"A-aku bukan anak kandung Ibu? Lantas siapa Ibuku dan dimana Ibuku?" Dini berucap sendiri di ruangan rumah yang sepi dengan berderai airmata. Dini seakan melupakan kejadian yang terjadi di kamar hotel, ia masih membaca surat tersebut berulang-ulang. Dini berharap ia salah baca namun tulisan itu tetap sama.
Aaaaaakkkkkkk…..Dini berteriak kencang sambil memukul-mukul dadanya yang terasa sesak, ternyata perlakuan tidak baik Ibunya selama ini karena Dini bukan anak kandungnya. Air mata Dini seakan tidak habis mengalir, Dini sekarang hidup sendiri ia tidak tahu kemana ia harus mencari ibu kandungnya dan ia juga ingin mencari tahu kenapa ia sampai diasuh oleh Ibunya yang sekarang.Lelah menangis Dini berjalan gontai menuju kamarnya dan ia pun menghempaskan badannya di kasur kecil miliknya. Mata Dini tidak sanggup terbuka karena banyak menangis kemudian ia pun terlelap tanpa membersihkan dirinya.****"Kakek," lirih Kenzi prihatin melihat tubuh lemah kakeknya yang terpasang selang oksigen di hidung dan selang infus yang tertancap di kulit keriputnya.Kenzi duduk di kursi samping tempat tidur, ia memegang pelan telapak tangan kakeknya, Kakek Darma pun tersenyum senang dengan kedatangan cucunya."Ka-kakek baik-baik saja. Umur kakek masih panjang sampai kakek melihat kamu menikah dan memiliki cicit" ucap Kakek penuh semangat, Darma sudah sangat mendambakan Kenzi untuk segera menikah dan memiliki anak karena Darma tahu kondisi tubuhnya yang sering sakit-sakitan.Kenzi tersenyum kecut saat kakek menyinggung soal pernikahan, Kenzi selalu kabur kalau ditanya soal menikah karena Kenzi memiliki rahasia yang tidak diketahui keluarga namun sekarang Kenzi bisa bernafas lega karena apa yang ditakutkan tidak terjadi."Kakek tenang saja, Kenzi akan segera mencari calon istri makanya kakek harus sehat dan jangan sampe masuk rumah sakit lagi" jawab Kenzi dengan mantap."Panggil Papa dan Mama kamu" kata Kakek sambil menegakkan tubuhnya yang tadinya tiduran hendak duduk bersandar."Untuk apa kakek memanggil Papa dan Mama?" Kenzi heran melihat perubahan kakeknya yang tadinya tampak lemah kok sekarang jadi kuat."Kakek sudah sehat, kakek mau pulang sekarang biar bisa ketemu sama calon cucu menantu kakek""Astaga…Kakek. Kan Kenzi tadi bilang akan mencari bukan berarti sudah ada. Ayo kakek tiduran lagi!" Kenzi membantu memegang bahu Kakek agar kembali berbaring dan membenarkan cairan infus yang sempat terhenti karena ulah kakek yang bangun tiba tiba."Ken, kakek sudah sehat. Kakek langsung sehat waktu kamu bilang akan segera menikah" ucap kakek dengan wajah berbinar.Kenzi mengusap wajahnya dengan frustasi sepertinya kata-kata yang diucapkan tadi menjadi bumerang baginya.Terdengar pintu kamar kakek terbuka, ternyata Mama dan Papa masuk dengan membawa makanan dan minuman. Kenzi bernafas lega dengan kedatangan mereka sehingga Kenzi bisa segera pergi dari ruangan ini.Mama tersenyum senang melihat wajah cerah sang mertua, "Ayah sudah baikan. Duh yang dikunjungi cucunya langsung sembuh" ledek Mama Artika sambil meletakan makanan dan minuman yang ia bawa.Papa Samuel pun melihat perubahan ayahnya tersenyum senang, sepertinya hati ayahnya lagi bahagia. Entah apa yang sudah Kenzi dan Ayahnya bicarakan.Melihat gelagat yang menurut Kenzi akan menjurus ke soal pernikahan, Kenzi pun berdiri dari kursinya hendak pergi."Lo Ken, kamu mau kemana? Kita makan siang dulu, Mama tahu kamu pasti belum makan apa-apa? Tadi Mama jumpa Max di luar dan sudah Mama suruh ke kantin untuk makan dulu" kata Mama ArtikaKenzi baru tersadar waktu sudah menunjukan pukul 2 siang dan dia baru menyadari ada wanita yang ia kurung di kamar hotelnya."Maaf, Ma. Kenzi baru ingat ada sesuatu hal penting yang harus Kenzi selesaikan""Kakek, Kenzi pamit dulu. Nanti malam Kenzi kemari lagi, kakek harus cepat sehat ya" ucap Kenzi sambil mencium pipi kanan kiri kakeknya."Ingat janji kamu ya, Ken" "Kakek tenang saja. Yang penting kakek sehat dulu. Oke" Kenzi menunjukan tangan dengan ibu jari dan jari telunjuk membentuk lingkaran.Kakek pun mengangguk senang. Setelah berpamitan dengan Kakeknya, Kenzi menghampiri Mamanya dan memeluk serta mencium pipi kanan kiri Mamanya kemudian salim ke Papanya."Jangan sampai tidak makan kamu Ken. Nanti Kakek sudah sembuh malah kamu gantian yang dirawat" ujar Mama yang sangat tahu betul kalau anaknya satu ini sangat susah untuk makan."Siip…" Kenzi pun mengangkat tangan kanannya ke kepala tanda hormat dan keluar dari kamar rawat kakeknya.Langkah kaki Kenzi berjalan cepat menuju lift dan tangannya mengetik pesan untuk Max agar segera membawa mobilnya."Mudah-mudahan si anak paud masih berada di kamar dan tidak mati kelaparan. Tapi melihat sikapnya tidak mungkin sampai kelaparan. Buktinya pertama masuk aja dia sudah menghabiskan cemilan dan minuman kalengku" Kenzi tersenyum membayangkan sikap konyol si anak paud.Max yang sedang menikmati makan siangnya harus merelakan makanan tersebut tersisa untungnya Max sudah memakannya setengah. Max pun segera membayar makanan tersebut dan berlari ke parkiran rumah sakit. Ia tidak mau Tuannya murka kalau ia terlambat.Ternyata Max memiliki feeling yang tepat, begitu Max sampai parkiran ia bisa melihat di kejauhan Tuannya berjalan cepat ke arahnya.Max yang berada di depan mobil membuka pintu mobil dan Kenzi segera masuk. Setelah Kenzi masuk Max pun berlari kecil memutar menuju pintu kemudi mobil. Max menyalakan mobilnya meninggalkan perkarangan rumah sakit."Max, kita kembali ke hotel" perintah Kenzi."Baik tuan" patuh Max dan melajukan mobil tersebut dengan kecepatan sedang. Di dalam hati Max baru tersadar juga kalau tadi mereka meninggalkan seseorang di kamar hotel. Biasanya setelah Tuannya selesai menyewa wanita, Max yang mengantar wanita tersebut keluar dari hotel sambil melihat kondisi fisik wanita tersebut. Karena para wanita tersebut keluar dengan pakaian berantakan dan Max mengganti rugi pakaian wanita tersebut serta sedikit ancaman agar mereka bungkam tentang keadaan Tuannya.Mobil yang dikendarai Max pun sampai di hotel, Kenzi segera membuka pintu mobil tanpa menunggu Max membukakan. Kenzi pun berjalan cepat menuju pintu lift, Max terheran-heran melihat tingkah Tuannya yang agak berbeda, "mungkin karena wanita tersebut yang bisa memuaskan Tuan makanya Tuan sedikit khawatir tapi sejak kapan seorang Kenzi Argantara mengkhawatirkan wanita bayaran" batin Max.Sesampainya di depan kamar hotel jantung Kenzi berdetak dengan cepat, Kenzi memegang dadanya, "apa-apaan ini, kenapa ini jantung berdebar-debar. Apa aku kena penyakit jantung seperti kakek?""Wah membayangkan si anak paud membuat pusaka ku terbangun apalagi lagi di sentuhnya, pokoknya dia harus tanggung jawab." Gumam Kenzi sambil membuka pintu, Kenzi pun masuk ke dalam pandangan tertuju pada hidangan makanan yang masih tertutup begitu Kenzi buka makanan tersebut masih utuh dan ia pun berjalan menuju kamarnya alangkah kagetnya Kenzi saat melihat tempat tidurnya kosong tidak ada siapa-siapa."Tidak mungkin ia keluar dari kamar ini, karena karyawan hotel ini sudah tahu siapa aku tapi kenapa dia bisa keluar" geram Kenzi dan mengambil ponsel di kantong celana untuk menghubungi Max."Max, selidiki cctv hotel kenapa dia bisa keluar? dan tanyakan pada karyawan hotel siapa yang mengantar makanan kemari?" Perintah Kenzi dengan wajah merah menahan amarah.Belum sempat Max menjawab panggilan pun sudah diputus oleh tuannya. Max tahu ini masalah berat bagi Tuannya langsung menuju ruang cctv dan ruang petugas hotel.Wajah Max tampak geram saat mengetahui bahwa Nona tersebut keluar dari kamar dari bantuan petugas hotel yang baru bekerja dan karyawan tersebut tidak tahu siapa Kenzi, Max yakin Tuannya bakalan marah dan akan memecat karyawan tersebut. "Ma-maaf Tuan. Sa-ya tidak tahu Tuan, tolong jangan pecat saya. Saya sangat menginginkan pekerjaan ini untuk membantu perekonomian keluarga saya di kampung" mohon karyawan tersebut dengan tertunduk takut dengan tatapan tajam Max."Ya sudah, kembalilah bekerja" kata Max yang tidak tega melihat karyawan tersebut biarlah karyawan itu menjadi urusan Pak Mahmud atasan dari mereka.Max pun menemui Tuan Kenzi dan menceritakan perihal keluarnya Nona itu dari kamar. Max bisa melihat raut emosi dan amarah dari wajah Kenzi. Max pun pasrah apabila jadi sasaran kemarahan Kenzi."Max, aku tidak mau tahu. Kamu harus temukan wanita itu kembali""Baik,tuan. Saya akan menghubungi Ibunya Nona tersebut""Hubungi sekarang juga,Max""Hah…! Baik Tuan." Max mengambil ponselnya dsn mencari nomor Bu Anna. Namun sayang nomor ponsel Bu Anna tidak aktif, Max menjadi gelisah karena nomor satu satunya Bu Anna tidak aktif.Kenzi yang sedang duduk di sofa memperhatikan Max yang menekan tombol memanggil tetapi ada satupun panggilan Max dijawab.Kenzi menatap nyalang Max sepertinya seseorang yang ditelepon Max tidak mengangkat teleponnya.“Maaf, tuan. Ibu Anna tidak menjawab teleponnya” sesal Max sambil menunduk takut.Kenzi menarik nafas frustasi, “kamu cari tahu tentang wanita itu secara detail dan aku mau nanti malam kamu sudah membawa wanita itu kemari? Oh…tidak jangan ke hotel ini tapi ke apartemenku” Kenzi bangkit dari sofa setelah memberi perintah ke Max.“Baik, tuan” Max pun mengangguk pasrah, walau ia tidak yakin bisa menemukan wanita tersebut malam ini karena nomor ponsel wanita tersebut sudah tidak aktif sepertinya Max telah ditipu oleh ibu dan wanita tersebut.Malam pun tiba, Max tampak gusar menunggu kabar dari anak buahnya yang ia suruh untuk mencari tahu keberadaan Anna, tak lama muncul seorang laki-laki dengan wajah sangar menghadap ke Max dengan menunduk hormat.“Maaf, tuan. Kami kehilangan jejak wanita tersebut. Menurut info yang kami dapat, wanita tersebut sudah meninggalkan rumahnya sejak tadi pagi saat ia
Di sebuah bangunan terdengar suara musik yang keras dan kelap kelip lampu membuat suasana menjadi remang remang sehingga banyak pengunjung yang seakan betah dengan suasana yang riuh dan memekakan telinga, terlihat dari orang-orang yang duduk hanya sekedar minum-minuman dan apalagi kalau bukan untuk memuaskan hasratnya. Karena banyak wanita sexy yang seakan memamerkan tubuhnya untuk dinikmatinya. Namun tidak untuk seorang gadis cantik dan mungil yang sekarang berada di ruang ganti, ia segera memakai seragam pelayannya dengan cepat dan memoles wajahnya sedikit terlihat dewasa agar orang tidak mengenalnya bahwa ia seorang mahasiswa. Dia adalah Dini yang bekerja sebagai pelayan untuk mengantar minuman ke pelanggan, ia harus menerima pekerjaan ini karena gaji yang diberikan sangat cukup untuk membiayai kuliahnya. Namun ia harus pandai merahasiakan dirinya yang bekerja di Club ini bahkan Ibu dan kakaknya pun tidak mengetahuinya.Setelah penampilannya sudah terlihat baik, Dini segera mening
Dini berusaha untuk membersihkan sepatu tersebut namun si pemilik sepatu malah menjauhkan kakinya, Dini pun sedikit merasa kesal karena orang tersebut membuat dirinya kena masalah kalau sampai ada yang melihat dia telah menumpahkan minuman.“Sini, Tuan biar saya bersihkan sepatunya. Kalau Tuan menghindar saya tidak bisa membersihkan sepatunya” ucap Dini kembali.“Cukup! Jangan kamu sentuh kaki saya lagi. Sudah biarkan saja kaki saya basah.” kata laki-laki tersebut dengan perasaan yang kacau. Ia juga penasaran dengan wajah si pelayan yang dari tadi tertunduk.Dini menghela nafas dengan berat dan ia pun bangkit dari jongkok lalu berdiri karena percuma ia tidak bisa membersihkan sepatu pria tersebut.“Sekali lagi saya minta maaf Tuan dan tolong jangan laporkan saya” Dini memohon dengan kepala masih menunduk.Pria tersebut semakin penasaran melihat wajah pelayan itu dan saat Dini berdiri, pria tersebut bisa mengenal dari bentuk tubuh Dini yang mungil serta wangi parfum yang dikenakan Dini
Akhirnya Dini bisa keluar dari klub tersebut, dengan nafas yang terengah-engah Dini beristirahat sejenak di balik deretan mobil yang terparkir. Ia pun merapikan rambutnya yang berantakan.“Sial benar nasibku hari ini, kenapa ketemu sama si om pusaka dan si nenek sihir Moly? Untung saja aku bisa menghindar dari mereka berdua.” Dini mengomel sendiri sambil merapikan rambutnya yang berantakan di jambak sama Moly di salah satu kaca mobil tempat ia bersembunyi.Dini tidak tahu di balik kaca hitam mobil tersebut ada seseorang di dalamnya sedang memperhatikan Dini.“Sepertinya wanita ini pernah aku lihat tapi dimana ya…” laki-laki tersebut tampak berpikir sambil memperhatikan Dini menyisir rambut dengan jari tangannya kemudian menghapus make up yang membuat wajahnya sedikit berubah lebih dewasa.Senyum pun terbit di bibir laki-laki tersebut, ia langsung menghubungi Tuannya melalui pesan singkat untuk memberi tahu kalau wanita yang selama ini mereka cari ada di depan mata.Kenzi keluar dari
Setelah berpikir beberapa saat Dini memilih mengikuti si Om pusaka daripada ia ketangkap sama Mami. Dengan canggung Dini masuk kedalam mobil dan duduk bersebelahan dengan Om pusaka. Ia hanya melirik sekilas pria tampan tersebut, Dini tidak tahu kalau jantung pria yang duduk di sebelahnya berdetak semakin cepat. Kenzi berusaha mengalihkan perasaannya dengan membuka tablet nya untuk memeriksa pekerjaannya.Dari kaca spion mobil ingin rasanya Max tertawa keras melihat muka Tuannya yang nervous duduk bersebelahan dengan wanita yang bernama dini. Ternyata pesona Dini membuat Tuannya klepek-klepek. "Max, apa mobil ini tidak bisa berjalan apa kamu yang sudah tidak mau bekerja lagi. " Kenzi menyadari kalau Max sedang menertawakan nya menjadi kesal. "Tidak Tuan. Ini kita segera berangkat." kata Max sambil menghidupkan mesin mobilnya. Tak lama mobil yang dikendarai Max pun melaju. Dini pura-pura tidak mendengar perdebatan mereka berdua, pandangan melihat keluar jendela mobil. Suasana dalam mo
“Hik ... Hik ... Hik ...!"Cegukan Dini bukannya berhenti tetapi semakin menjadi - jadi. Kevin pun bingung dibuatnya, "Aaapa .. apa yang harus kulakukan?" Tanyanya kepada Dini dengan panik. Namun, hanya gelengan Dini yang ia dapatkan. Kondisi seperti itu mana mungkin Dini bisa menjawabnya "Om Pusaka ini bagaimana sih, mana bisa aku menjawab pertanyaannya." gerutu Dini dalam hatinya.Kenzi mondar - mandir menjambak rambutnya frustasi dengan masih mengenakan baju handuknya dan satu lagi pusakanya pun masih tegak berdiri yang memberikan pemandangan luar biasa terhadap Dini. "Hik ... Hik ... Hik ... !!!""Hik ... Hik ... Hik ... !!!""Hik ... Hik ... Hik ... !!!"Cegukan Dini semakin intens dan mata Dini melotot sempurna melihat pemandangan yang tak seharusnya ia lihat itu.Kenzi semakin pusing dibuatnya, dia ingin menyentuh Dini untuk membantu mengusap punggungnya namun Kenzi ragu akan melakukannya."Bolehkah aku membantu mengusap punggungmu?" Tanya Kenzi dengan canggung."Hik ... Hik .
Apa kamu sudah lama disini Max?" Tanya Kenzi tanpa rasa bersalah."Bagaimana menurut Tuan?" Max bertanya kembali dengan wajah kesal.“Sudahlah, Max lupakan. Kamu tenang saja tar gaji kamu bulan ini akan aku tambah plus dengan izin cuti selama seminggu. Tapi….” Kenzi sengaja menjeda ucapannya ingin melihat reaksi Max.“Tapi…apa Tuan?” tanya Max penasaran.“Setelah masalah ini kelar.” jawab Kenzi bingung harus mengatakan ke Max kalau Dini kembali pingsan.“Masalah apa lagi, Tuan. Bukankah masalah anu Tuan sudah beres?”"Ada masalah baru lagi, Max. Dia kembali pingsan” ungkap Kenzi dengan wajah memerah menahan malu. Ya Kenzi malu harus mengatakan Dini pingsan padahal belum ia apa-apain tapi bayangan Max pasti berpikir permainanku ganas sampai membuat wanita tersebut pingsan.Max tercengang mendengar penuturan Tuannya yang mengatakan wanita tersebut pingsan lagi lantas apa yang harus ia lakukan di sini.Tanpa mereka ketahui, Dini yang berada dikamar sudah bangun, ia mencari tas nya "Aduuh
Di dalam kamar, Dini kebingungan dan ia belum ada keberanian untuk dibawa Kenzi kerumah utama. Dini harus mencari alasan agar ia tidak jadi di bawa tapi alasan apa Dini masih belum memikirkannya.“Masa aku harus pura-pura pingsan lagi sih,” Dini berbicara sendiri sambil berjalan mondar mandir. “Tapi setidaknya aku harus mencoba berbicara dulu dengannya, apa tujuannya membawa aku kesini.” Dini pun membuka pintu kamarnya sedikit, ia mengintip dari balik pintu keberadaan Kenzi dan Max. Ternyata mereka tidak ada di ruang tengah mungkin mereka masih berada di ruang kerja. Dini pun keluar kamar dan menuju dapur, ia sudah sangat lapar dan saat ia membuka lemari pendingin tidak ada bahan makanan yang akan ia masak cuma ada telur dan sosis. Ia pun mengambil beberapa butir telur dan sosial serta mengambil beras yang ada di rice box. Dini akan memasak nasi goreng telur ceplok dan solusi.Wangi masakan sangat harum sampai ke penciuman dua laki-laki tampan yang baru saja keluar dari ruang kerja.