“Noah, jadi Agnes masih tinggal di apartemennya yang lama?” ujar Monica bertanya sambil menyesap susu cokelat yang diantar oleh sang pelayan. Dia masih duduk di kafe bersama dengan Noah, karena Odelia dan juga Victor belum muncul. Noah mengangguk singkat. “Ya, dia masih tinggal di apartemen lamanya.”Monica menurunkan gelas di tangannya, dan meletakan ke atas meja. “Aku kasihan sekali pada Agnes, Noah. Dia mendapatkan suami yang jahat. Untungnya sekarang dia sudah berpisah dengan suaminya. Oh, ya, Noah, apa kau sudah memperkenalkan langsung Agnes pada Odelia?”“Belum,” jawab Noah singkat.Kening Monica mengerut dalam. “Kau belum memperkenalkan Agnes pada Odelia? Kenapa, Noah?” tanyanya bingung. Padahal Noah saja sudah memperkenalkan Odelia pada keluarga besarnya, tapi kenapa malah belum memperkenalkan Odelia pada Agnes?“Aku belum menemukan moment yang tepat memperkenalkan Odelia pada Agnes,” jawab Noah dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.“Benarkah? Kalau aku menjadi dirimu, aku
Tubuh Noah membatu di tempatnya mendengar apa yang Odelia katakan. Sepasang iris mata pria itu memancarkan jelas rasa keterkejutannya. Napas Noah sedikit memburu. Kata-kata Odelia terus terngiang di dalam benaknya.Noah mulai membalikkan badannya, menatap Odelia dengan tatapan dalam serta penuh arti. “Apa kau bilang?” serunya seraya melangkah mendekat ke arah Odelia. Nadanya tersirat penuh tuntutan agar Odelia menjawab dengan lugas pertanyaannya.Odelia terdiam sebentar mengatur napasnya. Dia berusaha untuk setenang mungkin. Walaupun dia tahu Noah akan marah dan kecewa padanya. Namun, Odelia tidak bisa jika terus menerus hanyalah diam.Ya, Odelia telah mengambil keputusan untuk menceritakan yang sejujurnya pada Noah. Dia tidak ingin terus menerus menutupi hal yang membuat hatinya sesak. Terlebih tadi Victor sudah nekat mendekatinya di belakang Noah. “Victor adalah mantan kekasihku. Dia meninggalkanku demi wanita lain. Keluarganya tidak setuju padaku, karena latar belakangku yang kelu
Noah bisa sedikit tenang karena Odelia tidak percaya dengan ucapan sialan Victor Vendros. Jika saja Odelia sampai memercayai ucapan Victor, Noah bersumpah akan melenyapkan Victor dengan kedua tangannya sendiri.Noah membenci seseorang yang ikut campur urusan kehidupannya. Kalau sampai Victor ikut campur dengan hubungannya dengan Odelia, itu menandakan Victor masih menaruh perasaan pada Odelia.Membayangkan itu semua membuat amarah dalam diri Noah semakin menjadi, layaknya terkena bara api yang panas. Noah tidak akan mungkin hanya diam saja, ketika mengetahui semua ini.Ya, pagi ini Noah tidak datang ke kantornya. Dia hanya menurunkan Odelia saja di depan kantor, dan beralasan memiliki meeting di luar. Untungnya Odelia menurut dan sama sekali tidak curiga pada Noah—yang tengah menutupi sesuatu dari Odelia.Mobil sport Noah mendarat di sebuah gedung pencakar langit di kota New York. Sebuah gedung yang tertuliskan jelas logo ‘V’ yang mana merupakan Vendros Group. Pagi itu, Noah memang me
“Odelia, aku membutuhkan tanda tanganmu.” Darla menyerahkan dokumen yang ada di tangannya pada Odelia yang duduk di kursi kerjanya. Siang itu, Odelia memang sudah cukup sibuk dengan pekerjaan. Beberapa hari kesehatan menurun, membuat pekerjaan Odelia sedikit menumpuk.Sebenarnya, Odelia bisa saja bersantai tapi dia tidak ingin seperti itu. Terlebih gossip Odelia adalah kekasih Noah Danzel sudah tersebar dengan cepat. Odelia tidak ingin menggunakan nama Noah untuk membuatnya malas bekerja.Odelia mengambil dokumen yang diberikan oleh Darla dan segera membubuhkan tanda tangannya ke dokumen itu—lalu memberikan pada Darla. “Laporan yang minggu lalu sudah aku kirimkan ke email-mu. Tolong kau cek email-mu.”Darla mengangguk samar. “Oke, nanti aku akan memeriksa email-ku. Anyway, aku kagum sekali pada Noah yang akhirnya memublikasikan hubungan kalian di depan publik. Kau tahu? Namamu sekarang menjadi pembahasan utama di group kantor. Tapi tenang, tidak ada yang mengatakan hal buruk. Mereka t
Noah turun dari mobilnya, dan melangkah masuk ke dalam perusahaannya. Pria itu melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya—waktu menunjukkan pukul empat sore. Sebelumnya, dia memiliki meeting di luar. Itu kenapa dirinya sekarang baru datang ke kantor.Sebenarnya, Noah bisa saja langsung kembali pulang, namun dia tidak mau karena dia ingin pulang bersama dengan Odelia. Jadwalnya cukup padat. Tadi pagi pun dia tidak bisa berangkat bersama Odelia.Ting! Pintu lift terbuka. Noah melangkah keluar dari lift.“Selamat sore, Tuan.” Seorang sekretaris melangkah menghampiri Odelia yang baru saja keluar dari lift.Noah mengangguk singkat membalas sapaan sang sekretaris. “Apa kau melihat Odelia?” tanyanya datar.“Nona Jackson sudah pulang, Tuan. Tadi yang saya dengar beliau pulang lebih awal,” tutur sang sekretaris sopan.Kening Noah mengerut. “Odelia pulang lebih awal? Apa dia sakit?” tanyanya khawatir. Beberapa hari belakangan ini kesehatan Odelia menurun. Itu kenapa Noah menduga ka
Odelia menatap indahnya malam dari balik jendela kamarnya. Raut wajah wanita itu menunjukkan jelas perasaan sedih. Odelia memutuskan untuk pulang lebih awal, karena suasana hatinya yang sedang kurang baik.Odelia tidak mengira kalau Victor akan sampai berbuat selicik itu. Dia menghasut Monica untuk membencinya. Ya, Odelia sama sekali tidak menyalahkan Monica. Karena dulu Odelia pernah berada di posisi Monica yaitu wanita bodoh yang ditipu oleh cinta.Victor memiliki kelebihan yaitu mampu memperdaya pasangan. Sungguh, Odelia kasihan pada Monica. Seharusnya wanita sebaik Monica tidak mendapatkan pasangan memalukan seperti Victor.Jauh dari dalam lubuk hati Odelia terdalam, dia ingin sekali memberi tahu pada Monica tentang fakta yang ada di depan mata. Akan tetapi, semua itu pasti percuma karena Monica tengah dilanda sebuah cinta buta.Menjelaskan seperti apa pun, pasti apa yang dikatakan Odelia tidak akan didengar oleh Monica. Saat ini yang hanya didengar oleh Monica hanyalah Victor. En
Mengandung anak Noah adalah hal yang selama ini tidak pernah terbesit di dalam pikiran Odelia. Wanita itu diam seribu bahasa dengan pikiran dan perasaan yang berkecamuk ketika tahu dirinya telah berbadan dua.Selama berhubungan seks dengan Noah, memang Odelia sama sekali tidak memakai pengaman. Dia tak pernah mengira kalau dirinya akan hamil. Sungguh, Odelia bingung apa yang dia rasakan saat ini. Tidak bisa Odelia pungkiri bahwa dia sangat bahagia akan fakta di mana dirinya mengandung buah cintanya dengan Noah. Namun, di sisi lain ada rasa khawatir dalam diri Odelia akan sikap Noah. Odelia takut kalau Noah malah tidak menyukai kehamilannya.Odelia meremas pelan kedua tangannya. Dia melirik jam dinding—waktu menunjukkan pukul tujuh malam, namun Noah belum kunjung datang. Tadi, Noah mengirimkan pesan singkat padanya mengatakan kalau akan pulang terlambat, karena ada Axel datang ke kantornya.Tidak! Tidak mungkin! Odelia segera mengeyahkan pikiran buruk yang muncul di benaknya. Beberapa
Odelia tidak henti melukiskan senyumannya membayangkan kejutan yang akan dia buat untuk Noah malam ini. Odelia telah memutuskan untuk tidak langsung memberi tahu Noah. Dia ingin membuat kejutan pada Noah. Segala hal telah dia pikirkan. Meskipun ada perasaan cemas, namun Odelia meneguhkan dalam hati bahwa pasti Noah akan bahagia mendengar kabar kehamilannya. “Noah, hari ini apa kau memiliki meeting di luar?” tanya Odelia seraya menyisir rambut. Pagi menyapa, wanita itu sudah bersiap-siap ke kantor bersamaan dengan Odelia. Masa libur cukup satu hari saja. Odelia tidak mau libur kantor terlalu lama.“Tidak. Hari ini aku tidak memiliki meeting di luar. Kau berangkat bersama denganku saja. Tidak usah membawa mobil.” Noah mengecup kening Odelia.Odelia tersenyum dan mengangguk. “Oke, kalau begitu kita berangkat sekarang.”Noah mengulurkan tangannya ke hadapan Odelia, dan tentu Odelia menyambut uluran tangan Noah, memberikan senyuman manis di wajahnya untuk sang kekasih. Mereka melangkah me