Ruang kamar hotel tipe presidential suite itu sudah lengang. Tidak ada lagi suara orang yang bercakap-cakap rendah dengan raut serius di sana. Semua orang telah pergi, meninggalkan seorang pria yang kini terlelap di atas tempat tidur, dengan seorang wanita yang mengawasinya dari tepi ranjang.Hembusan napas lelah terdengar dari mulut Kaluna. Sudah lebih dari sepuluh menit yang lalu ia duduk bersandar di kepala ranjang, mengawasi wajah Edgar yang tertidur tenang.Lamat-lamat otaknya memutar kembali peristiwa yang terjadi tadi. Edgar yang memaksa dirinya dibawa ke dalam bath tub begitu mereka sampai di kamar, dan bagaimana pria itu menyalakan shower untuk membasahi dirinya sendiri dengan air dingin.Kaluna masih ingat erangan Edgar dan suara keributan kecil yang ditimbulkan Daniel serta Sarah saat mereka sampai bersama seorang dokter keluarga Mahawira. Dalam keadaan basah kuyup, meringkuk di dalam bath tub, Dokter Tanjung memeriksa keadaan Edgar.Hasil pemeriksaan itu sesuai dengan duga
Tempat Kaluna berada saat ini adalah sebuah padang sabana hijau yang tak berujung. Langit biru dengan gumpalan awan putih berarak-arak menaungi kepalanya. Hembusan angin dingin mengiringi setiap langkahnya.Jauh di dalam hati, Kaluna tahu saat ini ia sedang berada di ruang mimpi yang kemungkinan besar adalah hal fana. Matanya bergulir ke segala arah, memindai sejauh mungkin pemandangan tidak realistis di sekitarnya.Ia tahu, di dunia ini tidak ada padang sabana yang penuh dengan bunga iris biru keunguan yang tumbuh berselang-seling di antara rerumputan hijau. Tidak ada pula padang sabana di dunianya dulu, yang setiap lima meternya terdapat pohon tabebuya dengan penampakan serupa pohon bunga sakura.Kumpulan pohon tersebut sedang dalam keadaan mekar sempurna bunga-bunganya, kuning cerah keemasan. Kontras dengan warna biru keunguan bunga-bunga iris yang menutupi dataran.Langkah kaki Kaluna baru berhenti saat ia tiba di sebuah titik, tempat tiga pohon tabeb
Rasanya Kaluna sudah tidur sangat lama, tapi saat ia membuka mata, kamar hotel yang ditempatinya masih gelap. Belum ada sinar matahari yang masuk dari sela-sela tirai jendela.Di sampingnya Edgar juga masih terlelap, tangan pria itu masih melingkari pinggang Kaluna, meski tidak lagi erat. Merasa sudah cukup beristirahat, Kaluna beranjak duduk, melepaskan belitan lengan Edgar perlahan. Untungnya lelaki itu tidak terusik.Menyeret tubuh ke pinggir ranjang, Kaluna segera memeriksa ponselnya yang sebelum tidur ia letakkan di meja nakas. Pukul setengah enam pagi. Sepertinya masih ada sedikit waktu untuk sarapan dan membersihkan diri.Ada beberapa notifikasi pesan dari Sarah dan Daniel, tapi Kaluna memutuskan untuk membukanya nanti saja. Meletakkan kembali ponselnya, ia beralih pada telepon kabel, menghubungi layanan kamar.Ia memesan beberapa menu sarapan, memintanya untuk diantar tiga puluh menit kemudian, tepat pukul enam. Selesai dengan urusan pesan-memesan
Di kamar minimalis bernuansa modern classicpenuh warna putih dan cordovan, sosok Liliana sedang sibuk berjalan bolak-balik di depan tempat tidursingle size-nya dengan gelisah.Sial, sial, sial! Rencananya kacau! Hancur sudah semua!Sibuk menggigiti kuku jarinya sampai nyaris patah, pikiran Liliana seberantakan rencananya yang gagal semalam. Kenapa Kaluna bisa ikut menghadiri acara kampus semalam, sih? Memang siapa wanita itu sampai bisa datang ke acara internal kampus yang cukup penting itu?!Seharusnya pagi ini Liliana terbangun di samping Edgar, menangis tersedu, dan membuat lelaki itu mengatakan kalimat pertanggungjawaban atas tindakannya. Seharusnya begitu!Tapi gara-gara kemunculan Kaluna yang terus mengekori ke manapun Edgar pergi, semuanya tidak berjalan sesuai alur rancangannya!Wanita itu sungguh tidak pernah melepaskan Edgar dan menempelinya di mana-mana. Sangat tidak tahu malu!Kalau semuanya
Hari ini Kaluna akan menemani Damian dan Lavanya pergi ke klinikLapsycare.Sesuai dengan janji pertemuan yang sudah ia jadwalkan beberapa hari lalu."Mami, 'mput Abang?" Lavanya yang duduk anteng di pangkuan Kaluna bertanya saat Pak Rudi membawa mobil meninggalkan gerbang perumahan.Kaluna tersenyum tipis, mengusap rambut gadis kecil di pangkuannya yang kini ditata kucir dua. "Iya, Sayang. Kita mau jemput Abang pulang sekolah.""Adek 'ngen Abang," lanjut Lavanya sembari memainkan bonekaplushbentuk karakter Cinnamon Rolldi pelukannya.Tawa rendah lolos dari mulut Kaluna. "Mami juga kangen Abang. Padahal Abang baru sekolah sebentar, ya."Lavanya menganggukkan kepalanya tiga kali, seolah menyetujui perkataan sang mami. Meski Abang hanya sekolah sebentar, tapi Lavanya selalu kesepian kalau sendirian di rumah. Apalagi saat Mami harus pergi kerja seperti Papa, meski tidak setiap ha
Seusai menikmati makan siang di restoranOff The Grid,sekitar pukul setengah dua siang, Kaluna meminta Pak Rudi mengantar mereka ke gedung klinikLapsycareyang hanya berjarak sepuluh menit perjalanan dari lokasi restoran.Damian dan Lavanya sendiri sedari tadi tidak berhenti membicarakan pengalaman mereka makan siang bersama di restoranOff The Grid. Rasa antusias masih tersisa bagi keduanya, membuat Kaluna yang setia mendengarkan ikut mengembangkan senyum.Pilihannya untuk mengajak Damian dan Lavanya makan siang di restoran tersebut sepertinya tidak salah. Restoran dengan konsep greenhousedi tengah kota itu menarik perhatian Kaluna saat pertama kali melintasinya di perjalanan menuju klinikLapsycare.Karena penasaran, ia mulai mencarinya di sosial media. Saat menemui akun restoran tersebut di salah satuplatformmedia sosial, Kaluna langsung jatuh cinta dengan
Edgar pulang tepat saat Kaluna dan anak-anaknya sedang menikmati makan malam. Masih dengan kemeja kerja yang tidak serapi tadi pagi, Edgar memasuki ruang makan dan mengecup puncak kepala Damian dan Lavanya. Tak ketinggalan kecupan singkat di pelipis Kaluna ia labuhkan sebelum menarik kursi untuk diduduki.Damian dan Lavanya makan dengan cepat dan langsung kembali ke kamar masing-masing setelah selesai. Mereka rupanya sudah sangat mengantuk dan semakin ingin tertidur setelah perut terasa kenyang."Saya dengar dari Sarah kamu ajak anak-anak ketemu dengan teman kamu tadi," ucap Edgar mengawali percakapan.Kaluna yang masih duduk menemani Edgar makan, meski ia sendiri sudah selesai dan hanya mengisi ulang gelas jus delimanya, mengalihkan pandangan dari teko kaca. "Ya," jawabnya singkat.Edgar belum boleh mengetahui tentang sesi konseling anak-anaknya, kalau Kaluna tidak mau semuanya bertambah rumit. Setidaknya, sampai urusan ajuan tuntutannya pada Liliana ke
Hari ini jadwal Kaluna benar-benar padat.Pagi hari setelah mengantar Damian ke sekolah, ia memiliki janji bertemu dengan salah satu pengacara dari firma hukum.Siangnya, Daniel sudah mengatur pertemuan Kaluna dengan pihak EO untuk membicarakan konsep pesta ulang tahun Damian di salah saturesortmilik Edgar. Kaluna tidak menyangka Daniel akan menemukan EO secepat itu dan langsung membuat janji temu hari ini.Setelah menjemput Damian pulang sekolah, Kaluna berniat membawa anak itu ikut serta bertemu tim EO pilihan Daniel. Meski sudah mengantongi beberapa konsep acara ulang tahun, hasil penjelajahannya kemarin di internet, Kaluna tetap ingin Damian memilih sendiri tema dan konsep ulang tahun yang diinginkannya.Sore hari, Kaluna belum bisa pulang ke rumah dan bersantai. Ia masih memiliki satu pertemuan lagi dengan editor dari perusahaan penerbit, Kak Ratu, juga Cintya selaku penanggung jawab pamerannya.Mereka akan membahas