"Menantuku membelikan semua makanan favoritku." Lili merasa makin puas dengan menantunya ini."Dimas, kamu juga harus makan sesuatu, lalu segera pergi ke lokasi konstruksi. Jangan sampai terlambat. Pergilah lebih awal, agar kamu bisa istirahat sebentar di sana.""Aku nggak makan, aku ada rapat pagi ini. Bu, aku berangkat kerja dulu. Amel, kalau ada apa-apa dengan Ibu, segera telepon aku.""Baik, cepatlah pergi." Amel bangkit, lalu mengantar Dimas hingga ke depan pintu."Amel, aku harus mengatakan bahwa Dimas adalah anak yang sangat baik. Dia perhatian, juga penyayang. Kamu harus hidup bahagia bersamanya.""Ibu, jangan khawatir, kami akan menjalani kehidupan yang bahagia." Amel sangat senang karena pada saat itu dia salah mengenali orang, lalu secara tidak sengaja menikah dengan Dimas. Dia merasa sudah mendapatkan harta karun.Saat siang hari, Dimas menyempatkan diri untuk mengantar beberapa vitamin, lalu segera pergi lagi."Ibu, airnya sudah habis. Biar kuambilkan air hangat untukmu. A
"Kalau begitu, kita rahasiakan saja selama yang kita bisa."Setelah mengetahui bahwa Lili dirawat di rumah sakit, Mirna segera datang menjenguk."Aduh, ada apa denganmu? Kenapa kamu dirawat di rumah sakit?" Suara keras Mirna bergema di seluruh bangsal.Lili mengangkat dahinya dengan tidak suka sambil menjawab, "Aku pingsan karena tekanan darah rendah, lalu terjatuh.""Katakan padaku, kenapa tekanan darahmu bisa rendah padahal umurmu belum setua itu? Aku selalu bilang padamu untuk lebih memperhatikan tekanan darah dan kolesterolmu. Aku sudah menyuruhmu memeriksa tekanan darahmu dari waktu ke waktu, tapi kamu nggak mendengarkan. Untung saja kamu baik-baik saja sekarang. Kamu bisa menjadikan kejadian ini sebagai pengingat. Alat pemantau tekanan darah yang kuberikan padamu ternyata hanya menjadi hiasan di rumahmu," keluh Mirna dengan suara keras begitu dia duduk."Sudah, sudah. Aku sedang dirawat di rumah sakit sekarang, jadi jangan membicarakan hal ini lagi. Nanti setelah aku keluar dari
"Baiklah, hati-hati dalam perjalanan pulang." Tidak lama setelah Mirna pergi, Lili tertidur.Kemarin Lili tidak tidur dengan nyenyak. Awalnya dia ingin beristirahat sebentar di pagi hari, tapi lengannya terus terasa sakit dari waktu ke waktu. Jadi, tentu saja dia tidak bisa istirahat dengan baik.Tidak lama setelah Lili tertidur, Kristo secara pribadi membawa dokter yang bertanggung jawab atas Lili ke bangsal."Pasien nggak merasakan gejala ketidaknyamanan hari ini, 'kan?" tanya Kristo dengan penuh perhatian."Nggak, ibuku merasa cukup baik hari ini.""Dalam situasi pasien jatuh secara nggak sadar seperti ini, ada kemungkinan mengalami gegar otak ringan. Setelah berdiskusi dengan dokter, aku menyarankan agar kalian melakukan CT scan otak sekali lagi. Kalau semuanya baik-baik saja, kita baru bisa merasa tenang.""Baiklah, aku akan mengajak ibuku untuk memeriksanya."Amel mengangguk setuju. Direktur rumah sakit sudah datang sendiri ke sini, jadi untuk alasan keamanan, Amel memutuskan unt
"Lupakan saja. Kalau ibumu nggak mau pindah, biarkan saja dia tinggal di sini." Gibran melihat bahwa istrinya tampak baik-baik saja, jadi dia pun tidak memaksa istrinya untuk pindah ke bangsal VIP.Amel tidak mengatakan apa pun."Seperti kata pepatah, butuh waktu lama untuk menyembuhkan patah tulang. Aku sudah membuatkan sup tulang untukmu. Minumlah selagi panas." Gibran meletakkan termos yang dibawanya ke atas meja.Amel membantu Lili bangkit dari tempat tidur. Saat Amel hendak mengambil sendok untuk meminum sup, Andi menyerbu masuk dari luar bangsal dengan ekspresi cemas."Ibu, kamu sakit sampai masuk rumah sakit, kenapa merahasiakannya dariku? Bagaimana kondisi Ibu sekarang? Apakah Ibu sudah merasa lebih baik?" tanya Andi dengan wajah serius, tampak sangat marah."Ibu hanya nggak mau mengganggu pekerjaanmu," kata Amel."Ya, kamu baru saja bekerja di perusahaan belum lama ini. Kamu harus fokus pada pekerjaanmu. Lihatlah, aku baik-baik saja sekarang," kata Lili sambil tersenyum menghi
Dimas mengangguk tanpa ragu. Sepertinya dia sudah menduga Amel akan menanyakan hal ini padanya."Aku dan Pak Kristo adalah kenalan lama. Dia dan kakekku saling kenal, bisa juga dianggap teman. Jadi, aku juga pernah berinteraksi dengan Pak Kristo. Kali ini, saat Ibu dirawat di rumah sakit, aku khawatir pemeriksaan di rumah sakit nggak cukup menyeluruh, jadi aku pergi menemui Pak Kristo. Aku berharap dia akan merawat Ibu secara khusus." Dimas sudah mempersiapkan bagaimana akan menjawab pertanyaan Amel."Ternyata begitu." Amel tidak meragukan apa yang Dimas katakan. Wanita itu memilih untuk memercayai Dimas tanpa syarat. Dia tidak pernah berpikir bahwa Dimas akan membohonginya."Setelah ibuku keluar dari rumah sakit, kita bisa membeli beberapa hadiah, lalu mengunjungi Pak Kristo. Dia adalah orang yang sangat sibuk setiap harinya, tapi dia bisa meluangkan waktu untuk merawat Ibu. Aku jadi merasa agak nggak enak hati." Amel tidak suka berutang pada orang lain. Jika sampai berutang budi pada
"Kak Amel, ada yang nggak beres dengan rumah yang aku sewa. Bolehkah aku menginap di rumahmu malam ini? Jangan khawatir, aku bisa tidur di sofa!" Yunita menatap Amel dengan tatapan menyedihkan, membuat Amel tidak bisa menolaknya."Baiklah. Kalau begitu kamu bisa tinggal di rumahku dulu." Amel ragu-ragu sejenak sebelum menyetujuinya. Bagaimanapun juga, Yunita adalah adik perempuan Dimas, jadi dia tidak bisa mengabaikan Yunita begitu saja.Saat Dimas mendengar persetujuan Amel, wajahnya menjadi agak muram."Kamu mau tidur di sofa?" tanya Dimas sambil menatap Yunita dengan tajam.Yunita mengangguk dengan takut-takut."Dimas, Yunita bisa dianggap sebagai tamu. Nggak baik membiarkannya tidur di sofa, bagaimana kalau kamu yang menggantikannya tidur di sofa? Lagi pula, kamu nggak dirugikan juga, 'kan?" tanya Amel ragu-ragu.Mendengar itu, Dimas menjadi makin muram. "Aku ....""Kakakku tersayang, aku tahu kamu memang yang terbaik. Kamu pasti menyetujuinya, 'kan!" Sebelum Dimas bisa menolak, Yu
Dimas menepis tangan Yunita sambil berkata, "Sarapan ini bukan aku siapkan untukmu. Ini adalah makanan favorit kakak iparmu. Kalau kamu mau makan, beli sendiri sana."Dimas langsung membawa sarapan di atas meja ke dapur. Melihat itu, Yunita merasa sangat marah hingga dia menggertakkan giginya. Namun, sejak masih kecil, Yunita belum pernah melihat kakaknya yang dingin ini begitu peduli pada seorang wanita. Sepertinya kakaknya dan kakak iparnya ini adalah cinta sejati!Di sisi lain, Dimas membuka pintu kamar tidur dengan lembut, lalu melihat bahwa Amel masih tertidur. Karena merasa istrinya sudah bekerja sangat keras dalam dua hari terakhir ini, dia pun diam-diam mematikan alarm. Dia berharap Amel bisa tidur nyenyak.Amel tidur sampai pukul sepuluh pagi. Dia duduk dari tempat tidur sambil meregangkan tubuh dengan puas. Saat secara tidak sengaja melirik jam yang ada di meja samping tempat tidur, dia melihat bahwa sekarang sudah pukul sepuluh. Amel pikir dia belum sepenuhnya terbangun, jad
"Kalau begitu aku berterima kasih dulu pada Kak Amel," kata Clara sambil tertawa ringan.Saat ini, ponsel Amel tiba-tiba berbunyi. Amel pun segera menjawab panggilan itu."Sayang, apa kamu sudah pulang kerja?" Suara Dimas terdengar dari ujung lain telepon."Sebentar lagi.""Baiklah. Kalau begitu, aku akan datang langsung ke toko makanan penutup untuk menjemputmu."Tidak lama setelah menutup telepon, mobil Dimas sudah berhenti di luar toko makanan penutup. Dia membuka pintu, lalu masuk ke toko makanan penutup. Clara yang sedang menghitung uang di meja depan langsung mengangkat kepala saat mendengar suara seseorang masuk. Ketika melihat Dimas, dia terpaku selama beberapa saat.Kemudian, dia dengan cepat kembali menundukkan kepalanya."Sayang, bukankah kita masih harus pergi ke rumah sakit malam ini untuk menjenguk Ibu? Kamu cepatlah berkemas, lalu kita pergi ke sana," kata Dimas sambil duduk di kursi.Clara dengan cepat menuangkan segelas air, lalu menyodorkannya kepada Dimas sambil berk