Darmantara sosok yang sangat Kenzi kagumi dan dihormati setelah Papa Samuel Argantara, Kenzi yang merupakan cucu satu-satunya membuat ia dimanja dan di sayang oleh Darmantara namun bukan berarti Kenzi tidak pernah dimarahi, kelakuan Kenzi kecil yang nakal membuat Kenzi selalu dimarahi bahkan dihukum oleh kakeknya. Kenzi sangat menyayangi Kakek Darma karena selama ini Kakek Darma yang merawat dan mengurus Kenzi berhubung dulunya orang tua Kenzi harus tinggal di luar negeri untuk mengurus bisnis keluarga Dirgantara. Namun karena sekarang Kakeknya sering sakit sakitan Mama dan Papa sudah menetap kembali di Jakarta.
Hati Kenzi berdebar kencang saat Max mengatakan kalau Kakek Darma dirawat dirumah sakit tanpa mendengar kelanjutan omongan Max, Kenzi beranjak dari sofa langsung berlari ke kamarnya. Di dalam kamar Kenzi menatap sekilas Dini, wajah teguh Dini sedikit mengurangi rasa cemasnya terhadap kakeknya yang sakit. Ada desiran aneh yang dirasakan Kenzi, ia pun memalingkan wajahnya dari Dini dan segera memakai pakaian casualnya.Max tercengang melihat tuannya tiba tiba sudah berada di depan pintu hendak keluar, "sepertinya Tuan Kenzi memiliki ilmu seribu bayangan" Max langsung menyusul tuannya.Mobil yang dikendarai Max sampai di rumah sakit, Kenzi turun dari mobil dan langsung menuju ke kamar pasien. Max yang melihat tingkah tuannya hanya menggeleng gelengkan kepala."Si Tuan sok tahu banget, main asal nyelonong aja macem tahu aja Tuan Besar di kamar mana" gumam Max dan menyusul Tuannya yang sudah berjalan jauh ke depan.Kenzi mulai tersadar kalau ia tidak tahu di kamar mana kakeknya dirawat menghentikan langkahnya dan menunggu Max sampai di tempatnya."Kok berhenti, tuan!" Tanya Max"Kakek di rawat dimana?" Tanya Kenzi tanpa menjawab pertanyaan Max.Max hanya mengulum senyum, "saya pikir Tuan tahu dimana kamar rawatnya""Max! Kamu sudah bosan hidup ya?" Geram Kenzi dengan sorot mata tajam.Max bergidik ngeri melihat tatapan tajam Tuanya, "Tu-tuan besar di rawat di lantai 2 kamar VIP Melati nomor 1" Kenzi mendengus kesal pada Max berlalu menuju pintu lift yang terbuka dan segera menekan tombol lantai 2 tanpa menunggu Max.Sesampainya di lantai 2, Kenzi berjalan cepat menuju kamar rawat kakeknya dan Kenzi melihat Mama dan Papanya baru saja keluar dari kamar."Ma, Pa. Bagaimana keadaan Kakek?" Tanya Kenzi pada Mama Papanya.Dengan wajah sendu Mama dan Papa menatap Kenzi, "untuk saat ini kakek kamu baik baik saja tapi….""Tapi…apa Pa?" tanya Kenzi yang penasaran."Kalau Kakek kolaps lagi kakek harus segera di operasi untuk di pasang ring di jantungnya" kata Samuel dengan sedih, Mama yang berada di samping Papa hanya terdiam dengan air mata berlinang.Kenzi mengusap wajahnya dengan kasar, kakeknya yang sudah tua akan sangat berbahaya kalau di operasi jantung."Kenzi mau lihat kakek dulu ya Pa Ma." Kenzi menghampiri Mamanya dan memeluknya, "sudah, mama jangan nangis lagi. Kakek akan baik-baik saja" ucap Kenzi dengan lembut, Kenzi melepaskan pelukan Mamanya dan segera masuk ke dalam kamar.****Tubuh Dini mulai bergerak secara perlahan lahan dan ia pun menggeliat, tangannya ia rentangkan ke atas untuk melenturkan otot badannya. Entah berapa jam Dini tertidur, awalnya Dini pura-pura pingsan agar ia tidak melakukan hal aneh yang disuruh oleh om mesum tersebut berhubung tempat tidurnya empuk dan wangi Dini pun menjadi terlelap.Dini memeriksa tubuhnya yang masih mengenakan pakaian dengan lengkap. Suasana yang sepi membuat Dini membayangkan kejadian tadi yang mana ia dipaksa memegang pusaka om tersebut, "wajahnya ganteng banget si, belum ku sentuh aja besarnya minta ampun apalagi kalau di sentuh atau apalagi sempat masuk kesini" Dini merapatkan pahanya membayangi pusaka om tersebut.Dini turun dari tempat tidur dari pada memikirkan pusaka si om lebih baik ia memikirkan keluar dari kamar ini. Sepertinya tidak ada orang di kamar ini terlihat dari keheningan yang Dini rasakan.Dini menuju pintu namun sayang pintunya tertutup otomatis, Dini tidak kehilangan akal ia segera menelpon petugas hotel melalui intercom yang berada di kamar."Hallo, dengan petugas layanan hotel. Apa ada yang bisa saya bantu?" ucap sang resepsionis hotel."Maaf, Mbak saya ingin memesan makanan" kata Dini was-was."Baik, Nona. Mohon ditunggu sebentar"Panggilan pun berakhir, Dini bernafas lega karena petugas layanan hotel tersebut tidak bertanya macam macam.Bunyi bel pun terdengar Dini segera berdiri di depan pintu, "Saya lupa meletakan kuncinya bisakah anda membukakannya" teriak Dini dari dalam."Baik, nona. Saya akan meminta kunci cadangan di bawah" pelayan tersebut melangkah meninggalkan kamar.Hahh…tubuh Dini merosot ke lantai setelah tadinya ia berada di depan pintu. Jantungnya berdetak cepat, ia berharap segera keluar dari kamar ini sebelum si Om Pusaka kembali.Tak lama terdengar bunyi kunci pintu terbuka sepertinya pelayan tersebut telah kembali, Dini pun memundurkan diri dan membiarkan pelayan tersebut masuk dan mendorong makanan yang Dini pesan. Dini menelan air liurnya saat menatap makanan tersebut tapi Dini tidak boleh tergiur."Maaf, nona menunggu lama. Ini kunci cadangan dan selamat menikmati makanannya. Saya permisi dulu" pelayan tersebut memberikan kunci cadangannya dan Dini segera mengambilnya."Te-terima kasih" ucap Dini gugup. Setelah pelayan tersebut keluar, Dini langsung menuju kamar dan mengambil tas selempangnya kemudian keluar dari kamar laknat tersebut. Dengan melirik kekanan kiri lorong hotel, Dini menarik nafas untuk menenangkan dirinya agar bersikap tenang dan santai agar orang tidak mencurigai dirinya yang kabur dari kamar hotel.Dini menuju lift dan menekan tombol lantai 1, namun sebelum pintu lift tertutup ada seorang wanita ikut masuk. Wanita tersebut pun berdiri di samping Dini sambil melirik penampilan Dini. Dini yang diperhatikan menjadi salah tingkah, apakah penampilannya seperti wanita mur4han? namun jika dibandingkan dengan pakaian wanita itu pakaian Dini jauh lebih sopan tidak seperti wanita itu yang sangat seksi seperti kekurangan bahan. Dini pun bersikap biasa saja walau agak risih, untung pintu lift sudah terbuka dan Dini bergegas keluar dari lift tanpa memperdulikan wanita tersebut."Sepertinya sekitaran sini tidak ada angkot, lebih baik aku berjalan menjauh dari hotel ini." Gumam Dini sambil merapikan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan, ia tidak mau orang memperhatikannya dengan aneh.Sekitar 1 jam berjalan barulah Dini mendapatkan angkot, awalnya Dini sudah mulai menyerah untuk berjalan lagi namun tiba-tiba keberuntungan memihak padanya angkot jurusan menuju ke rumahnya terlihat, Dini pun melambaikan tangan untuk menghentikan angkot tersebut. Begitu masuk ke dalam angkot Dini memijat mijat betisnya yang pegal dan melihat kakinya yang lecet, baginya itu tidak masalah yang penting ia telah pergi jauh dari hotel tersebut.Akhirnya Dini sampai dirumah, namun Dini merasa ada sesuatu yang aneh. Ia pun mengambil kunci cadangan di dalam tasnya, ya Dini memiliki kunci cadangan rumah yang diberikan oleh Dewi karena Dini yang kadang bekerja sampai larut malam sehingga Dini bisa langsung masuk rumah tanpa membangunkan ibu dan kakaknya.Pintu pun terbuka dan terlihat sepi, Dini meletakan tasnya di sofa dan menuju dapur namun tetap kelihatan sepi tidak adanya lauk pauk yang biasa tersaji di meja membuat perasaan Dini semakin tidak enak dan ia segera berlari ke kamar kakaknya dan melupakan niatnya ke dapur untuk minum."Kak…kakak…apakah kakak di dalam?" Teriak Dini sambil menggedor-gedor pintu kamar Dewi tapi tidak ada jawaban dari dalam kamar. Dengan jantung berdebar Dini membuka pintu kamar Dewi secara perlahan, ia pun berjalan masuk ke dalam dan kamar tersebut kosong. Pandangan Dini tertuju di atas lemari yang biasanya tersimpan koper besar dan Dini pun mendekat ke lemari, air mata Dini mengalir saat melihat lemari pakaian Dewi telah kosong."Kakak….kenapa tega ninggalin Dini? Ibu apa salah Dini kenapa Ibu membohongi Dini dan meninggalkan Dini sendirian?" Ucap Dini sambil menangis histeris dan tubuhnya merosot di lantai kamar Dewi."Sepertinya Ibu memang sudah sengaja merencanakan ini semua, ibu sengaja membawa ku bertemu laki-laki yang ibu bilang temannya. Lantas apa keuntungan Ibu dengan membawaku, apa Ibu menjual ku lantas mendapat uang terus pergi meninggalkanku dan Kak Dewi apakah ia juga merencanakan ini semua?" Dini mulai membuat pertanyaan dengan menjawab sendiri jawabannya, Dengan tubuh lemah Dini berjalan meninggalkan kamar Dewi, Dini masih bertanya-tanya kenapa Ibunya tega meninggalkannya bahkan menjualnya.Dini pun duduk di sofa dengan tatapan kosong, pandangan Dini tertuju sebuah kerja dibawah remote tv. Dini segera mengambilnya dan membawanya Jangan pernah mencari keberadaan kami, kamu sudah cukup dewasa untuk hidup mandiri dan jangan mengganggu kebahagian kami lagi karena kamu bukan anak kandung saya. Mata Dini melotot tidak percaya membaca surat yang ditinggalkan ibunya."A-aku bukan anak kandung Ibu? Lantas siapa Ibuku dan dimana Ibuku?" Dini berucap sendiri di ruangan rumah yang sepi dengan berderai airmata. Dini seakan melupakan kejadian yang terjadi di kamar hotel, ia masih membaca surat tersebut berulang-ulang. Dini berharap ia salah baca namun tulisan itu tetap sama.Aaaaaakkkkkkk…..Dini berteriak kencang sambil memukul-mukul dadanya yang terasa sesak, ternyata perlakuan tidak baik Ibunya selama ini karena Dini bukan anak kandungnya. Air mata Dini seakan tidak habis mengalir, Dini sekarang hidup sendiri ia tidak tahu kemana ia harus mencari ibu kandungnya dan ia juga ingin mencari tahu kenapa ia sampai diasuh oleh Ibunya yang sekarang.Lelah menangis Dini berjalan gontai menuju kamarnya dan ia pun menghempaskan badannya di kasur kecil miliknya. Mata Dini tidak sanggup terbuka karena banyak menangis kemudian ia pun terlelap tanpa membersihkan dirinya.****"Kakek," lirih Kenzi prihatin melihat tubuh lemah kakeknya yang terpasang selang oksigen di
Kenzi menatap nyalang Max sepertinya seseorang yang ditelepon Max tidak mengangkat teleponnya.“Maaf, tuan. Ibu Anna tidak menjawab teleponnya” sesal Max sambil menunduk takut.Kenzi menarik nafas frustasi, “kamu cari tahu tentang wanita itu secara detail dan aku mau nanti malam kamu sudah membawa wanita itu kemari? Oh…tidak jangan ke hotel ini tapi ke apartemenku” Kenzi bangkit dari sofa setelah memberi perintah ke Max.“Baik, tuan” Max pun mengangguk pasrah, walau ia tidak yakin bisa menemukan wanita tersebut malam ini karena nomor ponsel wanita tersebut sudah tidak aktif sepertinya Max telah ditipu oleh ibu dan wanita tersebut.Malam pun tiba, Max tampak gusar menunggu kabar dari anak buahnya yang ia suruh untuk mencari tahu keberadaan Anna, tak lama muncul seorang laki-laki dengan wajah sangar menghadap ke Max dengan menunduk hormat.“Maaf, tuan. Kami kehilangan jejak wanita tersebut. Menurut info yang kami dapat, wanita tersebut sudah meninggalkan rumahnya sejak tadi pagi saat ia
Di sebuah bangunan terdengar suara musik yang keras dan kelap kelip lampu membuat suasana menjadi remang remang sehingga banyak pengunjung yang seakan betah dengan suasana yang riuh dan memekakan telinga, terlihat dari orang-orang yang duduk hanya sekedar minum-minuman dan apalagi kalau bukan untuk memuaskan hasratnya. Karena banyak wanita sexy yang seakan memamerkan tubuhnya untuk dinikmatinya. Namun tidak untuk seorang gadis cantik dan mungil yang sekarang berada di ruang ganti, ia segera memakai seragam pelayannya dengan cepat dan memoles wajahnya sedikit terlihat dewasa agar orang tidak mengenalnya bahwa ia seorang mahasiswa. Dia adalah Dini yang bekerja sebagai pelayan untuk mengantar minuman ke pelanggan, ia harus menerima pekerjaan ini karena gaji yang diberikan sangat cukup untuk membiayai kuliahnya. Namun ia harus pandai merahasiakan dirinya yang bekerja di Club ini bahkan Ibu dan kakaknya pun tidak mengetahuinya.Setelah penampilannya sudah terlihat baik, Dini segera mening
Dini berusaha untuk membersihkan sepatu tersebut namun si pemilik sepatu malah menjauhkan kakinya, Dini pun sedikit merasa kesal karena orang tersebut membuat dirinya kena masalah kalau sampai ada yang melihat dia telah menumpahkan minuman.“Sini, Tuan biar saya bersihkan sepatunya. Kalau Tuan menghindar saya tidak bisa membersihkan sepatunya” ucap Dini kembali.“Cukup! Jangan kamu sentuh kaki saya lagi. Sudah biarkan saja kaki saya basah.” kata laki-laki tersebut dengan perasaan yang kacau. Ia juga penasaran dengan wajah si pelayan yang dari tadi tertunduk.Dini menghela nafas dengan berat dan ia pun bangkit dari jongkok lalu berdiri karena percuma ia tidak bisa membersihkan sepatu pria tersebut.“Sekali lagi saya minta maaf Tuan dan tolong jangan laporkan saya” Dini memohon dengan kepala masih menunduk.Pria tersebut semakin penasaran melihat wajah pelayan itu dan saat Dini berdiri, pria tersebut bisa mengenal dari bentuk tubuh Dini yang mungil serta wangi parfum yang dikenakan Dini
Akhirnya Dini bisa keluar dari klub tersebut, dengan nafas yang terengah-engah Dini beristirahat sejenak di balik deretan mobil yang terparkir. Ia pun merapikan rambutnya yang berantakan.“Sial benar nasibku hari ini, kenapa ketemu sama si om pusaka dan si nenek sihir Moly? Untung saja aku bisa menghindar dari mereka berdua.” Dini mengomel sendiri sambil merapikan rambutnya yang berantakan di jambak sama Moly di salah satu kaca mobil tempat ia bersembunyi.Dini tidak tahu di balik kaca hitam mobil tersebut ada seseorang di dalamnya sedang memperhatikan Dini.“Sepertinya wanita ini pernah aku lihat tapi dimana ya…” laki-laki tersebut tampak berpikir sambil memperhatikan Dini menyisir rambut dengan jari tangannya kemudian menghapus make up yang membuat wajahnya sedikit berubah lebih dewasa.Senyum pun terbit di bibir laki-laki tersebut, ia langsung menghubungi Tuannya melalui pesan singkat untuk memberi tahu kalau wanita yang selama ini mereka cari ada di depan mata.Kenzi keluar dari
Setelah berpikir beberapa saat Dini memilih mengikuti si Om pusaka daripada ia ketangkap sama Mami. Dengan canggung Dini masuk kedalam mobil dan duduk bersebelahan dengan Om pusaka. Ia hanya melirik sekilas pria tampan tersebut, Dini tidak tahu kalau jantung pria yang duduk di sebelahnya berdetak semakin cepat. Kenzi berusaha mengalihkan perasaannya dengan membuka tablet nya untuk memeriksa pekerjaannya.Dari kaca spion mobil ingin rasanya Max tertawa keras melihat muka Tuannya yang nervous duduk bersebelahan dengan wanita yang bernama dini. Ternyata pesona Dini membuat Tuannya klepek-klepek. "Max, apa mobil ini tidak bisa berjalan apa kamu yang sudah tidak mau bekerja lagi. " Kenzi menyadari kalau Max sedang menertawakan nya menjadi kesal. "Tidak Tuan. Ini kita segera berangkat." kata Max sambil menghidupkan mesin mobilnya. Tak lama mobil yang dikendarai Max pun melaju. Dini pura-pura tidak mendengar perdebatan mereka berdua, pandangan melihat keluar jendela mobil. Suasana dalam mo
“Hik ... Hik ... Hik ...!"Cegukan Dini bukannya berhenti tetapi semakin menjadi - jadi. Kevin pun bingung dibuatnya, "Aaapa .. apa yang harus kulakukan?" Tanyanya kepada Dini dengan panik. Namun, hanya gelengan Dini yang ia dapatkan. Kondisi seperti itu mana mungkin Dini bisa menjawabnya "Om Pusaka ini bagaimana sih, mana bisa aku menjawab pertanyaannya." gerutu Dini dalam hatinya.Kenzi mondar - mandir menjambak rambutnya frustasi dengan masih mengenakan baju handuknya dan satu lagi pusakanya pun masih tegak berdiri yang memberikan pemandangan luar biasa terhadap Dini. "Hik ... Hik ... Hik ... !!!""Hik ... Hik ... Hik ... !!!""Hik ... Hik ... Hik ... !!!"Cegukan Dini semakin intens dan mata Dini melotot sempurna melihat pemandangan yang tak seharusnya ia lihat itu.Kenzi semakin pusing dibuatnya, dia ingin menyentuh Dini untuk membantu mengusap punggungnya namun Kenzi ragu akan melakukannya."Bolehkah aku membantu mengusap punggungmu?" Tanya Kenzi dengan canggung."Hik ... Hik .
Apa kamu sudah lama disini Max?" Tanya Kenzi tanpa rasa bersalah."Bagaimana menurut Tuan?" Max bertanya kembali dengan wajah kesal.“Sudahlah, Max lupakan. Kamu tenang saja tar gaji kamu bulan ini akan aku tambah plus dengan izin cuti selama seminggu. Tapi….” Kenzi sengaja menjeda ucapannya ingin melihat reaksi Max.“Tapi…apa Tuan?” tanya Max penasaran.“Setelah masalah ini kelar.” jawab Kenzi bingung harus mengatakan ke Max kalau Dini kembali pingsan.“Masalah apa lagi, Tuan. Bukankah masalah anu Tuan sudah beres?”"Ada masalah baru lagi, Max. Dia kembali pingsan” ungkap Kenzi dengan wajah memerah menahan malu. Ya Kenzi malu harus mengatakan Dini pingsan padahal belum ia apa-apain tapi bayangan Max pasti berpikir permainanku ganas sampai membuat wanita tersebut pingsan.Max tercengang mendengar penuturan Tuannya yang mengatakan wanita tersebut pingsan lagi lantas apa yang harus ia lakukan di sini.Tanpa mereka ketahui, Dini yang berada dikamar sudah bangun, ia mencari tas nya "Aduuh