Share

Bab 5. Keinginan Kakek

"A-aku bukan anak kandung Ibu? Lantas siapa Ibuku dan dimana Ibuku?" Dini berucap sendiri di ruangan rumah yang sepi dengan berderai airmata. Dini seakan melupakan kejadian yang terjadi di kamar hotel, ia masih membaca surat tersebut berulang-ulang. Dini berharap ia salah baca namun tulisan itu tetap sama.

Aaaaaakkkkkkk…..Dini berteriak kencang sambil memukul-mukul dadanya yang terasa sesak, ternyata perlakuan tidak baik Ibunya selama ini karena Dini bukan anak kandungnya. Air mata Dini seakan tidak habis mengalir, Dini sekarang hidup sendiri ia tidak tahu kemana ia harus mencari ibu kandungnya dan ia juga ingin mencari tahu kenapa ia sampai diasuh oleh Ibunya yang sekarang.

Lelah menangis Dini berjalan gontai menuju kamarnya dan ia pun menghempaskan badannya di kasur kecil miliknya. Mata Dini tidak sanggup terbuka karena banyak menangis kemudian ia pun terlelap tanpa membersihkan dirinya.

****

"Kakek," lirih Kenzi prihatin melihat tubuh lemah kakeknya yang terpasang selang oksigen di hidung dan selang infus yang tertancap di kulit keriputnya.

Kenzi duduk di kursi samping tempat tidur, ia memegang pelan telapak tangan kakeknya, Kakek Darma pun tersenyum senang dengan kedatangan cucunya.

"Ka-kakek baik-baik saja. Umur kakek masih panjang sampai kakek melihat kamu menikah dan memiliki cicit" ucap Kakek penuh semangat, Darma sudah sangat mendambakan Kenzi untuk segera menikah dan memiliki anak karena Darma tahu kondisi tubuhnya yang sering sakit-sakitan.

Kenzi tersenyum kecut saat kakek menyinggung soal pernikahan, Kenzi selalu kabur kalau ditanya soal menikah karena Kenzi memiliki rahasia yang tidak diketahui keluarga namun sekarang Kenzi bisa bernafas lega karena apa yang ditakutkan tidak terjadi.

"Kakek tenang saja, Kenzi akan segera mencari calon istri makanya kakek harus sehat dan jangan sampe masuk rumah sakit lagi" jawab Kenzi dengan mantap.

"Panggil Papa dan Mama kamu" kata Kakek sambil menegakkan tubuhnya yang tadinya tiduran hendak duduk bersandar.

"Untuk apa kakek memanggil Papa dan Mama?" Kenzi heran melihat perubahan kakeknya yang tadinya tampak lemah kok sekarang jadi kuat.

"Kakek sudah sehat, kakek mau pulang sekarang biar bisa ketemu sama calon cucu menantu kakek"

"Astaga…Kakek. Kan Kenzi tadi bilang akan mencari bukan berarti sudah ada. Ayo kakek tiduran lagi!" Kenzi membantu memegang bahu Kakek agar kembali berbaring dan membenarkan cairan infus yang sempat terhenti karena ulah kakek yang bangun tiba tiba.

"Ken, kakek sudah sehat. Kakek langsung sehat waktu kamu bilang akan segera menikah" ucap kakek dengan wajah berbinar.

Kenzi mengusap wajahnya dengan frustasi sepertinya kata-kata yang diucapkan tadi menjadi bumerang baginya.

Terdengar pintu kamar kakek terbuka, ternyata Mama dan Papa masuk dengan membawa makanan dan minuman. Kenzi bernafas lega dengan kedatangan mereka sehingga Kenzi bisa segera pergi dari ruangan ini.

Mama tersenyum senang melihat wajah cerah sang mertua, "Ayah sudah baikan. Duh yang dikunjungi cucunya langsung sembuh" ledek Mama Artika sambil meletakan makanan dan minuman yang ia bawa.

Papa Samuel pun melihat perubahan ayahnya tersenyum senang, sepertinya hati ayahnya lagi bahagia. Entah apa yang sudah Kenzi dan Ayahnya bicarakan.

Melihat gelagat yang menurut Kenzi akan menjurus ke soal pernikahan, Kenzi pun berdiri dari kursinya hendak pergi.

"Lo Ken, kamu mau kemana? Kita makan siang dulu, Mama tahu kamu pasti belum makan apa-apa? Tadi Mama jumpa Max di luar dan sudah Mama suruh ke kantin untuk makan dulu" kata Mama Artika

Kenzi baru tersadar waktu sudah menunjukan pukul 2 siang dan dia baru menyadari ada wanita yang ia kurung di kamar hotelnya.

"Maaf, Ma. Kenzi baru ingat ada sesuatu hal penting yang harus Kenzi selesaikan"

"Kakek, Kenzi pamit dulu. Nanti malam Kenzi kemari lagi, kakek harus cepat sehat ya" ucap Kenzi sambil mencium pipi kanan kiri kakeknya.

"Ingat janji kamu ya, Ken" 

"Kakek tenang saja. Yang penting kakek sehat dulu. Oke" Kenzi  menunjukan tangan dengan ibu jari dan jari telunjuk membentuk lingkaran.

Kakek pun mengangguk senang. Setelah berpamitan dengan Kakeknya, Kenzi menghampiri Mamanya dan memeluk serta mencium pipi kanan kiri Mamanya kemudian salim ke Papanya.

"Jangan sampai tidak makan kamu Ken. Nanti Kakek sudah sembuh malah kamu gantian yang dirawat" ujar Mama yang sangat tahu betul kalau anaknya satu ini sangat susah untuk makan.

"Siip…" Kenzi pun mengangkat tangan kanannya ke kepala tanda hormat dan keluar dari kamar rawat kakeknya.

Langkah kaki Kenzi berjalan cepat menuju lift dan tangannya mengetik pesan untuk Max agar segera membawa mobilnya.

"Mudah-mudahan si anak paud masih berada di kamar dan tidak mati kelaparan. Tapi melihat sikapnya tidak mungkin sampai kelaparan. Buktinya pertama masuk aja dia sudah menghabiskan cemilan dan minuman kalengku" Kenzi tersenyum membayangkan sikap konyol si anak paud.

Max yang sedang menikmati makan siangnya harus merelakan makanan tersebut tersisa untungnya Max sudah memakannya setengah. Max pun segera membayar makanan tersebut dan berlari ke parkiran rumah sakit. Ia tidak mau Tuannya murka kalau ia terlambat.

Ternyata Max memiliki feeling yang tepat, begitu Max sampai parkiran ia bisa melihat di kejauhan Tuannya berjalan cepat ke arahnya.

Max yang berada di depan mobil membuka pintu mobil dan Kenzi segera masuk. Setelah Kenzi masuk Max pun berlari kecil memutar menuju pintu kemudi mobil. Max  menyalakan mobilnya meninggalkan perkarangan rumah sakit.

"Max, kita kembali ke hotel" perintah Kenzi.

"Baik tuan" patuh Max dan melajukan mobil tersebut dengan kecepatan sedang. Di dalam hati Max baru tersadar juga kalau tadi mereka meninggalkan seseorang di kamar hotel. Biasanya setelah Tuannya selesai menyewa wanita, Max yang mengantar wanita tersebut keluar dari hotel sambil melihat kondisi fisik wanita tersebut. Karena para wanita tersebut keluar dengan pakaian berantakan dan Max mengganti rugi pakaian wanita tersebut serta sedikit ancaman agar mereka bungkam tentang keadaan Tuannya.

Mobil yang dikendarai Max pun sampai di hotel, Kenzi segera membuka pintu mobil tanpa menunggu Max membukakan. Kenzi pun berjalan cepat menuju pintu lift, Max terheran-heran melihat tingkah Tuannya yang agak berbeda, "mungkin karena wanita tersebut yang bisa memuaskan Tuan makanya Tuan sedikit khawatir tapi sejak kapan seorang Kenzi Argantara mengkhawatirkan wanita bayaran" batin Max.

Sesampainya di depan kamar hotel jantung Kenzi berdetak dengan cepat, Kenzi memegang dadanya, "apa-apaan ini, kenapa ini jantung berdebar-debar. Apa aku kena penyakit jantung seperti kakek?"

"Wah membayangkan si anak paud membuat pusaka ku terbangun apalagi lagi di sentuhnya, pokoknya dia harus tanggung jawab." Gumam Kenzi sambil membuka pintu, Kenzi pun masuk ke dalam pandangan tertuju pada hidangan makanan yang masih tertutup begitu Kenzi buka makanan tersebut masih utuh dan ia pun berjalan menuju kamarnya alangkah kagetnya Kenzi saat melihat tempat tidurnya kosong tidak ada siapa-siapa.

"Tidak mungkin ia keluar dari kamar ini, karena karyawan hotel ini sudah tahu siapa aku tapi kenapa dia bisa keluar" geram Kenzi dan mengambil ponsel di kantong celana untuk menghubungi Max.

"Max, selidiki cctv hotel kenapa dia bisa keluar? dan tanyakan pada karyawan hotel siapa yang mengantar makanan kemari?" Perintah Kenzi dengan wajah merah menahan amarah.

Belum sempat Max menjawab panggilan pun sudah diputus oleh tuannya. Max tahu ini masalah berat bagi Tuannya langsung menuju ruang cctv dan ruang petugas hotel.

Wajah Max tampak geram saat mengetahui bahwa Nona tersebut keluar dari kamar dari bantuan petugas hotel yang baru bekerja dan karyawan tersebut tidak tahu siapa Kenzi, Max yakin Tuannya bakalan marah dan akan memecat karyawan tersebut. 

"Ma-maaf Tuan. Sa-ya tidak tahu Tuan, tolong jangan pecat saya. Saya sangat menginginkan pekerjaan ini untuk membantu perekonomian keluarga saya di kampung" mohon karyawan tersebut dengan tertunduk takut dengan tatapan tajam Max.

"Ya sudah, kembalilah bekerja" kata Max yang tidak tega melihat karyawan tersebut biarlah karyawan itu menjadi urusan Pak Mahmud atasan dari mereka.

Max pun menemui Tuan Kenzi dan menceritakan perihal keluarnya Nona itu dari kamar. Max bisa melihat raut emosi dan amarah dari wajah Kenzi. Max pun pasrah apabila jadi sasaran kemarahan Kenzi.

"Max, aku tidak mau tahu. Kamu harus temukan wanita itu kembali"

"Baik,tuan. Saya akan menghubungi Ibunya Nona tersebut"

"Hubungi sekarang juga,Max"

"Hah…! Baik Tuan." Max mengambil ponselnya dsn mencari nomor Bu Anna. Namun sayang nomor ponsel Bu Anna tidak aktif, Max menjadi gelisah karena nomor satu satunya Bu Anna tidak aktif.

Kenzi yang sedang duduk di sofa memperhatikan Max yang menekan tombol memanggil tetapi ada satupun panggilan Max dijawab.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Viva Oke
ana udh kabur max dengan uang 1 m dari tuan Kenzie.
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
ah bu Anna pasti sudah menonaktifkan nomornya dan dipastikan dia akan ganti nomor,, semogaa Cepet ketemu yaa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status