"Meskipun panci ini mahal, penjualnya bilang kalau panci ini tahan lama, jadi aku pun memilihnya," lanjut Dimas setelah melihat keraguan Amel.Amel tidak punya pilihan selain menyetujuinya. Setelah itu, mereka pun pulang. Hari sudah mulai larut ketika mereka sampai di rumah."Sayang, kenapa kita nggak memesan makanan pesan antar saja? Ini sudah jam sembilan. Hari ini kamu juga capek, jadi nggak perlu memasak lagi.""Nggak apa-apa, aku nggak capek. Ikan ini baru saja mati saat aku membelinya. Kalau aku simpan sampai besok, pasti sudah nggak segar lagi. Kamu lapar atau nggak?""Nggak lapar."Melihat Amel yang bersikeras untuk memasak, Dimas berinisiatif masuk ke dapur untuk membantu Amel sehingga gadis itu bisa membuat makan malam dengan lebih cepat."Sayang, aku senang sekali bisa menyantap makanan yang kamu masak sendiri!" seru Dimas seraya duduk di meja makan dengan wajah bahagia.Sebelum bertemu Amel, Dimas sepertinya tidak pernah menyangka akan menjalani kehidupan seperti ini.Mende
Lidya menggerakkan sudut mulutnya, dia mengira ada masalah."Baiklah, aku akan ke sana nanti."Amel boleh membiarkan Lidya mengambil makanan yang tersisa kemarin, karena selanjutnya pasti akan ada makanan penutup yang tersisa lagi. Untuk mengurangi sampah, Amel berencana mengadakan diskon makanan penutup di toko setiap hari setelah jam tujuh malam.Tak lama kemudian, Lidya pergi ke toko, lalu berseru, "Amel, aku datang!""Kamu datang tepat waktu. Ada yang ingin kubicarakan denganmu.""Ada apa?""Rasa dan kesegaran makanan penutup akan sangat berkurang kalau dibiarkan semalaman, tapi akan terlalu boros kalau membuang semua makanan penutup yang tersisa hari itu. Aku berencana untuk mengadakan acara diskon 20% makanan penutup setelah jam tujuh malam. Bagaimana pendapatmu tentang itu?" tanya Amel. Amel mendapat ide ini karena toko makanan penutup tempat dia bekerja dulu juga menanganinya dengan cara ini."Idemu cukup bagus. Kamu bisa mencobanya lebih dulu. Kalau nggak berhasil, kita bisa p
Dimas melirik postingan Instagram yang Yunita unggah setengah jam yang lalu dan sudah mendapat banyak suka itu. Ada banyak juga akun di kolom komentar yang menanyakan alamat toko makanan penutup Amel."Kamu cukup pandai dalam hal ini," puji Dimas yang lumayan jarang terjadi."Yunita, malam ini aku dan kakakmu akan pergi ke rumah orang tuaku untuk makan malam. Kamu harus ikut juga. Lebih banyak orang akan lebih ramai," ajak Amel.Yunita awalnya berencana untuk menyetujui, tetapi ketika melihat mata tajam Dimas, dia pun dengan cepat menemukan alasan untuk menolak, "Kak Amel, lupakan saja. Bosku baru saja mengirimkan pesan padaku yang memintaku untuk kembali bekerja. Aku harus segera kembali."Setelah berbicara dan sebelum Amel bisa menjawab, Yunita segera berdiri dan menyelinap pergi."Sayang, bagaimana penjualanmu hari ini?""Omzet hari ini juga sangat bagus. Sudah mencapai 14 juta, lebih banyak dua juta dari kemarin," jawab Amel dengan puas. Dia hampir saja kewalahan dengan pekerjaan y
Selama makan, Dimas terus mengambilkan makanan untuk Amel dengan penuh perhatian, keduanya tampak memiliki hubungan yang sangat baik."Dimas, kalian berdua sudah menikah. Saat Amel pulang, juga dianggap seperti kunjungan ke rumah orang tuanya. Kamu ini memang masih belum dewasa, bahkan saat pulang dengan Amel, kamu kembali dengan tangan kosong. Kamu bahkan enggan mengeluarkan sedikit uang pun, kelak nggak pasti apakah kamu bisa memperlakukan Amel dengan murah hati atau nggak," sindir Mirna seraya melirik Dimas."Kita semua adalah satu keluarga, kenapa kita harus bersikap seperti orang asing," sahut Lili sambil tersenyum dan menetralkan suasana.Dimas menghormati Mirna sebagai orang yang lebih tua, dia pun mengangkat bibirnya dengan sopan dan berkata, "Bibi Mirna, tentu saja kami nggak pulang dengan tangan kosong. Aku memesan beberapa sarang burung walet dan tanduk rusa untuk Ayah dan Ibu. Aku rasa barangnya akan segera sampai."Begitu Dimas selesai berbicara, bel pintu rumah berbunyi.
Dimas yang entah sejak kapan berdiri di belakang Amel, tiba-tiba berkata, "Bibi Mirna, daripada khawatir Amel ditipu olehku, lebih baik pikirkan dulu tentang pernikahan anak Bibi. Meskipun aku dan Amel menjalani pernikahan kilat, aku benar-benar tulus padanya. Aku juga berjanji nggak akan pernah mengecewakannya."Dimas memandang Amel dengan penuh kasih sayang, kata-katanya tidak hanya ditujukan kepada Mirna, tetapi juga merupakan janjinya kepada Amel."Huh, sebaiknya kamu menepati janjimu," jawab Mirna sambil mendengus frustrasi."Ibu, Ayah, Bibi Mirna, ini sudah larut, kami pulang dulu," ucap Amel yang merasa bahwa ada yang tidak beres dengan suasana di rumah. Setelah berpamitan, dia langsung pergi bersama Dimas."Amel, kenapa Bibi Mirna selalu mencari-cari kesalahanku? Apa dia sangat membenciku?" tanya Dimas dalam perjalanan pulang, nada bicaranya terdengar sangat terluka.Amel berinisiatif untuk meraih tangan Dimas, kemudian menyahut, "Nggak begitu, Bibi Mirna memang orang yang berl
"Karena pelanggannya nggak banyak, carilah lebih banyak orang. Apa kamu bisa menyelesaikan masalah ini?""Bisa," sahut Irfan. Bukankah hanya mencari pelanggan palsu? Masalah sekecil ini tidak akan menyulitkan Irfan!Keesokan harinya, karena dengan bantuan Dimas, arus pelanggan di toko makanan penutup Amel meningkat pesat. Toko jadi dipenuhi banyak orang.Amel sangat sibuk, tetapi benar-benar merasa sangat bahagia. Jika terus seperti ini, dia pasti akan menjadi wanita kaya raya!"Bu, apa kue durian krispinya masih ada? Aku mau dua puluh buah," ucap seorang pria paruh baya dengan nada arogan sambil berdiri di depan konter."Masih ada, aku akan membungkusnya untukmu sekarang.""Bu, roti cokelat ini kelihatannya enak, aku mau tiga."Tidak lama kemudian terbentuk antrean panjang di meja kasir. Mirna yang semula ingin datang untuk mendukung Amel, sedikit terkejut saat melihat antrean tersebut.Wanita itu tidak menyangka toko makanan penutup Amel akan menjadi populer seperti ini."Amel, bisni
"Bibi Mirna, mendengar apa yang Bibi katakan, menurutku juga ada sesuatu yang salah. Kalau dipikir-pikir, mereka memang tampak seperti pelanggan palsu.""Kamu memang nggak akan mengundang banyak pelanggan palsu, Dimas juga nggak mungkin melakukannya, 'kan? Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mengundang banyak pelanggan palsu dan juga membeli makanan penutupnya? Bagaimana mungkin dia punya uang sebanyak itu?" tandas Mirna dengan antusias."Bibi Mirna, apa Bibi saja yang terlalu banyak berpikir? Aku saja nggak tahu berapa banyak uang yang dimiliki Dimas. Omong-omong, aku ingat adik Dimas adalah seorang selebriti internet. Kemarin dia datang ke tokoku untuk mencoba makanan penutupku, dia juga membantu mempromosikan toko makanan penutupku di internet."Mereka berdua tidak menyadari bahwa Dimas sudah berdiri di dalam toko. Dimas mendengar apa yang mereka berdua katakan, lalu segera mengirimkan pesan kepada Yunita dengan kening berkerut."Amel, apa yang sedang kamu bicarakan dengan Bib
Mirna yang sudah ditolak, langsung bicara dengan agak blak-blakan. Dimas melirik Amel dengan sedih, menunggu wanita itu mengambil tindakan untuk membela dirinya."Bibi Mirna, Dimas sudah banyak membantuku untuk membuka toko ini. Dia juga bisa dianggap sebagai setengah dari pemegang saham toko makanan penutupku.""Amel, jadi kamu bermaksud untuk menolak Bibi?" tandas Mirna dengan ekspresi yang terlihat sangat terluka.Amel berada dalam dilema. Bibi Mirna sudah memperlakukannya dengan baik sejak lama dan sudah menganggapnya seperti putrinya sendiri. Jika sekarang Amel menolak Bibi Mirna, bukankah dia terlalu tidak berperasaan?"Bibi Mirna, bagaimana mungkin aku menolakmu? Kalau toko makanan penutupku mempekerjakan pegawai, pasti akan membutuhkan lebih banyak dana operasional. Bagaimana kalau Bibi berinvestasi sedikit di saham lebih dulu? Tunggu sampai toko makanan penutupku menjadi lebih besar, Bibi bisa berinvestasi lebih banyak lagi, bagaimana?" tawar Amel yang ragu-ragu sejenak sebelu