Mengandung anak Noah adalah hal yang selama ini tidak pernah terbesit di dalam pikiran Odelia. Wanita itu diam seribu bahasa dengan pikiran dan perasaan yang berkecamuk ketika tahu dirinya telah berbadan dua.Selama berhubungan seks dengan Noah, memang Odelia sama sekali tidak memakai pengaman. Dia tak pernah mengira kalau dirinya akan hamil. Sungguh, Odelia bingung apa yang dia rasakan saat ini. Tidak bisa Odelia pungkiri bahwa dia sangat bahagia akan fakta di mana dirinya mengandung buah cintanya dengan Noah. Namun, di sisi lain ada rasa khawatir dalam diri Odelia akan sikap Noah. Odelia takut kalau Noah malah tidak menyukai kehamilannya.Odelia meremas pelan kedua tangannya. Dia melirik jam dinding—waktu menunjukkan pukul tujuh malam, namun Noah belum kunjung datang. Tadi, Noah mengirimkan pesan singkat padanya mengatakan kalau akan pulang terlambat, karena ada Axel datang ke kantornya.Tidak! Tidak mungkin! Odelia segera mengeyahkan pikiran buruk yang muncul di benaknya. Beberapa
Odelia tidak henti melukiskan senyumannya membayangkan kejutan yang akan dia buat untuk Noah malam ini. Odelia telah memutuskan untuk tidak langsung memberi tahu Noah. Dia ingin membuat kejutan pada Noah. Segala hal telah dia pikirkan. Meskipun ada perasaan cemas, namun Odelia meneguhkan dalam hati bahwa pasti Noah akan bahagia mendengar kabar kehamilannya. “Noah, hari ini apa kau memiliki meeting di luar?” tanya Odelia seraya menyisir rambut. Pagi menyapa, wanita itu sudah bersiap-siap ke kantor bersamaan dengan Odelia. Masa libur cukup satu hari saja. Odelia tidak mau libur kantor terlalu lama.“Tidak. Hari ini aku tidak memiliki meeting di luar. Kau berangkat bersama denganku saja. Tidak usah membawa mobil.” Noah mengecup kening Odelia.Odelia tersenyum dan mengangguk. “Oke, kalau begitu kita berangkat sekarang.”Noah mengulurkan tangannya ke hadapan Odelia, dan tentu Odelia menyambut uluran tangan Noah, memberikan senyuman manis di wajahnya untuk sang kekasih. Mereka melangkah me
Sepanjang hari perasaan hati Odelia merasa tidaklah nyaman. Meski Noah hanya sebentar saja berbicara di kafe dengan Agnes, tetap saja Odelia benar-benar merasakan ketidaknyamanan.Selama di kantor, Odelia memilih untuk fokus menyelesaikan pekerjaannya. Dia tidak menunjukkan rasa kesal dan marahnya. Bahkan ketika Noah mengajaknya makan siang bersama, Odelia tetaplah berusaha bersikap seperti biasa. Kedatangan Agnes pagi ini di kantor, membuat hati Odelia menjadi was-was. Entah kenapa dirinya was-was. Mungkin karena penampilan Agnes yang terlalu cantik, membuat hati Odelia merasakan takut dan khawatir.Odelia sama sekali tidak menampik bahwa dia khawatir Noah berpaling darinya. Meski dia memiliki sisi keyakinan di mana Noah tidak mungkin melukai hatinya, namun Odelia tetaplah wanita biasa yang memiliki perasaan khawatir kehilangan sang kekasih yang sangat dia cintai.“Odelia…” Noah melangkah menghampiri Odelia yang duduk di ranjang.Waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Mereka baru s
Dalam keadaan hati yang hancur berkeping-keping, Odelia melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Hujan turun deras membasahi kota Manhattan. Suara tangis pun keras terdengar bersamaan dengan suara derasnya hujan. Benak Odelia teringat akan apa yang telah dia lihat. Adegan yang telah menghancurkan hatinya sampai tidak lagi tersisa. Apa yang dia lihat seakan dirinya dihantam oleh ribuan pisau.Noah berciuman dengan Agnes … itu yang selalu muncul di dalam benak Odelia.Selama ini, Odelia pikir bahwa Noah tidak akan pernah melukainya. Pun dia berpikir, Noah tidak seperti Victor—yang tega menorehkan luka begitu dalam padanya. Tapi ternyata sama saja!Noah Danzel telah melukai hati Odelia. Bahkan luka yang diberikan Noah jauh lebih dalam dari yang Odelia rasakan selama ini. Sakitnya melihat Noah dan Agnes berciuman melebihi di mana Odelia patah hati ketika Victor meninggalkannya.Hal yang membuat Odelia begitu hancur adalah Odelia telah menaruh harapan dalam pada Noah. Dia berpikir bahwa
Darla mondar-mandir tidak jelas di depan ruang pemeriksaan. Tujuannya mendatangi apartemen Odelia, karena ingin mengajaknya jalan-jalan, tapi malah dia dikejutkan dengan hal yang sama sekali tak dia sangka-sangka.Odelia sampai jatuh pingsan. Wajahnya pucat dan suhu badannya demam. Selain itu yang membuat Darla bingung adalah tiada ada Noah di sana. Darla tadinya ingin menghubungi Noah, namun dia memutuskan menunda sampai Odelia siuman. Paling tidak, Darla ingin tahu dari sisi Odelia apa yang tengah terjadi.Ceklek! Pintu ruang pemeriksaan terbuka. Darla segera menghampiri sang dokter yang berdiri di ambang pintu. Raut wajahnya begitu panik dan khawatir. Dia takut terjadi sesuatu hal buruk pada Odelia.“Dokter, bagaimana keadaan temanku? Dia baik-baik saja, kan?” tanya Darla cepat sambil menatap sang dokter dengan tatapan penuh tuntutan.Sang dokter membuka maskernya. “Nona, kandungan Nyonya Jackson sangat lemah. Beliau sepertinya mengalami stress berat. Saya minta beliau untuk menge
“Tuan Danzel, dari laporan yang saya dapatkan—satu minggu lalu mantan suami Nyonya Agnes Blade tengah berlibur ke Turkey bersama kekasih barunya. Saya rasa tidak mungkin tadi malam mantan suami Nyonya Agnes Blade, menyerang Nyonya Agnes Blade.”Laporan dari Barney membuat raut wajah Noah berubah. Sepasang iris mata cokelat gelap Noah berkilat tajam. Noah meminta Barney untuk menangkap mantan suami Agnes. Dengan begitu, dia sudah tidak lagi diganggu oleh Agnes, namun betapa terkejutnya Noah mengetahui fakta di mana ternyata mantan suami Agnes berada di Turkey dengan kekasih barunya. Itu artinya Agnes telah berbohong padanya.“Kau yakin, Barney?” Noah menatap tegas Barney, meminta asistennya itu memberikan informasi yang tepat.Barney mengangguk. “Saya yakin, Tuan. Saya tidak mungkin salah. Sebelumnya saya juga sudah memeriksa CCTV di area apartemen Nyonya Agnes, tapi di sana tidak ada sama sekali wajah mantan suami Nyonya Agnes. Bahkan yang datang ke apartemen Nyonya Agnes tidak ada. H
Odelia memblokir nomor Noah, di kala terus menerus mendapatkan telepon dan pesan dari pria itu. Rencananya dia pun akan mengganti nomor ponselnya. Bagi Odelia, semua telah selesai. Dia tidak mau lagi berurusan dengan Noah. Hari ini, Odelia sudah membeli tiket penerbangan ke Florida untuk berangkat esok hari. Dia tidak akan menunda-nunda untuk meninggalkan New York. Itu adalah sebuah keputusan yang terbaik.Jika Odelia masih berada di New York, dia hanya akan terus mengingat-ingat tentang kenangannya dengan Noah. Biarlah dia mengubur itu di kota New York. Odelia tahu melupakan Noah adalah sesuatu hal yang tidak mudah, tapi dia akan terus berusaha. Ini bukan pertama kali Odelia merasakan luka yang amat dalam. Meskipun luka yang Noah berikan jauh lebih dalam, tapi Odelia yakin bahwa seiring berjalannya waktu pasti dia akan sembuh.Odelia tidak ingin terus menerus terpuruk. Sekalipun hatinya hancur berkeping-keping, tapi dia harus mengingat bahwa ada nyawa di perutnya. Odelia tidak mau
Mata Odelia mengerjap beberapa kali ketika sudah siuman dari pingsan. Dia memijat pelan pelipisnya yang merasakan sakit di kepalanya. Perlahan-lahan ketika mata Odelia sudah terbuka lebar—tatapannya menatap terkejut dirinya berada di sebuah gudang yang tak sama sekali dia datangi.Napas Odelia memberat akibat rasa cemas dan takut berlebihan menyelimutinya. Debar jantungnya berpacu cukup keras akibat rasa takut menyelimutinya. Di mana ini? Kenapa aku di tempat seperti ini? Jutaan pertanyaan muncul di dalam otak Odelia, menjadi penuh dengan terkaan-terkaan.Beberapa detik, Odelia terdiam sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi pada dirinya, sampai membuatnya berada di gudang gelap seperti ini. Tampak raut wajah Odelia menjadi bingung.Tapi tunggu! Sesuatu hal muncul dalam ingatan Odelia. Detik itu juga raut wajah Odelia memucat. Ingatannya teringat akan dirinya yang hendak ingin kembali ke apartemen, karena sudah menemui Agnes. Namun, di perjalanan ada dua pria asing yang tak d