Mobil Noah tiba di sebuah gudang tua yang jauh dari pusat kota. Pria itu turun dari mobil bersamaan dengan Axel. Anak buah Noah sudah melaporkan pada Noah bahwa titik GPS keberadaan mobil Agnes berada di sebuah gudang tua yang jauh dari pusat kota. “Noah, kau tidak bisa langsung masuk. Kau harus waspada,” tukas Axel mengingatkan. Dia bermaksud memberi tahu Noah untuk berhati-hati. Dia tidak mau sampai terjadi sesuatu hal buruk pada Noah.“Persetan dengan ucapanmu. Aku harus segera masuk ke dalam menyelamatkan Odelia. Dia membutuhkanku!” seru Noah berkata dengan nada menekankan. Dia tidak peduli dengan apa yang terjadi pada dirinya. Yang dirinya pikirkan saat ini adalah Odelia selamat. Axel mengembuskan napas kesal. “Jangan egois. Kalau terjadi sesuatu hal buruk padamu, bagaimana menyelamatkan Odelia? Odelia bisa diselamatkan, kalau kau juga selamat. Kau harus waspada dengan apa yang ada di depanmu, Noah. Kita tidak pernah tahu motif penculikan Odelia.”Axel memberikan peringatan pad
Tubuh Odelia membeku mendengar apa yang dikatakan oleh Victor. Sepasang iris matanya memancarkan perasaan takut, emosi, dan marah. Sungguh, Odelia tak menyangka kalau Victor tahu tentang kehamilannya. Dari mana Victor tahu tentang kehamilannya? Jutaan pertanyaan muncul di dalam benak Odelia. Satu-satunya orang yang tahu kehamilannya adalah Darla—dan Odelia yakin seratus persen bahwa Darla tidak akan mungkin membocorkan tentang kehamilannya pada siapa pun.Odelia mengatur napasnya berusaha untuk setenang mungkin. Meskipun perasaan takut menyelimutinya, tapi Odelia tidak akan pernah membiarkan perasaan takut dalam dirinya jauh lebih unggul dari keberanian.“Kau pikir, kau akan bisa melukaiku?!” Nada Odelia berseru dengan begitu tinggi dan keras. “Sekali saja kau berani berniat melukai anakku, maka aku akan membunuhmu!” Ancaman tak main-main lolos di bibir Odelia.Victor tersenyum tipis mendengar ancaman Odelia. Sebuah ancaman yang sama sekali tidak membuatnya takut. “Sejak dulu kau tid
Noah terdiam menatap Odelia yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Tidak pernah sedikit pun terpikirkan oleh Noah, bahwa Odelia tengah mengandung. Tanpa ragu dan tanpa harus mencari jawaban tentu saja dia tahu bahwa anak yang ada di kandungan Odelia adalah darah dagingnya. Noah memejamkan mata singkat. Perasaan bersalah menyelimuti dirinya. Jika Odelia sekarang tengah mengandung, maka di saat Odelia melihat dirinya berciuman dengan Agnes—itu dalam keadaan Odelia tengah hamil muda.Noah menyakiti Odelia di saat Odelia tengah hamil. Itu benar-benar gila! Noah tak henti merutuki dirinya atas apa yang telah terjadi. Semua karenanya. Luka yang didapatkan Odelia begitu bertubi-tubi.Noah tidak pernah mengira kalau telah melukai Odelia sedalam ini. Kalau saja ada mesin waktu, tidak akan pernah Noah biarkan Odelia merasakan luka yang amat dalam. Noah menyesali semuanya. Dalam hati, dia bersumpah akan memperbaiki semua yang ada. Dia tidak akan pernah lagi membiarkan Odelia terluka. Sud
Noah melangkah keluar dari ruang rawat Odelia. Pria itu duduk sebentar di depan ruang rawat Odelia. Di samping Noah ada Axel yang baru saja datang lagi, setelah tadi Axel sempat pulang untuk menyelesaikan persoalan di kepolisian.Axel membantu Noah memenjarakan Victor. Dalam kondisi seperti ini, tentunya Noah tidak bisa turun tangan sendiri. Noah tentunya tengah fokus pada Odelia yang tengah dalam masa pemulihan.“Kau belum makan. Lebih baik kau makan dulu. Aku akan di sini bergantian menjaga Odelia.” Axel menatap Noah. Dia tahu sejak tadi Noah tidak mau menyentuh makanan sama sekali. Yang ada dipikiran Noah hanyalah Odelia. Dia tahu perasaan yang dirasakan Noah adalah rasa bersalah yang amat dalam. Noah mengembuskan napas panjang dan memejamkan mata singkat. “Aku tidak lapar. Aku ingin tetap di sini.”“Jangan menyiksa dirimu, Noah.”“Tenanglah, Axel. Aku baik-baik saja. Nanti kalau memang aku sudah lapar, aku akan meminta asistenku membawakan makanan untukku.”Axel terdiam sebentar
Monica mendengar kabar tentang Odelia yang sudah siuman dari Axel. Sudah beberapa hari ini, Monica menunggu kabar Odelia siuman. Akhirnya, sekarang dia mendengar kabar Odelia sudah membuka mata.Monica sempat khawatir dan takut kalau ternyata hal buruk menimpa Odelia. Untungnya, hal buruk tidak terjadi. Sungguh, kalau saja terjadi pasti Monica pun merasa bersalah pada Odelia. Monica memiliki utang rasa bersalah. Dia tega menampar Odelia demi membela Victor—yang berengsek. Andai waktu bisa diputar, sudah pasti Monica tidak akan mau menjadi sosok wanita yang bodoh. Terjerat di sebuah lingkaran cinta palsu. Benar-benar sangatlah menyakitkan.Setibanya di rumah sakit, Monica segera menuju ke ruang rawat Odelia, namun langkah kaki Monica terhenti melihat Barney—asisten Noah—berada di depan ruang rawat Odelia.“Barney?” sapa Monica.Barney menundukkan kepalanya sopan. “Nona? Apa Anda ingin menjenguk Nona Odelia Jackson?”Monica mengangguk. “Ya, aku ingin menjenguk Odelia. Di mana Noah? Apa
Satu minggu sudah Odelia berada di rumah sakit. Dokter mengatakan kondisi Odelia sudah berangsur-angsur membaik. Bisa dikatakan racun yang ada di tubuh Odelia sudah hilang. Itu berkat Odelia yang rajin mengkonsumsi obat. Seluruh apa yang dikatakan sang dokter selalu dituruti oleh Odelia. Tidak pernah sedikit pun, Odelia membantah yang telah dokter katakan. Itu yang membuat Odelia cepat pulih dari sakitnya.Tepatnya hari ini, Odelia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Tentu sebelum diizinkan pulang, Noah terus meminta dokter untuk memastikan kondisi Odelia. Noah tidak mau sampai terjadi sesuatu hal buruk pada Odelia, ketika sudah di rumah nanti. Odelia duduk di sofa rumah sakit menatap pelayan membawakan barang-barangnya ke mobil. Wanita itu dilarang menyentuh barang-barangnya. Karena, Noah tidak mau sampai Odelia kelelahan harus mengangkut barang-barang.Noah menghampiri Odelia yang duduk di sofa. Pria itu bersimpuh, mensejajarkan tubuhnya pada tubuh Odelia yang tengah duduk. “
Darla yang tengah melamun akibat memikirkan sesuatu, terkejut di kala berpapasan tak sengaja dengan Noah. Detik itu juga, Darla menundukkan kepala menyapa Noah dengan sopan.Kening Noah mengerut, menatap bingung Darla. Pria itu merasa ada yang berbeda dari raut wajah Darla—seolah ada yang ditutupi oleh wanita itu. “Ada apa, Darla?” tanyanya di kala mencurigai sesuatu.Darla menelan salivanya susah payah. “Ah, t-tidak apa-apa, Tuan. Saya hanya ingin izin keluar kantor. Ada keluarga saya yang sakit.”Darla terpaksa mengucapkan ucapan dusta. Dia tidak mungkin memberi tahukan Noah tentang apa yang Odelia minta. Bisa-bisa Odelia akan kecewa padanya kalau sampai dirinya memberi tahu Noah.Noah mengangguk. “Pulanglah jika ada keluargamu yang sakit. Utamakan keluargamu. Kau bisa menyelesaikan pekerjaanmu esok hari.”Meskipun terkenal tegas, galak, dan tidak mentoleransi kesalahan, tetap saja pria itu akan memberikan izin jika karyawannya memiliki masalah keluarga. Apalagi kalau keluarga dari
Odelia tersenyum melihat Noah tak henti menciumi perutnya. Ya, tak pernah Odelia sangka kalau Noah akan sebahagia ini memiliki anak darinya. Sekarang, Odelia sadar bahwa memang tak akan pernah mungkin dirinya melepaskan Noah.Odelia memutuskan untuk memberikan kesempatan kedua untuk Noah. Logikanya memang mendesaknya untuk bersikap egois, tapi dia tidak bisa menampik bahwa hatinya selalu mencintai Noah.Semua yang terjadi, mengajarkan Odelia arti tentang cinta yang tulus dan mau memberikan maaf. Memang, Noah bukanlah cinta pertama Odelia. Akan tetapi, Odelia ingin Noah menjadi cinta terakhirnya.Memulai kembali dari awal. Itu yang Odelia putuskan. Ternyata hatinya tidak bisa jauh dari Noah. Luka yang ada di hatinya perlahan-lahan telah diobati oleh Noah. Segala hal buruk pun tergantikan dengan kenangan manis.Yang Odelia pelajari di muka bumi ini, tidak ada orang yang sempurna. Akan ada orang yang melakukan kesalahan. Seperti Noah yang mengakui kesalahannya, dan telah berjanji tak aka