Home / Young Adult / Terjerat Pesona Kakak Tiriku / Chapter 4 (Siapa gadis itu?)

Share

Chapter 4 (Siapa gadis itu?)

Author: Scorpio_Girl
last update Last Updated: 2024-11-10 17:45:19

Karena suara Revan yang cukup keras, membuat semua orang yang berada di sekitar menatap kearah mereka berdua.

Dengan raut wajah yang terlihat tidak nyaman, akhirnya Adnessa menjelaskan bagaimana dirinya bisa menjadi putri di keluarga Hansel, "Ckkk, ibu ku menikah dengan om Jhonatan. Jadi, mau tidak mau, saya menjadi adik tiri Axel!" 

Revan mengangguk paham, "Ohhh, seperti itu. Sepertinya, nanti kita akan sering bertemu!"

Adnessa hanya mengedikkan bahunya, dan terus melangkahkan kaki mengelilingi tempat itu. Semakin lama, Adnessa merasa tempat ini lumayan nyaman dan matanya terpana ketika melihat sebuah area kolam dari kejauhan.

"Van!" 

Revan yang tengah bersemangat menemani Adnessa berkeliling harus menghentikan langkahnya, setelah mendengar suara seseorang memanggilnya.

"Woy, bro! Siapa ini?" tanya seorang pria yang sepertinya kenal dekat dengan Revan.

Seperti pria lain pada umunya ketika melihat gadis cantik yang belum pernah dijumpai. Pria itu menatap kearah Adnessa dengan pandangan menggoda, namun, Revan yang melihat itu segera menghalangi sahabatnya itu, "Jangan macam-macam, Dy! Lu mau babak belur?"

Aldy terkekeh, belum pernah melihat sahabatnya seposesif ini. Membuat Aldy penasaran siapa gadis cantik yang bersama sahabatnya itu, "Yaelah, Van. Bercanda, kali! Jangan serius-serius amat, posesif banget jadi cowok!"

'Posesif?' Revan sedikit heran, sepertinya sahabatnya ini salah faham dengannya dan Adnessa. Tapi biarkan saja, mungkin dengan begitu gadis kecil ini bisa lebih aman berada disini.

Melihat Revan sibuk berbincang dengan Aldy, akhirnya Adnessa memutuskan untuk berkeliling sendiri di tempat itu, hingga sampailah Adnessa di area kolam renang yang merupakan tempat paling ujung area itu. 

Adnessa tersenyum tipis, melihat keindahan malam itu. Kolam renang yang menyatu dengan view pantai di belakangnya, membuat Adnessa merasa ini adalah tempat yang paling indah diantara tempat-tempat lain di pesta ini yang kebanyakan hanya di penuhi dengan orang yang bermabuk-mabukan.

Namun, tiba-tiba saja netranya menangkap sosok kakak tirinya yang tengah bermain gila disana, "What the fuck? apa aku salah lihat?"

Adnessa mencoba untuk semakin menajamkan pengelihatannya, bahkan beberapa kali gadis itu terlihat mengusap matanya, namun yang dilihatnya tetap sama. Adnessa yang melihat adegan itu bergidik ngeri, bahkan rasanya ingin muntah, 'Sangat menjijikkan. Apakah semua kebaikan yang di agung-angungkan orang-orang itu hanya sebuah pecitraan?!'

Belum puas melihat apa yang tengah di lakukan oleh Axelio, suara notifikasi ponselnya membuat Adnessa harus mengalihkan pandangannya dari Axelio.

"What the fuck? Bisa-bisanya mereka melakukan ini? Dasar dua manusia menjijikkan." dengan kesal, Adnessa mengumpat dan segera mematikan ponselnya begitu saja. Apa yang di lihatnya tadi, lebih mengejutkan dan memuakkan daripada adegan panas kakak tirinya dengan seorang wanita di kolam. Bagaimana tidak, bisa-bisanya kekasihnya tiba-tiba saja mengirimkan sebuah pesan yang berisi sebuah foto kekasihnya dengan sahabatnya tengah bercumbu. Apakah mereka sengaja melakukan ini semua?

Adnessa yang kalut menghentikan seorang pelayan yang tengah membawa sebaki penuh berisi wine. Tanpa berfikir panjang, gadis itu mengambil segelas wine dan meneguknya hingga tandas dalam hitungan detik.

Axelio yang sedari tadi memperhatikan Adnessa dari kejauhan, mengernyitkan dahi melihaat apa yang dilakukan adik tirinya itu, 'Apa yang dia lakukan?'

"Xel?!" panggil seorang gadis berdiri tepat di depan Axelio, menyadari Axelio melepaskan pelukan itu dan terlihat seperti kehilangan fokus.

Tanpa menjawab, Axelio segera beranjak. Dengan langkah lebar, Axel menghampiri Adnessa sebelum gadis itu semakin mabuk dan mendapat masalah.

Merasakan hasrat yang telah memuncak, dan Axelio meninggalkan dirinya begitu saja. Tentu saja gadis yang tadi beradegan panas dengan Axelio itu marah. Dengan kesal, gadis itu melangkahkan kakinya mengikuti Axelio.

"Gadis kecil, apa yang kamu lakukan disini?" ucap Axelio seraya merebut gelas wine ke empat gadis itu.

"Kembalikan minuman ku!" ucap Adnessa setengah bergumam dan mencoba untuk merebut kembali gelas miliknya, namun Axelio enggan untuk memberikan gelas berisi wine itu.

Adnessa mengerucutkan bibirnya, gadis itu menghela nafas kesal sebelum berbalik badan seraya bergumam, "Hmm, kenapa repot-repot, tinggal ambil lagi!"

Baru beberapa langkah, Axelio tiba-tiba menarik tangannya Adnessa yang hendak mengambil segelas wine. Adnessa yang sudah berada dibawah pengaruh minuman membuat keseimbangannya menurun dan limbung di pelukan Axelio.

"Ckkk, apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!" kesal Adnessa seraya memukul dada Axelio.

Bukannya melepaskan, Axelio justru semakin mengeratkan pelukannya, "Pulang sekarang!"

"Tidak, aku ingin bersenang-senang disini!"

"Pulang, atau-"

"Xel?!" 

Belum sempat Axelio menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba saja Gadis yang bersamanya tadi datang dan memotong kalimatnya.

'Erika? Untuk apa gadis ini mengikutiku?' Axelio berusaha untuk melepaskan tangan Erika darinya. Namun, entah apa maksud gadis itu justru sengaja menunjukkan hal yang seharusnya tidak dilihat oleh Adnessa.

Adnessa membelalakkan matanya. Situasi macam apa ini? Bahkan, disaat seperti ini saja dirinya masih di suguhkan dengan hal-hal memuakkan seperti ini.

"ERIKA?" Axel mendorong kasar tubuh Erika yang telah lancang mencium bibirnya.

Melihat penolakan Axelio, tentu saja Erika marah. Dengan tatapan tajam dan tangan terkepal menahan amarah, sorot mata Erika tidak pernah lepas dari Adnessa, 'Siapa gadis ini?'

"Kenapa mendorong ku?"

Adnessa memijat pelipisnya yang berdenyut, pening melihat keributan di depannya. Kepalanya sudah cukup pening dengan masalah yang dia miliki, kini bertambah pening melihat keributan antara Erika dengan kakaknya, 'Lebih baik, aku segera pergi dari sini. Sebelum terseret kedalam masalah mereka.'

"Mau kemana kamu?" tanya Axelio.

"Lepas, dan silahkan melanjutkan kegiatan menjijikkan kalian!" ucap Adnessa setengah bergumam.

'Ap-apa dia bilang? Menjijikkan!' Erika tersulut emosi mndengar kalimat Adnessa.

Belum sempat Erika bertindak, Axelio telah lebih dulu mengangkat tubuh Adnessa dan membawanya pergi dari tempat itu.

"Turunkan aku! Apa yang kamu lakukan, Axel?" 

Dengan ekspresi dingin dan baju yang basah, Axelio melangkahkan kakinya dengan cepat meninggalkan tempat itu, bersama Adnessa yang di angkat di pundaknya.

Erika menghentakkan kakinya kesal, melihat kedekatan Axelio dengan gadis lain, 'Awas saja nanti.'

"Erika?!" dengan hati-hati, Devita, sahabat Erika menghampirinya.

"Cihhhh, menyebalkan sekali," keluh Erika kesal.

"Siapa gadis itu, berani sekali bersaing dengan mu?!" tanya Devita.

"Tidak tau. Yang pasti, gadis itu tidak akan lolos." ucap Erika dengan tangan terkepal, terlihat sekali kekesalan gadis itu, hingga tidak bisa mengalihkan pandangan dari jalan yang baru saja di lalui oleh Axelio dan Adnessa.

"Pffffttttttt."

"Kenapa kamu disini? Pergi, aku tidak akan pernah menyukaimu!" Tanya Erika dengan ketus, melihat kedatangan Aldynata yang menertawakannya.

"Pffffttttttt. Menyukaimu? itu adalah hal terbodoh yang pernah aku lakukan," sahut Aldynata.

"Cihhhhh, kamu?!" mood Erika semakin berantakkan, mendengar ucapan Aldynata yang terdengar seolah dirinya tidak ternilai.

"Siapa yang tidak akan lolos?" tanya Revan yang datang bersama Aldynata.

"Apakah gadis yang bersama Axel tadi?!" imbuh Aldynata.

"Tentu saja, berani sekali mencuri Axel dariku."

"Pfffftttttttt, devinisi mencari masalah," ucap Aldynata yang lagi-lagi menertawakan Erika.

Revan yang selalu terlihat sedingin batu pun ikut menertawakan Erika, membuat Erika penasaran dengan gadis yang bersama Axelio tadi. Kalau dipikir-pikir, selama ini Axelio tidak pernah sepeduli itu dengan seorang gadis. Siapa sebenarya gadis tadi?

"Apa maksud kalian?" tanya Erika sedikit berteriak, melihat Aldynata dan Revan telah berlalu pergi.

Mendengar pertanyaan Erika, Aldynata hanya melambaikan tangannya acuh tanpa berniat berbalik badan ataupun berhenti untuk menjelaskan apa yang mereka maksud tadi.

"ALDYNATA?!"

"Cari tahulah sendiri, nanti kamu akan terkejut!" sahut Aldynata dari kejauhan, enggan menatap Erika.

***

Related chapters

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 5 (Hal gila)

    "Turunkan aku! Aku tidak sudi di sentuh oleh tangan mu yang kotor itu!" gumam Adnessa dengan suara yang terdengar tidak begitu jelas.Walaupun dalam keadaan setengah sadar, Adnessa masih bisa mengenali siapa lelaki yang memaksa dirinya untuk meninggalkan tempat ini. Seketika, membuatnya merasa jiji saat teringat apa yang di lihatnya di kolam tadi.Sepertinya, usaha Adnessa sia-sia. Walaupun gadis itu telah meronta bahkan mengumpati Axelio dengan kalimat pedasnya agar kakak tirinya itu mau menurunkannya, namun, kenyatannya Axelio tidak goyah sedikit pun dan tetap membawa Adnessa pergi dari tempat itu."Aku benci kamu, aku benci semua orang!" ucap Adnessa seraya memukul pundak Axelio.Tepat di sebelah mobil miliknya, akhirnya Axelio menghentikan langkahnya dan menurunkan Adnessa. Dengan tangan terkepal dan wajah memerah menahan kesal, Axelio menyudutkan tubuh Adnessa di kap mobilnya. Dua pasang mata itu saling beradu tatap dengan pandangan masing-masing. Axelio dengan tatapan kesalnya d

    Last Updated : 2024-12-06
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 6 (Pesona Axcelio)

    Axelio terus melangkah, mengikis jarak diantara dirinya dan Adnessa. Lagi-lagi, hal itu membuat Adnessa tersudut. Glekkk. Di saat seperti ini, mata elang dengan alis tebal yang semakin memperkuat karakter tegas Axelio itu, justru membuat Adnessa kesulitan untuk mengontrol dirinya, bahkan matanya pun tidak beralih sedikit pun dari Axelio. 'Jika boleh mengatakannya dengan jujur, sepertinya aku mulai terpikat dengan pria bajingan ini,' batin Adnessa tanpa sadar. Namun, beberapa saat kemudian Adnessa segera menunduk, untungnya ia segera menyadari ada yang salah dengan otaknya.'Aishhhh, bodoh, apa yang kamu pikirkan barusan?' batin Adnessa merutuki dirinya. DEG. Jantung Adnessa kembali berdesir hebat ketika Axelio tiba-tiba mengangkat dagunya, membawa wajahnya untuk menatap kearah lelaki itu yang kini berdiri tepat di depannya. Bahkan, wajah Axelio kini berada tepat di depan wajah Adnessa dengan jarak yang hanya beberapa inchi. Dengan lembut, Axelio merapikan anak rambut Adnessa yang

    Last Updated : 2024-12-07
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 7 (kebrutalan Axcel)

    "AXELL!"Disaat semuanya sudah hampir terlambat. Terlihat, seorang gadis berparas cantik meneriakkan nama Axelio, membuat tiga pria yang tengah berdebat itu menoleh. Tentu saja hal itu membuat Axelio sedikit bernafas lega, karena akhirnya ada yang mengalihkan perhatian dua sahabatnya ini.'Erika?' Axel mengernyit, melihat siluet yang sangat di kenalnya berjalan mendekat.Dengan senyum lebar, tanpa permisi Erika bergelayut manja di lengan Axelio. Namun, sepertinya Axelio tidak menyambut baik sikap Erika itu, bahkan Axcel segera melepaskan pelukan gadis itu darinya.Mendapat penolakan dari Axelio, tentu saja Erika merasa ada yang berbeda, "Ada apa, xel?""Pffftttttt. Pakek nanya, tentulah Axel risih sama lo!" sahut Aldy.Risih? tidak mungkin. Tadi saja ketika berada di kolam renang dirinya sudah hampir berhasil, mana mungkin Axcel risih dengannya, "Bilang saja kalau lo iri dengan Axcel, heh.""Iri? Gue tarik semua ucapan gue dulu yang sempat mengagumi cewek kayak lo," sahut Aldy. Memang

    Last Updated : 2024-12-08
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 8 (Butterfly Era)

    'Akhh, sialan?!' dengan mata terpejam, Adnessa memukul pelan kepalanya, ketika bayangan kejadian semalam melintas di otaknya. Apa lagi, bayangan wajah Axelio yang sangat menggoda saat itu terus menghantuinya, membuat Adnessa benar-benar tidak nyaman tinggal di kediaman Hansel."Setan bukan, tapi gak ada capeknya, apa? gentayangin gue mulu," keluh Adnessa. Ternyata, sejak kejadian semalam, Adnessa tidak bisa beristirahat dengan tenang. Bahkan, hampir semalaman gadis itu tidak tidur. Untuk mengusir bayangan yang menganggu itu, Adnessa memutuskan untuk berolahraga, ya, walaupun jam menunjukkan masih sangat pagi, bahkan semburat cahaya matahari pun belum muncul."Mau kemana kamu?" "Astaga?!" baru saja Adnessa keluar dari pintu kamarnya, sudah di kejutkan dengan suara berat Axcel.Dengan tatapan kesal dan bibir cemberut, Adnessa menatap ke arah Axcel yang tengah bersandar di dinding, tepat di sebelah pintu kamarnya. Apa dia baru saja pulang? Melihat Axcel masih mengenakan baju yang sama

    Last Updated : 2024-12-09
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 9 (Pengakuan)

    Di tengah kesibukannya. Pagi ini, Axcel memang sengaja meluangkan waktunya untuk mengantar Adnessa."Ngapain masih disana?" tanya Adnessa melihat mobil Axcel yang tidak segera pergi."Suka-suka saya, dong! saya bangun rumah di sini pun tidak akan ada yang berani melarang," sahut Axcel dengan wajah congkaknya."Sombong sekali," gerutu Adnessa yang memilih meninggalkan tempat itu, dan enggan meladeni ucapan Axcel yang pasti nantinya hanya akan membuatnya kesal."Sa?!" panggil Axcel."Jangan nengok, jangan berhenti!!" gumam Adnessa memperingatkan dirinya sendiri dan semakin mempercepat langkahnya."Adnessa sayang. Jangan telat makan dan jaga diri baik-baik, ya. Kalau ada yang gangguin nanti, bilang saja sudah punya saya!" teriak Axcell, membuat Adnessa yang mendengarnya merasa malu."Dasar gila, apa dia tidak malu mengatakan hal seperti itu?" entah itu hanya sebuah candaan atau bagaimana. Namun, menurut Adnessa, kalimat seperti tadi tidak seharusnya di ucapkan sembarangan seperti ini. Kar

    Last Updated : 2024-12-10
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 10 (Dosen Favorit sejuta umat)

    "Mahasiswi baru? Silahkan perkenalkan dirimu!" Sebenarnya, tidak bertanya pun Revan sudah tahu jika Adnessa adalah mahasiswi baru disini. Dan hal ini hanyalah alasan untuknya agar memiliki kesempatan untuk mendekati Adnessa."Baik, pak!" seketika, Adnessa dapat bernafas dengan lega."Pak Revan, saya tidak sekalian bapak suruh untuk maju ke depan?" tanya Laluna.Revan menaikkan sebelah alisnya, ia sudah hafal sekali dengan sifat mahasiswinya itu yang sering menggodanya, "Kamu mau gantikan saya mengajar disini? Kalau memang begitu, saya persilahkan!""Boro-boro, kalau beneran gue yang ngajar, mungkin generasi gen z akan semakin berantakkan," gumam Laluna seraya menelan salivanya dengan kasar. "Pfffttttttt. Katanya dengan senang hati, pak!" sahut Fransisca dengan lantang, seraya menertawai sahabatnya."ya ampun, Sis. Apa-apaan sih, Lo?" keluh Laluna yag membuatnya mendapat sorakan dari teman yang lain.Sebenarnya, hal seperti ini sudah hal yang biasa untuk Revan. Karena di kampus ini,

    Last Updated : 2024-12-11
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 11 (dintara tuan muda Hansel tuan muda Evander)

    Adnessa yang baru saja membuka pintu kamarnya, heran melihat keberadaan Axcel dan Revan berdiri di depan kamarnya, "Kalian, ngapain di sini?"Revan dan Axcel memang bersahabat, tidak heran jika melihat dosen muda itu berada di kediaman Hansel. Tapi, melihat dua pria ini berdiri di depan pintu kamarnya dengan nafas yang naik turun, membuat Adnessa bertanya-tanya."Saya? Saya mengkhawatirkan kamu," sahut Revan to the poin.Adnessa semakin binggung, "Hah? Apa anda salah bicara, Pak?"Maksudnya, dirinya tidak sepenting itu kenapa seorang dosen seperti Revan bisa mengkhawatirkannya?! Apa aku membuat masalah? Adnessa mencoba untuk mengingat apa yang ia lakukan, yang mungkin membuat masalah tanpa ia sadari.Melihat pakaian yang di kenakan Adnessa sedikit terbuka, Axcel segera melepaskan jas yang ia kenakan untuk Adnessa.'Astaga. Malu sekali,' batin Adnessa yang baru saja menyadari pakaiannya."Maksud saya, tadi Axcel datang ke kampus untuk menjemput kamu, dan saya teringat jika kamu sudah pu

    Last Updated : 2024-12-12
  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 12 (Satu Bulan)

    Deg. Adnessa terdiam, mengira jika kalimat waktu itu hanyalah sebuah lelucon dan Axcel telah melupakannya. Kenyataannya, pria itu Justru menanyakan jawaban tentang pengakuannya pagi tadi."Saya menyukai kamu!" jelas Axcel.Dalam konteks apa? Adnessa tidak ingin terlalu percaya diri, karena tidak semua kata menyukai itu bisa di artikan dalam bentuk pasangan, bisa saja itu hanya sekedar suka layaknya seorang kakak kepada adiknya. Lagi pula, selamanya mereka akan menjadi saudara. Andai kata, suatu saat nanti Axel benar-benar memiliki perasaan kepadanya, Adnessa berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak menyukai pria di depannya ini."Aku juga menyukai mu, karena kita adalah saudara!" Adnessa tersenyum, menatap sekilas wajah Axcel. Saudara? Kebahagiaan di wajah Axcel perlahan meredup, "Apa hanya sebatas itu?""Maksudnya?""Saya menyukai kamu lebih dari perasaan seorang kakak kepada saudari perempuanya. Bagaimana dengan kamu? Apakah perasaan kamu hanya sebatas itu?" tanya Axcel penuh

    Last Updated : 2024-12-14

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 51 (Ini bencana?!)

    "Hoammm," Adnessa meregangkan otot-otot tubuhnya setelah beberapa jam beristirahat dengan nyenyak. Mengingat hari ini adalah weekend, waktu yang tepat untuknya bersantai dan memanjakan diri setelah beberapa hari menghabiskan sebagian besar waktunya untuk kuliah dan juga memikirkan tentang Revan dan Axcel. Ia merasa perlu melepaskan penat dan mengisi kembali energinya.Perlahan, Adnessa menurunkan kakinya dari ranjang yang empuk sembari menjedai simpel rambut panjangnya yang tergerai sedikit berantakan. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya, membersihkan wajahnya dengan air segar serta menggosok gigi sebelum akhirnya keluar dari kamar dan memulai aktivitas paginya."Bau apa ini?!" Adnessa yang baru saja keluar dari kamar, sedikit penasaran dengan aroma sedap yang menyeruak hingga ke lantai dua rumahnya. Aroma itu sangat menggugah selera dan berhasil membuat cacing-cacing di perutnya meronta-ronta minta diisi. Ia merasa perutnya tiba-tiba lapar.Adness

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 50 (Mahasiswi tidak tau diri)

    Setelah semua acara yang seharusnya ia gunakan untuk bersenang-senang dengan dua sahabatnya, kini berantakan akibat ulah Axcel dan Revan, ditambah lagi Laluna dan Fransisca yang kini mencurigai hubungan di antara dirinya dan Axcel, kakak tirinya. Adnessa merasa semakin tertekan dan bingung."Jangan-jangan…" ucap Fransisca, menggantung kalimatnya, menciptakan suasana yang semakin menegangkan. Ia menatap ke arah Adnessa dengan segudang teka-teki dari sorot matanya. Entah apa yang dipikirkannya, Adnessa bisa merasakan bahwa Fransisca sedang mencoba menyusun kepingan-kepingan informasi yang ia dapatkan untuk menarik sebuah kesimpulan.Tiba-tiba, suara deru napas terdengar dari belakang Adnessa. "Ness, kenapa kamu meninggalkan saya?" tanya Revan dengan napas tersenggal-senggal, menandakan ia baru saja berlari. Diikuti oleh Axcel yang berjalan di belakangnya dengan langkah pasti dan penuh wibawa, kontras dengan Revan yang terlihat panik.Revan sangat panik setelah memenangkan taruhan biliar

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 49

    "Ngaco," sangkal Adnessa. Sebenarnya ia sudah tahu bagaimana perasaan Revan kepadanya. Beberapa hari lalu, pria itu juga sudah mengakui perasaannya dengan terang terangan, bukan hanya di depannya, Revan juga mengakui perasaannya di depan Axcel. Hanya saja, ia belum berani untuk bercerita kepada dua sahabatnya ini. Mengingat, Laluna yang begitu tergila-gila dengan Revan, meskipun tidak sampai segila Devita yang sampai menyerang orang lain, Adnessa tetap merasa khawatir reaksinya akan berlebihan dan mungkin menyakitkan.Suasana di pollroom seketika berubah menjadi tegang, setelah pertandingan antara Revan dan Samudra dimulai. Sorak sorai kecil dari beberapa penonton yang tertarik dengan taruhan tersebut menambah intensitas pertandingan. Belum sampai 10 menit permainan itu dimulai, Adnessa sudah merasa tidak enak untuk menyaksikannya. Ia melihat bagaimana Revan dan Samudra saling beradu strategi dan kekuatan dengan tatapan yang serius dan fokus. Ia tidak suka melihat mereka berdua bersai

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 48 (Berada diantara tiga pria sekaligus)

    "Lo siapa?" tanya pria itu dengan nada tidak senang, tidak terima melihat Axcel menghalangi niatnya untuk mendekati Adnessa. Ia menatap Axcel dengan tatapan menantang, merasa harga dirinya diinjak."Saya?" tanya Axcel dengan senyum miring yang memperlihatkan sedikit ejekan, seraya menunjuk ke arah dirinya sendiri dengan ekspresi seolah menahan tawa. Ia merasa geli dengan keberanian pria itu yang mencoba mendekati Adnessa di depannya.'Aduh,' Adnessa mulai berkeringat dingin, jantungnya berdebar tidak karuan. Ia merasa sangat khawatir jika Axcel lepas kendali dan mengatakan hubungan mereka yang sesungguhnya di depan umum. Ia melirik Laluna dan Fransisca sekilas, melihat ekspresi bingung mereka. 'Apa yang akan mereka pikirkan nanti?' batinya cemas, membayangkan reaksi kedua sahabatnya jika mengetahui hubungannya dengan Axcel."Stop, minggir!" ucap Revan dengan nada tenang namun tegas. Ia dengan santainya berjalan di antara Axcel dan pria itu, seolah memberikan jarak agar mereka semakin b

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 47 (Poolroom)

    "Kalian serius mau ikut?" tanya Adnessa kepada Axcel dan Revan, dengan nada yang masih tidak percaya bahwa dua orang itu benar-benar mengikutinya sampai ke tempat ini. Ia menatap mereka berdua dengan tatapan menyelidik, mencoba memastikan bahwa mereka tidak sedang bercanda.Axcel dan Revan mengangguk bersamaan, dengan wajah yang terlihat sedikit kelelahan karena berlari kecil mengikuti langkah Adnessa yang cukup cepat. Mereka berdua memasang senyum meyakinkan, menunjukkan bahwa mereka serius dengan keinginan mereka untuk ikut.Adnessa menghela napas panjang, merasa sedikit pasrah dengan situasi ini. 'Kira-kira, kekacauan apa lagi yang akan mereka buat nanti?' batinnya, dengan sedikit rasa khawatir membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi dengan kehadiran dua pria ini di poolroom. Ia mengalihkan pandangannya dari Axcel dan Revan dan menatap ke arah gedung di depannya.Ingin rasanya Adnessa menolak kedua pria ini agar tidak ikut dengannya. Ia merasa kehadiran mereka hanya

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 46 (Bersama dua pria menjengkelkan)

    "Ngapain lo di situ, Van?" Axcel yang baru saja selesai mandi dan bersiap turun ke lantai bawah untuk makan malam, terkejut setelah membuka pintu kamarnya dan melihat Revan berdiri tepat di depan pintu kamar Adnessa dengan wajah yang terlihat cemas. Ia mengerutkan kening, bingung dengan kehadiran sahabatnya di sana.Sebenarnya, bukan cemas yang sepenuhnya tepat untuk menggambarkan ekspresi Revan. Lebih tepatnya, ia gelisah. Revan sedari tadi menunggu Adnessa di depan pintu kamarnya, berharap gadis itu segera keluar. Namun, karena Adnessa tak kunjung keluar, Revan menjadi tidak sabar dan khawatir. Ia sangat ingin membuka pintu itu dan memastikan keadaan Adnessa baik-baik saja, tetapi ia ragu, takut dianggap terlalu lancang dan melanggar privasi gadis itu. "Kenapa sedari tadi Adnessa tidak kunjung keluar, Xel?" tanya Revan dengan nada khawatir yang bercampur dengan rasa penasaran.Axcel menjadi sedikit cemas mendengar kalimat Revan. Ia pun ikut merasa khawatir dengan Adnessa. Tanpa berp

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 45 (Cinta segi tidak beraturan)

    "Jangan bercanda, Dy," sahut Revan mendengar kalimat yang baru saja diucapkan Aldy. Ia tertawa kaku, tawanya terdengar dipaksakan, dan tatapannya seolah memberi peringatan halus kepada sahabatnya itu untuk tidak meneruskan leluconnya. Ada nada tidak suka yang tersirat dalam tawanya."Tidak lucu jika kita semua menyukai gadis yang sama," timpal Axcel dengan nada lebih serius, menatap Aldy dengan tatapan antara menyelidik dan tidak percaya. Ia mencoba membaca ekspresi Aldy, mencari tahu apakah sahabatnya itu benar-benar serius dengan ucapannya."Pffftttttt, bagaimana jika gue jatuh cinta sejak pandangan pertama?" tanya Aldy dengan senyuman yang mengembang di wajahnya. Senyumnya terlihat tulus, namun ada sedikit misteri di matanya yang membuat Axcel dan Revan sedikit bingung. Dari cara berbicara Aldy saat ini, mereka berdua tidak bisa memastikan apakah ini hanya sebuah lelucon atau sahabatnya itu benar-benar menyukai Adnessa.Revan tertawa lagi, kali ini tawanya terdengar lebih lepas, me

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 44 (Cinta segi tiga?)

    Revan dan Axcel terlihat antusias, meskipun dengan cara yang berbeda, menunggu jawaban Adnessa setelah Revan melempar pertanyaan yang membingungkan dan sekaligus mengejutkan tersebut. Revan menatap Adnessa dengan tatapan penuh harap, sementara Axcel menatapnya dengan campuran cemas dan pasrah.Bagaimana ini? Adnessa terlihat sangat bimbang, pikirannya berkecamuk. Ia takut jika keputusannya akan menyakiti salah satu di antara mereka. Mengingat persahabatan yang terjalin erat di antara Revan dan Axcel, ia juga tidak ingin membuat keputusan yang pada akhirnya menciptakan selisih paham dan menghancurkan tali persahabatan yang begitu berharga bagi keduanya. Ia merasa terjebak di antara dua pilihan yang sulit.Angin yang berhembus di halaman kediaman Hansel sore itu, membawa serta aroma dedaunan dan tanah basah, seolah ikut merasakan situasi dramatis yang tengah terjadi. Rambut Adnessa yang tergerai indah, kini terlihat sedikit berantakan tersapu angin, menambah kesan rapuh pada dirinya. Ad

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 43 (Terang-terangan, pengakuan Revan)

    Revan tidak menunjukkan ekspresi yang berarti setelah mendengar kalimat Erika. Ia hanya menoleh perlahan, mengalihkan pandangannya dari Erika ke Axcel, lalu ke Adnessa, dan kembali lagi ke Axcel. Matanya mengamati mereka berdua dengan seksama, mencoba membaca raut wajah dan bahasa tubuh mereka. Ternyata, dugaanku selama ini benar, batin Revan, sebuah kekecewaan yang dalam menyentuh hatinya, meskipun ia berusaha keras untuk tidak menunjukkannya. Ia sudah lama mencurigai ada sesuatu yang lebih dari sekadar persaudaraan di antara Axcel dan Adnessa, dan kini Erika telah mengkonfirmasi dugaannya tersebut."Gue bisa jelasin ini semua, Van!" ucap Axcel memecah keheningan yang mulai terasa menyesakkan. Ia merasa tatapan Revan padanya begitu intens dan sulit diartikan, membuatnya merasa bersalah dan ingin segera menjelaskan duduk perkaranya.Revan menaikkan sebelah alisnya, sebuah gerakan yang familiar dan sering ia lakukan saat ia merasa tidak percaya atau meremehkan sesuatu. Pria berparas ta

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status