Saat ini Kenzi dan Dini berada berdua di ruang kerja dengan alunan jantung mereka yang berdetak dengan cepat. Kenzi berusaha mengharuskan dirinya di depan laptopnya sedang Dini mengatur nafas untuk bisa berbicara dengan Kenzi.“Apa yang ingin kamu bicarakan?” Tanya Kenzi, yang melihat gelagat Dini ragu untuk berbicara.“Ah iya saya hampir lupa.” jawab Dini dengan cengiran nya, “ saya ingin tahu, apa tujuan tuan membawa saya kemari? Apakah Tuan ingin saya memberes-beres apartemen ini? Bukankah masalah kita di hotel sudah selesai?” Dini bertanya dengan rentetan pernyataan yang membuat Kenzi mengerutkan dahinya.“Sepertinya kamu lupa kalau Ibu kamu sudah menjual kamu ke saya. Memang awalnya saya hanya menyewa kamu tapi dengan menghilangnya Ibu kamu dan membawa uang saya yang banyak tanpa ucapan terima kasih itu menandakan kalau kamu itu sudah di jual. Kamu tahu berapa saya beli kamu?”Jantung Dini berdetak cepat matanya pun berkaca-kaca mendengar penuturan Kenzi kalau Ibunya tega menjua
Pagi ini, Dini bangun dengan penuh semangat karena ia akan kembali kuliah. Setelah berbicara dengan Kenzi seharian Dini hanya berada di dalam kamar Kenzi, ia tidak tahu dimana Kenzi tidur yang ia tahu Kenzi berada di ruang kerja nya. Dini tidak berani menemui Kenzi kembali karena takut Kenzi marah dan menarik kembali kata-katanya yang mengizinkannya kuliah.Setelah Dini membersihkan dirinya, ia baru tersadar kalau tidak memiliki baju ganti bahkan pakaian dalamnya pun tidak ada karena saat di bawa kemari dia hanya memakai baju yang melekat di badan dan tas berisi dompet.“Sepertinya aku harus memakai ini kembali, nanti begitu aku keluar aku bisa mampir kerumah dan mengambil barang-barangku di rumah.” Gumam Dini sambil kembali memakai pakaian semalam. Selesai memakai baju ia pun keluar dari kamar untuk membuat minuman karena kalau untuk membuat sarapan sudah tidak ada bahan di dalam kulkas.Sesampainya Dini di dapur, terdapat paperbag dan memo kecil diatas meja makan yang berada di dapu
“Ratu….” Ucap Dini tersenyum saat mengetahui kalau yang menggebrak meja dengan sengaja adalah Ratu sahabatnya.Dengan wajah cemberut Ratu melipat kedua tangannya ke dada, “Kemana aja lo? Apa tidak menganggap gue teman lagi?”“Idih….jangan sok seram gitu ah. Gak cocok tau dengan wajah lo yang bulat.” bukannya takut Dini malah meledek Ratu.“Gak usah ngejek lo, jawab dulu pertanyaan gue.”“Sabar…sini duduk dulu. Lo da sarapan belum? Kalau belum pesan gih, biar gue traktir.”“Beneran ni, lo mau traktir gue. Tumben, lo menghilang dapat harta karun ya.” Ratu seolah lupa dengan jawaban yang ditanyakan ke Dini dan duduk di depan Dini kemudian memesan makanan pada Bu Tini.“Anggap saja begitu,” kata Dini sambil memasukkan makanan ke mulutnya yang tinggal sesuap lagi kasian kalau tidak dihabiskan.Makanan yang di pesan Ratu pun datang dan Ratu menikmati makanannya tanpa bicara ia takut keburu jam pelajarannya masuk. Dini memperhatikannya hanya menggelengkan kepala tadi sepertinya ia berlagak s
Di swalayan Identik dengan ramainya orang berbelanja namun tidak di swalayan yang saat ini Dini berada, Dini sampe terbengong melihat sekelilingnya tampak sepi hanya ada beberapa pegawai yang berdiri di sudut rak dengan wajah tertunduk. Kenzi yang berjalan didepan menghentikan langkahnya saat ia menoleh kebelakang ternyata Dini masih berjalan lambat sambil melirik ke kanan dan ke kiri.“Hei…kamu mau berbelanja apa mau bengong?” Teriak Kenzi.Dini yang mendengar teriak Kenzi segera berlari menghampirinya. Mereka pun berjalan berdampingan, terkadang mereka saling melirik bersama dan saat ketahuan curi pandang mereka pun menjadi canggung.“Om, kok disini sepi ya?” Dini yang penasaran akhirnya bertanya ke Kenzi.“Mana aku tahu,” jawab Kenzi datar. “Buruan belanja.”Dini pun mengeluarkan catatan yang tadi pagi sudah ia buat di tas selempangnya. Ia pun mengambil troli dan mulai mengambil beberapa bahan makanan yang dibutuhkan. Kenzi yang berada di belakang Dini hanya memandangi tingkah Dini
"Siapa wanita yang bersama kamu di swalayan? Apakah wanita yang sama saat kamu membeli gaun di butik langganan Mama?" tanya sang Mama yang saat ini berada di ruang kerja Kenzi.Artika yang mendapat pesan gambar dari teman sosialitanya yang saat itu juga berada di sekitar swalayan langsung mengirim ke anaknya Kenzi untuk meminta penjelasan namun rasanya tidak nyaman berbicara melalui telepon sehingga Artika mendatangi Kenzi di perusahaanya.“Mama dapat dari mana foto ini?” Kenzi malah bertanya bukannya menjawab pertanyaan Mamanya, Kenzi bisa bernafas lega karena saat di foto wajah Dini tidak kelihatan hanya punggungnya saja.“Tidak penting Mama dapat dari mana foto ini, kalau kamu tidak mau memberitahu siapa wanita ini Mama akan cari tahu sendiri atau Mama akan beritahukan kakek.”“Jangan dulu beritahu Kakek, Ma. Nanti Kakek memaksa Kenzi untuk langsung menikahinya.”“Jadi kamu hanya bermain-main dengan wanita itu seperti kamu bermain sama wanita sewaan kamu yang lainnya. Jangan bilan
Angkot yang membawa Dewi berhenti di halte, Dewi Pun turun setelah ia membayar ongkos. Ia pun melihat sekeliling bangunan yang tampak asing di matanya. “Bismillah…demi Ibu dan Dini aku harus berani…semangat Dewi semoga di perusahaan ini kamu diterima.” Dewi menyemangati dirinya sebelum melangkah ke sebuah gedung perusahaan X.Dewi sampai di perusahaan tersebut, namun langsung di cegah oleh Satpam yang sedang berjaga.“Maaf, Nona. Ada keperluan apa anda disini?” Tanya satpam yang bernama Budi yang tampak di seragam bajunya.“Hmmm…maaf Pak. Saya dengar perusahaan ini membuka lowongan pekerjaan jadi saya kemari untuk membawa berkas.” Kata Dewi sambil menyodorkan map merah yang ia bawa.Satpam tersebut menerima map yang diberikan Dewi dan membukanya, ia pun memeriksa isi map yang Dewi bawa setelah dirasa tidak ada yang mencurigakan, Budi memberikan kembali map tersebut ke Dewi.“Mbak ini tahu dari mana kalau perusahaan ini ada buka lowongan pekerjaan.”“Kata teman saya Pak. Kebetulan tema
Seorang laki-laki tampan memegang erat gelas kaca karena menahan kesal, untungnya gelas tersebut terbuat dari kaca tebal sehingga tidak mudah pecah saat digenggam dengan erat. Kenzi semakin kesal saat Pram menjauh sambil menerima telp Dini, jadinya Kenzi tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.“Aku baik-baik saja Kak. Maaf ya aku tidak memberi kabar kalau aku tidak bekerja lagi.” kata Dini di seberang.“Kenapa kamu tidak bekerja lagi? Apa gara-gara masalah tempo hari? Bukankah semua sudah beres dan Tuan Kenzi tidak mempermasalahkannya.” Tanya Pram yang sedikit kecewa Dini tidak bekerja lagi.“Tidak, Kak. Masalah itu sudah selesai, tapi–“Tapi kenapa? Apa ada karyawan disini yang jahat kamu? Apa itu Moly?” Pram kembali bertanya alasan Dini tidak mau bekerja lagi, Pram juga curiga kalau Dini diperlakukan tidak baik oleh Moly. Karena karyawan lain sempat mengadu kalau Moly menukar gelas pesanan untuk Dini.“Bukan Kak, aku hanya tidak ingin bekerja malam saja. Aku ingin fokus kuli
Pagi ini, seperti biasanya Dewi bangun lebih awal untuk membantu Ibunya terlebih dahulu di warung. Ia membuka warung dan mengeluarkan barang-barangnya serta menyapu halaman depan warung agar terlihat bersih. Anna yang baru pulang dari berbelanja ke pasar untuk mengisi barang dagangannya terkejut saat melihat anaknya Dewi sudah membuka warung lebih cepat dari biasanya.“Dewi, kamu ngapain? Bukannya bersiap-siap berangkat kerja kok mala buka warung Ibu.”“Gak apa-apa, Bu. Biasanya Dewi bantu Ibu di warung tapi mulai hari ini Dewi tidak bisa bantu makanya Dewi membantu Ibu membuka warung dan bersih-bersih. O ya sarapan juga sudah Dewi siapkan. Ibu letakan saja belanjanya di dalam, nanti biar Dewi susun.” kata Dewi yang masih memegang gagang sapu lidi.“Kamu, memang anak yang baik. Sungguh beruntung laki-laki yang akan menjadi suami kamu kelak.” puji Anna.“Ah Ibu, masih pagi sudah muji-muji Dewi, pamalik itu, Bu.” Sahut Dewi tersenyum malu.“Ya sudah, Ibu kedalam dulu ya. Belanja ini bia