Home / Romansa / Terjerat Pesona Ibu Anakku / Bab 6. Wanita Malam

Share

Bab 6. Wanita Malam

Author: Kaiwen77
last update Last Updated: 2025-02-19 11:36:22

“Pak,” sebut Arumi dengan mata terbelalak kaget.

“Itu tidak perlu. Jika ingin belikan, lebih baik untuk Luna saja.”

Wanhan tak mendengarkan dirinya sama sekali, tetap menyuruh pegawai dengan lirikan mata.

“Mari, Bu. Ikut dengan saya untuk memilih!” pinta pegawai.

“Tidak perlu,” Wanhan langsung menolak.

“Kamu saja yang pilihkan.”

Kalau Arumi sampai ikut, jangankan mencoba pakaian memilihnya saja pasti tidak akan dilakukan. Wanhan tidak bisa memasrahkan pakaian pada Arumi.

“Baik, Pak.”

Pegawai tersebut mulai meninggalkan mereka bertiga. Arumi memandang Wanhan sedikit kesal.

“Apa? Diberikan hadiah harusnya kamu senang, bukannya tidak tahu terima kasih begini,” sindir Wanhan pelan, tentu takut Luna ikut dengar.

Arumi menarik napas. “Jangan keluarkan uang Bapak, saya tidak sanggup menerimanya.”

Tidak ingin meladeni Arumi, Wanhan lebih memilih berkeliling untuk mencarikan pakaian yang cocok untuk Luna.

“Luna ke mari! Ikut dengan ayah memilih baju.”

Amat ragu Luna berjalan mendekati Wanhan, namun Luna mulai meninggalkan Arumi setelah mata menatap padanya.

“Kenapa dia harus boros begitu untukku juga,” keluh Arumi pelan sembari mengikuti mereka berdua.

Usai berbelanja, mereka bertiga makan bersama di sebuah restoran. Awal mulanya ingin menempati rooftop, memandang langit malam dipenuhi bintang. Namun, angin yang tak bersahabat membuat Wanhan mengurungkan niat itu.

Hingga mereka hanya bisa duduk di dalam restoran.

“Bunda, Luna tidak tahu cara makannya,” ujar Luna pelan.

Wanhan yang mendengar hal itu, langsung bicara, “ayah akan menyuapi Luna.”

“Tidak perlu, Pak. Bapak kan dari tadi belum makan, biar saya saja yang menyuapi Luna.”

Wanhan mengalah dan membiarkan Arumi melakukannya. Sejujurnya dia telah makan bersama sang kakek, namun melihat pakaian lusuh istri dan anak membuat Wanhan berinisiatif mengajak keluar.

Dari kejauhan, nampak seorang pria menajamkan mata demi bisa melihat sosok Arumi yang dikenal.

“Wah, si murahan.”

Lelaki bernama Satrio itu memasuki restoran, langkah begitu pasti dan berdiri di belakang Wanhan. Tangan Arumi langsung berhenti dari kegiatan menyuapi Luna, sementara putrinya terburu turun dari kursi hanya untuk bersembunyi di belakang tubuhnya.

Wanhan menyadari perubahan mereka berdua langsung menoleh ke belakang. Dahi dia mengerut karena tidak mengenali lelaki yang sedang tersenyum sinis ke arah Arumi.

“Sepertinya kamu berhasil menggaet pria kaya, ya?”

Satrio memandangi penampilan Wanhan yang berkelas.

“Kamu sebagai pria jangan mau dengan wanita murahan ini. Dia sering tidur dengan banyak pria, nominalnya pun murah,” lanjut Satrio dengan tangan menunjuk Arumi.

Arumi tak tahan dengan Satrio yang datang-datang malah merendahkan dirinya.

“Cukup!”

Melihat Luna yang masih ketakutan membuat Wanhan berdiri dari duduk.

“Arumi, bawa Luna ke dalam mobil.”

Wanhan menyerahkan kunci mobil yang langsung ditanggapi oleh Arumi. Dirinya bawa Luna pergi, Satrio yang hendak menyusul kepergiannya langsung dicegah oleh Wanhan.

“Siapa kamu? Berani sekali merendahkan Arumi.”

Satrio tersenyum. “Aku? Aku ini mantan kekasihnya. Dia itu wanita malam, suka gonta-ganti pasangan. Hamil di luar nikah pula!”

Wanhan menyeringai, dia paling kesal dengan lelaki bermulut ringan. Entah fakta atau bukan yang terucap, tapi Wanhan langsung memukul Satrio.

“Sial!” gerutu Satrio.

Lelaki tersebut bangkit dan ingin memukul balik Wanhan. Namun, satpam yang cekatan itu bergegas mendekat dan mencekal tubuh Satrio yang disadari telah mengacau tamu.

“Tangkap dia sebelum aku yang tangkap dan membuatnya mendekam di jeruji besi,” ujar Wanhan dengan mata memandang menang.

Satrio memberontak dari cekalan satpam karena melihat Wanhan yang mulai meninggalkan restoran.

***

Tengah malam, Wanhan tak kunjung tertidur. Dia kepikiran omongan lelaki yang mengaku mantan Arumi, mengatakan kalau istri dia seorang wanita malam.

Banyak lelaki yang keluar masuk dari tubuh Arumi. Hal itu membuat Wanhan tersenyum sinis.

“Benar. Kakaknya saja wanita malam yang menggoda kak Valdi, Arumi tidak jauh beda.”

“Aku yang lengah.”

Wanhan lanjut meneguk habis satu gelas berisi alkohol yang baru dia isi lagi.

Sementara itu, Arumi yang terbangun dari tidurnya berniat menuruni anak tangga untuk mengambil minum.

Namun, ia menemukan Wanhan sedang minum-minuman di ruang tengah. Terburu Arumi berjalan mendekati untuk berkomentar.

“Pak. Malam-malam Anda minum, bagaimana kalau Luna bangun dan mendapati kelakuan ayahnya?”

Komentar itu membuat Wanhan menoleh dan menertawakan Arumi.

“Siapa kamu? Berani mengomentari kelakuanku?”

Arumi membisu karena menyadari Wanhan telah dikuasai oleh alkohol. Arumi memilih melanjutkan langkahnya untuk mengambil minum.

“Berapa tarif kamu semalam?”

Namun, pertanyaan itu membuat tubuh Arumi membeku.

“Maksud Bapak apa?”

Wanhan mulai bangun dari duduk dengan bibir masih menertawakan Arumi yang berpura polos.

“Sebagai wanita malam, kamu terbiasa mematok harga. Jadi, jangan berpura bodoh di depanku.”

Mata Arumi berkaca, bukan hanya orang lain yang menuduh dirinya. Bahkan lelaki yang telah resmi menjadi suaminya pun, turut menghina dirinya.

“Saya bukan wanita murahan,” elaknya cepat.

Wanhan tersenyum sinis, tubuh dia makin mendekati Arumi. Alkohol yang sepenuhnya menguasai, membuat Wanhan kehilangan kendali dan membawa Arumi ke kamar milik dia.

“Pak! Kenapa Anda membawa saya ke sini?”

Jelas Arumi berusaha melepaskan diri dari cengkraman tangan Wanhan. Namun, tubuhnya disudutkan pada dinding dengan Wanhan menghimpitnya.

“Kamu dinikahi dengan mahar yang besar, cukup untuk disentuh beberapa malam, kan?”

Arumi sedikit menghindar karena aroma mulut Wanhan yang tidak mengenakan menurutnya. Namun, Wanhan mencengkram dagunya dan mencium paksa.

“Pak! Sadarlah!”

Arumi memukuli dada suaminya. Namun, Wanhan sama sekali tak ada niatan untuk berhenti.

“Diamlah! Luna bisa mendengar suaramu.”

Wanhan ingin tahu, seberapa murahannya Arumi di bawah sana. Konon, banyak lelaki yang pernah mencicipi. Wanhan selaku suami tidak boleh kalah.

Wanita malam yang tidak pernah disentuh suami sendiri, menurut Wanhan itu terlalu lucu.

“Pak kendalikan diri Anda!”

Wanhan menyeret Arumi ke atas ranjang dan mencoba melepaskan paksa celana miliknya. Arumi menjerit atas kelakuan dari suaminya ini.

Ketidak sabaran membuat dia membungkam mulut Arumi agar tidak bersuara. Tangan dia yang lain begitu cekatan menurunkan celana sendiri dan menuntun di bawah sana untuk bersatu dengan Arumi.

Wanhan mengerutkan dahi, Arumi yang susah ditembus dalam sekali coba.

“Bukankah kamu wanita malam?”

Perlahan Wanhan melepaskan tangan dari mulut Arumi. Terdengarlah isak tangis pelan dari sang istri.

Rasa tidak percaya membuat Wanhan ingin mencoba sekali lagi. Namun, Wanhan berakhir dengan rasa bersalah ketika tangis Arumi makin terdengar kesakitan. Terlebih darah segar yang mengalir menodai ranjang.

“Arumi,” sebut Wanhan dengan suara pelan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 7. Janda Lebih Menantang

    Tenaga Wanhan sedikit melemah, setelah dia menembus Arumi dengan paksa. Arumi yang kesal mulai memukuli suaminya amat keras, Wanhan sesekali menghindar namun tidak pernah membalas. "Bapak jahat sekali pada saya," adu Arumi masih menangis. Wanhan berusaha menenangkan Arumi, dia cium dahi sang istri cukup lama. "Arumi tenanglah! Aku tidak akan menyakiti kamu lagi." Tangisan Arumi mulai mereda, hingga meminta Wanhan untuk melepaskan dirinya. "Pak, lepaskan saya. Tolong, bangun dari tubuh saya!" pintanya. Bukannya menuruti, Wanhan justru mengangkat dagu Arumi dan mulai melayangkan beberapa kecupan di bibirnya. Arumi pun kaget dengan bagian bawah yang mulai digerakkan oleh suaminya. "Sebentar saja, Arumi," bisik Wanhan lembut. Arumi berusaha memberontak, namun Wanhan mencekal tangannya dan hasrat dia makin menggebu. Arumi yang belum merasakan kenikmatan hanya bisa meringis, menahan perih dan panas di bawah sana yang dijelajahi paksa. *** Wanhan menyugar rambut sembari

    Last Updated : 2025-02-20
  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 8. Rekan Kerja Lelaki

    Desas-desus itu masih terdengar oleh telinga Arumi, namun Arumi tidak ingin meladeni mereka, sementara Dani hanya diam merasa kalau Arumi pantas mendapatkannya. "Ada apa pak Wanhan mencariku?" tanya Arumi. Dani mendelik dengan raut kesal. "Mana aku tahu kamu bisa tanya setelah tiba di sana. " Arumi memandang punggungan Dhani yang berjalan dengan cepat di hadapannya. Sebenarnya Arumi tidak ingin bertemu dengan Wanhan sekarang, teringat dengan kelakuan suaminya semalam. Namun, Arumi tidak bisa menunjukkan ketidaksenangan hatinya di hadapan banyak karyawan. Bagaimanapun pernikahan mereka berdua dirahasiakan, tidak boleh ada perasaan pribadi saat di kantor. Hanya butuh waktu 2 menit untuk sampai di depan ruangan kerja milik suaminya, Arumi mulai memasuki ruangan tersebut sendirian karena Dani meninggalkan dirinya setibanya di sana. “Kenapa Bapak mencari saya di tengah pekerjaan waktu bekerja?“ Wanhan yang semula telah menyiapkan beribu kata yang dia rangkai untuk mengkritik

    Last Updated : 2025-02-21
  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 9. Mas Wanhan

    “Dia karyawan tetap atau magang?” Bahkan saat makan malam, Wanhan yang masih penasaran mulai membahas kembali sosok Rehan. Arumi yang selesai menyuapi Luna sampai melirik. “Kenapa Bapak ingin tahu sekali?” Luna memandang kedua orang tua secara bergantian. “Iya, kenapa Bapak ingin tahu?” ulang Luna. Mata Wanhan dan Arumi menatap sang putri dengan raut kaget. Embel-embel “bapak” yang ditambahkan itu membuat Wanhan berkomentar. “Kenapa Luna berubah jadi panggil bapak? Kan Luna anak ayah.” Bibir Luna mengulas senyum. “Karena Bunda yang panggil, berarti Luna juga harus.” Begitu mendapat penjelasan, Wanhan langsung melirik pada Arumi yang menghindari tatapan suaminya. “Gara-gara kamu, Arumi. Luna jadi sembarangan panggil ayahnya sendiri,” keluh Wanhan. Arumi melirik, merasa tidak ingin disalahkan. Dirinya sama sekali tidak menyuruh Luna menyebut Wanhan demikian. “Mulai sekarang panggil aku lebih mesra di depan Luna,” ujar Wanhan menekankan. Namun, Arumi tidaklah meny

    Last Updated : 2025-02-22
  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 10. Orang Kaya Bukan Manusia

    Wanhan berdehem sembari menghindari tatapan mata Arumi. “Luna main ke mana?” tanya Wanhan berusaha mengalihkan perhatian dia. “Dengan anak tetangga, di depan sana.” Mata Wanhan nampak melirik ke arah yang istri tunjuk, namun dia tidak menemukan siapa pun. “Luna di dalam, hari sore begini saya tidak bisa biarkan Luna berkeliaran di luar.” Soal itu, Wanhan sepertinya harus mengacungkan jempol pada Arumi karena telaten merawat Luna. “Ibu di rumah?” “Iya, Mas.” Mata Wanhan kembali meliriknya. Sebutan mas itu memang belum terbiasa terdengar di telinga, namun menurut Wanhan itu lebih baik ketimbang bapak. “Nanti langsung pulang?” Kepala Arumi menoleh sembari menemani suami berjalan ke arah rumah. “Memangnya mau ke mana lagi, Mas?” “Menginap,” sahut Wanhan cepat. Mendadak kaki Arumi berhenti melangkah, mata Wanhan melirik atas reaksi darinya. “Saya rasa itu tidak pantas.” Dahi dia mengerut, tidak pantas itu baru terucap jika Wanhan hanya orang lain. Sementara d

    Last Updated : 2025-02-23
  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 11. Wanita Miskin

    Mata Arumi memandang suami yang sedang menggotong Luna memasuki rumah, putri kecilnya itu tetap terlelap bahkan setelah tiba di rumah. "Luna sekarang lebih berat sedikit," komen Wanhan dengan suara pelan. Arumi mengikuti Wanhan menaiki tangga dari belakang. Hanya bisa memandang Wanhan yang begitu hati-hati membawa Luna. "Sudah ditimbang berapa berat badannya yang sekarang?" tanya Wanhan. Kepala Wanhan sempat menoleh padanya, meminta jawaban dari Arumi yang diam saja sejak tadi. "Tahun depan, ada bidan yang cek rutin di sekolah." Begitu selesai menaiki tangga, bukannya segera membuka pintu yang sudah ada di depan mata. Wanhan malah menghentikan langkah kaki hanya untuk memandangnya. "Apa saja yang biasanya dicek?" "Ukur tinggi badan, berat badan, penglihatan sampai tekanan darah. Kalau vaksinasi beda jadwal," sahutnya lancar. Wanhan bisa menyimpulkan kalau Arumi yang bekerja giat, ternyata tahu betul apa yang Luna dapatkan di sekolah. Berarti Luna yang selalu cerita d

    Last Updated : 2025-02-24
  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 12. Hal Dewasa

    Wanhan benar-benar mengunjungi sang kakek selepas pulang kerja. Lelaki tua itu bergegas melempar gelas kosong ke arah lantai, tepat di hadapan kaki yang Wanhan pijakkan. "Oh," ujar Wanhan santai. "Aku kira bakal terisi kopi panas atau setidaknya alkohol." "Rupanya hanya gelas kosong," lanjut Wanhan sembari mendekat dengan senyuman mengejek. Anggara hanya memelototi sang cucu dengan mulut membisu. "Kamu ke mana saja! Saat hidup dan mati kakekmu ini dipertaruhkan!" sewot Anggara kemudian. Wanhan mendudukkan diri di atas sofa yang bersebrangan dengan sang kakek. "Dari yang aku dengar, bukankah hanya ponsel saja yang dijambret. Kenapa nyawa bisa terancam?" Melihat Wanhan yang begitu tidak peduli, membuat Anggara emosi pun percuma. Lelaki tua tersebut hanya menarik napas panjang. "Andai aku punya cucu menantu yang baik hati, dia tidak akan membuat pria tua ini cemas." Wanhan berdecak. "Bukankah aku sudah menikah? Untuk apa berharap punya menantu lagi?" "Kayak punya cucu

    Last Updated : 2025-02-27
  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 13. Anggara, Kakek Wanhan

    Suara gemuruh itu mulai terdengar dari langit, menandakan malam sebentar lagi akan ditemani hujan. Namun, suara Arumi lebih mendominasi di dalam kamar ketimbang petir yang kerap menjalar di langit. Wanhan tersenyum setiap kali perbuatan dia berhasil membuat Arumi kewalahan. Wanhan mulai bergerak perlahan seolah menyudahi malam panas di antara mereka, sampai Arumi menarik napas lega. "Kenapa Arumi? Apa kamu berpikir sudah selesai?" Pandangan Arumi tertuju pada Wanhan masih dengan napas yang lelah. "Bukankah sudah?" tanya Arumi pelan. Bibir Wanhan mengulas senyum, tubuhnya ditarik oleh Wanhan, kini Arumi berada di atas pangkuan. Ketika ingin turun, Wanhan langsung mencekal kedua pantatnya. "Aku belum selesai," ujar Wanhan. Arumi tersentak ketika tangan Wanhan menuntun untuk melanjutkan kegiatan, pertemuan yang amat kencang di bawah sana membuat Arumi menggigit bibir. Bukankah rasanya sakit? Seperti terakhir kali. Kenapa bisa senikmat ini? Wanhan yang berharap Arumi

    Last Updated : 2025-02-28
  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 14. Yang Pergi Telah Kembali

    "Namanya Arumi, dia seorang janda. Dia karyawan kamu sendiri." Anggara kembali menjelaskan dengan raut wajah yang sangat antusias. "Kamu tidak ada rencana untuk memperistri dia?" Wanhan yang semula membisu, berusaha mencari nama Arumi lain yang bekerja di perusahaan dia. Ternyata hanya istri dia seorang yang bernama Arumi. "Aku sudah menikah," ujar Wanhan santai. Anggara berdecak. "Arumi ini lebih cantik dan baik ketimbang istri tidak jelasmu itu." Kalau saja Anggara tahu, Arumi yang sedang dibicarakan dengan sosok istri dia orang yang sama. Entah sang kakek akan tertawa senang atau justru berakhir dengan tidak menyukai keduanya. "Lagi pula, aku tidak kenal wanita bernama Arumi itu. Untuk apa juga menikahi wanita yang tidak dikenal," ujar Wanhan mengundang amarah bagi Anggara. "Makanya kenalan!" Wanhan memandang sang kakek lekat. Dia sedang berpikir, sebenarnya di mana Arumi dan Anggara pernah bertemu. Perihal apa yang terjadi, sampai sang kakek begitu menyukai istri

    Last Updated : 2025-03-01

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 34. Anak Lelaki Lain

    "Jadi, Luna dijemput oleh kak Airin dan diajak pergi?"Setelah suasana tenang, Arumi duduk di ruang tengah dengan Luna di pelukannya. Wanhan yang duduk di depan mereka berdua mengangguk pelan.Arumi memandang sembari mengusap kepala Luna dengan lembut. "Luna dipaksa atau ikut sendiri?""Ikut sendiri," sahut Luna sembari bersembunyi di tubuhnya."Maaf ya, Bunda."Jemari Arumi masih mengusap. "Tidak apa. Tapi, lain kali harus tunggu bibi atau paman sopir kalau mau ikut sama tante, ya."Kepala Luna mengangguk pelan. Wanhan memandang padanya yang bisa dengan tenang saat bicara. "Ayah sudah minta maaf sama Luna? Begitu pun sebaliknya.""Sudah," sahut Luna dan Wanhan hampir bersamaan.Pandangan Arumi dan Wanhan saling bertemu. Menurutnya Airin berhak jika ingin bertemu dengan Luna, toh wanita itu ibu kandung dari Luna. Bedanya Airin pasti ada tujuan tertentu sampai menemui Luna, seperti halnya menginginkan uang lebih banyak. Arumi paham kenapa Wanhan bisa sampai marah."Nah, sekarang Lun

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 33. Wanhan Marah

    Matahari yang mulai bersiap untuk tenggelam satu jam lagi, terlihat Arumi memasuki mobil milik Wanhan yang terparkir cukup jauh dari kantor.Namun, Arumi merasa ada yang tidak beres dengan suaminya. Biarpun Wanhan mulai mengemudikan mobil, suaminya ini terlihat diam membisu dengan raut wajah yang menahan amarah."Ada apa, Mas? Apa di kantor sedang ada masalah?" Arumi langsung bertanya.Wanhan menoleh. "Tidak ada."Jawaban singkat dan raut wajah yang masih belum berubah membuat Arumi yakin, kalau suaminya ini sedang kesal."Apa aku yang buat masalah?""Kamu tidak buat masalah apa pun."Arumi jadi heran. "Kalau bukan masalah di kantor, bukan karena aku juga. Terus kenapa Mas kelihatan kesal begini?"Wanhan pun melirik wajah sendiri di spion. Memang kemarahan dia tidak bisa disembunyikan. Wanhan menarik napas dan berusaha untuk menenangkan diri."Aku tidak kesal atau marah kok, Arumi."Kepala Arumi mengangguk. "Baiklah."Meski penasaran, tapi Arumi tidak mungkin terus mendesak Wanhan unt

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 32. Luna Hilang

    "Ya?" Wanita tersebut berusaha mencerna ucapan dari Wanhan. "Maksud Bapak, Arumi bersuami dan sudah menikah?" Kepala Wanhan mengangguk membenarkan. Pandangan wanita tersebut tertuju pada Wanhan dengan pemikiran yang buruk. "Arumi sedang mengandung dan sudah bersuami, lalu Bapak masih mendekatinya?" Wanita tersebut bertanya dengan hati-hati. "Itu anakku." Pengakuan itu berhasil membuat ketua divisi Arumi menahan napas sejenak. Merasa dugaan yang buruk ternyata benar adanya. Arumi wanita yang murahan. Sudah tahu bersuami, tapi masih berselingkuh dengan atasan sendiri di kantor. Melihat karyawan dia yang hanya diam, tak memberikan reaksi terkejut membuat Wanhan berbicara lagi. "Sepertinya kamu masih belum paham ya." "Soal apa, Pak?" Wanhan menarik napas. "Aku suami Arumi itu, jadi sangat wajar kalau aku yang menghamilinya." Begitu mendengar pengakuan lagi, wanita tersebut barulah membulatkan mata dengan menunjukkan raut wajah yang terkejut luar biasa. Bahkan tangan sempa

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 31. Wanita Bersuami

    "Bapak sudah tidak waras, ya?"Datang-datang Dani langsung mengeluhkan kelakuan Wanhan. Sampai Wanhan yang semula sibuk bekerja, terpaksa mengalihkan pandangan pada sang sekretaris."Kamu punya adab, kan? Sekali pun pintu terbuka, kamu wajib mengetuknya dahulu," protes Wanhan.Bukannya mendengarkan dan intropeksi, Dani justru menghela napas kemudian mengeluarkan ponsel."Bapak minta saya untuk bertemu lagi dengan kakaknya Arumi dan memberinya uang.""Bagaimana mungkin saya ingat untuk mengetuk pintu?"Wanhan sepenuhnya berhenti dari kegiatan dia membuka halaman demi halaman dokumen. "Aku hanya menyuruh kamu seperti biasanya, kenapa masih saja mengeluh?"Dani langsung menarik napas panjang. "Masalahnya, uang yang Bapak berikan itu besar. Hampir 200 juta, sebenarnya apa yang sudah dia lakukan sampai Bapak seloyal ini?" keluh Dani panjang lebar.Mulut Wanhan membisu sejenak. Dia tatap sekretaris yang mungkin seharusnya tahu."Dia sudah tahu soal hubunganku dengan kak Valdi," sahut Wanh

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 30. Ketahuan

    "Kalau bukan perumpamaan, sudah saya tambah beras supaya tidak jadi bubur," sahut Dani membuat Wanhan melirik. "Oh ya, hari ini jangan lupa ada jadwal makan dengan pak Anggara." Dani tiba-tiba saja mengingatkan hal yang ingin Wanhan lupakan. Wanhan menarik napas kesal. "Kenapa kamu harus mengatakannya sekarang sih?" Dani mengerutkan dahi, melihat atasan yang malah marah diingatkan. "Kalau saya tidak bicara sekarang, saat Bapak sibuk justru lebih tidak mendengarkan." Lirikan Wanhan menjadi tajam. Sekretaris dia benar-benar butuh pendamping yang memikat hati pria lain sekali pun hanya diam, supaya Dani ikut merasakan seperti apa kesalnya hati dia. ** Wanhan makan malam bersama sang kakek dengan mulut membisu, kalau ditanya baru sesekali jawab. "Sebenarnya kamu kenapa sih? Seperti wanita yang lagi haid saja," sindir Anggara saking herannya. Wanhan melirik sejenak, kemudian meletakkan alat makan karena sudah selesai. "Aku sedang sibuk-sibuknya di kantor, Kakek malah m

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 29. Berani Bertanggung Jawab

    Pandangan Arumi dan Wanhan saling bertemu. Berusaha ia cari kebohongan di mata suaminya, namun tak ditemukan olehnya. Hanya ada keseriusan yang Wanhan tunjukkan."Bu, aku rasa Arumi lelah," ujar Wanhan tiba-tiba setelah suasana hening."Aku akan bantu Arumi kembali ke kamar."Mendengar maksud dari sang menantu yang ingin bicara berdua dengan Arumi, membuat Aisyah langsung mengerti dan segera bangun dari tempat duduk."Tentu saja Nak Wanhan. Kalau begitu ibu melihat Luna dulu."Jemari Wanhan terulur ke arahnya. Mulanya Arumi merasa ragu, namun pada akhirnya ia mulai meraih suaminya dan bangun dibantu oleh Wanhan."Aku tidak lumpuh, Mas," ujarnya karena berjalan pun tangan masih dituntun oleh Wanhan."Diam."Arumi menurut dan langsung membisu. Namun, Wanhan yang menyadari ucapan dia sendiri telah salah, Wanhan langsung mengeratkan tangan yang menggandeng Arumi."Kamu tidak lumpuh, kok. Aku cuma mau gandeng kamu sampai kamar saja."Mata Arumi memandang pada suaminya yang terlihat damai h

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 28. Aborsi

    Arumi membulatkan matanya. "Buat apa ke klinik, Mas?" Wanhan mengulurkan tangan untuk digapai olehnya. "Periksa, barangkali memang kamu lagi hamil," sahut Wanhan. Arumi meraih tangan suaminya dan dituntun untuk keluar dari area kamar mandi. Terlepas benar tidaknya Arumi mengandung, Wanhan hanya tidak ingin istri tergelincir karena lantai yang barangkali licin. "Aku tidak hamil, Mas. Hanya masuk angin saja, serius," ujar Arumi terdengar kekeh. "Apa salahnya periksa, Arumi?" Dorong ibunya. Sementara Luna sudah tersenyum senang semenjak tadi. Sangat berharap benar-benar memiliki seorang adik. Melihat Arumi yang hanya diam, terlihat tidak ingin pergi dan memeriksakan diri membuat Wanhan angkat bicara. "Kamu sudah telat Arumi, masih tidak mau periksa?" Pandangan Arumi dan Wanhan saling bertemu. Dirinya sedikit terkejut karena suaminya ternyata tahu kapan tanggal datang bulannya. Memang tidak dipungkiri, Arumi sadar namun pemikirannya justru menganggap paling hanya te

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 27. Percaya Sedikit Saja

    Bibir Arumi mengulas senyum sedikit. Dirinya tahu, siapa orang yang dimaksudkan oleh Wanhan. Sosok yang membungkam para karyawan duluan sebelum diperintah. Tentu saja orangnya Dani, sosok yang sangat tidak ingin pernikahannya dengan Wanhan diketahui. "Jadi, kakakmu yang buat kamu basah saat makan siang?" Arumi sempat menjawab saat Wanhan bercerita di tengah hubungan badan mereka barusan. Kepala Arumi mengangguk mengiyakan. Wanhan menarik napas, merasa kalau kakak dari Arumi makin lama makin ngelunjak. "Aku akan menyuruh Dani untuk menemui kakakmu itu," putus Wanhan. Mata Arumi membulat. "Jangan, Mas!" Dirinya langsung saja melarang, tentu saja Arumi seperti ini bukan tanpa alasan. "Kalau Mas suruh pak Dani, maka ujungnya Mas bakal memberi uang," ujarnya. Wanhan mengerutkan dahi. "Lantas, menurut kamu aku harus bagaimana, Arumi?" Bibir Arumi langsung membisu, dirinya juga bingung harus menghadapi kakaknya dengan sikap seperti apa. Kalau menuruti kemauan Airin, maka Wanhan h

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 26. Istriku

    Arumi kaget dengan rasa dingin yang datang karena kelakuan kakaknya. Terburu Arumi berdiri dari duduk dan terpaksa menyudahi makan siangnya."Apa yang Kakak lakukan!"Airin memandang Arumi sengit, sama sekali tidak ada rasa bersalah."Kamu lupa, dulu sewaktu kecil siapa yang mengurus saat ibu bapak kerja? Orang ini, Arumi!""Kamu jadi orang sangat tidak tahu terima kasih!"Mulut Arumi membisu dengan mata melirik sekeliling. Mereka berdua telah jadi pusat perhatian, namun Airin sama sekali tidak terlihat malu.Setelah berdebat sebentar dan berujung membuat Airin marah. Arumi terlihat memasuki gedung kantor dengan langkah cepat."Arumi."Kepalanya menoleh dan menemukan Rehan berjalan mendekat dengan menunjukkan raut heran."Ada apa dengan rambut dan pakaianmu?"Padahal Arumi sudah mengeringkan diri di toilet cafe, namun Rehan masih saja menyadarinya. Arumi mengulas senyum dengan kepala menggeleng."Tidak sengaja membuat kekacauan di cafe."Rehan memandang Arumi dengan rasa tidak percaya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status