"Hentikan dulu pekerjaan konstruksi di sana. Sekarang kita cari tahu siapa yang membawa kembali tumpukan baja ini," kata Dimas dengan wajah dingin.Jika mereka menggunakan bahan yang tidak memenuhi standar keselamatan dalam pembangunan, kemungkinan besar akan terjadi masalah. Pada saat itu, tidak hanya kemajuan proyek yang akan tertunda, tapi juga bisa menyebabkan kecelakaan pada pekerja."Pak Dimas, aku akan segera menyelidiki masalah ini." Setelah mengatakan itu, mandor buru-buru meninggalkan kantor.Dimas segera menelepon perusahaan. Dia sudah menentukan besi baja yang diperlukan, tapi semua itu diganti oleh orang lain. Masalah ini pasti ada hubungannya dengan perusahaan. Dia menelepon perusahaan dua kali berturut-turut, tapi tidak ada orang di sana yang menjawab.Dimas bangkit dari kursinya, lalu bersiap-siap untuk melihat secara langsung apa yang terjadi dengan besi baja tersebut."Pak Dimas, kamu datang.""Apakah ini kumpulan baja yang sudah diganti?"Pekerja yang bertugas memeri
Karena lengannya belum pulih, Lili hanya bisa tinggal di rumah tanpa melakukan apa pun. Dalam keadaan bosan seperti ini, dia pasti akan berpikir macam-macam. Jadi, dia pun pergi mencari Amel untuk menghabiskan waktu bersama. Setidaknya dia memiliki seseorang untuk diajak bicara sehingga dia tidak akan terlalu bosan."Bu, hari ini tanggal 6. Kalau aku nggak salah ingat, Ibu harusnya pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan hari ini." Amel mengingatkan Lili tanpa daya.Lili tersadar, dia tiba-tiba teringat akan hal ini. Dia pun berkata, "Astaga, aku memang sudah semakin tua. Lihatlah ingatanku ini, aku benar-benar melupakan jadwal pemeriksaanku. Kalau kamu nggak mengingatkanku, aku mungkin nggak akan ingat."Lili menepuk keningnya dengan frustrasi. Bisa-bisanya dia melupakan hal yang begitu penting."Bu, kamu tunggu aku sebentar. Aku akan menemanimu ke rumah sakit setelah aku menyelesaikan pekerjaanku.""Amel, nggak perlu. Lagi pula, tempatmu ini nggak jauh dari rumah sakit. Aku bisa pergi
"Ada pekerja yang mengalami kecelakaan, aku mengantarnya ke rumah sakit." Dimas takut Amel akan berpikir banyak, jadi dia tidak mengatakan siapa orang yang terluka itu."Apakah lukanya serius?""Nggak terlalu serius. Dia hanya terjatuh dan memerlukan operasi kecil. Apakah kamu di sini untuk membawa Ibu melakukan pemeriksaan?" tanya Dimas berusaha mengubah topik."Ya, dokter menyuruh Ibu datang untuk pemeriksaan ulang hari ini. Mereka ingin melihat bagaimana pemulihan lengannya.""Apakah pemeriksaannya sudah selesai? Bagaimana kondisi pemulihan lengan Ibu?""Dokter mengatakan bahwa pemulihan Ibu berjalan cukup baik. Kalau terus seperti ini, dia akan pulih sepenuhnya dalam waktu singkat," kata Amel sambil tersenyum kecil."Baguslah. Kamu dan Ibu bisa pulang naik taksi. Aku nggak bisa pergi dari sini. Pekerja yang terluka itu akan segera menjalani operasi, aku harus pergi memeriksanya." Dimas memegang tangan Amel dengan perasaan bersalah."Kalau begitu, cepat pergilah.""Bu, aku pergi dul
"Pak Dimas, aku sudah baik-baik saja sekarang. Kamu bisa kembali dulu. Jangan biarkan Kak Amel menunggu lama," kata Jessica dengan sengaja. Dia ingin melihat apakah Dimas akan tetap tinggal untuk menjaganya atau tidak."Baiklah, aku akan pergi mencari perawat untuk menjagamu sekarang." Jawaban Dimas sangat mengecewakannya. Dia dengan naif berpikir bahwa selama dia melakukan sesuatu untuk Dimas, pria itu akan fokus padanya. Sekarang, sepertinya dia keliru.Hari sudah larut ketika Dimas sampai di rumah. Dia masuk ke rumah dengan tubuh yang lelah."Sayang, apa kamu baik-baik saja?" Amel memperhatikan bahwa suasana hati Dimas sedang tidak baik, jadi dia mendekat untuk menghibur pria itu."Sayang, ada sesuatu yang menurutku harus kuberitahukan padamu." Dimas tiba-tiba mengangkat kepalanya, lalu menatap Amel dengan serius."Ada apa?""Pekerja yang dibawa ke rumah sakit untuk operasi hari ini sebenarnya adalah Jessica. Dia terluka karena aku." Dimas tidak ingin menyembunyikan apa pun dari Ame
Saat Jessica melihat Amel, senyuman di wajahnya langsung membeku."Kak Amel datang rupanya. Silakan duduk." Jessica segera mengatur emosinya, berpura-pura antusias dengan kedatangan Amel.Meskipun sebenarnya dia merasakan kebencian yang mendalam pada Amel, dia tetap harus tersenyum."Nona Jessica, aku benar-benar ingin berterima kasih atas apa yang sudah kamu lakukan kemarin. Terima kasih karena sudah menyelamatkan Dimas." Amel berterima kasih pada Jessica dari lubuk hatinya."Tak perlu berterima kasih. Pak Dimas biasanya memperlakukanku dengan sangat baik, jadi bagaimana mungkin aku nggak menolongnya?" Jessica mengangkat sudut mulutnya sedikit sambil berkata dengan nada penuh provokasi."Nona Jessica, aku sudah membuatkan sup untukmu. Kamu bisa meminumnya selagi masih hangat." Amel mengganti topik pembicaraan. Dia tahu dengan jelas apa maksud perkataan Jessica."Kak Amel, kamu sudah bersusah payah membuatkanku sup." Jessica melirik sup itu dengan kilat ketidaksukaan yang melintas di w
Namun, setelah mengamati sekian lama, Soni merasa jika Irfan juga merupakan orang yang hanya mementingkan keuntungan saja. Itu sebabnya di bawah pengawasan Irfan, Soni diam-diam mengurangi bahan. Jika tidak sengaja ketahuan, Soni sudah memikirkan strategi untuk menghadapinya."Kembalikan saja kiriman baja ini. Kalau ada material yang lagi-lagi nggak memenuhi syarat seperti ini, segera laporkan padaku," kata Dimas dengan wajah dingin, kemudian berlalu pergi.Untungnya material ini ditemukan tepat waktu. Jika sampai digunakan dalam konstruksi, pasti akan menyebabkan banyak masalah.Di sisi lain, Amel sedang berdiri di depan pintu toko. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru toko kecilnya dan merasa puas."Kak, berapa harga kue ini?" Tiba-tiba terdengar suara lembut dan menggemaskan dari arah belakang. Amel menoleh, lalu melihat seorang gadis kecil berkuncir dua sedang menggendong celengan sapi. Gadis kecil itu berdiri di belakang Amel sambil mengerjap-ngerjapkan matanya yang bes
"Kenapa dia tidur di sini?" gumam Dimas pada dirinya sendiri. Kemudian, Dimas langsung membopong Amel yang sedang tidur tersebut.Amel menggosok-gosok matanya yang masih mengantuk, lalu bertanya, "Kamu sudah pulang? Apa kamu lapar? Aku akan membuatkan makanan untukmu."Dimas tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Aku nggak lapar. Tadi aku sudah makan di luar bersama klien. Biarkan aku menggendongmu ke dalam untuk tidur. Kamu akan masuk angin kalau tidur di sofa."Setelah Dimas berkata seperti itu, terdengar suara keroncongan dari perut Amel. Amel pun tersenyum malu sambil menggaruk-garuk kepalanya."Kamu lapar? Kamu sudah makan malam?" tanya Dimas dengan serius."Aku belum makan malam. Waktu pulang kerja tadi, aku nggak merasa lapar. Tapi, aku ketiduran di sofa waktu menunggumu. Sekarang aku merasa agak lapar." Amel merajuk sambil menggigit bibirnya dengan lembut."Kamu ini. Mulai sekarang, kamu nggak boleh kelaparan lagi. Beban kerjamu setiap hari itu nggak sedikit. Jadi, kamu har
Setelah selesai membersihkan dan membereskan dapur, Amel ingin membuang sampah ke luar. Saat melewati ruang kerja Dimas, Amel merasa ragu mau masuk untuk mengambil sampah dari ruang kerja tersebut dan sekalian membuangnya atau tidak. Namun, saat hendak mengetuk pintu, Amel khawatir akan mengganggu Dimas. Itu sebabnya, Amel mengurungkan niatnya.Setelah keluar dari rumah, Dimas mengikuti lokasi yang diberikan oleh Irfan. Tiba-tiba saja, Irfan muncul tanpa diketahui dari mana asalnya. "Pak Dimas, aku ada di sini."Dimas langsung menoleh dan melihat Irfan tengah tersenyum lebar sambil melambaikan tangan kepadanya."Kenapa kamu nggak menungguku di mobil dan malah bersembunyi di sini?" tanya Dimas sambil melirik Irfan."Jangan bicarakan itu lagi, Pak Dimas. Keamanan di sini terlalu ketat. Mobilku nggak terdaftar, jadi aku sama sekali nggak boleh masuk. Aku berjalan masuk dari gerbang area vila ini. Butuh waktu 15 menit untuk sampai di tempat ini," keluh Irfan dengan sedih."Sudahlah. Cepat