Home / Romansa / Terjerat Pesona Ibu Anakku / Bab 2. Tawaran Tanpa Batas

Share

Bab 2. Tawaran Tanpa Batas

Author: Kaiwen77
last update Last Updated: 2025-01-26 10:41:28

"Calon ...."

Mata Aisyah memandang Wanhan lekat lagi. Teringat dengan adik dari ayah Luna yang tiba-tiba mengajak ke jenjang pernikahan. Aisyah mulai tersenyum lebar, mengetahui sosok pelamar itu ternyata Wanhan.

Lelaki yang dilihat sekilas pun sudah bisa ditebak berasal dari keluarga kaya.

"Oh ya benar, kamu calon menantu ibu, kan?" Aisyah langsung mengakui Wanhan begitu cepat.

Rasa percaya diri Wanhan yang semula sedikit, kini menggunung karena Aisyah sepertinya memberikan lampu hijau.

Mata Arumi memandang tidak percaya ke arah ibunya yang malah menerima Wanhan. Padahal dulu sewaktu Luna hadir dan mengacaukan hidupnya, Aisyah orang pertama yang membenci Valdi dan keluarganya.

"Benar, Ibu mertua," sahut Wanhan sembari tersenyum.

"Saya ingin bicara dengan Bapak."

Belum juga kepala Wanhan menoleh, tangan sudah ditarik oleh Arumi keluar ruangan. Wanhan sama sekali tidak menolak perbuatan mendadak dari Arumi.

Meski, biasanya Wanhan sangat tidak suka disentuh oleh wanita. Berhadapan dengan Arumi, sepertinya Wanhan rela.

"Nek," sebut Luna pelan. "Paman itu siapanya bunda?"

Aisyah langsung tersenyum lebar.

"Apa maksud Bapak mengakui saya sebagai calon istri? Bahkan di hadapan Luna dan ibu saya."

Di depan ruangan rawat, Arumi mempertanyakan dengan suara yang pelan. Takut pasien di ruangan lain terganggu.

Wanhan menatap Arumi yang nampak tidak senang.

"Bukankah kita akan segera menikah?"

"Saya tidak pernah bilang ingin menikah dengan Bapak."

"Tapi, sepertinya ibu kamu sudah setuju," ujar Wanhan dengan penuh percaya diri.

Arumi menarik napas. Sebenarnya, penolakan seperti apa lagi yang harus ia lakukan supaya Wanhan menyerah.

Mata Arumi memandang perawat yang masuk dengan biasa saja. Namun, menyadari perawat itu bicara dengan ibunya. Arumi langsung masuk ke ruangan dengan terburu.

"Katanya ibu mau pindah ruangan, Arumi," ujar Aisyah saat berhadapan dengannya.

Dahi Arumi mengerut. "Kenapa harus pindah? Apa Ibu saya ada penyakit atau bagaimana?"

Perawat menatap pada Wanhan.

"Bapak ini meminta Ibu Aisyah dipindahkan ke ruangan lain."

Arumi langsung menoleh pada Wanhan yang malah mendekati ibunya. Membantu perawat memindahkan Aisyah untuk duduk di kursi roda.

"Aku tidak suka keramaian."

Itulah yang Wanhan katakan saat Aisyah sudah dipindahkan ke kamar inap VIP, di mana hanya ada ibunya seorang pasien di ruangan ini.

Arumi memandang Wanhan yang duduk santai di sofa tunggu.

"Kalau memang Bapak tidak suka keramaian, kenapa tidak pulang saja?" celetuknya.

"Arumi, jangan begitu dengan calon suami sendiri," komen ibunya.

Arumi melirik Aisyah yang sedang memandang sekeliling ruangan sembari tersenyum. Perhatiannya mulai tertuju pada Luna yang perlahan mendekati Wanhan.

"Ayah?"

Wanhan tertegun dengan Luna yang tiba-tiba memanggil demikian. Namun, bibir mengulas senyum dan tangan terulur untuk menggapai Luna.

"Kemarilah! Anak ayah."

***

"Buka hatimu, Arumi. Wanhan itu pria yang baik."

Arumi memandang ibunya yang selesai minum obat. Wanhan telah pergi sejak siang tadi, hanya menyisakan Arumi, Luna dan ibunya di ruangan ini.

Hingga pukul 7 malam, Arumi dan ibunya masih mendebatkan hal yang sama. Sebab, Arumi belum mau menerima Wanhan.

"Bukan hanya baik, dia juga dari keluarga kaya," sambung ibunya.

"Yang Ibu pikirkan bukan sifatnya, kan? Tapi, hartanya."

Aisyah menarik napas. "Ibu tidak munafik. Dengan kamu bersama pria kaya, hidup kamu akan lebih baik. Setidaknya kamu tidak akan menderita seperti ibu."

"Tapi, aku tidak merasa menderita hidup di tangan Ibu."

Aisyah meraih tangannya. "Kamu tidak mengerti, Arumi. Demi kamu dan kakakmu, ibu baru bisa bertahan dengan ayahmu."

"Tanpa kalian berdua, ibu juga mungkin akan memilih pria kaya di luar sana."

Apakah harta adalah hal utama yang menciptakan kebahagiaan?

"Tapi, Bu. Status kami yang berbeda, tentu akan jadi permasalahan. Baik antar keluarga mau pun orang sekitar."

Aisyah membisu sejenak mendengar penuturan Arumi.

"Lalu, kapan kamu mau menikah?"

Arumi menundukkan kepala. "Jarang lelaki yang memandang ibu satu anak tanpa adanya pernikahan sebelumnya, Bu."

"Luna ...."

Aisyah langsung berhenti bicara, ketika Luna yang semula menonton televisi mulai menoleh. Lantas, dengan ceria berjalan ke arah Arumi.

"Bunda."

Luna memeluk kakinya yang duduk di sebelah ibunya. Arumi mengelus kepala keponakan yang sudah ia anggap anak sendiri.

"Kenapa, Sayang?"

"Ayah kapan ke sini lagi?"

Pertanyaan Luna membungkam bibir Arumi.

Luna menaiki tubuh Arumi dan langsung dibantu olehnya. Sesekali Luna mengayunkan kedua kaki dengan ceria.

"Akhirnya Luna punya ayah juga."

Mata Arumi berkaca, sedari dulu Luna kerap menangis mencari keberadaan seorang ayah. Tapi, Arumi tidak bisa membayangkan seberapa kecewanya Luna kelak, jika tahu kalau Wanhan mau pun dirinya bukan orang tua kandung.

Sementara itu, di kediaman Wanhan.

Duduk Wanhan di kursi balkon, menikmati angin malam yang menerpa wajah. Dia mengambil segelas alkohol, menggoyangkan sejenak tanpa berniat meneguknya.

"Bagaimana pun caranya, aku harus dapatkan Luna."

Ekspresi Wanhan berubah suram.

"Rasa bersalah ini harus ditebus, dengan Luna ada di sisiku mungkin aku bisa tidur nyenyak."

Wanhan meneguk habis alkohol di tangan. Dia baru bisa tidur setelah dibuat mabuk oleh minuman ini.

Ponsel yang berbunyi menyita perhatian Wanhan. Amat malas dia berdiri dari duduk, tujuannya memeriksa si penelpon yang kemungkinan sekretaris atau kolega bisnis.

"Nomor baru."

Wanhan menggumamkan nomor yang tidak dia simpan ini. Rasa malas semakin menjalar hingga Wanhan hanya mendiamkan dan telepon tidak terjawab.

"Orang tidak ...."

Mulut Wanhan berhenti bicara, padahal dia mengira hanya orang tidak berkepentingan. Ternyata pesan masuk setelah telepon tidak dijawab.

"Saya Arumi, apakah tawaran Bapak masih berlaku?"

Tanpa basa-basi, Wanhan langsung menghubungi nomor yang mengaku bernama Arumi ini.

"Halo Pak Wanhan--"

"Kamu di mana?"

Wanhan langsung memotong pembicaraan sembari mengambil kunci mobil dan berjalan cepat, tepatnya setelah dia mendengar suara Arumi di telepon.

"Saya masih di rumah sakit."

"Tunggu aku di luar gedung."

Belum sempat Arumi menjawab, Wanhan sudah lebih dulu mematikan sambungan telepon. Dia bergegas menuju rumah sakit tempat ibu Arumi dirawat.

Mengendarai mobil dengan cepat, Wanhan hanya butuh 15 menit untuk sampai di sana. Tanpa parkir, Wanhan keluar dari mobil dan menghampiri Arumi yang sudah bisa dilihat dari jauh.

"Pak Wanhan," sebut Arumi.

Mata Arumi terbelalak kaget ketika tubuhnya direngkuh oleh Wanhan.

"Tawaran itu tidak ada batas kadaluarsa," ujar Wanhan.

Namun, Arumi dibuat heran dengan mobil polisi yang berhenti di jalan dan nampak menghampiri mobil milik Wanhan. Dua polisi itu mencari keberadaan Wanhan selaku pemilik kendaraan.

"Pak, apa Anda terlibat kecelakaan?"

Related chapters

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 3. Kesepakatan Bersama

    Wanhan tersadar akan satu hal. Dia yang memeluk Arumi perlahan mulai menjauhkan diri dan sepenuhnya melepas wanita ini. Sosok yang Wanhan harap membawa perubahan. "Pak." Mata Arumi yang bulat memandang dia lekat. Kepedulian sedang Arumi berikan, namun Wanhan sadari itu bukan karena adanya hubungan yang sebentar lagi terjalin. Melainkan, karena Wanhan selaku atasan di tempat kerja. Mulut Wanhan tertawa. "Aku tidak kecelakaan." "Lantas, kenapa Bapak membawa serta polisi ke rumah sakit?" Wanhan melirik polisi yang mulai berjalan mendekat. "Aku sepertinya ketahuan mengebut dalam kondisi mabuk." Pengakuan yang Wanhan berikan itu menimbulkan keterkejutan bagi Arumi. Sosok atasan yang dikenal sempurna ini, rupanya memiliki celah di malam hari. "Apakah Anda pemilik mobil itu?" Wanhan tersenyum dan memandang Arumi. "Tunggulah aku." Arumi hanya bisa diam dengan cemas, melihat Wanhan yang berjalan sempoyongan bersama polisi ke lain arah. Nampaknya identitas yang dimin

    Last Updated : 2025-01-27
  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 4. Tidur Bersama

    Pernikahan yang hanya dihadiri sedikit orang ini, membuat Aisyah memandang Arumi dengan cemas. Merasa kalau keluarga Wanhan yang kaya itu tidak menyetujui. Bahkan, tak ada banyak foto. Wanhan dan Arumi juga saling berjauhan meski sudah diarahkan berulang kali oleh fotografer. "Karena kami sudah menikah, aku berniat mengajak Arumi tinggal di rumahku, Bu." Wanhan langsung mengutarakan niat setelah acara pernikahan selesai. Aisyah sendiri tak perlu mempertimbangkan lama. "Tentu saja, Wanhan. Kamu sebagai suami berhak membawa Arumi serta Luna." Arumi hanya mendengarkan percakapan tersebut. Jika menolak, maka ia harus membawa Wanhan yang berasal dari keluarga kaya ini ke kontrakan. Tinggal bertiga saja sudah sempit, apalagi nanti ditambah Wanhan. Belum lagi, Wanhan yang terbiasa tidur di bawah AC justru harus menikmati kipas angin. *** Mata Arumi tersihir hingga mulut membisu, tepat setelah pintu rumah Wanhan terbuka. Perbedaan sangat jelas jika dibandingkan dengan kontraka

    Last Updated : 2025-01-28
  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 5. Jangan Coba Sentuh

    "Naiklah! Aku antar sampai samping kantor." Arumi hanya membisu karena tidak percaya dengan omongan Wanhan. Takutnya berhenti di depan kantor dan dilihat banyak karyawan. Mata Wanhan menyipit. "Kenapa tidak naik?" "Paling Bapak akan menjalankan mobil setelah saya mendekat." Pemikiran buruk itu membuat Wanhan menarik napas. "Apa aku selicik itu di matamu, Arumi?" Bukankah terbukti dari niatan Wanhan yang ingin menyeretnya paksa jika tidak setuju menikah? Arumi benar-benar ragu dan masih berdiam diri di tempatnya. "Masuk!" seru Wanhan. Wanhan yang kesal sampai membunyikan klakson beberapa kali. Pengendara banyak yang melirik membuat Arumi terpaksa memasuki mobil milik suaminya sendiri. "Kamu sungguh menguji kesabaran, Arumi," sindir Wanhan. Dari yang Arumi tahu, sifat Wanhan dan Valdi sangat jauh berbeda. Terbukti dari sosok Wanhan yang tingkat kesabarannya setipis tisu. "Bukankah saya sudah naik, Pak?" Wanhan mendelik, memang Arumi sejak dulu selalu membuat dia

    Last Updated : 2025-01-29
  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 6. Wanita Malam

    “Pak,” sebut Arumi dengan mata terbelalak kaget. “Itu tidak perlu. Jika ingin belikan, lebih baik untuk Luna saja.” Wanhan tak mendengarkan dirinya sama sekali, tetap menyuruh pegawai dengan lirikan mata. “Mari, Bu. Ikut dengan saya untuk memilih!” pinta pegawai. “Tidak perlu,” Wanhan langsung menolak. “Kamu saja yang pilihkan.” Kalau Arumi sampai ikut, jangankan mencoba pakaian memilihnya saja pasti tidak akan dilakukan. Wanhan tidak bisa memasrahkan pakaian pada Arumi. “Baik, Pak.” Pegawai tersebut mulai meninggalkan mereka bertiga. Arumi memandang Wanhan sedikit kesal. “Apa? Diberikan hadiah harusnya kamu senang, bukannya tidak tahu terima kasih begini,” sindir Wanhan pelan, tentu takut Luna ikut dengar. Arumi menarik napas. “Jangan keluarkan uang Bapak, saya tidak sanggup menerimanya.” Tidak ingin meladeni Arumi, Wanhan lebih memilih berkeliling untuk mencarikan pakaian yang cocok untuk Luna. “Luna ke mari! Ikut dengan ayah memilih baju.” Amat ragu Luna

    Last Updated : 2025-02-19
  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 7. Janda Lebih Menantang

    Tenaga Wanhan sedikit melemah, setelah dia menembus Arumi dengan paksa. Arumi yang kesal mulai memukuli suaminya amat keras, Wanhan sesekali menghindar namun tidak pernah membalas. "Bapak jahat sekali pada saya," adu Arumi masih menangis. Wanhan berusaha menenangkan Arumi, dia cium dahi sang istri cukup lama. "Arumi tenanglah! Aku tidak akan menyakiti kamu lagi." Tangisan Arumi mulai mereda, hingga meminta Wanhan untuk melepaskan dirinya. "Pak, lepaskan saya. Tolong, bangun dari tubuh saya!" pintanya. Bukannya menuruti, Wanhan justru mengangkat dagu Arumi dan mulai melayangkan beberapa kecupan di bibirnya. Arumi pun kaget dengan bagian bawah yang mulai digerakkan oleh suaminya. "Sebentar saja, Arumi," bisik Wanhan lembut. Arumi berusaha memberontak, namun Wanhan mencekal tangannya dan hasrat dia makin menggebu. Arumi yang belum merasakan kenikmatan hanya bisa meringis, menahan perih dan panas di bawah sana yang dijelajahi paksa. *** Wanhan menyugar rambut sembari

    Last Updated : 2025-02-20
  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 8. Rekan Kerja Lelaki

    Desas-desus itu masih terdengar oleh telinga Arumi, namun Arumi tidak ingin meladeni mereka, sementara Dani hanya diam merasa kalau Arumi pantas mendapatkannya. "Ada apa pak Wanhan mencariku?" tanya Arumi. Dani mendelik dengan raut kesal. "Mana aku tahu kamu bisa tanya setelah tiba di sana. " Arumi memandang punggungan Dhani yang berjalan dengan cepat di hadapannya. Sebenarnya Arumi tidak ingin bertemu dengan Wanhan sekarang, teringat dengan kelakuan suaminya semalam. Namun, Arumi tidak bisa menunjukkan ketidaksenangan hatinya di hadapan banyak karyawan. Bagaimanapun pernikahan mereka berdua dirahasiakan, tidak boleh ada perasaan pribadi saat di kantor. Hanya butuh waktu 2 menit untuk sampai di depan ruangan kerja milik suaminya, Arumi mulai memasuki ruangan tersebut sendirian karena Dani meninggalkan dirinya setibanya di sana. “Kenapa Bapak mencari saya di tengah pekerjaan waktu bekerja?“ Wanhan yang semula telah menyiapkan beribu kata yang dia rangkai untuk mengkritik

    Last Updated : 2025-02-21
  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 1. Dilamar Dadakan

    "Aku bisa menjamin keasliannya." Mata Arumi akhirnya berhenti melihat setelah mengetahui hasilnya. Kertas tes DNA yang dibawa oleh lelaki di hadapannya ini mulai dilipat olehnya. "Apa Pak Wanhan datang untuk mengambil Luna dari saya?"Perlahan tangan Arumi meletakkan kertas tersebut di atas meja. Pandangan Wanhan sama sekali tidak melepaskan Arumi yang terlihat serius. Arumi akhirnya saling berpandangan dengan lelaki bernama Wahnan ini. Setahun lalu, mereka berdua dipertemukan sebagai pelamar dan ketua divisi. Sekarang, Arumi dan Wanhan berhadapan di meja cafe sebagai keluarga yang saling menginginkan hak asuh atas Luna. "Luna tidak bisa jauh dari kamu." Wanhan mengakui itu, meski pun sudah berpuluh kali membujuk Arumi untuk menyerahkan Luna. Semua orang hanya tahu, Arumi wanita lajang yang melahirkan Luna di luar nikah. Namun, Wanhan tahu itu sebuah kebohongan. Demi menikahi lelaki kaya, kakaknya meninggalkan Luna yang masih bayi dan menuduh Arumi mengandung anak haram

    Last Updated : 2025-01-24

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 8. Rekan Kerja Lelaki

    Desas-desus itu masih terdengar oleh telinga Arumi, namun Arumi tidak ingin meladeni mereka, sementara Dani hanya diam merasa kalau Arumi pantas mendapatkannya. "Ada apa pak Wanhan mencariku?" tanya Arumi. Dani mendelik dengan raut kesal. "Mana aku tahu kamu bisa tanya setelah tiba di sana. " Arumi memandang punggungan Dhani yang berjalan dengan cepat di hadapannya. Sebenarnya Arumi tidak ingin bertemu dengan Wanhan sekarang, teringat dengan kelakuan suaminya semalam. Namun, Arumi tidak bisa menunjukkan ketidaksenangan hatinya di hadapan banyak karyawan. Bagaimanapun pernikahan mereka berdua dirahasiakan, tidak boleh ada perasaan pribadi saat di kantor. Hanya butuh waktu 2 menit untuk sampai di depan ruangan kerja milik suaminya, Arumi mulai memasuki ruangan tersebut sendirian karena Dani meninggalkan dirinya setibanya di sana. “Kenapa Bapak mencari saya di tengah pekerjaan waktu bekerja?“ Wanhan yang semula telah menyiapkan beribu kata yang dia rangkai untuk mengkritik

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 7. Janda Lebih Menantang

    Tenaga Wanhan sedikit melemah, setelah dia menembus Arumi dengan paksa. Arumi yang kesal mulai memukuli suaminya amat keras, Wanhan sesekali menghindar namun tidak pernah membalas. "Bapak jahat sekali pada saya," adu Arumi masih menangis. Wanhan berusaha menenangkan Arumi, dia cium dahi sang istri cukup lama. "Arumi tenanglah! Aku tidak akan menyakiti kamu lagi." Tangisan Arumi mulai mereda, hingga meminta Wanhan untuk melepaskan dirinya. "Pak, lepaskan saya. Tolong, bangun dari tubuh saya!" pintanya. Bukannya menuruti, Wanhan justru mengangkat dagu Arumi dan mulai melayangkan beberapa kecupan di bibirnya. Arumi pun kaget dengan bagian bawah yang mulai digerakkan oleh suaminya. "Sebentar saja, Arumi," bisik Wanhan lembut. Arumi berusaha memberontak, namun Wanhan mencekal tangannya dan hasrat dia makin menggebu. Arumi yang belum merasakan kenikmatan hanya bisa meringis, menahan perih dan panas di bawah sana yang dijelajahi paksa. *** Wanhan menyugar rambut sembari

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 6. Wanita Malam

    “Pak,” sebut Arumi dengan mata terbelalak kaget. “Itu tidak perlu. Jika ingin belikan, lebih baik untuk Luna saja.” Wanhan tak mendengarkan dirinya sama sekali, tetap menyuruh pegawai dengan lirikan mata. “Mari, Bu. Ikut dengan saya untuk memilih!” pinta pegawai. “Tidak perlu,” Wanhan langsung menolak. “Kamu saja yang pilihkan.” Kalau Arumi sampai ikut, jangankan mencoba pakaian memilihnya saja pasti tidak akan dilakukan. Wanhan tidak bisa memasrahkan pakaian pada Arumi. “Baik, Pak.” Pegawai tersebut mulai meninggalkan mereka bertiga. Arumi memandang Wanhan sedikit kesal. “Apa? Diberikan hadiah harusnya kamu senang, bukannya tidak tahu terima kasih begini,” sindir Wanhan pelan, tentu takut Luna ikut dengar. Arumi menarik napas. “Jangan keluarkan uang Bapak, saya tidak sanggup menerimanya.” Tidak ingin meladeni Arumi, Wanhan lebih memilih berkeliling untuk mencarikan pakaian yang cocok untuk Luna. “Luna ke mari! Ikut dengan ayah memilih baju.” Amat ragu Luna

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 5. Jangan Coba Sentuh

    "Naiklah! Aku antar sampai samping kantor." Arumi hanya membisu karena tidak percaya dengan omongan Wanhan. Takutnya berhenti di depan kantor dan dilihat banyak karyawan. Mata Wanhan menyipit. "Kenapa tidak naik?" "Paling Bapak akan menjalankan mobil setelah saya mendekat." Pemikiran buruk itu membuat Wanhan menarik napas. "Apa aku selicik itu di matamu, Arumi?" Bukankah terbukti dari niatan Wanhan yang ingin menyeretnya paksa jika tidak setuju menikah? Arumi benar-benar ragu dan masih berdiam diri di tempatnya. "Masuk!" seru Wanhan. Wanhan yang kesal sampai membunyikan klakson beberapa kali. Pengendara banyak yang melirik membuat Arumi terpaksa memasuki mobil milik suaminya sendiri. "Kamu sungguh menguji kesabaran, Arumi," sindir Wanhan. Dari yang Arumi tahu, sifat Wanhan dan Valdi sangat jauh berbeda. Terbukti dari sosok Wanhan yang tingkat kesabarannya setipis tisu. "Bukankah saya sudah naik, Pak?" Wanhan mendelik, memang Arumi sejak dulu selalu membuat dia

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 4. Tidur Bersama

    Pernikahan yang hanya dihadiri sedikit orang ini, membuat Aisyah memandang Arumi dengan cemas. Merasa kalau keluarga Wanhan yang kaya itu tidak menyetujui. Bahkan, tak ada banyak foto. Wanhan dan Arumi juga saling berjauhan meski sudah diarahkan berulang kali oleh fotografer. "Karena kami sudah menikah, aku berniat mengajak Arumi tinggal di rumahku, Bu." Wanhan langsung mengutarakan niat setelah acara pernikahan selesai. Aisyah sendiri tak perlu mempertimbangkan lama. "Tentu saja, Wanhan. Kamu sebagai suami berhak membawa Arumi serta Luna." Arumi hanya mendengarkan percakapan tersebut. Jika menolak, maka ia harus membawa Wanhan yang berasal dari keluarga kaya ini ke kontrakan. Tinggal bertiga saja sudah sempit, apalagi nanti ditambah Wanhan. Belum lagi, Wanhan yang terbiasa tidur di bawah AC justru harus menikmati kipas angin. *** Mata Arumi tersihir hingga mulut membisu, tepat setelah pintu rumah Wanhan terbuka. Perbedaan sangat jelas jika dibandingkan dengan kontraka

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 3. Kesepakatan Bersama

    Wanhan tersadar akan satu hal. Dia yang memeluk Arumi perlahan mulai menjauhkan diri dan sepenuhnya melepas wanita ini. Sosok yang Wanhan harap membawa perubahan. "Pak." Mata Arumi yang bulat memandang dia lekat. Kepedulian sedang Arumi berikan, namun Wanhan sadari itu bukan karena adanya hubungan yang sebentar lagi terjalin. Melainkan, karena Wanhan selaku atasan di tempat kerja. Mulut Wanhan tertawa. "Aku tidak kecelakaan." "Lantas, kenapa Bapak membawa serta polisi ke rumah sakit?" Wanhan melirik polisi yang mulai berjalan mendekat. "Aku sepertinya ketahuan mengebut dalam kondisi mabuk." Pengakuan yang Wanhan berikan itu menimbulkan keterkejutan bagi Arumi. Sosok atasan yang dikenal sempurna ini, rupanya memiliki celah di malam hari. "Apakah Anda pemilik mobil itu?" Wanhan tersenyum dan memandang Arumi. "Tunggulah aku." Arumi hanya bisa diam dengan cemas, melihat Wanhan yang berjalan sempoyongan bersama polisi ke lain arah. Nampaknya identitas yang dimin

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 2. Tawaran Tanpa Batas

    "Calon ...." Mata Aisyah memandang Wanhan lekat lagi. Teringat dengan adik dari ayah Luna yang tiba-tiba mengajak ke jenjang pernikahan. Aisyah mulai tersenyum lebar, mengetahui sosok pelamar itu ternyata Wanhan.Lelaki yang dilihat sekilas pun sudah bisa ditebak berasal dari keluarga kaya. "Oh ya benar, kamu calon menantu ibu, kan?" Aisyah langsung mengakui Wanhan begitu cepat. Rasa percaya diri Wanhan yang semula sedikit, kini menggunung karena Aisyah sepertinya memberikan lampu hijau.Mata Arumi memandang tidak percaya ke arah ibunya yang malah menerima Wanhan. Padahal dulu sewaktu Luna hadir dan mengacaukan hidupnya, Aisyah orang pertama yang membenci Valdi dan keluarganya. "Benar, Ibu mertua," sahut Wanhan sembari tersenyum. "Saya ingin bicara dengan Bapak." Belum juga kepala Wanhan menoleh, tangan sudah ditarik oleh Arumi keluar ruangan. Wanhan sama sekali tidak menolak perbuatan mendadak dari Arumi.Meski, biasanya Wanhan sangat tidak suka disentuh oleh wanita. Berh

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 1. Dilamar Dadakan

    "Aku bisa menjamin keasliannya." Mata Arumi akhirnya berhenti melihat setelah mengetahui hasilnya. Kertas tes DNA yang dibawa oleh lelaki di hadapannya ini mulai dilipat olehnya. "Apa Pak Wanhan datang untuk mengambil Luna dari saya?"Perlahan tangan Arumi meletakkan kertas tersebut di atas meja. Pandangan Wanhan sama sekali tidak melepaskan Arumi yang terlihat serius. Arumi akhirnya saling berpandangan dengan lelaki bernama Wahnan ini. Setahun lalu, mereka berdua dipertemukan sebagai pelamar dan ketua divisi. Sekarang, Arumi dan Wanhan berhadapan di meja cafe sebagai keluarga yang saling menginginkan hak asuh atas Luna. "Luna tidak bisa jauh dari kamu." Wanhan mengakui itu, meski pun sudah berpuluh kali membujuk Arumi untuk menyerahkan Luna. Semua orang hanya tahu, Arumi wanita lajang yang melahirkan Luna di luar nikah. Namun, Wanhan tahu itu sebuah kebohongan. Demi menikahi lelaki kaya, kakaknya meninggalkan Luna yang masih bayi dan menuduh Arumi mengandung anak haram

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status