“Odelia, aku membutuhkan tanda tanganmu.” Darla menyerahkan dokumen yang ada di tangannya pada Odelia yang duduk di kursi kerjanya. Siang itu, Odelia memang sudah cukup sibuk dengan pekerjaan. Beberapa hari kesehatan menurun, membuat pekerjaan Odelia sedikit menumpuk.Sebenarnya, Odelia bisa saja bersantai tapi dia tidak ingin seperti itu. Terlebih gossip Odelia adalah kekasih Noah Danzel sudah tersebar dengan cepat. Odelia tidak ingin menggunakan nama Noah untuk membuatnya malas bekerja.Odelia mengambil dokumen yang diberikan oleh Darla dan segera membubuhkan tanda tangannya ke dokumen itu—lalu memberikan pada Darla. “Laporan yang minggu lalu sudah aku kirimkan ke email-mu. Tolong kau cek email-mu.”Darla mengangguk samar. “Oke, nanti aku akan memeriksa email-ku. Anyway, aku kagum sekali pada Noah yang akhirnya memublikasikan hubungan kalian di depan publik. Kau tahu? Namamu sekarang menjadi pembahasan utama di group kantor. Tapi tenang, tidak ada yang mengatakan hal buruk. Mereka t
Noah turun dari mobilnya, dan melangkah masuk ke dalam perusahaannya. Pria itu melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya—waktu menunjukkan pukul empat sore. Sebelumnya, dia memiliki meeting di luar. Itu kenapa dirinya sekarang baru datang ke kantor.Sebenarnya, Noah bisa saja langsung kembali pulang, namun dia tidak mau karena dia ingin pulang bersama dengan Odelia. Jadwalnya cukup padat. Tadi pagi pun dia tidak bisa berangkat bersama Odelia.Ting! Pintu lift terbuka. Noah melangkah keluar dari lift.“Selamat sore, Tuan.” Seorang sekretaris melangkah menghampiri Odelia yang baru saja keluar dari lift.Noah mengangguk singkat membalas sapaan sang sekretaris. “Apa kau melihat Odelia?” tanyanya datar.“Nona Jackson sudah pulang, Tuan. Tadi yang saya dengar beliau pulang lebih awal,” tutur sang sekretaris sopan.Kening Noah mengerut. “Odelia pulang lebih awal? Apa dia sakit?” tanyanya khawatir. Beberapa hari belakangan ini kesehatan Odelia menurun. Itu kenapa Noah menduga ka
Odelia menatap indahnya malam dari balik jendela kamarnya. Raut wajah wanita itu menunjukkan jelas perasaan sedih. Odelia memutuskan untuk pulang lebih awal, karena suasana hatinya yang sedang kurang baik.Odelia tidak mengira kalau Victor akan sampai berbuat selicik itu. Dia menghasut Monica untuk membencinya. Ya, Odelia sama sekali tidak menyalahkan Monica. Karena dulu Odelia pernah berada di posisi Monica yaitu wanita bodoh yang ditipu oleh cinta.Victor memiliki kelebihan yaitu mampu memperdaya pasangan. Sungguh, Odelia kasihan pada Monica. Seharusnya wanita sebaik Monica tidak mendapatkan pasangan memalukan seperti Victor.Jauh dari dalam lubuk hati Odelia terdalam, dia ingin sekali memberi tahu pada Monica tentang fakta yang ada di depan mata. Akan tetapi, semua itu pasti percuma karena Monica tengah dilanda sebuah cinta buta.Menjelaskan seperti apa pun, pasti apa yang dikatakan Odelia tidak akan didengar oleh Monica. Saat ini yang hanya didengar oleh Monica hanyalah Victor. En
Mengandung anak Noah adalah hal yang selama ini tidak pernah terbesit di dalam pikiran Odelia. Wanita itu diam seribu bahasa dengan pikiran dan perasaan yang berkecamuk ketika tahu dirinya telah berbadan dua.Selama berhubungan seks dengan Noah, memang Odelia sama sekali tidak memakai pengaman. Dia tak pernah mengira kalau dirinya akan hamil. Sungguh, Odelia bingung apa yang dia rasakan saat ini. Tidak bisa Odelia pungkiri bahwa dia sangat bahagia akan fakta di mana dirinya mengandung buah cintanya dengan Noah. Namun, di sisi lain ada rasa khawatir dalam diri Odelia akan sikap Noah. Odelia takut kalau Noah malah tidak menyukai kehamilannya.Odelia meremas pelan kedua tangannya. Dia melirik jam dinding—waktu menunjukkan pukul tujuh malam, namun Noah belum kunjung datang. Tadi, Noah mengirimkan pesan singkat padanya mengatakan kalau akan pulang terlambat, karena ada Axel datang ke kantornya.Tidak! Tidak mungkin! Odelia segera mengeyahkan pikiran buruk yang muncul di benaknya. Beberapa
Odelia tidak henti melukiskan senyumannya membayangkan kejutan yang akan dia buat untuk Noah malam ini. Odelia telah memutuskan untuk tidak langsung memberi tahu Noah. Dia ingin membuat kejutan pada Noah. Segala hal telah dia pikirkan. Meskipun ada perasaan cemas, namun Odelia meneguhkan dalam hati bahwa pasti Noah akan bahagia mendengar kabar kehamilannya. “Noah, hari ini apa kau memiliki meeting di luar?” tanya Odelia seraya menyisir rambut. Pagi menyapa, wanita itu sudah bersiap-siap ke kantor bersamaan dengan Odelia. Masa libur cukup satu hari saja. Odelia tidak mau libur kantor terlalu lama.“Tidak. Hari ini aku tidak memiliki meeting di luar. Kau berangkat bersama denganku saja. Tidak usah membawa mobil.” Noah mengecup kening Odelia.Odelia tersenyum dan mengangguk. “Oke, kalau begitu kita berangkat sekarang.”Noah mengulurkan tangannya ke hadapan Odelia, dan tentu Odelia menyambut uluran tangan Noah, memberikan senyuman manis di wajahnya untuk sang kekasih. Mereka melangkah me
Sepanjang hari perasaan hati Odelia merasa tidaklah nyaman. Meski Noah hanya sebentar saja berbicara di kafe dengan Agnes, tetap saja Odelia benar-benar merasakan ketidaknyamanan.Selama di kantor, Odelia memilih untuk fokus menyelesaikan pekerjaannya. Dia tidak menunjukkan rasa kesal dan marahnya. Bahkan ketika Noah mengajaknya makan siang bersama, Odelia tetaplah berusaha bersikap seperti biasa. Kedatangan Agnes pagi ini di kantor, membuat hati Odelia menjadi was-was. Entah kenapa dirinya was-was. Mungkin karena penampilan Agnes yang terlalu cantik, membuat hati Odelia merasakan takut dan khawatir.Odelia sama sekali tidak menampik bahwa dia khawatir Noah berpaling darinya. Meski dia memiliki sisi keyakinan di mana Noah tidak mungkin melukai hatinya, namun Odelia tetaplah wanita biasa yang memiliki perasaan khawatir kehilangan sang kekasih yang sangat dia cintai.“Odelia…” Noah melangkah menghampiri Odelia yang duduk di ranjang.Waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Mereka baru s
Dalam keadaan hati yang hancur berkeping-keping, Odelia melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Hujan turun deras membasahi kota Manhattan. Suara tangis pun keras terdengar bersamaan dengan suara derasnya hujan. Benak Odelia teringat akan apa yang telah dia lihat. Adegan yang telah menghancurkan hatinya sampai tidak lagi tersisa. Apa yang dia lihat seakan dirinya dihantam oleh ribuan pisau.Noah berciuman dengan Agnes … itu yang selalu muncul di dalam benak Odelia.Selama ini, Odelia pikir bahwa Noah tidak akan pernah melukainya. Pun dia berpikir, Noah tidak seperti Victor—yang tega menorehkan luka begitu dalam padanya. Tapi ternyata sama saja!Noah Danzel telah melukai hati Odelia. Bahkan luka yang diberikan Noah jauh lebih dalam dari yang Odelia rasakan selama ini. Sakitnya melihat Noah dan Agnes berciuman melebihi di mana Odelia patah hati ketika Victor meninggalkannya.Hal yang membuat Odelia begitu hancur adalah Odelia telah menaruh harapan dalam pada Noah. Dia berpikir bahwa
Darla mondar-mandir tidak jelas di depan ruang pemeriksaan. Tujuannya mendatangi apartemen Odelia, karena ingin mengajaknya jalan-jalan, tapi malah dia dikejutkan dengan hal yang sama sekali tak dia sangka-sangka.Odelia sampai jatuh pingsan. Wajahnya pucat dan suhu badannya demam. Selain itu yang membuat Darla bingung adalah tiada ada Noah di sana. Darla tadinya ingin menghubungi Noah, namun dia memutuskan menunda sampai Odelia siuman. Paling tidak, Darla ingin tahu dari sisi Odelia apa yang tengah terjadi.Ceklek! Pintu ruang pemeriksaan terbuka. Darla segera menghampiri sang dokter yang berdiri di ambang pintu. Raut wajahnya begitu panik dan khawatir. Dia takut terjadi sesuatu hal buruk pada Odelia.“Dokter, bagaimana keadaan temanku? Dia baik-baik saja, kan?” tanya Darla cepat sambil menatap sang dokter dengan tatapan penuh tuntutan.Sang dokter membuka maskernya. “Nona, kandungan Nyonya Jackson sangat lemah. Beliau sepertinya mengalami stress berat. Saya minta beliau untuk menge