Perasaan ini seperti berada dalam mimpi. Dulu, Amel juga selalu membayangkan bahwa dia akan memiliki pacar yang lembut dan perhatian, seseorang yang akan menemaninya menonton film serta menenangkannya ketika dia ketakutan.Saat ini, semuanya sudah menjadi kenyataan.Namun, dia masih merasa semua ini tidak nyata."Ada apa? Apakah kamu takut?"Saat melihat Amel terus menatapnya, Dimas bertanya dengan perhatian sambil memiringkan kepalanya."Nggak, aku nggak takut."Amel mengerutkan bibirnya, lalu menyandarkan kepala kecilnya di bahu lebar Dimas.Kepala kecil itu memberikan sedikit beban dalam hati Dimas.Wanita itu tampaknya mulai memercayai dirinya.Hal ini bukan lagi tentang menonton film, melainkan penyerahan kepercayaan.Pada akhir film, hiu putih besar itu tentu saja berhasil diusir. Adegan pemeran utama pria dan wanita saling berciuman pun ikut muncul.Di saat yang sama, di dalam bioskop yang gelap, tampak ada beberapa pasangan muda yang diam-diam juga berciuman.Hati Amel menegang
Andi mendengus dalam hatinya. Meskipun dia sangat berterima kasih pada Dimas karena sudah membantunya, dia tetap tidak bisa menerima kenyataan bahwa pria ini diam-diam sudah menikahi kakaknya.Di matanya, kakaknya bagaikan peri di langit, sementara Dimas yang ada di depannya bagaikan sapi yang dipelihara di peternakan. Ketika mereka menikah, itu sama seperti sapi menikahi peri.Andi pun memperingatkan Dimas dengan suara rendah, "Hehe, bagus kalau kamu berpikir seperti ini. Melihat wajahmu, aku nggak tahu berapa banyak wanita yang akan mengejarmu. Hari ini kamu mungkin bisa menolak mereka, tapi belum tentu kamu bisa menolak yang lain di masa depan. Nggak peduli apa pun yang terjadi, karena kamu sudah menikahi kakakku, kamu harus setia padanya. Kalau aku tahu kamu melakukan sesuatu yang menyakiti perasaannya, aku akan menghajarmu!""Jangan khawatir, aku sangat setia."Dimas mengerutkan bibirnya. Saat menatap kedua wanita yang keluar dari pintu kamar mandi bersama-sama, dia menepuk bahu a
Karena kemunculan Andi dan Lidya, rencana awal Dimas dan Amel untuk merayakan hari jadi pertama mereka bersama dengan manis, kini menjadi hancur seketika.Setelah pertemuan kebetulan itu, mereka berempat pun jalan-jalan bersama. Ketika Andi mengetahui bahwa Lidya ingin berinvestasi di toko Amel, dia merasa sangat setuju.Mereka bermain sepanjang sore, sampai akhirnya bergadang hingga larut malam. Amel merasa agak lelah setelah berbelanja seharian, jadi saat pulang naik mobil Dimas, dia tertidur di sepanjang perjalanan.Tidak disangka, ternyata topik obrolan para wanita bisa bertahan sangat lama.Sepanjang sore, Amel hanya mengobrol beberapa patah kata dengan Dimas. Sementara itu, sebagian besar waktu Amel diberikan kepada adik laki-laki dan sahabatnya. Harus diakui bahwa selama ini Dimas selalu menjadi mutiara yang bersinar dalam situasi apa pun. Namun, kali ini adalah pertama kalinya dia diabaikan secara terang-terangan oleh orang.Meski begitu, ketika Dimas melihat wajah Amel yang te
"Tadi aku mau melepas sabuk pengamanmu, tapi tanganku nggak sengaja terbentur."Dimas mengalihkan pandangannya, kemudian mengulurkan tangan kirinya di hadapan Amel sambil berkata dengan nada sedih, "Aku nggak bermaksud membangunkanmu. Aku cuma mau melepaskan sabuk pengamanmu sebelum memanggilmu, tapi tanganku malah terbentur."Amel mengusap matanya sambil merasa sedikit iba, lalu menyahut, "Kamu ini sangat ceroboh. Mana yang sakit? Aku akan mengusapnya untukmu."Setelah itu, Amel mengulurkan tangannya untuk mengusap lengan Dimas.Telapak tangan seorang pembuat makanan penutup seperti Amel tidak terasa kasar, sebaliknya malah terlihat sangat indah, ramping, lentik dan lembut seolah tanpa tulang.Ketika jari-jari Amel menyentuh punggung tangan Dimas, pria itu sontak merasa seolah ada arus listrik yang mengalir ke seluruh tubuhnya.Dimas benar-benar sangat menyukai Amel."Sayang, aku mau makan kue mousse buatanmu," ucap Dimas seraya mendekat, lalu menempel di bahu Amel seperti anak kecil.
"Nggak masalah, selanjutnya akan ada aku yang memberimu hadiah saat ulang tahun, hari kasih sayang, hari jadi ..." ucap Dimas dengan lembut tepat di telinga Amel.Embusan napas Dimas yang hangat menerpa telinga Amel dan membuat lehernya gatal.Amel tidak bisa menahan tawa, kemudian berkata, "Kamu sendiri yang mengatakan ini, kelak jangan sampai lupa dengan apa yang kamu katakan sendiri.""Tentu saja."Dimas memutar tubuh Amel. Dalam sorot mata Dimas yang gelap, tampak dipenuhi dengan kelembutan yang bisa menenggelamkan orang lain.Saat tatapan mereka saling bertemu, keduanya sama-sama tercengang.Suhu di ruang tamu itu tampak meningkat secara tidak terduga.Amel hanya merasakan pipinya terasa sedikit panas, seluruh tubuhnya juga gemetar tanpa sadar.Amel melihat wajah Dimas semakin mendekat padanya.Karena begitu dekat, Amel bahkan bisa merasakan embusan napas Dimas."Deg, deg, deg ...."Detak jantung Amel berdetak semakin kencang, seolah hendak melompat keluar dari dadanya.Bibir mere
Irfan menjawab seraya menyeka keringatnya, "Begini ... dalam sepuluh tahun terakhir, ada sembilan proyek konstruksi yang belum selesai, juga lima belas perusahaan bahan bangunan dan perusahaan konstruksi yang telah digugat di pengadilan."Dimas mengerutkan keningnya, kemudian menyahut, "Kirimkan rekening kompensasi ke alamat surelku. Selain itu, transfer gaji lokasi konstruksi dari akunku terlebih dahulu. Kamu harus memastikan bahwa gaji pekerja telah dibayarkan. Apa kamu sudah menghubungi perusahaan bahan bangunan? Karena situasi proyek saat ini, kalau perlu, ganti semua bahan bangunan dengan material yang berkualitas dan coba ganti bagian yang belum diperkuat."Mengganti bagian yang belum diperkuat?Irfan sangat bingung. Meskipun proyek perumahan "Kota Masa Depan" yang saat ini sedang dibangun memiliki keunggulan geografis, bahan bangunannya berkualitas buruk dan proyek tersebut menjadi tertunda. Hal ini sangat mungkin menimbulkan kegagalan pembangunan.Menurut kepribadian Dimas sebe
"Ya, aku mau makan ...."Kamu.Dimas tidak mengucapkan kata terakhirnya. Pria itu langsung mengambil makanan penutupnya, lalu menarik tangan Amel kembali ke ruang tamu.Begitu duduk, Dimas melihat kue mousse yang ada di hadapannya.Ukuran kue stroberi mousse ini tidak terlalu besar, hanya setengah ukuran telapak tangan, tetapi dibuat dengan sangat indah dan penampilannya tidak jauh berbeda dengan stroberi aslinya.Dimas tidak terlalu menyukai makanan penutup, tetapi apa pun yang dibuat istrinya, menurut Dimas adalah makanan terlezat di dunia.Dimas mengambil sendok, kemudian menyendok kuenya dengan lembut dan memasukkannya ke dalam mulut. Begitu dimakan, langsung lumer di mulut, teksturnya padat, rasanya agak manis dan asam.Tidak manis atau membuat enek, pas sekali.Amel memegang dagunya sembari bertanya dengan penuh harap, "Bagaimana? Enak?""Enak."Dimas menjawab dengan nada serius, "Penampilannya sangat mirip dengan stroberi aslinya. Saat dimakan, selain kuenya yang seperti kue mou
"Omong-omong, apa kamu nggak mau memberitahuku cara membuat kue mousse stroberi ini?" tanya Dimas yang menggigit kuenya lagi dan tidak tahan untuk bertanya pada Amel.Amel secara alami memiliki banyak wawasan tentang cara membuat makanan penutup, tetapi Dimas juga tertarik dengan cara membuat makanan penutup, hal ini membuat Amel sedikit terkejut.Amel pun bertanya dengan heran, "Apakah kamu ingin belajar?""Nggak juga."Dimas menggelengkan kepalanya sambil melanjutkan makan, lalu menambahkan, "Bukankah kamu juga bilang kalau suatu hari nanti toko menjadi lebih besar atau kalau aku nggak bahagia di tempat kerjaku, aku bisa datang ke toko untuk membantumu?""Itu benar.""Aku cuma ingin punya pengetahuan di bidang ini, barangkali suatu hari nanti aku dalam keadaan mendesak. Aku nggak bisa terus mengabaikan pengetahuan makanan penutup ini, 'kan?"Amel terkekeh, merasa apa yang dikatakan Dimas cukup masuk akal. Meskipun 'keadaan mendesak' ini memang masih terlalu dini, pria itu tetap ingin