Anna segera meninggalkan restoran hotel dengan tergesa-gesa kemudian langsung menyetop taksi, Anna duduk di kursi penumpang dengan tangan memegang erat tasnya, setelah Dini dibawa oleh Max hati Anna mulai tak tenang ada rasa bersalah di hatinya namun mengingat masa lalu suaminya ia kembali menguatkan dirinya bahwa yang ia lakukan tidak sebanding dengan apa yang dilakukan oleh suami dan selingkuhannya.
Ponsel Anna berbunyi, ia pun segera mengambil ponsel yang berada di dalam tasnya dan membukanya ada sebuah pesan masuk. Mata Anna membulat, pesan tersebut merupakan pesan dari m-banking dengan jumlah yang sangat fantastis.Dengan tangan gemetaran Anna menghitung jumlah nolnya, " satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan…nolnya ada sembilan itu berarti jumlah uang ini 1 milyar. Sepertinya Dini berhasil memuaskan tuan tersebut, padahal perjanjian hanya dapat 100 juta mungkin aku dapat bonus" gumam Anna dengan tersenyum senang.Taksi tersebut berhenti dirumah sederhana Anna, ia membayar ongkos taksi dan langsung masuk ke dalam rumah. Anna menghempaskan tubuhnya di sofa, ia memikirkan uang segitu banyak mau diapakan."Aku harus segera meninggalkan kota ini dan meninggalkan kenangan buruk di rumah ini. Dengan uang tersebut aku bisa membuka usaha dan membeli rumah serta bisa jauh dari anak tersebut" Anna bangkit dari sofa menuju kamarnya dan ia mulai mengambil koper besar dan memasukan semua bajunya setelah selesai ia bergegas ke kamar Dewi mengambil koper Dewi dan memasukan baju-baju Dewi.Sangking semangatnya Anna berkemas-kemas sampai Anna tidak dengar deru motor matic Dewi, Dewi yang hari ini tidak banyak pekerjaan memilih pulang cepat. Suasana rumah yang memang sudah terbiasa sepi membuat Dewi langsung menuju kamarnya."Ibu…!" Ucap Dewi kaget saat ia membuka pintu dan melihat ibunya berada di kamar, "apa yang sedang ibu lakukan dengan baju-baju aku?"Anna berhenti memasukan baju Dewi ke koper saat terdengar suara Dewi yang berada di depan pintu. Anna menoleh dengan senyum hangatnya, "kamu sudah pulang, nak."Dewi berjalan masuk ke kamarnya dan mengambil baju yang ada di tangan ibunya dan saat ia melihat ke lemarinya sudah kosong. Dewi menatap ibunya dengan tanda tanya yang besar mengapa ibunya memasukan semua bajunya ke koper."Apa yang Ibu lakukan sama baju aku?" Tanya Dewi kembali."Kita harus segera meninggalkan rumah ini, karena kamu sedang bekerja jadi Ibu membantu membereskan barang-barang kamu." Anna kembali memasukan barang Dewi tanpa mempedulikan raut wajah Dewi yang kebingungan."Mengapa kita harus pergi,bu? Lantas mana Dini?"Wajah Anna memucat saat Dewi menanyakan Dini, ia tidak mungkin berkata jujur ke Dewi bahwa Dini sekarang berada di hotel.Dewi hendak keluar kamarnya ingin menuju ke kamar Dini, mungkin Dini sedang berkemas-kemas juga pikirnya."Anak itu tidak ada dirumah, mungkin sekarang dia sudah di tempat seharusnya ia berada seperti ibunya yang murahan itu." Hardik Anna membuat langkah Dewi terhenti dan menatap Ibunya dengan tatapan terkejut."Ibu, apa yang Ibu katakan? Kemana Dini Ibu bawa? Dini itu keluarga kita Bu dan Dini itu adik aku. Kenapa Ibu harus bersikap kejam sama Dini? padahal selama ini Dini selalu bersikap baik sama Ibu dan juga Dini tidak pernah menuntut apa-apa dari Ibu. Sampai-sampai ia sekolah sambil bekerja Bu karena Ibu tidak pernah memberi Dini kebutuhan sekolah" ucap Dewi dengan berlinang air mata, hati Dewi sangat sakit kalau Ibunya selalu mengatakan hal buruk untuk Dini.Anna tercengang dengan ucapan yang dilontarkan Dewi, ia tidak sangka kalau Dewi sebegitunya membela Dini. "Dewi, apa kamu lupa kehidupan kita dulu bagaimana? Sebelum anak itu hadir hidup kita bahagia dan kita tidak kekurangan apapun, kamu bisa hidup enak tanpa harus berbagi. Namun sekarang apa yang kita miliki, kita hanya mempunyai rumah ini dan Ibu harus bekerja membanting tulang untuk melunasi hutang-hutang Ayah kamu dan selingkuhannya. KENAPA MEREKA BERDUA HARUS MATI DAN TIDAK MEMBAWA ANAKNYA JUGA, KENAPA MESTI IBU YANG HARUS MERAWATNYA KENAPA?!" teriak Anna dengan frustasi.Anna menghapus air matanya dengan kasar dan keluar dari kamar Dewi. Anna benar-benar marah sama Dewi karena selama ini Dewi terlalu menyayangi Dini daripada Anna ibu kandungnya.Dewi menangis sesenggukan setelah Ibunya keluar dari kamar, ia tahu Ibunya sangat kecewa dan sakit hati atas kelakuan semasa hidup Ayahnya namun bagi Dewi membalas dendam kepada Dini itu tidak benar karena Dini tidak tahu apa-apa.Prang….Dewi terlonjak kaget mendengar suara pecahan kaca dan ia pun bergegas berlari ke arah dapur mencari Ibunya."IBUUU….." teriak Dewi dan segera berlari menghampiri Ibunya yang tergeletak di lantai dengan pergelangan tangan mengalir darah segar terkena pecahan kaca yang sengaja Anna lakukan."Ibu…jangan tinggalin Dewi, mengapa Ibu melakukan hal ini lagi? Bukankah ibu berjanji tidak menyakiti diri Ibu sendiri lagi" ucap Dewi dengan isakan tangis sambil memeluk Ibunya. Dulu, sewaktu Ayahnya ketahuan selingkuh Anna pernah mencoba bunuh diri dengan menyayat pergelangan tangannya dan Anna sempat kritis karena lukanya yang terlalu dalam kejadian itu membuat Dewi takut Ibunya melakukan hal yang sama.Dengan tubuh melemah Anna berucap, "Berjanjilah sama Ibu kalau kamu harus menuruti perkataan Ibu?""Ya,bu. Dewi akan menuruti perkataan Ibu tapi Ibu harus janji jangan melakukan hal hal begini lagi, Dewi takut bu. Dewi tidak mau kejadian dulu terulang lagi."Anna pun mengangguk sambil tersenyum lembut. "Maafkan Ibu,Dewi. Kalau Ibu tidak melakukan cara ini pasti kamu tidak mau menurut apa kata Ibu dan kamu pasti tetap membela si anak si4lan itu" gumam Anna.Dewi menduduki Anna di kursi meja makan, ia bergegas mengambil kotak p3k dan segera mengobati luka Anna yang tidak begitu dalam namun kalau dibiarkan bisa berbahaya."Habis ini kita kerumah sakit aja ya Bu. Dewi takut ada sisa kaca diluka Ibu" aja Dewi dengan raut khawatir."Tidak usah, luka ini tidak seberapa dengan luka hati Ibu. Ini luka akan sembuh dengan sendirinya tapi luka hati Ibu ini akan sembuh jika kita menjauh dari sini." "Maafkan Dewi, Bu" tangis Dewi pecah di pelukan Ibunya.Setelah luka Anna diobati mereka pun kembali ke kamar masing-masing untuk mengemas barang yang sempat tertunda. Anna bernafas lega karena Dewi mau di ajak pergi menjauh dari kota ini.Di kamar, Dewi masih menangis bukan karena Ibunya tapi ia mengkhawatirkan adiknya Dini. Karena berkali-kali Dewi menghubungi Dini namun ponselnya tidak aktif. Dewi tidak mau menambah luka di hati Ibunya karena Dewi tahu bagaimana terlukanya Ibunya saat Dini kecil hadir. Namun Dewi tidak habis pikir mengapa Ibunya sangat membenci Dini kecil yang tidak tahu apa-apa masalah orang dewasa. Dan mengapa Ibunya memilih merawat Dini kalau hanya untuk menyiksa Dini? Semua itu menjadi tanda tanya Dewi.****Kenzi tampak gusar melihat Dini yang masih betah memejamkan matanya, "aku bukan laki-laki bejat yang menggauli wanita yang sedang pingsan"Kenzi pun beranjak dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi untuk menenangkan gairahnya yang sempat naik ke ubun ubun.Dering ponsel bergema di kamar hotel, Kenzi yang baru keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggangnya segera mengambil ponsel yang terletak di samping tempat tidur. Kenzi sempat melirik Dini yang seperti orang sedang tidur bukannya pingsan."Ada apa,Max.""Maaf,tuan. Ada sesuatu yang harus saya laporkan?" Ucap Max ragu ragu."Masuklah, pintunya kan tidak di kunci" Kenzi pun mengakhiri panggilannya setelah mendengar pintu kamar terbuka.Max tercengang melihat pemandangan Tuannya yang bertelanjang dada dan masih menggunakan handuk. Max pun bernafas lega sepertinya pekerjaan ia kali ini berhasil dengan melihat penampilan Tuannya saat ini."Max, apa yang mau kamu sampaikan.Kenapa kamu malah menatap aneh begitu? Apa kamu sudah bosan hidup? Hah!" Ucap Kenzi emosi."Ah…Maaf Tuan saya hampir lupa karena melihat suasana hati Tuan sepertinya sedang bagus" ucap Max dengan cengengesan."Kamu benar suasana hati saya sedikit lebih baik tapi ada buruknya juga, anak paud yang kamu bawa pingsan di kamar" kata Kenzi dengan tenang."APA TUAN!" teriak Max spontan.Kenzi yang hendak duduk kembali berdiri mendengar teriakan Max, "hai, Max mengapa kamu teriak-teriak" kesal Kenzi sambil memegang telinganya."Maaf, tuan saya spontan. Kenapa Nona itu bisa pingsan Tuan?" Tanya Max dengan suara pelan."Itu bukan urusanmu, Max." Cela Kenzi dan membuat Max kecewa karena Tuannya tidak memberitahu penyebab Nona tersebut pingsan, atau jangan-jangan Tuannya bermain dengan ganas makanya pingsan. Max bergidik ngeri membayangkan gadis mungin tersebut."MAX….cukup melamunnya dan katakan urusan penting yang ingin kamu sampaikan tadi."Max pun menepuk dahinya, "gara-gara Tuan cerita Nona itu pingsan aku jadi lupa memberi kabar yang tak kalah buruknya" Max hanya bisa bergumam di dalam hati."Ahh…Iya, tuan. Tadi Pak Bram menelepon kalau saat ini Tuan Darma sekarang berada di rumah sakit dan Anda…." Belum sempat Max melanjutkan omongannya Kenzi langsung menghilang dari hadapan Max dan tiba-tiba sudah berpakaian dan berdiri di depan pintu hendak keluar."Sepertinya Tuan Kenzi memiliki ilmu seribu bayangan" batin Max dan segera menyusul Kenzi keluar.Darmantara sosok yang sangat Kenzi kagumi dan dihormati setelah Papa Samuel Argantara, Kenzi yang merupakan cucu satu-satunya membuat ia dimanja dan di sayang oleh Darmantara namun bukan berarti Kenzi tidak pernah dimarahi, kelakuan Kenzi kecil yang nakal membuat Kenzi selalu dimarahi bahkan dihukum oleh kakeknya. Kenzi sangat menyayangi Kakek Darma karena selama ini Kakek Darma yang merawat dan mengurus Kenzi berhubung dulunya orang tua Kenzi harus tinggal di luar negeri untuk mengurus bisnis keluarga Dirgantara. Namun karena sekarang Kakeknya sering sakit sakitan Mama dan Papa sudah menetap kembali di Jakarta.Hati Kenzi berdebar kencang saat Max mengatakan kalau Kakek Darma dirawat dirumah sakit tanpa mendengar kelanjutan omongan Max, Kenzi beranjak dari sofa langsung berlari ke kamarnya. Di dalam kamar Kenzi menatap sekilas Dini, wajah teguh Dini sedikit mengurangi rasa cemasnya terhadap kakeknya yang sakit. Ada desiran aneh yang dirasakan Kenzi, ia pun memalingkan wajahnya dari D
"A-aku bukan anak kandung Ibu? Lantas siapa Ibuku dan dimana Ibuku?" Dini berucap sendiri di ruangan rumah yang sepi dengan berderai airmata. Dini seakan melupakan kejadian yang terjadi di kamar hotel, ia masih membaca surat tersebut berulang-ulang. Dini berharap ia salah baca namun tulisan itu tetap sama.Aaaaaakkkkkkk…..Dini berteriak kencang sambil memukul-mukul dadanya yang terasa sesak, ternyata perlakuan tidak baik Ibunya selama ini karena Dini bukan anak kandungnya. Air mata Dini seakan tidak habis mengalir, Dini sekarang hidup sendiri ia tidak tahu kemana ia harus mencari ibu kandungnya dan ia juga ingin mencari tahu kenapa ia sampai diasuh oleh Ibunya yang sekarang.Lelah menangis Dini berjalan gontai menuju kamarnya dan ia pun menghempaskan badannya di kasur kecil miliknya. Mata Dini tidak sanggup terbuka karena banyak menangis kemudian ia pun terlelap tanpa membersihkan dirinya.****"Kakek," lirih Kenzi prihatin melihat tubuh lemah kakeknya yang terpasang selang oksigen di
Kenzi menatap nyalang Max sepertinya seseorang yang ditelepon Max tidak mengangkat teleponnya.“Maaf, tuan. Ibu Anna tidak menjawab teleponnya” sesal Max sambil menunduk takut.Kenzi menarik nafas frustasi, “kamu cari tahu tentang wanita itu secara detail dan aku mau nanti malam kamu sudah membawa wanita itu kemari? Oh…tidak jangan ke hotel ini tapi ke apartemenku” Kenzi bangkit dari sofa setelah memberi perintah ke Max.“Baik, tuan” Max pun mengangguk pasrah, walau ia tidak yakin bisa menemukan wanita tersebut malam ini karena nomor ponsel wanita tersebut sudah tidak aktif sepertinya Max telah ditipu oleh ibu dan wanita tersebut.Malam pun tiba, Max tampak gusar menunggu kabar dari anak buahnya yang ia suruh untuk mencari tahu keberadaan Anna, tak lama muncul seorang laki-laki dengan wajah sangar menghadap ke Max dengan menunduk hormat.“Maaf, tuan. Kami kehilangan jejak wanita tersebut. Menurut info yang kami dapat, wanita tersebut sudah meninggalkan rumahnya sejak tadi pagi saat ia
Di sebuah bangunan terdengar suara musik yang keras dan kelap kelip lampu membuat suasana menjadi remang remang sehingga banyak pengunjung yang seakan betah dengan suasana yang riuh dan memekakan telinga, terlihat dari orang-orang yang duduk hanya sekedar minum-minuman dan apalagi kalau bukan untuk memuaskan hasratnya. Karena banyak wanita sexy yang seakan memamerkan tubuhnya untuk dinikmatinya. Namun tidak untuk seorang gadis cantik dan mungil yang sekarang berada di ruang ganti, ia segera memakai seragam pelayannya dengan cepat dan memoles wajahnya sedikit terlihat dewasa agar orang tidak mengenalnya bahwa ia seorang mahasiswa. Dia adalah Dini yang bekerja sebagai pelayan untuk mengantar minuman ke pelanggan, ia harus menerima pekerjaan ini karena gaji yang diberikan sangat cukup untuk membiayai kuliahnya. Namun ia harus pandai merahasiakan dirinya yang bekerja di Club ini bahkan Ibu dan kakaknya pun tidak mengetahuinya.Setelah penampilannya sudah terlihat baik, Dini segera mening
Dini berusaha untuk membersihkan sepatu tersebut namun si pemilik sepatu malah menjauhkan kakinya, Dini pun sedikit merasa kesal karena orang tersebut membuat dirinya kena masalah kalau sampai ada yang melihat dia telah menumpahkan minuman.“Sini, Tuan biar saya bersihkan sepatunya. Kalau Tuan menghindar saya tidak bisa membersihkan sepatunya” ucap Dini kembali.“Cukup! Jangan kamu sentuh kaki saya lagi. Sudah biarkan saja kaki saya basah.” kata laki-laki tersebut dengan perasaan yang kacau. Ia juga penasaran dengan wajah si pelayan yang dari tadi tertunduk.Dini menghela nafas dengan berat dan ia pun bangkit dari jongkok lalu berdiri karena percuma ia tidak bisa membersihkan sepatu pria tersebut.“Sekali lagi saya minta maaf Tuan dan tolong jangan laporkan saya” Dini memohon dengan kepala masih menunduk.Pria tersebut semakin penasaran melihat wajah pelayan itu dan saat Dini berdiri, pria tersebut bisa mengenal dari bentuk tubuh Dini yang mungil serta wangi parfum yang dikenakan Dini
Akhirnya Dini bisa keluar dari klub tersebut, dengan nafas yang terengah-engah Dini beristirahat sejenak di balik deretan mobil yang terparkir. Ia pun merapikan rambutnya yang berantakan.“Sial benar nasibku hari ini, kenapa ketemu sama si om pusaka dan si nenek sihir Moly? Untung saja aku bisa menghindar dari mereka berdua.” Dini mengomel sendiri sambil merapikan rambutnya yang berantakan di jambak sama Moly di salah satu kaca mobil tempat ia bersembunyi.Dini tidak tahu di balik kaca hitam mobil tersebut ada seseorang di dalamnya sedang memperhatikan Dini.“Sepertinya wanita ini pernah aku lihat tapi dimana ya…” laki-laki tersebut tampak berpikir sambil memperhatikan Dini menyisir rambut dengan jari tangannya kemudian menghapus make up yang membuat wajahnya sedikit berubah lebih dewasa.Senyum pun terbit di bibir laki-laki tersebut, ia langsung menghubungi Tuannya melalui pesan singkat untuk memberi tahu kalau wanita yang selama ini mereka cari ada di depan mata.Kenzi keluar dari
Setelah berpikir beberapa saat Dini memilih mengikuti si Om pusaka daripada ia ketangkap sama Mami. Dengan canggung Dini masuk kedalam mobil dan duduk bersebelahan dengan Om pusaka. Ia hanya melirik sekilas pria tampan tersebut, Dini tidak tahu kalau jantung pria yang duduk di sebelahnya berdetak semakin cepat. Kenzi berusaha mengalihkan perasaannya dengan membuka tablet nya untuk memeriksa pekerjaannya.Dari kaca spion mobil ingin rasanya Max tertawa keras melihat muka Tuannya yang nervous duduk bersebelahan dengan wanita yang bernama dini. Ternyata pesona Dini membuat Tuannya klepek-klepek. "Max, apa mobil ini tidak bisa berjalan apa kamu yang sudah tidak mau bekerja lagi. " Kenzi menyadari kalau Max sedang menertawakan nya menjadi kesal. "Tidak Tuan. Ini kita segera berangkat." kata Max sambil menghidupkan mesin mobilnya. Tak lama mobil yang dikendarai Max pun melaju. Dini pura-pura tidak mendengar perdebatan mereka berdua, pandangan melihat keluar jendela mobil. Suasana dalam mo
“Hik ... Hik ... Hik ...!"Cegukan Dini bukannya berhenti tetapi semakin menjadi - jadi. Kevin pun bingung dibuatnya, "Aaapa .. apa yang harus kulakukan?" Tanyanya kepada Dini dengan panik. Namun, hanya gelengan Dini yang ia dapatkan. Kondisi seperti itu mana mungkin Dini bisa menjawabnya "Om Pusaka ini bagaimana sih, mana bisa aku menjawab pertanyaannya." gerutu Dini dalam hatinya.Kenzi mondar - mandir menjambak rambutnya frustasi dengan masih mengenakan baju handuknya dan satu lagi pusakanya pun masih tegak berdiri yang memberikan pemandangan luar biasa terhadap Dini. "Hik ... Hik ... Hik ... !!!""Hik ... Hik ... Hik ... !!!""Hik ... Hik ... Hik ... !!!"Cegukan Dini semakin intens dan mata Dini melotot sempurna melihat pemandangan yang tak seharusnya ia lihat itu.Kenzi semakin pusing dibuatnya, dia ingin menyentuh Dini untuk membantu mengusap punggungnya namun Kenzi ragu akan melakukannya."Bolehkah aku membantu mengusap punggungmu?" Tanya Kenzi dengan canggung."Hik ... Hik .