Sepanjang hari perasaan hati Odelia merasa tidaklah nyaman. Meski Noah hanya sebentar saja berbicara di kafe dengan Agnes, tetap saja Odelia benar-benar merasakan ketidaknyamanan.Selama di kantor, Odelia memilih untuk fokus menyelesaikan pekerjaannya. Dia tidak menunjukkan rasa kesal dan marahnya. Bahkan ketika Noah mengajaknya makan siang bersama, Odelia tetaplah berusaha bersikap seperti biasa. Kedatangan Agnes pagi ini di kantor, membuat hati Odelia menjadi was-was. Entah kenapa dirinya was-was. Mungkin karena penampilan Agnes yang terlalu cantik, membuat hati Odelia merasakan takut dan khawatir.Odelia sama sekali tidak menampik bahwa dia khawatir Noah berpaling darinya. Meski dia memiliki sisi keyakinan di mana Noah tidak mungkin melukai hatinya, namun Odelia tetaplah wanita biasa yang memiliki perasaan khawatir kehilangan sang kekasih yang sangat dia cintai.“Odelia…” Noah melangkah menghampiri Odelia yang duduk di ranjang.Waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Mereka baru s
Dalam keadaan hati yang hancur berkeping-keping, Odelia melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Hujan turun deras membasahi kota Manhattan. Suara tangis pun keras terdengar bersamaan dengan suara derasnya hujan. Benak Odelia teringat akan apa yang telah dia lihat. Adegan yang telah menghancurkan hatinya sampai tidak lagi tersisa. Apa yang dia lihat seakan dirinya dihantam oleh ribuan pisau.Noah berciuman dengan Agnes … itu yang selalu muncul di dalam benak Odelia.Selama ini, Odelia pikir bahwa Noah tidak akan pernah melukainya. Pun dia berpikir, Noah tidak seperti Victor—yang tega menorehkan luka begitu dalam padanya. Tapi ternyata sama saja!Noah Danzel telah melukai hati Odelia. Bahkan luka yang diberikan Noah jauh lebih dalam dari yang Odelia rasakan selama ini. Sakitnya melihat Noah dan Agnes berciuman melebihi di mana Odelia patah hati ketika Victor meninggalkannya.Hal yang membuat Odelia begitu hancur adalah Odelia telah menaruh harapan dalam pada Noah. Dia berpikir bahwa
Darla mondar-mandir tidak jelas di depan ruang pemeriksaan. Tujuannya mendatangi apartemen Odelia, karena ingin mengajaknya jalan-jalan, tapi malah dia dikejutkan dengan hal yang sama sekali tak dia sangka-sangka.Odelia sampai jatuh pingsan. Wajahnya pucat dan suhu badannya demam. Selain itu yang membuat Darla bingung adalah tiada ada Noah di sana. Darla tadinya ingin menghubungi Noah, namun dia memutuskan menunda sampai Odelia siuman. Paling tidak, Darla ingin tahu dari sisi Odelia apa yang tengah terjadi.Ceklek! Pintu ruang pemeriksaan terbuka. Darla segera menghampiri sang dokter yang berdiri di ambang pintu. Raut wajahnya begitu panik dan khawatir. Dia takut terjadi sesuatu hal buruk pada Odelia.“Dokter, bagaimana keadaan temanku? Dia baik-baik saja, kan?” tanya Darla cepat sambil menatap sang dokter dengan tatapan penuh tuntutan.Sang dokter membuka maskernya. “Nona, kandungan Nyonya Jackson sangat lemah. Beliau sepertinya mengalami stress berat. Saya minta beliau untuk menge
“Tuan Danzel, dari laporan yang saya dapatkan—satu minggu lalu mantan suami Nyonya Agnes Blade tengah berlibur ke Turkey bersama kekasih barunya. Saya rasa tidak mungkin tadi malam mantan suami Nyonya Agnes Blade, menyerang Nyonya Agnes Blade.”Laporan dari Barney membuat raut wajah Noah berubah. Sepasang iris mata cokelat gelap Noah berkilat tajam. Noah meminta Barney untuk menangkap mantan suami Agnes. Dengan begitu, dia sudah tidak lagi diganggu oleh Agnes, namun betapa terkejutnya Noah mengetahui fakta di mana ternyata mantan suami Agnes berada di Turkey dengan kekasih barunya. Itu artinya Agnes telah berbohong padanya.“Kau yakin, Barney?” Noah menatap tegas Barney, meminta asistennya itu memberikan informasi yang tepat.Barney mengangguk. “Saya yakin, Tuan. Saya tidak mungkin salah. Sebelumnya saya juga sudah memeriksa CCTV di area apartemen Nyonya Agnes, tapi di sana tidak ada sama sekali wajah mantan suami Nyonya Agnes. Bahkan yang datang ke apartemen Nyonya Agnes tidak ada. H
Odelia memblokir nomor Noah, di kala terus menerus mendapatkan telepon dan pesan dari pria itu. Rencananya dia pun akan mengganti nomor ponselnya. Bagi Odelia, semua telah selesai. Dia tidak mau lagi berurusan dengan Noah. Hari ini, Odelia sudah membeli tiket penerbangan ke Florida untuk berangkat esok hari. Dia tidak akan menunda-nunda untuk meninggalkan New York. Itu adalah sebuah keputusan yang terbaik.Jika Odelia masih berada di New York, dia hanya akan terus mengingat-ingat tentang kenangannya dengan Noah. Biarlah dia mengubur itu di kota New York. Odelia tahu melupakan Noah adalah sesuatu hal yang tidak mudah, tapi dia akan terus berusaha. Ini bukan pertama kali Odelia merasakan luka yang amat dalam. Meskipun luka yang Noah berikan jauh lebih dalam, tapi Odelia yakin bahwa seiring berjalannya waktu pasti dia akan sembuh.Odelia tidak ingin terus menerus terpuruk. Sekalipun hatinya hancur berkeping-keping, tapi dia harus mengingat bahwa ada nyawa di perutnya. Odelia tidak mau
Mata Odelia mengerjap beberapa kali ketika sudah siuman dari pingsan. Dia memijat pelan pelipisnya yang merasakan sakit di kepalanya. Perlahan-lahan ketika mata Odelia sudah terbuka lebar—tatapannya menatap terkejut dirinya berada di sebuah gudang yang tak sama sekali dia datangi.Napas Odelia memberat akibat rasa cemas dan takut berlebihan menyelimutinya. Debar jantungnya berpacu cukup keras akibat rasa takut menyelimutinya. Di mana ini? Kenapa aku di tempat seperti ini? Jutaan pertanyaan muncul di dalam otak Odelia, menjadi penuh dengan terkaan-terkaan.Beberapa detik, Odelia terdiam sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi pada dirinya, sampai membuatnya berada di gudang gelap seperti ini. Tampak raut wajah Odelia menjadi bingung.Tapi tunggu! Sesuatu hal muncul dalam ingatan Odelia. Detik itu juga raut wajah Odelia memucat. Ingatannya teringat akan dirinya yang hendak ingin kembali ke apartemen, karena sudah menemui Agnes. Namun, di perjalanan ada dua pria asing yang tak d
Noah berlari menghampiri sang asisten yang berada di apartemen Odelia. Dia tidak hanya sendiri saja, tapi juga bersama dengan Axel yang juga ikut menemaninya. Awalnya Axel ragu ingin menemani Noah, tapi akhirnya dia memutuskan untuk menemani karena memang kebetulan dirinya pun merasa ada yang janggal.“Odelia di mana?” Noah menatap Barney, menuntut penjelasan asistennya itu.Barney menunduk. “Maaf, Tuan. Saya tidak tahu, tapi saya sudah meminta anak buah kita memeriksa area CCTV di sekitar gedung apartemen ini.”“Noah, kalau tidak salah Odelia berteman dekat dengan Darla, kenapa kau tidak bertanya pada Darla? Mungkin dia tahu ke mana Odelia pergi,” ujar Axel memberikan saran pada Noah.“Kau benar.” Saran dari Axel, langsung Noah jalankan. Pria itu sekarang langsung menghubungi Darla.“Hallo, Tuan Danzel?” sapa Darla dari seberang sana. “Darla, di mana Odelia?” seru Noah dari seberang sana.“Maaf, kenapa Anda bertanya pada saya, Tuan?” Nada bicara Darla terdengar bingung. “Jawab saj
Mobil Noah tiba di sebuah gudang tua yang jauh dari pusat kota. Pria itu turun dari mobil bersamaan dengan Axel. Anak buah Noah sudah melaporkan pada Noah bahwa titik GPS keberadaan mobil Agnes berada di sebuah gudang tua yang jauh dari pusat kota. “Noah, kau tidak bisa langsung masuk. Kau harus waspada,” tukas Axel mengingatkan. Dia bermaksud memberi tahu Noah untuk berhati-hati. Dia tidak mau sampai terjadi sesuatu hal buruk pada Noah.“Persetan dengan ucapanmu. Aku harus segera masuk ke dalam menyelamatkan Odelia. Dia membutuhkanku!” seru Noah berkata dengan nada menekankan. Dia tidak peduli dengan apa yang terjadi pada dirinya. Yang dirinya pikirkan saat ini adalah Odelia selamat. Axel mengembuskan napas kesal. “Jangan egois. Kalau terjadi sesuatu hal buruk padamu, bagaimana menyelamatkan Odelia? Odelia bisa diselamatkan, kalau kau juga selamat. Kau harus waspada dengan apa yang ada di depanmu, Noah. Kita tidak pernah tahu motif penculikan Odelia.”Axel memberikan peringatan pad