Share

Bab 6. Wanita Malam

Penulis: Kaiwen77
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-19 11:36:22

“Pak,” sebut Arumi dengan mata terbelalak kaget.

“Itu tidak perlu. Jika ingin belikan, lebih baik untuk Luna saja.”

Wanhan tak mendengarkan dirinya sama sekali, tetap menyuruh pegawai dengan lirikan mata.

“Mari, Bu. Ikut dengan saya untuk memilih!” pinta pegawai.

“Tidak perlu,” Wanhan langsung menolak.

“Kamu saja yang pilihkan.”

Kalau Arumi sampai ikut, jangankan mencoba pakaian memilihnya saja pasti tidak akan dilakukan. Wanhan tidak bisa memasrahkan pakaian pada Arumi.

“Baik, Pak.”

Pegawai tersebut mulai meninggalkan mereka bertiga. Arumi memandang Wanhan sedikit kesal.

“Apa? Diberikan hadiah harusnya kamu senang, bukannya tidak tahu terima kasih begini,” sindir Wanhan pelan, tentu takut Luna ikut dengar.

Arumi menarik napas. “Jangan keluarkan uang Bapak, saya tidak sanggup menerimanya.”

Tidak ingin meladeni Arumi, Wanhan lebih memilih berkeliling untuk mencarikan pakaian yang cocok untuk Luna.

“Luna ke mari! Ikut dengan ayah memilih baju.”

Amat ragu Luna berjalan mendekati Wanhan, namun Luna mulai meninggalkan Arumi setelah mata menatap padanya.

“Kenapa dia harus boros begitu untukku juga,” keluh Arumi pelan sembari mengikuti mereka berdua.

Usai berbelanja, mereka bertiga makan bersama di sebuah restoran. Awal mulanya ingin menempati rooftop, memandang langit malam dipenuhi bintang. Namun, angin yang tak bersahabat membuat Wanhan mengurungkan niat itu.

Hingga mereka hanya bisa duduk di dalam restoran.

“Bunda, Luna tidak tahu cara makannya,” ujar Luna pelan.

Wanhan yang mendengar hal itu, langsung bicara, “ayah akan menyuapi Luna.”

“Tidak perlu, Pak. Bapak kan dari tadi belum makan, biar saya saja yang menyuapi Luna.”

Wanhan mengalah dan membiarkan Arumi melakukannya. Sejujurnya dia telah makan bersama sang kakek, namun melihat pakaian lusuh istri dan anak membuat Wanhan berinisiatif mengajak keluar.

Dari kejauhan, nampak seorang pria menajamkan mata demi bisa melihat sosok Arumi yang dikenal.

“Wah, si murahan.”

Lelaki bernama Satrio itu memasuki restoran, langkah begitu pasti dan berdiri di belakang Wanhan. Tangan Arumi langsung berhenti dari kegiatan menyuapi Luna, sementara putrinya terburu turun dari kursi hanya untuk bersembunyi di belakang tubuhnya.

Wanhan menyadari perubahan mereka berdua langsung menoleh ke belakang. Dahi dia mengerut karena tidak mengenali lelaki yang sedang tersenyum sinis ke arah Arumi.

“Sepertinya kamu berhasil menggaet pria kaya, ya?”

Satrio memandangi penampilan Wanhan yang berkelas.

“Kamu sebagai pria jangan mau dengan wanita murahan ini. Dia sering tidur dengan banyak pria, nominalnya pun murah,” lanjut Satrio dengan tangan menunjuk Arumi.

Arumi tak tahan dengan Satrio yang datang-datang malah merendahkan dirinya.

“Cukup!”

Melihat Luna yang masih ketakutan membuat Wanhan berdiri dari duduk.

“Arumi, bawa Luna ke dalam mobil.”

Wanhan menyerahkan kunci mobil yang langsung ditanggapi oleh Arumi. Dirinya bawa Luna pergi, Satrio yang hendak menyusul kepergiannya langsung dicegah oleh Wanhan.

“Siapa kamu? Berani sekali merendahkan Arumi.”

Satrio tersenyum. “Aku? Aku ini mantan kekasihnya. Dia itu wanita malam, suka gonta-ganti pasangan. Hamil di luar nikah pula!”

Wanhan menyeringai, dia paling kesal dengan lelaki bermulut ringan. Entah fakta atau bukan yang terucap, tapi Wanhan langsung memukul Satrio.

“Sial!” gerutu Satrio.

Lelaki tersebut bangkit dan ingin memukul balik Wanhan. Namun, satpam yang cekatan itu bergegas mendekat dan mencekal tubuh Satrio yang disadari telah mengacau tamu.

“Tangkap dia sebelum aku yang tangkap dan membuatnya mendekam di jeruji besi,” ujar Wanhan dengan mata memandang menang.

Satrio memberontak dari cekalan satpam karena melihat Wanhan yang mulai meninggalkan restoran.

***

Tengah malam, Wanhan tak kunjung tertidur. Dia kepikiran omongan lelaki yang mengaku mantan Arumi, mengatakan kalau istri dia seorang wanita malam.

Banyak lelaki yang keluar masuk dari tubuh Arumi. Hal itu membuat Wanhan tersenyum sinis.

“Benar. Kakaknya saja wanita malam yang menggoda kak Valdi, Arumi tidak jauh beda.”

“Aku yang lengah.”

Wanhan lanjut meneguk habis satu gelas berisi alkohol yang baru dia isi lagi.

Sementara itu, Arumi yang terbangun dari tidurnya berniat menuruni anak tangga untuk mengambil minum.

Namun, ia menemukan Wanhan sedang minum-minuman di ruang tengah. Terburu Arumi berjalan mendekati untuk berkomentar.

“Pak. Malam-malam Anda minum, bagaimana kalau Luna bangun dan mendapati kelakuan ayahnya?”

Komentar itu membuat Wanhan menoleh dan menertawakan Arumi.

“Siapa kamu? Berani mengomentari kelakuanku?”

Arumi membisu karena menyadari Wanhan telah dikuasai oleh alkohol. Arumi memilih melanjutkan langkahnya untuk mengambil minum.

“Berapa tarif kamu semalam?”

Namun, pertanyaan itu membuat tubuh Arumi membeku.

“Maksud Bapak apa?”

Wanhan mulai bangun dari duduk dengan bibir masih menertawakan Arumi yang berpura polos.

“Sebagai wanita malam, kamu terbiasa mematok harga. Jadi, jangan berpura bodoh di depanku.”

Mata Arumi berkaca, bukan hanya orang lain yang menuduh dirinya. Bahkan lelaki yang telah resmi menjadi suaminya pun, turut menghina dirinya.

“Saya bukan wanita murahan,” elaknya cepat.

Wanhan tersenyum sinis, tubuh dia makin mendekati Arumi. Alkohol yang sepenuhnya menguasai, membuat Wanhan kehilangan kendali dan membawa Arumi ke kamar milik dia.

“Pak! Kenapa Anda membawa saya ke sini?”

Jelas Arumi berusaha melepaskan diri dari cengkraman tangan Wanhan. Namun, tubuhnya disudutkan pada dinding dengan Wanhan menghimpitnya.

“Kamu dinikahi dengan mahar yang besar, cukup untuk disentuh beberapa malam, kan?”

Arumi sedikit menghindar karena aroma mulut Wanhan yang tidak mengenakan menurutnya. Namun, Wanhan mencengkram dagunya dan mencium paksa.

“Pak! Sadarlah!”

Arumi memukuli dada suaminya. Namun, Wanhan sama sekali tak ada niatan untuk berhenti.

“Diamlah! Luna bisa mendengar suaramu.”

Wanhan ingin tahu, seberapa murahannya Arumi di bawah sana. Konon, banyak lelaki yang pernah mencicipi. Wanhan selaku suami tidak boleh kalah.

Wanita malam yang tidak pernah disentuh suami sendiri, menurut Wanhan itu terlalu lucu.

“Pak kendalikan diri Anda!”

Wanhan menyeret Arumi ke atas ranjang dan mencoba melepaskan paksa celana miliknya. Arumi menjerit atas kelakuan dari suaminya ini.

Ketidak sabaran membuat dia membungkam mulut Arumi agar tidak bersuara. Tangan dia yang lain begitu cekatan menurunkan celana sendiri dan menuntun di bawah sana untuk bersatu dengan Arumi.

Wanhan mengerutkan dahi, Arumi yang susah ditembus dalam sekali coba.

“Bukankah kamu wanita malam?”

Perlahan Wanhan melepaskan tangan dari mulut Arumi. Terdengarlah isak tangis pelan dari sang istri.

Rasa tidak percaya membuat Wanhan ingin mencoba sekali lagi. Namun, Wanhan berakhir dengan rasa bersalah ketika tangis Arumi makin terdengar kesakitan. Terlebih darah segar yang mengalir menodai ranjang.

“Arumi,” sebut Wanhan dengan suara pelan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 7. Janda Lebih Menantang

    Tenaga Wanhan sedikit melemah, setelah dia menembus Arumi dengan paksa. Arumi yang kesal mulai memukuli suaminya amat keras, Wanhan sesekali menghindar namun tidak pernah membalas. "Bapak jahat sekali pada saya," adu Arumi masih menangis. Wanhan berusaha menenangkan Arumi, dia cium dahi sang istri cukup lama. "Arumi tenanglah! Aku tidak akan menyakiti kamu lagi." Tangisan Arumi mulai mereda, hingga meminta Wanhan untuk melepaskan dirinya. "Pak, lepaskan saya. Tolong, bangun dari tubuh saya!" pintanya. Bukannya menuruti, Wanhan justru mengangkat dagu Arumi dan mulai melayangkan beberapa kecupan di bibirnya. Arumi pun kaget dengan bagian bawah yang mulai digerakkan oleh suaminya. "Sebentar saja, Arumi," bisik Wanhan lembut. Arumi berusaha memberontak, namun Wanhan mencekal tangannya dan hasrat dia makin menggebu. Arumi yang belum merasakan kenikmatan hanya bisa meringis, menahan perih dan panas di bawah sana yang dijelajahi paksa. *** Wanhan menyugar rambut sembari

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 8. Rekan Kerja Lelaki

    Desas-desus itu masih terdengar oleh telinga Arumi, namun Arumi tidak ingin meladeni mereka, sementara Dani hanya diam merasa kalau Arumi pantas mendapatkannya. "Ada apa pak Wanhan mencariku?" tanya Arumi. Dani mendelik dengan raut kesal. "Mana aku tahu kamu bisa tanya setelah tiba di sana. " Arumi memandang punggungan Dhani yang berjalan dengan cepat di hadapannya. Sebenarnya Arumi tidak ingin bertemu dengan Wanhan sekarang, teringat dengan kelakuan suaminya semalam. Namun, Arumi tidak bisa menunjukkan ketidaksenangan hatinya di hadapan banyak karyawan. Bagaimanapun pernikahan mereka berdua dirahasiakan, tidak boleh ada perasaan pribadi saat di kantor. Hanya butuh waktu 2 menit untuk sampai di depan ruangan kerja milik suaminya, Arumi mulai memasuki ruangan tersebut sendirian karena Dani meninggalkan dirinya setibanya di sana. “Kenapa Bapak mencari saya di tengah pekerjaan waktu bekerja?“ Wanhan yang semula telah menyiapkan beribu kata yang dia rangkai untuk mengkritik

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 9. Mas Wanhan

    “Dia karyawan tetap atau magang?” Bahkan saat makan malam, Wanhan yang masih penasaran mulai membahas kembali sosok Rehan. Arumi yang selesai menyuapi Luna sampai melirik. “Kenapa Bapak ingin tahu sekali?” Luna memandang kedua orang tua secara bergantian. “Iya, kenapa Bapak ingin tahu?” ulang Luna. Mata Wanhan dan Arumi menatap sang putri dengan raut kaget. Embel-embel “bapak” yang ditambahkan itu membuat Wanhan berkomentar. “Kenapa Luna berubah jadi panggil bapak? Kan Luna anak ayah.” Bibir Luna mengulas senyum. “Karena Bunda yang panggil, berarti Luna juga harus.” Begitu mendapat penjelasan, Wanhan langsung melirik pada Arumi yang menghindari tatapan suaminya. “Gara-gara kamu, Arumi. Luna jadi sembarangan panggil ayahnya sendiri,” keluh Wanhan. Arumi melirik, merasa tidak ingin disalahkan. Dirinya sama sekali tidak menyuruh Luna menyebut Wanhan demikian. “Mulai sekarang panggil aku lebih mesra di depan Luna,” ujar Wanhan menekankan. Namun, Arumi tidaklah meny

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 10. Orang Kaya Bukan Manusia

    Wanhan berdehem sembari menghindari tatapan mata Arumi. “Luna main ke mana?” tanya Wanhan berusaha mengalihkan perhatian dia. “Dengan anak tetangga, di depan sana.” Mata Wanhan nampak melirik ke arah yang istri tunjuk, namun dia tidak menemukan siapa pun. “Luna di dalam, hari sore begini saya tidak bisa biarkan Luna berkeliaran di luar.” Soal itu, Wanhan sepertinya harus mengacungkan jempol pada Arumi karena telaten merawat Luna. “Ibu di rumah?” “Iya, Mas.” Mata Wanhan kembali meliriknya. Sebutan mas itu memang belum terbiasa terdengar di telinga, namun menurut Wanhan itu lebih baik ketimbang bapak. “Nanti langsung pulang?” Kepala Arumi menoleh sembari menemani suami berjalan ke arah rumah. “Memangnya mau ke mana lagi, Mas?” “Menginap,” sahut Wanhan cepat. Mendadak kaki Arumi berhenti melangkah, mata Wanhan melirik atas reaksi darinya. “Saya rasa itu tidak pantas.” Dahi dia mengerut, tidak pantas itu baru terucap jika Wanhan hanya orang lain. Sementara d

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 11. Wanita Miskin

    Mata Arumi memandang suami yang sedang menggotong Luna memasuki rumah, putri kecilnya itu tetap terlelap bahkan setelah tiba di rumah. "Luna sekarang lebih berat sedikit," komen Wanhan dengan suara pelan. Arumi mengikuti Wanhan menaiki tangga dari belakang. Hanya bisa memandang Wanhan yang begitu hati-hati membawa Luna. "Sudah ditimbang berapa berat badannya yang sekarang?" tanya Wanhan. Kepala Wanhan sempat menoleh padanya, meminta jawaban dari Arumi yang diam saja sejak tadi. "Tahun depan, ada bidan yang cek rutin di sekolah." Begitu selesai menaiki tangga, bukannya segera membuka pintu yang sudah ada di depan mata. Wanhan malah menghentikan langkah kaki hanya untuk memandangnya. "Apa saja yang biasanya dicek?" "Ukur tinggi badan, berat badan, penglihatan sampai tekanan darah. Kalau vaksinasi beda jadwal," sahutnya lancar. Wanhan bisa menyimpulkan kalau Arumi yang bekerja giat, ternyata tahu betul apa yang Luna dapatkan di sekolah. Berarti Luna yang selalu cerita d

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 12. Hal Dewasa

    Wanhan benar-benar mengunjungi sang kakek selepas pulang kerja. Lelaki tua itu bergegas melempar gelas kosong ke arah lantai, tepat di hadapan kaki yang Wanhan pijakkan. "Oh," ujar Wanhan santai. "Aku kira bakal terisi kopi panas atau setidaknya alkohol." "Rupanya hanya gelas kosong," lanjut Wanhan sembari mendekat dengan senyuman mengejek. Anggara hanya memelototi sang cucu dengan mulut membisu. "Kamu ke mana saja! Saat hidup dan mati kakekmu ini dipertaruhkan!" sewot Anggara kemudian. Wanhan mendudukkan diri di atas sofa yang bersebrangan dengan sang kakek. "Dari yang aku dengar, bukankah hanya ponsel saja yang dijambret. Kenapa nyawa bisa terancam?" Melihat Wanhan yang begitu tidak peduli, membuat Anggara emosi pun percuma. Lelaki tua tersebut hanya menarik napas panjang. "Andai aku punya cucu menantu yang baik hati, dia tidak akan membuat pria tua ini cemas." Wanhan berdecak. "Bukankah aku sudah menikah? Untuk apa berharap punya menantu lagi?" "Kayak punya cucu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 13. Anggara, Kakek Wanhan

    Suara gemuruh itu mulai terdengar dari langit, menandakan malam sebentar lagi akan ditemani hujan. Namun, suara Arumi lebih mendominasi di dalam kamar ketimbang petir yang kerap menjalar di langit. Wanhan tersenyum setiap kali perbuatan dia berhasil membuat Arumi kewalahan. Wanhan mulai bergerak perlahan seolah menyudahi malam panas di antara mereka, sampai Arumi menarik napas lega. "Kenapa Arumi? Apa kamu berpikir sudah selesai?" Pandangan Arumi tertuju pada Wanhan masih dengan napas yang lelah. "Bukankah sudah?" tanya Arumi pelan. Bibir Wanhan mengulas senyum, tubuhnya ditarik oleh Wanhan, kini Arumi berada di atas pangkuan. Ketika ingin turun, Wanhan langsung mencekal kedua pantatnya. "Aku belum selesai," ujar Wanhan. Arumi tersentak ketika tangan Wanhan menuntun untuk melanjutkan kegiatan, pertemuan yang amat kencang di bawah sana membuat Arumi menggigit bibir. Bukankah rasanya sakit? Seperti terakhir kali. Kenapa bisa senikmat ini? Wanhan yang berharap Arumi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 14. Yang Pergi Telah Kembali

    "Namanya Arumi, dia seorang janda. Dia karyawan kamu sendiri." Anggara kembali menjelaskan dengan raut wajah yang sangat antusias. "Kamu tidak ada rencana untuk memperistri dia?" Wanhan yang semula membisu, berusaha mencari nama Arumi lain yang bekerja di perusahaan dia. Ternyata hanya istri dia seorang yang bernama Arumi. "Aku sudah menikah," ujar Wanhan santai. Anggara berdecak. "Arumi ini lebih cantik dan baik ketimbang istri tidak jelasmu itu." Kalau saja Anggara tahu, Arumi yang sedang dibicarakan dengan sosok istri dia orang yang sama. Entah sang kakek akan tertawa senang atau justru berakhir dengan tidak menyukai keduanya. "Lagi pula, aku tidak kenal wanita bernama Arumi itu. Untuk apa juga menikahi wanita yang tidak dikenal," ujar Wanhan mengundang amarah bagi Anggara. "Makanya kenalan!" Wanhan memandang sang kakek lekat. Dia sedang berpikir, sebenarnya di mana Arumi dan Anggara pernah bertemu. Perihal apa yang terjadi, sampai sang kakek begitu menyukai istri

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 25. Penjilat Terbaik

    "Menurut kamu, wanita yang biasanya tidak pernah marah. Tiba-tiba dia bersikap selayaknya musuh." Wanhan langsung berhenti memainkan pena di jemari, dia tatap Dani yang sedang berdiri menunggu sang atasan menandatangani dokumen. "Apakah dia hanya sedang PMS saja atau memang lagi benci?" Setelah mendengarkan, Dani menggeleng dengan ragu. "Sedekat apa pun dengan wanita, saya tidak pernah tahu bagaimana wanita kalau lagi PMS." Wanhan diam sejenak, dia lupa kalau sang sekretaris selain bermulut tajam juga hampir tidak punya hati. Jadi, dekat dengan wanita pun mana mungkin mengerti. Dani memandang Wanhan dengan tertarik. "Apakah Bapak sedang dekat dengan wanita?" "Si Arumi," ujar Wanhan memberi tahu. "Dia hari ini sangat jutek padaku." Ekspresi Dani pun langsung berubah. Harapan lelaki tersebut, Wanhan bisa mengenal wanita lain dan menceraikan Arumi. "Saya merasa rugi, membuang waktu hanya untuk mendengarkan Bapak cerita di sini." "Tolong segera tanda tangani dokumennya, Pak," l

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 24. Bukan Pembantu

    Arumi menoleh dengan menunjukkan raut wajah terkejut. Wanhan sedang bercanda dengannya, kan? Tak mungkin benar-benar menyuruhnya. Namun, sorot mata Wanhan membingkai tubuhnya dengan antusias. "Kenapa Mas melihat begitu?" Arumi terburu berpaling dari pandangan suaminya. "Aku sedang membayangkan, tubuhnya yang biasanya kulihat setengah telanjang. Memakai pakaian itu, bukan hanya setengah tapi hampir seluruh bagian nampak jelas." Mendengar ucapan tak senonoh dari mulut suami, membuat Arumi tak menyangka sama sekali. Lelaki berwibawa seperti Wanhan rupanya mengingat tubuhnya dengan baik. "Jadi, cobalah dan biarkan aku menilai pakaiannya," lanjut Wanhan. Bukan Arumi kalau langsung menuruti. Ia justru segera menyimpan pakaian tipis tersebut ke dalam lemari, membuat Wanhan memandang dengan ekspresi tidak senang. "Aku menyuruh kamu memakainya, bukan malah menyimpannya, Arumi," keluh Wanhan. "Ini masih sore, aku harus menemani Luna belajar." "Berarti kalau malam kamu bakal me

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 23. Satu Kamar

    Aisyah membulatkan mata kemudian melirik pada Arumi yang menggelengkan kepala pelan. Wanhan juga menangkap ketidak setujuan sang istri. "Jangan pedulikan Arumi, Bu. Aku yang minta Ibu tinggal di sini," ujar Wanhan. Aisyah terkekeh. "Tidak perlu, Nak Wanhan." "Ibu tidak perlu merasa sungkan." "Ibu tidak terbiasa tinggal di rumah mewah," tolak Aisyah. Ibu mertua dia menolak tanpa bingung harus memberikan alasan. Berarti Aisyah memang tidak ada niat untuk tinggal dengan dia dan Arumi. Wanhan mengulas senyum. "Arumi terkadang merindukan Ibu, aku sebagai suami hanya ingin Arumi dekat dengan ibunya saja." Arumi segera melirik suaminya. Kapan ia kelihatan rindu pada ibunya? Padahal hampir tiap minggu dirinya berkunjung, terlebih jarak ke kontrakan ibunya tidaklah jauh. Wanhan membalas tatapannya dengan bibir yang masih mengulas senyum. Entah mengapa, dibalik keramahan suaminya sore ini seperti menyimpan sebuah rencana. "Ibu benar-benar tidak bisa tinggal dengan kalian," Ais

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 22. Tinggal Bersama

    Arumi mengulas senyum dan mendadak bangun dari posisi duduknya. "Pak Wanhan, saya sebagai karyawan tentu sangatlah kenal," ujarnya. Wanhan justru tidak senang ekspresi Arumi yang masih bisa senyum, padahal hati dia sudah dongkol dan serasa ingin menjungkir balikkan meja resto. "Duduk duduk!" pinta Anggara sembari tertawa. Kali pertama Wanhan lihat sang kakek begitu gembira. Padahal Arumi yang dikenalkan pada dia tak lain istri sendiri. "Nah, berhubung makanan sudah dipesan. Kita makan bersama," ujar Anggara senang. "Aku sudah makan tadi." Namun, Wanhan yang terburu menolak membuat Anggara menoleh dan berdecak. "Kamu makan apa, sih? Orang Dani tidak keluar untuk beli makanan." "Aku bawa bekal!" Anggara makin tidak senang. "Bekal dari istri miskin kamu itu! Bisa keracunan kamu kalau memakannya." Mata Wanhan langsung melirik ke arah Arumi yang hanya menunduk dengan mulut terdiam. Mendengar kakek suaminya menduga ia menaruh racun di dalam bekal makanan. Anggara mendengkus. "Ap

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 21. Kencan Dadakan

    Wanhan memasuki kamar dengan mata menemukan Arumi yang membeku. "Luna sudah bangun dan tadi bilang--" "Aku harus masak untuk bekal siang nanti." Selain memotong pembicaraan, Arumi juga bergegas meninggalkan kamar sang suami. Sampai Wanhan hanya bisa mengulas senyum melihat kelakuan istri yang dipastikan mendengar semua pembicaraan. "Jadi, dia dengar," ujar Wanhan masih dengan bibir tersenyum. "Itu artinya aku semakin bebas terhadapnya." Arumi berusaha bersikap seperti biasa, berdandan dan sempat memasak untuk bekal makan siangnya juga Wanhan. Namun, saat semuanya telah siap, Arumi justru mendengar suara mobil Wanhan yang menyala. "Masa harus lewat pak Dani lagi." Terburu Arumi berlari menuju depan rumah sembari menenteng bekal. Kapok rasanya menitipkan bekal lewat Dani, sudah tatapan lelaki itu memaki, mulut masih juga menyindir. Arumi bukanlah wanita dengan hati yang selalu sabar. "Mas bekalnya." Arumi langsung memberikan saat tiba di hadapan suami yang memasukkan Luna k

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 20. Bunda Dipinjam Dulu

    Ekspresi Airin menunjukkan tersinggung dengan ucapan dari Dani. Namun, setelah wanita tersebut mencerna, bibir langsung mengulas senyum. Kata rakyat jelata mendadak seperti pujian bagi Airin hingga terlihat senang. "Jadi, maksud kamu. Suami Arumi itu atasan kamu? Dia kaya raya begitu?" Dani mendengkus. Nampak tidak senang Airin menyebut Wanhan sebagai suami dari Arumi, wanita yang sangat tidak layak bersanding dengan sang atasan itu. "Karena tugas saya di sini sudah selesai, saya pamit pergi." Dani terburu bangun dari duduk dan meninggalkan Airin yang masih sibuk tersenyum. Membayangkan kehidupan yang lebih makmur lagi, setelah tahu punya adik ipar yang kaya raya. Setelah sadar dari lamunan, Airin mengambil ponsel dan mulai menghubungi Arumi. "Jam istirahat nanti ayo ketemu, ada yang ingin kakak bicarakan." Itulah pesan yang dikirim oleh Airin. Pada waktu istirahat, Arumi benar-benar menemui sang kakak karena ingin tahu apa yang dibicarakan, sebab Airin menyebutkan Wan

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 19. Sebuah Status

    Melihat Wanhan yang tidak ada niatan untuk mengemudikan mobil itu, membuat Airin tersenyum sangat ceria pasalnya merasa ada kesempatan.Airin mendekat dengan langkah tak sabaran."Adik ipar, bisa kita bicara?"Wanhan sempat melirik jam di tangan."Tidak akan lama, kok." Airin langsung memberi tahu.Yakin kalau kakak Arumi ini hanya akan bicara sebentar, Wanhan pun membuka pintu dan turun dari mobil. Bagaimana pun wanita ini ialah kakak ipar bagi dia. Tak mungkin bertindak kurang ajar. Airin sendiri terkesima dengan ketampanan Wanhan ketika dilihat dari dekat. Wanita tersebut mendadak merasa kalau Wanhan mirip dengan seseorang."Apa yang ingin Kakak ipar katakan?" tagih Wanhan.Airin tersenyum. "Apa kamu punya uang?"Mata sempat melirik pada mobil Wanhan yang diketahui mahal, Airin makin yakin kalau Wanhan bukanlah pria kere. "Berapa yang Kakak ipar inginkan?" Wanhan langsung membuka transaksi tak menguntungkan.Airin sangat ceria begitu Wanhan menyuruh menyebut nominal. "Cuma 20 jut

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 18. Tahu Diri Sedikit

    Rasa heran menelusup ketika Arumi berjalan semakin memasuki cafe dan beneran menemukan Wanhan di sana. Sebelumnya Wanhan mengirimi dirinya pesan untuk bertemu."Pak Wanhan," sebut Arumi sembari mendekat.Dahi Wanhan mengerut, begitu embel-embel itu kembali dia dapatkan dari Arumi."Kenapa, Mas minta bertemu di sini?" bisik Arumi pelan.Tapi, begitu sudah berdiri di hadapan dia. Panggilan Arumi langsung berubah, rupanya sang istri sedang bersikap hati-hati karena dia mengajak bertemu di cafe samping kantor."Duduk," pinta Wanhan.Arumi menarik kursi dan mulai menempatkan tubuhnya di sana."Jadi, ada apa, Mas? Luna beneran di antar sampai sekolah, kan?" Suara Arumi makin pelan saja.Wanhan bukannya menjawab, malah balik memberi pertanyaan."Kamu selingkuh dariku?""Hah?"Arumi menunjukkan raut wajah yang heran. Wanhan mendekatkan tubuh ke arah Arumi yang hanya terhalang oleh meja. "Kamu ketawa-ketawa sama anak magang itu, kamu kira aku tidak tahu?" suara Wanhan pun ikut pelan.Arumi b

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 17. Hasutan

    Arumi memandang kaget ke arah suaminya. Meski, untuk saat ini yang mendengar ucapan Wanhan hanya dirinya seorang. Wanhan sendiri melihat reaksinya langsung menoleh dengan dahi yang mengerut. Dia heran, Arumi sampai sekaget itu dan menimbulkan pertanyaan bagi dua pembantu yang menyaksikan. "Apa Ibu kelupaan sesuatu?" tanya salah satu pembantu. Setelah sadar, Arumi menggeleng sembari tersenyum. "Tidak ada." Namun, sorot mata sempat tertuju pada Wanhan yang kembali sibuk dengan kegiatan sendiri. Arumi pun memutuskan untuk kembali mengoleskan kecap. Sempat Wanhan melirik balik ke arah istri, perlahan bibir dia mengulas senyum, itu pun sangatlah tipis. Pada malam harinya. Luna benar-benar tidur di tenda, tentunya ditemani oleh Wanhan dan Arumi. Permasalahan pun datang setelah Luna tertidur lelap. "Kemari!" Wanhan memerintah dengan suara pelan. Namun, sorot mata begitu mengintimidasi Arumi yang hanya diam. Mereka berdua tidur dengan Luna sebagai penghalang. "Di sini ada Luna, Mas

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status