"Kompensasi apa?" Amel menatap Dimas dengan kesungguhan di matanya.Amel juga ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya, tapi dia tidak tahu apa yang diinginkan Dimas.Dimas menatap bibir Amel dengan lembut. Kemudian, dia menunjuk ke pipinya sendiri sambil berkata dengan suara rendah yang menggoda, "Ayo cium aku."Amel tertegun, lalu langsung tersipu. Dia membeku di tempat dan menatap jari kakinya sembari berjuang untuk memikirkan apa yang harus dia lakukan.Meski Dimas sudah memperkirakan hasil ini, dia masih merasa sedikit kecewa. Bagaimanapun juga, dia sudah melakukan semua yang dia bisa, tapi Amel sepertinya selalu memiliki simpul di hatinya yang tidak bisa Dimas buka."Lupakan saja. Aku hanya bercanda," kata Dimas sambil menyentuh kepala kecil Amel. Dia melanjutkan sambil tersenyum, "Aku hanya ...."Sebelum Dimas selesai berbicara, pipinya tiba-tiba merasakan sebuah ciuman lembut.Dimas pun terpaku, jantungnya juga seakan berhenti sejenak.Apakah wanita itu baru saja menc
Amel memikirkan kembali setiap detail yang terjadi belakangan ini. Dimas sudah melakukan semua yang pria ini bisa untuk membantunya. Tidak peduli seberapa keras Bibi Mirna membuat masalah dan memarahinya, pria itu tidak pernah memasukkannya ke dalam hati. Menghadapi kejadian hari ini, Dimas juga bertindak dengan sikap yang sangat rasional serta penuh pengertian.Jika memikirkannya dari sudut pandang lain, Amel mungkin tidak bisa melakukan semua ini.Justru karena sikap Dimas yang seperti ini, Amel merasa bersalah. Hatinya tergerak lagi dan lagi. Amel bisa melihat rasa hormat serta kasih sayang pria itu di matanya. Harus diakui bahwa hatinya sangat tersentuh karena serangan berulang kali dari pria itu."Dimas ..." panggil Amel dengan suara gemetar. Pipinya terasa panas.Wajah Amel yang menawan dan suaranya yang lembut itu, selalu berhasil menarik hati Dimas.Dimas merasa senang, tapi berpura-pura serius saat merespons, "Hm?""Aku .... Sepertinya aku sedikit menyukaimu."Amel menarik nap
Dimas dan Amel tinggal di toko untuk waktu yang lama. Hingga ahli dekorasi masuk, mereka baru berpisah dengan enggan.Karena area yang perlu direnovasi di toko hanya melibatkan ruang ibu dan bayi serta area bermain anak-anak, jadi area yang direnovasi tidak terlalu besar. Amel memberikan sedikit arahan pada ahli dekorasi tentang renovasi toko, lalu pulang bersama Dimas.Dalam perjalanan, Dimas menerima panggilan telepon.Namun, dia hanya mengatakan beberapa patah kata sebelum menutup telepon.Amel ingat bahwa hari ini Dimas seharusnya mengawasi pekerjaan di lokasi konstruksi, tapi malah datang setelah Amel meneleponnya. Mungkin Dimas perlu mengurus sesuatu di perusahaan, jadi dia pun bertanya, "Apakah ada masalah yang terjadi di perusahaan? Bagaimana kalau kamu kembali ke perusahaan dulu?"Dimas memegang tangan Amel sambil tersenyum lembut dan berkata, "Nggak apa-apa. Aku sudah membereskan masalah ini. Aku juga nggak berada di lokasi konstruksi setiap harinya. Selain itu, hari ini adal
Saat dia menoleh ke belakang, dia melihat Amel masih melihat mesin tiket.Amel berjinjit sedikit, ingin melihat film apa saja yang tersedia. Namun, ada terlalu banyak orang yang membeli tiket, membuat Amel tidak bisa masuk.Penampilan Amel yang kebingungan itu tampak sangat lucu.Sementara itu, Dimas yang memegang popcorn dan kola juga entah kenapa tampak sedikit lucu.Dia menghampiri Amel, lalu bertanya, "Film mana yang ingin kamu tonton?"Amel dengan cepat mengambil popcorn di tangan Dimas, lalu menjawab sambil tersenyum, "Aku juga nggak tahu. Ada begitu banyak orang di sini, aku belum memilih.""Genre apa yang ingin kamu lihat?""Hmm .... Film literatur atau film horor?""Film horor?" Dimas mengerutkan kening, merasa sedikit terkejut.Meski gadis kecil itu terlihat sangat pemberani, sebenarnya dia paling takut pada kegelapan. Inilah sebabnya Amel selalu tertidur sebelum Dimas, karena dengan lampu di samping tempat tidur yang menyala, dia baru bisa tidur nyenyak.Tak disangka, Amel t
Perasaan ini seperti berada dalam mimpi. Dulu, Amel juga selalu membayangkan bahwa dia akan memiliki pacar yang lembut dan perhatian, seseorang yang akan menemaninya menonton film serta menenangkannya ketika dia ketakutan.Saat ini, semuanya sudah menjadi kenyataan.Namun, dia masih merasa semua ini tidak nyata."Ada apa? Apakah kamu takut?"Saat melihat Amel terus menatapnya, Dimas bertanya dengan perhatian sambil memiringkan kepalanya."Nggak, aku nggak takut."Amel mengerutkan bibirnya, lalu menyandarkan kepala kecilnya di bahu lebar Dimas.Kepala kecil itu memberikan sedikit beban dalam hati Dimas.Wanita itu tampaknya mulai memercayai dirinya.Hal ini bukan lagi tentang menonton film, melainkan penyerahan kepercayaan.Pada akhir film, hiu putih besar itu tentu saja berhasil diusir. Adegan pemeran utama pria dan wanita saling berciuman pun ikut muncul.Di saat yang sama, di dalam bioskop yang gelap, tampak ada beberapa pasangan muda yang diam-diam juga berciuman.Hati Amel menegang
Andi mendengus dalam hatinya. Meskipun dia sangat berterima kasih pada Dimas karena sudah membantunya, dia tetap tidak bisa menerima kenyataan bahwa pria ini diam-diam sudah menikahi kakaknya.Di matanya, kakaknya bagaikan peri di langit, sementara Dimas yang ada di depannya bagaikan sapi yang dipelihara di peternakan. Ketika mereka menikah, itu sama seperti sapi menikahi peri.Andi pun memperingatkan Dimas dengan suara rendah, "Hehe, bagus kalau kamu berpikir seperti ini. Melihat wajahmu, aku nggak tahu berapa banyak wanita yang akan mengejarmu. Hari ini kamu mungkin bisa menolak mereka, tapi belum tentu kamu bisa menolak yang lain di masa depan. Nggak peduli apa pun yang terjadi, karena kamu sudah menikahi kakakku, kamu harus setia padanya. Kalau aku tahu kamu melakukan sesuatu yang menyakiti perasaannya, aku akan menghajarmu!""Jangan khawatir, aku sangat setia."Dimas mengerutkan bibirnya. Saat menatap kedua wanita yang keluar dari pintu kamar mandi bersama-sama, dia menepuk bahu a
Karena kemunculan Andi dan Lidya, rencana awal Dimas dan Amel untuk merayakan hari jadi pertama mereka bersama dengan manis, kini menjadi hancur seketika.Setelah pertemuan kebetulan itu, mereka berempat pun jalan-jalan bersama. Ketika Andi mengetahui bahwa Lidya ingin berinvestasi di toko Amel, dia merasa sangat setuju.Mereka bermain sepanjang sore, sampai akhirnya bergadang hingga larut malam. Amel merasa agak lelah setelah berbelanja seharian, jadi saat pulang naik mobil Dimas, dia tertidur di sepanjang perjalanan.Tidak disangka, ternyata topik obrolan para wanita bisa bertahan sangat lama.Sepanjang sore, Amel hanya mengobrol beberapa patah kata dengan Dimas. Sementara itu, sebagian besar waktu Amel diberikan kepada adik laki-laki dan sahabatnya. Harus diakui bahwa selama ini Dimas selalu menjadi mutiara yang bersinar dalam situasi apa pun. Namun, kali ini adalah pertama kalinya dia diabaikan secara terang-terangan oleh orang.Meski begitu, ketika Dimas melihat wajah Amel yang te
"Tadi aku mau melepas sabuk pengamanmu, tapi tanganku nggak sengaja terbentur."Dimas mengalihkan pandangannya, kemudian mengulurkan tangan kirinya di hadapan Amel sambil berkata dengan nada sedih, "Aku nggak bermaksud membangunkanmu. Aku cuma mau melepaskan sabuk pengamanmu sebelum memanggilmu, tapi tanganku malah terbentur."Amel mengusap matanya sambil merasa sedikit iba, lalu menyahut, "Kamu ini sangat ceroboh. Mana yang sakit? Aku akan mengusapnya untukmu."Setelah itu, Amel mengulurkan tangannya untuk mengusap lengan Dimas.Telapak tangan seorang pembuat makanan penutup seperti Amel tidak terasa kasar, sebaliknya malah terlihat sangat indah, ramping, lentik dan lembut seolah tanpa tulang.Ketika jari-jari Amel menyentuh punggung tangan Dimas, pria itu sontak merasa seolah ada arus listrik yang mengalir ke seluruh tubuhnya.Dimas benar-benar sangat menyukai Amel."Sayang, aku mau makan kue mousse buatanmu," ucap Dimas seraya mendekat, lalu menempel di bahu Amel seperti anak kecil.