduli dengan gadis itu, hanya saja, Axcel ingin Adnessa memiliki waktu untuk menenangkan diri, karena jika dirinya memaksa dan mengejar gadis itu sekarang, yang ada hanya akan berujung dengan pertengkaran.

"Ah, sudahlah. lebih baik aku bersihkan diri dulu, setelah itu baru ku temui botol yakult. Semoga saja sudah tidak marah dengan ku," gumam Axcel yang telah bersiap menuju kamar mandi di kamarnya.

***

*Taman kediaman Hansel.*

"Aishhhh, baru sekali putaran kenapa lelah sekali?" gerutu Adnessa yang memutuskan untuk berhenti dan bersantai di salah satu bangku yang berada di taman itu.

Adnessa memejamkan matanya, menikmati ketenangan yang akhir-akhir ini jarang ia rasakan setelah tinggal di kediaman Hansel. Ya, walaupun rumah lamanya jauh lebih kecil bahkan tidak sebanding dengan kediaman Hansel, tapi tidak bisa di pungkiri jika dirinya lebih suka tinggal di rumah lamanya, 'Belum juga genap sebulan, tapi ... Ini sudah terlalu banyak masalah yang datang.'

"Pagi, Sayang!" ucap seorang pria dengan suara khasnya, membuat Adnessa segera membuka mata.

Axel? Sejak kapan dia berada di sini? Melihat Axel sudah duduk di sampingnya, Adnessa segera menegakkan tubuhnya dan bersiap untuk beranjak dari kursi taman yang sedari tadi ia duduki.

"Tenanglah, kenapa harus menghindariku?" ucap Axelio seraya menahan tangan Adnessa.

Kaos oblong dan celana pendek. Dari pakaian yang di kenakan Axel, sepertinya pria ini baru saja melakukan olahraga.

'Aduhhhhh, kenapa harus muncul di saat seperti ini, sih?' Adnessa benar-benar tidak tau lagi dengan takdir yang dimilikinya. Kenapa dirinya harus di pertemukan dengan Axelio, ketika pria itu terlihat menggoda seperti sekarang?

Tubuh tinggi dengan otot lengan dan perut yang tercetak jelas dibalik baju tipis yang dikenakan Axelio, ditambah lagi dengan buliran keringat yang membasahi kening dan dada pria ini, membuat Adnessa sulit untuk berkata-kata. Jangankan untuk itu, untuk mengalihkan pandangannya dari Axelio saja, Adnessa sangat kesusahan.

Melihat ekspresi Adnessa saat ini, membuat Axelio tersenyum tipis. Tanpa menunggu jawaban dari gadis itu, Axelio menarik tangan Adnessa membuat tubuh gadis itu limbung dan terjatuh tepat di pangkuannya.

'Astaga, tuhan. Apa lagi ini?' batin Adnessa dengan jantung yang berdetak tidak beraturan.

"Pantas saja berat," gumam Axelio.

"Apa katamu?" tanya Adnessa kesal, dan berusaha untuk bangkit. Nmaun Axel masih saja menahannya.

"Jangan lupa olahraga, kamu itu cantik ... sayang kalau nanti beneran berubah jadi botol yakult!" sahut Axcelio dengan ekspresi congkaknya.

"Apaan sih, gak jelas banget," sahut Adnessa. Gadis itu segera beranjak dan melangkahkan kakinya meninggalkan Axelio. Sejujurnya ia tidak membenci Axelio, hanya saja, tingkah Axelio yang tiba-tiba menganggunya membuat Adnessa merasa kurang nyaman dan juga canggung.

"Sudah tidak marah?" tanya Axcel seraya mengenggam tangan Adnessa, untuk menghentikan langkah gadis itu.

Apa dia memperhatikan ku? Mendengar pertnyaan itu, perasaan Adnessa tiba-tiba saja seperti di penuhi bunga. Bahkan, sulit sekali untuk menyembunyikan kebahagiaan hatinya. Tapi, tetap saja Adnessa tertampar oleh kenyataan yang di lihatnya semalam, membuat bunga-bunga di hatinya itu seketika berguguran, 'Aishhh, mengharap apa lagi kamu?'

Axelio terdiam, melihat rona yang berada di pipi Adnessa perlahan memudar, dan berganti dengan bibir mungil yang mengerucut. Sadar dengan hal itu, Axcel segera menarik tangan Adnessa hingga gadis itu terduduk tepat di pangkuannya, "Saya membuat kesalahan? Katakanlah?!"

"Sudah punya kekasih, kenapa masih menganggu ku?!" ucap Adnessa yang berusaha untuk melepaskan tangan Axcel yang memeluknya.

Bukannya melepas, Axcel justru semakin mengeratkan pelukan itu, "Pffftttt, maksud kamu Erika?"

"Siapa pun itu, aku tidak peduli," jawab ketus Adnessa yang justru berhasil mengukir senyuman di bibir Axcel.

"Pfffttttt, kamu cemburu?" goda Axcel.

"Memangnya, seberapa penting kamu hingga harus membuat aku cemburu?" sahut Adnessa.

Karena begitu kesalnya, Adnessa sengaja menginjak kaki Axcel. Dan benar saja, hal itu berhasil membuat Adnessa terbebas dari jeratannya. Namun, beberapa saat kemusian Axcel kembali menarik tubuh Adnessa kedalam pelukannya dan mulai menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi semalam untuk meluruskan kesalah pahaman di antara mereka.

'Jadi, Erika bukan kekasih Axcel?! Dan semua itu ... Karena aku?' Adnessa terdiam mendengar semua penjelasan Axcel, dan jujur saja, hatinya sekarang merasa sedikit lega.

Apa ini yang namanya butterfly era? Adnessa tidak ingin terlalu percaya diri, tapi ini ... "Sudah, lepaskan aku. Aku ingin bersiap ke kampus!"

Axelio tersenyum, menatap punggung Adnessa yang semakin menjauh. Sebenarnya, selama ini ia menyadari jika Adnessa selalu menghindar dan ketus kepadanya. Tapi, entah kenapa hal ini membuatnya semakin penasaran dengan gadis itu, 'Memang semua adalah salahku,' 

*Ruang makan*

Beberapa jam telah berlalu. kini, Adnessa sudah terlihat rapi mengenakan celana jeans hitam dan kemeja berwarna coffe dengan sebelah tangannya yang menenteng beberapa buku buku. Gadis itu, terlihat tengah terburu-buru menuruni anak tangga, hingga tidak menyadari keberadaan Axelio yang duduk di meja makan, menunggunya.

"Sarapan dulu! Saya tau kamu belum makan sejak semalam," ucap Axelio, menghentikan langkah Adnessa.

"Tidak perlu, aku terburu-buru," tolak Adnessa beralasan.

Axelio menghela nafas dan beranjak dari kursi, dirinya tau jika Adnessa enggan makan karena ada dirinya di sana, "Makanlah dulu. Tunggu kakak kembali!"

"Nggak, aku buru-buru!"

"Makan, atau kakak cium seperti semalam?" frontal Acel.

Seketika Adnssa menghentikan langkahnya, setelah mendengar kalimat Axcel, "Mengancam ku?"

"Tidak. Itu hanya sebuah pilihan!"

"Cihhhh," akhirnya Adnessa melangkahkan kakinya kembali menuju meja makan, dan duduk bersebrangan dengan Axcel.

"Makanlah, tunggu kakak kembali!" ucap Axcel sebelum beranjak.

Hening, Adnessa tidak menjawab. namun, setelah sekian detik, gadis itu menatap punggung Axcel yang semakin menjauh menaiki anak tangga, 'Apa dia sudah sarapan?' batin Adnessa melihat tidak ada sisa makanan di atas piring Axcel.

'Apa ini? Aku mulai mengkhawatirkannya?!'

***

Related chapters

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 9 (Pengakuan)

    Di tengah kesibukannya. Pagi ini, Axcel memang sengaja meluangkan waktunya untuk mengantar Adnessa."Ngapain masih disana?" tanya Adnessa melihat mobil Axcel yang tidak segera pergi."Suka-suka saya, dong! saya bangun rumah di sini pun tidak akan ada yang berani melarang," sahut Axcel dengan wajah congkaknya."Sombong sekali," gerutu Adnessa yang memilih meninggalkan tempat itu, dan enggan meladeni ucapan Axcel yang pasti nantinya hanya akan membuatnya kesal."Sa?!" panggil Axcel."Jangan nengok, jangan berhenti!!" gumam Adnessa memperingatkan dirinya sendiri dan semakin mempercepat langkahnya."Adnessa sayang. Jangan telat makan dan jaga diri baik-baik, ya. Kalau ada yang gangguin nanti, bilang saja sudah punya saya!" teriak Axcell, membuat Adnessa yang mendengarnya merasa malu."Dasar gila, apa dia tidak malu mengatakan hal seperti itu?" entah itu hanya sebuah candaan atau bagaimana. Namun, menurut Adnessa, kalimat seperti tadi tidak seharusnya di ucapkan sembarangan seperti ini. Kar

    Last Updated : 2024-12-10
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 10 (Dosen Favorit sejuta umat)

    "Mahasiswi baru? Silahkan perkenalkan dirimu!" Sebenarnya, tidak bertanya pun Revan sudah tahu jika Adnessa adalah mahasiswi baru disini. Dan hal ini hanyalah alasan untuknya agar memiliki kesempatan untuk mendekati Adnessa."Baik, pak!" seketika, Adnessa dapat bernafas dengan lega."Pak Revan, saya tidak sekalian bapak suruh untuk maju ke depan?" tanya Laluna.Revan menaikkan sebelah alisnya, ia sudah hafal sekali dengan sifat mahasiswinya itu yang sering menggodanya, "Kamu mau gantikan saya mengajar disini? Kalau memang begitu, saya persilahkan!""Boro-boro, kalau beneran gue yang ngajar, mungkin generasi gen z akan semakin berantakkan," gumam Laluna seraya menelan salivanya dengan kasar. "Pfffttttttt. Katanya dengan senang hati, pak!" sahut Fransisca dengan lantang, seraya menertawai sahabatnya."ya ampun, Sis. Apa-apaan sih, Lo?" keluh Laluna yag membuatnya mendapat sorakan dari teman yang lain.Sebenarnya, hal seperti ini sudah hal yang biasa untuk Revan. Karena di kampus ini,

    Last Updated : 2024-12-11
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 11 (dintara tuan muda Hansel tuan muda Evander)

    Adnessa yang baru saja membuka pintu kamarnya, heran melihat keberadaan Axcel dan Revan berdiri di depan kamarnya, "Kalian, ngapain di sini?"Revan dan Axcel memang bersahabat, tidak heran jika melihat dosen muda itu berada di kediaman Hansel. Tapi, melihat dua pria ini berdiri di depan pintu kamarnya dengan nafas yang naik turun, membuat Adnessa bertanya-tanya."Saya? Saya mengkhawatirkan kamu," sahut Revan to the poin.Adnessa semakin binggung, "Hah? Apa anda salah bicara, Pak?"Maksudnya, dirinya tidak sepenting itu kenapa seorang dosen seperti Revan bisa mengkhawatirkannya?! Apa aku membuat masalah? Adnessa mencoba untuk mengingat apa yang ia lakukan, yang mungkin membuat masalah tanpa ia sadari.Melihat pakaian yang di kenakan Adnessa sedikit terbuka, Axcel segera melepaskan jas yang ia kenakan untuk Adnessa.'Astaga. Malu sekali,' batin Adnessa yang baru saja menyadari pakaiannya."Maksud saya, tadi Axcel datang ke kampus untuk menjemput kamu, dan saya teringat jika kamu sudah pu

    Last Updated : 2024-12-12
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 12 (Satu Bulan)

    Deg. Adnessa terdiam, mengira jika kalimat waktu itu hanyalah sebuah lelucon dan Axcel telah melupakannya. Kenyataannya, pria itu Justru menanyakan jawaban tentang pengakuannya pagi tadi."Saya menyukai kamu!" jelas Axcel.Dalam konteks apa? Adnessa tidak ingin terlalu percaya diri, karena tidak semua kata menyukai itu bisa di artikan dalam bentuk pasangan, bisa saja itu hanya sekedar suka layaknya seorang kakak kepada adiknya. Lagi pula, selamanya mereka akan menjadi saudara. Andai kata, suatu saat nanti Axel benar-benar memiliki perasaan kepadanya, Adnessa berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak menyukai pria di depannya ini."Aku juga menyukai mu, karena kita adalah saudara!" Adnessa tersenyum, menatap sekilas wajah Axcel. Saudara? Kebahagiaan di wajah Axcel perlahan meredup, "Apa hanya sebatas itu?""Maksudnya?""Saya menyukai kamu lebih dari perasaan seorang kakak kepada saudari perempuanya. Bagaimana dengan kamu? Apakah perasaan kamu hanya sebatas itu?" tanya Axcel penuh

    Last Updated : 2024-12-14
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 13 (Mulai curiga)

    "Ness, sedang apa kamu?" tanya Margaretha melihat wajah gugup putrinya. Margaretha yang penasaran, akhirnya menghampiri Adnessa yang terdiam di depan pintu kamar mandi. "Ahh, tidak, Ma. Mama kapan pulang?" tanya Adnessa yang sengaja mengalihkan pembicaraan."Mama, baru saja pulang. Beneran kamu tidak kenapa-kenapa?" tanya Margaretha curiga. Walaupu mereka jarang memiliki waktu bersama, tapi, yang namanya ibu pasti sangat mengenali anaknya.Adnessa tersenyum, sebenarnya sangat tidak nyaman berada di posisi sekarang. Tapi, tidak mungkin juga ia mengatakan yang sejujurnya, 'Yang ada di coret dari kartu keluarga.'"Mama memang terlalu sibuk dan jarang ada waktu untuk kamu. Tapi, kalau kamu sedang ada masalah, cerita sama mama!" Adnessa tersenyum, "Adnessa tidak ada masalah, kok, ma!"Margaretha mengangguk, firasat seorang ibu tidak akan pernah salah. Tapi, biar bagaimana pun ia tidak bisa memaksa Adnessa, dan memilih untuk menunggu kapan gadis itu siap untuk bercerita, "Ya sudah, kalau

    Last Updated : 2024-12-15
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 14 (Kedatangan Giovan)

    "Maaf, tuan, menganggu waktunya. Ini ada den Revan datang katanya ada perlu dengan tuan muda!" Ketika suasana sedikit menegang, tiba-tiba seorang pelayan di kediaman itu datang, memberi tahu kedatangan Revan.Jhonatan mengangguk, mempersilahkan sahabat putranya itu untuk bergabung, sarapan bersama."Baik, tuan.""Selamat pagi om, tante!" sapa Revan yang baru saja datang."Pagiii. Silahkan duduk, Van. mari kita sarapan bersama!" sahut Jhonatan menyambut kedatangan Revan."Iya, nak Revan. Jangan sungkan-sungkan!" timpal Margaretha."Ahhh, jadi merepotkan Om dan tante," sahut Revan terkekeh, dengan senang hati bergabung di meja makan."Bagaimana kabar Ayah kamu, sehat?" tanya Jhonatan. Tidak hanya Axcel yang bersahabat dengan Revan, ternyata Jhonatan dan Ruan, ayah kandung Revan merupakan kawan lama. Tidak heran jika mereka terlihat seperti saudara."Alhamdhulillah sehat, om. Kalau om? Emmm, sepertinya saya tidak perlu bertanya, sejak kedatangan tante Margaretha seharusnya Om Jhonatan se

    Last Updated : 2024-12-16
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 15 (Kakak tiri yang posesif)

    "Beraninya bersikap tidak sopan disini!" ucap Axcel, suaranya meninggi. menghempas kasar tangan Geovan yang menyentuh bahu Adnessa. "Kamu tidak apa-apa, Ness?!" tanya Revan khawatir. Adnessa menggeleng, dengan wajah tertekan gadis itu bersikap seolah tidak terjadi sesuatu. "Woahhh, pantas saja kamu memblokir semua kontakku. Ternyata, kamu sudah mendapat mainan baru?!" Geovan bertepuk tangan, terang-terangan menyindir Adnessa. Sedikit pun Adnessa tidak tersulut emosi. Dengan santai gadis itu bersedekap dada, tersenyum sinis kearah Geovan, "Heh, lucu sekali." "Memang, wanita murahan seperti kamu itu tidak bisa hidup tanpa laki-laki. Sebenarnya, seberapa kesepian kamu disini hingga bermain dengan dua pria sekaligus, hmmm?!" ucap Geovan yang semakin keterlaluan, membuat Adnessa tidak bisa menahan diri lagi.Revan yang mendengar Adnessa di rendahkan di depan mata kepalanya, tentu saja tidak terima. Pria itu hampir saja memukul Giovan, namun, ia urungkan ketika Adnessa sudah lebih dulu

    Last Updated : 2024-12-17
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 16 (Trending topik)

    Pagi itu, Adnessa benar-benar di antar oleh Revan hingga kedalam kelas. Hari itu juga, Adnessa menjadi trending topik dan terkenal di penjuru kampus hanya gara-gara dirinya di antar oleh dosen tampan idaman para Mahasiswi disana."Aishhh, semua ini gara-gara pak Revan," gerutu Adnessa. Sepanjang ia berjalan di koridor, pasti akan ada bisikan dan tatapan yang tertuju padanya. Entah itu komentar positif atau negatif, semuanya berbaur menjadi satu."Cieee ... Monyong banget bibir, Lo. Senyum dong! Masa habis di anterin 2 cowok tampan masih gak puas, Lo, Ness?!" ucap Fransisca menghampiri Adnessa yang baru saja duduk di bangkunya."Iya, nih. Diborong semua, bagi-bagi napa, Ness?!" sahut Laluna dengan bibir cemberut.Adnessa menghela nafas panjang, "Kalian tidak mengerti, sih. Kalau bisa, dengan senang hati kalian angkut saja mereka berdua!""Astaga, Ness. Gue bercanda! Oh iya, pria yang berangkat bersama kamu tadi siapa?" tanya Fransisca penasaran."Siapa? Pak Revan?" tanya Adnessa yang t

    Last Updated : 2024-12-18

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 51 (Ini bencana?!)

    "Hoammm," Adnessa meregangkan otot-otot tubuhnya setelah beberapa jam beristirahat dengan nyenyak. Mengingat hari ini adalah weekend, waktu yang tepat untuknya bersantai dan memanjakan diri setelah beberapa hari menghabiskan sebagian besar waktunya untuk kuliah dan juga memikirkan tentang Revan dan Axcel. Ia merasa perlu melepaskan penat dan mengisi kembali energinya.Perlahan, Adnessa menurunkan kakinya dari ranjang yang empuk sembari menjedai simpel rambut panjangnya yang tergerai sedikit berantakan. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya, membersihkan wajahnya dengan air segar serta menggosok gigi sebelum akhirnya keluar dari kamar dan memulai aktivitas paginya."Bau apa ini?!" Adnessa yang baru saja keluar dari kamar, sedikit penasaran dengan aroma sedap yang menyeruak hingga ke lantai dua rumahnya. Aroma itu sangat menggugah selera dan berhasil membuat cacing-cacing di perutnya meronta-ronta minta diisi. Ia merasa perutnya tiba-tiba lapar.Adness

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 50 (Mahasiswi tidak tau diri)

    Setelah semua acara yang seharusnya ia gunakan untuk bersenang-senang dengan dua sahabatnya, kini berantakan akibat ulah Axcel dan Revan, ditambah lagi Laluna dan Fransisca yang kini mencurigai hubungan di antara dirinya dan Axcel, kakak tirinya. Adnessa merasa semakin tertekan dan bingung."Jangan-jangan…" ucap Fransisca, menggantung kalimatnya, menciptakan suasana yang semakin menegangkan. Ia menatap ke arah Adnessa dengan segudang teka-teki dari sorot matanya. Entah apa yang dipikirkannya, Adnessa bisa merasakan bahwa Fransisca sedang mencoba menyusun kepingan-kepingan informasi yang ia dapatkan untuk menarik sebuah kesimpulan.Tiba-tiba, suara deru napas terdengar dari belakang Adnessa. "Ness, kenapa kamu meninggalkan saya?" tanya Revan dengan napas tersenggal-senggal, menandakan ia baru saja berlari. Diikuti oleh Axcel yang berjalan di belakangnya dengan langkah pasti dan penuh wibawa, kontras dengan Revan yang terlihat panik.Revan sangat panik setelah memenangkan taruhan biliar

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 49

    "Ngaco," sangkal Adnessa. Sebenarnya ia sudah tahu bagaimana perasaan Revan kepadanya. Beberapa hari lalu, pria itu juga sudah mengakui perasaannya dengan terang terangan, bukan hanya di depannya, Revan juga mengakui perasaannya di depan Axcel. Hanya saja, ia belum berani untuk bercerita kepada dua sahabatnya ini. Mengingat, Laluna yang begitu tergila-gila dengan Revan, meskipun tidak sampai segila Devita yang sampai menyerang orang lain, Adnessa tetap merasa khawatir reaksinya akan berlebihan dan mungkin menyakitkan.Suasana di pollroom seketika berubah menjadi tegang, setelah pertandingan antara Revan dan Samudra dimulai. Sorak sorai kecil dari beberapa penonton yang tertarik dengan taruhan tersebut menambah intensitas pertandingan. Belum sampai 10 menit permainan itu dimulai, Adnessa sudah merasa tidak enak untuk menyaksikannya. Ia melihat bagaimana Revan dan Samudra saling beradu strategi dan kekuatan dengan tatapan yang serius dan fokus. Ia tidak suka melihat mereka berdua bersai

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 48 (Berada diantara tiga pria sekaligus)

    "Lo siapa?" tanya pria itu dengan nada tidak senang, tidak terima melihat Axcel menghalangi niatnya untuk mendekati Adnessa. Ia menatap Axcel dengan tatapan menantang, merasa harga dirinya diinjak."Saya?" tanya Axcel dengan senyum miring yang memperlihatkan sedikit ejekan, seraya menunjuk ke arah dirinya sendiri dengan ekspresi seolah menahan tawa. Ia merasa geli dengan keberanian pria itu yang mencoba mendekati Adnessa di depannya.'Aduh,' Adnessa mulai berkeringat dingin, jantungnya berdebar tidak karuan. Ia merasa sangat khawatir jika Axcel lepas kendali dan mengatakan hubungan mereka yang sesungguhnya di depan umum. Ia melirik Laluna dan Fransisca sekilas, melihat ekspresi bingung mereka. 'Apa yang akan mereka pikirkan nanti?' batinya cemas, membayangkan reaksi kedua sahabatnya jika mengetahui hubungannya dengan Axcel."Stop, minggir!" ucap Revan dengan nada tenang namun tegas. Ia dengan santainya berjalan di antara Axcel dan pria itu, seolah memberikan jarak agar mereka semakin b

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 47 (Poolroom)

    "Kalian serius mau ikut?" tanya Adnessa kepada Axcel dan Revan, dengan nada yang masih tidak percaya bahwa dua orang itu benar-benar mengikutinya sampai ke tempat ini. Ia menatap mereka berdua dengan tatapan menyelidik, mencoba memastikan bahwa mereka tidak sedang bercanda.Axcel dan Revan mengangguk bersamaan, dengan wajah yang terlihat sedikit kelelahan karena berlari kecil mengikuti langkah Adnessa yang cukup cepat. Mereka berdua memasang senyum meyakinkan, menunjukkan bahwa mereka serius dengan keinginan mereka untuk ikut.Adnessa menghela napas panjang, merasa sedikit pasrah dengan situasi ini. 'Kira-kira, kekacauan apa lagi yang akan mereka buat nanti?' batinnya, dengan sedikit rasa khawatir membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi dengan kehadiran dua pria ini di poolroom. Ia mengalihkan pandangannya dari Axcel dan Revan dan menatap ke arah gedung di depannya.Ingin rasanya Adnessa menolak kedua pria ini agar tidak ikut dengannya. Ia merasa kehadiran mereka hanya

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 46 (Bersama dua pria menjengkelkan)

    "Ngapain lo di situ, Van?" Axcel yang baru saja selesai mandi dan bersiap turun ke lantai bawah untuk makan malam, terkejut setelah membuka pintu kamarnya dan melihat Revan berdiri tepat di depan pintu kamar Adnessa dengan wajah yang terlihat cemas. Ia mengerutkan kening, bingung dengan kehadiran sahabatnya di sana.Sebenarnya, bukan cemas yang sepenuhnya tepat untuk menggambarkan ekspresi Revan. Lebih tepatnya, ia gelisah. Revan sedari tadi menunggu Adnessa di depan pintu kamarnya, berharap gadis itu segera keluar. Namun, karena Adnessa tak kunjung keluar, Revan menjadi tidak sabar dan khawatir. Ia sangat ingin membuka pintu itu dan memastikan keadaan Adnessa baik-baik saja, tetapi ia ragu, takut dianggap terlalu lancang dan melanggar privasi gadis itu. "Kenapa sedari tadi Adnessa tidak kunjung keluar, Xel?" tanya Revan dengan nada khawatir yang bercampur dengan rasa penasaran.Axcel menjadi sedikit cemas mendengar kalimat Revan. Ia pun ikut merasa khawatir dengan Adnessa. Tanpa berp

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 45 (Cinta segi tidak beraturan)

    "Jangan bercanda, Dy," sahut Revan mendengar kalimat yang baru saja diucapkan Aldy. Ia tertawa kaku, tawanya terdengar dipaksakan, dan tatapannya seolah memberi peringatan halus kepada sahabatnya itu untuk tidak meneruskan leluconnya. Ada nada tidak suka yang tersirat dalam tawanya."Tidak lucu jika kita semua menyukai gadis yang sama," timpal Axcel dengan nada lebih serius, menatap Aldy dengan tatapan antara menyelidik dan tidak percaya. Ia mencoba membaca ekspresi Aldy, mencari tahu apakah sahabatnya itu benar-benar serius dengan ucapannya."Pffftttttt, bagaimana jika gue jatuh cinta sejak pandangan pertama?" tanya Aldy dengan senyuman yang mengembang di wajahnya. Senyumnya terlihat tulus, namun ada sedikit misteri di matanya yang membuat Axcel dan Revan sedikit bingung. Dari cara berbicara Aldy saat ini, mereka berdua tidak bisa memastikan apakah ini hanya sebuah lelucon atau sahabatnya itu benar-benar menyukai Adnessa.Revan tertawa lagi, kali ini tawanya terdengar lebih lepas, me

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 44 (Cinta segi tiga?)

    Revan dan Axcel terlihat antusias, meskipun dengan cara yang berbeda, menunggu jawaban Adnessa setelah Revan melempar pertanyaan yang membingungkan dan sekaligus mengejutkan tersebut. Revan menatap Adnessa dengan tatapan penuh harap, sementara Axcel menatapnya dengan campuran cemas dan pasrah.Bagaimana ini? Adnessa terlihat sangat bimbang, pikirannya berkecamuk. Ia takut jika keputusannya akan menyakiti salah satu di antara mereka. Mengingat persahabatan yang terjalin erat di antara Revan dan Axcel, ia juga tidak ingin membuat keputusan yang pada akhirnya menciptakan selisih paham dan menghancurkan tali persahabatan yang begitu berharga bagi keduanya. Ia merasa terjebak di antara dua pilihan yang sulit.Angin yang berhembus di halaman kediaman Hansel sore itu, membawa serta aroma dedaunan dan tanah basah, seolah ikut merasakan situasi dramatis yang tengah terjadi. Rambut Adnessa yang tergerai indah, kini terlihat sedikit berantakan tersapu angin, menambah kesan rapuh pada dirinya. Ad

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 43 (Terang-terangan, pengakuan Revan)

    Revan tidak menunjukkan ekspresi yang berarti setelah mendengar kalimat Erika. Ia hanya menoleh perlahan, mengalihkan pandangannya dari Erika ke Axcel, lalu ke Adnessa, dan kembali lagi ke Axcel. Matanya mengamati mereka berdua dengan seksama, mencoba membaca raut wajah dan bahasa tubuh mereka. Ternyata, dugaanku selama ini benar, batin Revan, sebuah kekecewaan yang dalam menyentuh hatinya, meskipun ia berusaha keras untuk tidak menunjukkannya. Ia sudah lama mencurigai ada sesuatu yang lebih dari sekadar persaudaraan di antara Axcel dan Adnessa, dan kini Erika telah mengkonfirmasi dugaannya tersebut."Gue bisa jelasin ini semua, Van!" ucap Axcel memecah keheningan yang mulai terasa menyesakkan. Ia merasa tatapan Revan padanya begitu intens dan sulit diartikan, membuatnya merasa bersalah dan ingin segera menjelaskan duduk perkaranya.Revan menaikkan sebelah alisnya, sebuah gerakan yang familiar dan sering ia lakukan saat ia merasa tidak percaya atau meremehkan sesuatu. Pria berparas ta

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status