“Ratu….” Ucap Dini tersenyum saat mengetahui kalau yang menggebrak meja dengan sengaja adalah Ratu sahabatnya.Dengan wajah cemberut Ratu melipat kedua tangannya ke dada, “Kemana aja lo? Apa tidak menganggap gue teman lagi?”“Idih….jangan sok seram gitu ah. Gak cocok tau dengan wajah lo yang bulat.” bukannya takut Dini malah meledek Ratu.“Gak usah ngejek lo, jawab dulu pertanyaan gue.”“Sabar…sini duduk dulu. Lo da sarapan belum? Kalau belum pesan gih, biar gue traktir.”“Beneran ni, lo mau traktir gue. Tumben, lo menghilang dapat harta karun ya.” Ratu seolah lupa dengan jawaban yang ditanyakan ke Dini dan duduk di depan Dini kemudian memesan makanan pada Bu Tini.“Anggap saja begitu,” kata Dini sambil memasukkan makanan ke mulutnya yang tinggal sesuap lagi kasian kalau tidak dihabiskan.Makanan yang di pesan Ratu pun datang dan Ratu menikmati makanannya tanpa bicara ia takut keburu jam pelajarannya masuk. Dini memperhatikannya hanya menggelengkan kepala tadi sepertinya ia berlagak s
Di swalayan Identik dengan ramainya orang berbelanja namun tidak di swalayan yang saat ini Dini berada, Dini sampe terbengong melihat sekelilingnya tampak sepi hanya ada beberapa pegawai yang berdiri di sudut rak dengan wajah tertunduk. Kenzi yang berjalan didepan menghentikan langkahnya saat ia menoleh kebelakang ternyata Dini masih berjalan lambat sambil melirik ke kanan dan ke kiri.“Hei…kamu mau berbelanja apa mau bengong?” Teriak Kenzi.Dini yang mendengar teriak Kenzi segera berlari menghampirinya. Mereka pun berjalan berdampingan, terkadang mereka saling melirik bersama dan saat ketahuan curi pandang mereka pun menjadi canggung.“Om, kok disini sepi ya?” Dini yang penasaran akhirnya bertanya ke Kenzi.“Mana aku tahu,” jawab Kenzi datar. “Buruan belanja.”Dini pun mengeluarkan catatan yang tadi pagi sudah ia buat di tas selempangnya. Ia pun mengambil troli dan mulai mengambil beberapa bahan makanan yang dibutuhkan. Kenzi yang berada di belakang Dini hanya memandangi tingkah Dini
"Siapa wanita yang bersama kamu di swalayan? Apakah wanita yang sama saat kamu membeli gaun di butik langganan Mama?" tanya sang Mama yang saat ini berada di ruang kerja Kenzi.Artika yang mendapat pesan gambar dari teman sosialitanya yang saat itu juga berada di sekitar swalayan langsung mengirim ke anaknya Kenzi untuk meminta penjelasan namun rasanya tidak nyaman berbicara melalui telepon sehingga Artika mendatangi Kenzi di perusahaanya.“Mama dapat dari mana foto ini?” Kenzi malah bertanya bukannya menjawab pertanyaan Mamanya, Kenzi bisa bernafas lega karena saat di foto wajah Dini tidak kelihatan hanya punggungnya saja.“Tidak penting Mama dapat dari mana foto ini, kalau kamu tidak mau memberitahu siapa wanita ini Mama akan cari tahu sendiri atau Mama akan beritahukan kakek.”“Jangan dulu beritahu Kakek, Ma. Nanti Kakek memaksa Kenzi untuk langsung menikahinya.”“Jadi kamu hanya bermain-main dengan wanita itu seperti kamu bermain sama wanita sewaan kamu yang lainnya. Jangan bilan
Angkot yang membawa Dewi berhenti di halte, Dewi Pun turun setelah ia membayar ongkos. Ia pun melihat sekeliling bangunan yang tampak asing di matanya. “Bismillah…demi Ibu dan Dini aku harus berani…semangat Dewi semoga di perusahaan ini kamu diterima.” Dewi menyemangati dirinya sebelum melangkah ke sebuah gedung perusahaan X.Dewi sampai di perusahaan tersebut, namun langsung di cegah oleh Satpam yang sedang berjaga.“Maaf, Nona. Ada keperluan apa anda disini?” Tanya satpam yang bernama Budi yang tampak di seragam bajunya.“Hmmm…maaf Pak. Saya dengar perusahaan ini membuka lowongan pekerjaan jadi saya kemari untuk membawa berkas.” Kata Dewi sambil menyodorkan map merah yang ia bawa.Satpam tersebut menerima map yang diberikan Dewi dan membukanya, ia pun memeriksa isi map yang Dewi bawa setelah dirasa tidak ada yang mencurigakan, Budi memberikan kembali map tersebut ke Dewi.“Mbak ini tahu dari mana kalau perusahaan ini ada buka lowongan pekerjaan.”“Kata teman saya Pak. Kebetulan tema
Seorang laki-laki tampan memegang erat gelas kaca karena menahan kesal, untungnya gelas tersebut terbuat dari kaca tebal sehingga tidak mudah pecah saat digenggam dengan erat. Kenzi semakin kesal saat Pram menjauh sambil menerima telp Dini, jadinya Kenzi tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.“Aku baik-baik saja Kak. Maaf ya aku tidak memberi kabar kalau aku tidak bekerja lagi.” kata Dini di seberang.“Kenapa kamu tidak bekerja lagi? Apa gara-gara masalah tempo hari? Bukankah semua sudah beres dan Tuan Kenzi tidak mempermasalahkannya.” Tanya Pram yang sedikit kecewa Dini tidak bekerja lagi.“Tidak, Kak. Masalah itu sudah selesai, tapi–“Tapi kenapa? Apa ada karyawan disini yang jahat kamu? Apa itu Moly?” Pram kembali bertanya alasan Dini tidak mau bekerja lagi, Pram juga curiga kalau Dini diperlakukan tidak baik oleh Moly. Karena karyawan lain sempat mengadu kalau Moly menukar gelas pesanan untuk Dini.“Bukan Kak, aku hanya tidak ingin bekerja malam saja. Aku ingin fokus kuli
Pagi ini, seperti biasanya Dewi bangun lebih awal untuk membantu Ibunya terlebih dahulu di warung. Ia membuka warung dan mengeluarkan barang-barangnya serta menyapu halaman depan warung agar terlihat bersih. Anna yang baru pulang dari berbelanja ke pasar untuk mengisi barang dagangannya terkejut saat melihat anaknya Dewi sudah membuka warung lebih cepat dari biasanya.“Dewi, kamu ngapain? Bukannya bersiap-siap berangkat kerja kok mala buka warung Ibu.”“Gak apa-apa, Bu. Biasanya Dewi bantu Ibu di warung tapi mulai hari ini Dewi tidak bisa bantu makanya Dewi membantu Ibu membuka warung dan bersih-bersih. O ya sarapan juga sudah Dewi siapkan. Ibu letakan saja belanjanya di dalam, nanti biar Dewi susun.” kata Dewi yang masih memegang gagang sapu lidi.“Kamu, memang anak yang baik. Sungguh beruntung laki-laki yang akan menjadi suami kamu kelak.” puji Anna.“Ah Ibu, masih pagi sudah muji-muji Dewi, pamalik itu, Bu.” Sahut Dewi tersenyum malu.“Ya sudah, Ibu kedalam dulu ya. Belanja ini bia
Penampilan Dini malam ini bak seperti cinderella, tak henti-hentinya ia menatap takjub wajahnya yang sudah dipoles oleh seorang MUA, biasanya ia hanya memakai make up tebal untuk menutupi usianya yang muda agar bisa bekerja di klub malam namun hari ini dengan alat make up yang mahal membuat wajah Dini terlihat seperti sangat berbeda.“Sudah Nona, jangan bercermin terus. Anda harus memakai gaun yang sudah disiapkan, 15 menit lagi Tuan Kenzi akan menjemput Nona.” ucap asisten MUA sambil menyerahkan sebuah paper bag.Dini pun menerimanya, mereka keluar dari kamar agar Dini bisa berganti baju. Dini kembali di buat takjub saat ia memakai gaun terusan tanpa lengan berwarna krem.“Wah….aku seperti anak orang kaya beneran,” ucap Dini sambil berputar-putar senang dengan penampilannya yang cantik, karena terlalu senang Dini tidak sengaja menginjak sesuatu yang ada di lantai dan membuat tubuhnya hampir jatuh ke lantai namun tiba-tiba ada tangan kokoh yang langsung merangkul pinggang Dini dan ia
Dari kejauhan Pram sangat penasaran wanita yang telah menaklukkan hati sahabatnya itu, karena sangat jarang Kenzi datang ke pesta dengan pasangannya. Pram menyipitkan matanya saat menatap tubuh wanita mungil yang sepertinya ia kenal, saat ia mendekati Kenzi ia baru jelas melihat kalau wanita tersebut lah yang sudah membuat hari-harinya gelisah.“Dini….”Dini menoleh saat mendengar suara yang ia kenal, “Kak….Pram….” ucap Dini terkejut.“Mengapa ada disini?” ucap Dini dan Pram berbarengan.Kenzi menatap mereka dengan tidak senang, hatinya panas mendengar Dini menyebut nama laki-laki lain. Walau ia akui kalau dibandingkan dengannya, Pram yang sudah lebih dahulu mengenal Dini.“Pram, kamu kenal dengan kekasih Kenzi?” tanya sang Papa.Pram hendak membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Papanya, namun Kenzi langsung memotong ucapannya.“Pram sudah saya kenalkan, Om. Mungkin Pram terkejut dengan penampilannya hari ini.” sela Kenzi dengan datar. Ia berharap Pram tidak menceritakan asal usu
Mengingat kondisi sang Kakek yang semakin melemah. Dini yang seharusnya menemui keluarga Ibu Kandungnya harus ditunda. Pernikahan mereka pun memiliki sedikit kendala karena Dini telah menemukan keluarga dari pihak Ibunya, tidak mungkin Dini menikah tanpa meminta restu dari Kakek dari pihak Ibunya.Max pun memberitahu kepada Tuan Besar Samuel tentang masalah Dini kalau Dini merupakan cucu dari Sanjaya, Samuel pun segera menemui Sanjaya kediamannya untuk memberi tahu pernikahan cucunya tersebut. Perjalanan Samuel ke Jogja untuk menemu Sanjaya pun mendadak menjadi dramatis, ternyata Sanjaya merupakan sahabat Darma semasa kecil.Mengetahui kalau Darma sakit keras, Sanjaya pun ikut Samuel ke Jakarta untuk melihat keadaan Darma sekaligus menjadi saksi pernikahan cucu yang selama ini mereka cari.Dikediaman Sanjaya, Miska yang mengetahui kalau Dini akan menikah dengan Kenzi berusaha ingin ikut bersama Kakek Sanjaya, namun dicegah oleh Kelvin yang saat itu berada di kediaman sang Kakek. Kelvi
Sesampainya di rumah sakit, Kenzi dan Dini langsung menuju keruangan ICU tempat sang Kakek dirawat. Di luar ruangan tampak Mama Artika yang sedang menangis di pelukan Papa Samuel dan di sebelahnya ada Max yang sedang berbicara melalui telepon. Entah dengan siapa Max berbicara Kenzi tidak mau ambil pusing walau dihati ada rasa penasaran kenapa Max berada dirumah sakit lebih dahulu daripada dirinya.Langkah Kenzi semakin cepat dan hatinya semakin diliputi rasa cemas yang tidak kentara, Dini yang ikut merasakan kecemasan Kenzi pun menggenggam tangan Kenzi untuk memberikan Kenzi sedikit ketenangan.“Ma, Pa…” lirih Kenzi saat ia sudah berada di hadapan Arika dan Samuel. Pelukan Artika pun terurai dan menatap wajah anaknya dengan sedih.“Bagaimana keadaan Kakek?” Tanya Kenzi dengan suara bergetar. Karena melihat wajah kedua orang tuanya bisa Kenzi pastikan keadaan kakeknya memburuk apalagi Artika menjawab sambil menggeleng dengan airmata berlinang, lantas Samuel kembali memeluk sang istri s
Semenjak meninggalkan restoran, Kenzi tidak jadi kembali ke kantor, ia ikut kembali ke apartemen bersama Dini. Di dalam mobil, Kenzi bisa perhatikan wajah Dini yang bahagia telah menemukan keluarga dari pihak Ibunya. Sebenarnya itu bagus bagi Kenzi karena akan mempermudah Kenzi untuk menikahi Dini sehingga gak ada alasan bagi Dini untuk menolaknya. Namun lain hal dengan Dini, ia sangat bersyukur hari ini ikut makan bersama dengan Kenzi selain bertemu dengan Kak Dewi, ia juga bisa bertemu dengan keluarga Ibu kandungnya. Seharusnya tadi Kelvin ingin langsung membawa Dini bertemu Kakek mereka yang memang selama ini mencari Dini. Namun Kenzi melarangnya, Kenzi yang akan mengantar Dini ke Jogja sekalian ingin melamar. “Apa kamu sangat senang bertemu dengan keluarga Ibumu?” Tanya Kenzi saat mereka sudah berada di dalam apartemen. Senyum yang sedari tadi mengembang semakin mengembang, ia lalu mengangguk. Ia hampir melupakan keberadaan Kenzi di dalam rumah kalau saja Kenzi tidak berbic
Akhirnya Kenzi memutuskan untuk melanjutkan makan siang bersama karena ia menghargai ajakan Kelvin lagian sepertinya Miska tidak berkutik lagi setelah Kelvin memberikan ancaman. Mereka semua makan dalam diam hanya sekali-kali Kenzi dan Kelvin membahas terkait proyek yang akan mereka kerjakan. Pandangan Miska pun tak lepas dari Kenzi berharap pria tersebut meliriknya namun sayang Kenzi bahkan menganggap Miska tidak ada. Dan itu membuat Miska semakin marah dengan Dini karena kehadiran Dini membuat Kenzi berubah. Muak dengan kemesraan Kenzi dan Dini, Miska pun memilih keluar dari restoran, ia enggan makan bersama, perbuatan Miska membuat Kelvin kesal dan malu terhadap Kenzi. Lain hal dengan Dewi dan Dini mereka hanya saling menatap seolah memberi isyarat kalau ada sesuatu yang ingin mereka sampaikan. “Jadi wanita ini yang Dini katakan sebagai Kakaknya berarti wanita ini dan ibunya yang telah meninggalkan Dini setelah membawa uang yang aku kirim.” Batin Kenzi, saat pandangannya tertu
“Om…apa-apaan sih! Lipstik Dini jadi berantakan dan Om apa gak malu dilihat Om Max.” Dini mengomel begitu ciuman mereka terlepas dan mengerucutkan bibirnya kesal karena sikap Kenzi yang tiba-tiba menciumnya.“Kamu tidak melihat apa-apa kan Max.” Kata Kenzi sambil mengelap bekas listrik yang menempel di bibirnya dengan santai.“Saya tidak melihat apa-apa Tuan. Kalau begitu lanjutkan saja dulu Tuan. Saya keluar dulu,” ujar Max. Ia pun segera keluar dari mobil sambil ngedumel dengan sikap Tuannya yang gak tahu tempat. Bisa-bisanya berciuman saat ia masih dalam mobil. Tentu saja Max melihatnya dari spion depan mobil.“Kamu dengar kan, Max tidak melihat kita jadi tidak masalah kalau aku mencium kamu lagi.” Lirih Kenzi sambil kembali menarik tekuk Dini dan menciumnya kembali dengan lembut sebelum Dini kembali protes.Setelah puas, Kenzi pun melepaskan ciumannya dan menghapus lipstik di bibir Dini yang sedikit belepotan.“Iisss….Om ini.” Dini semakin bertambah kesal karena ulah Kenzi yang se
Wajah Dini langsung sumringah saat Max mengatakan kalau ia tahu keberadaan Dewi. Lantas Dini buru-buru mengajak Max untuk mengantarnya menemui Dewi. Namun senyum Dini langsung ber7bah sendu saat Max menolak untuk beranjak dan mengatakan hal yang membuat Dini kecewa.“Tapi Nona. Kakak anda sudah check out tadi pagi kemungkinan Kakak Nona sudah pergi dari hotel tersebut.” jawab Max.Pegangan di tangan Max terlepas dan Dini terduduk di sebelah Max dengan mata berkaca-kaca, kedua telapak tangan menutup wajah dan tak lama terlihat bahunya bergetar hanya terdengar suara sesenggukan.Max bingung harus berbuat apa, karena ia tidak pernah berhadapan dengan wanita apalagi sedang menangis. Max berniat menghubungi Tuannya namun ia juga takut akan disalahkan karena melihat Dini menangis.“Non….sudah jangan menangis. Nanti saya cari tau lagi keberadaan Kakak Nona” bujuk Max.Dini mendongak dan menghapus kasar air matanya yang terus mengalir, “beneran,Om.” jawab Dini sambil terisak.Max terpaksa men
Perasaan Dini mulai tidak tenang, berkali-kali ia menatap ponselnya berharap Dewi membalas pesannya atau menghubunginya. Dini menjadi tidak semangat beraktifitas sampai ia bolos kuliah hari ini karena ia takut kalau tiba-tiba sedang kuliah Dewi membalas pesannya dan mengajak bertemu.Dini sudah melihat pesan dari Kenzi tapi ia tidak berniat membalasnya, ia berniat akan menolak kalau nanti Max datang menjemput. Tiba-tiba bel apartemen berbunyi.“Ini masih pukul 10, mengapa Om Max sudah datang menjemput?” Dini berdecak kesal. Dini yakin yang membunyikan bel apartemennya adalah Max. Karena kalau itu Kenzi ia akan masuk sendiri karena ini rumahnya, kalau Mamanya Kenzi tidak mungkin jam segini datang.Dengan malas Dini bangkit dari sofa dan berjalan sambil menyeret sandalnya seakan enggan untuk membuka pintu. Sebelum membuka pintu Dini melihat di monitor di sebelah pintu tampak seorang laki-laki gagah dengan setelan jas, siapa lagi kalau bukan Max. Dini berharap itu bukan tapi ternyata te
“Apa benar kamu bertemu dengan Miska? Mengapa wanita itu menemui kamu lagi. Apa kamu masih menyukainya sampai ia datang kemari?” Artika menanyakan beberapa rentetan pertanyaan yang membuat Kenzi pusing untuk menjawabnya.“Jawab Ken jangan diam saja.” “Bagaimana Ken mau jawab kalau Mama masih bertanya. Sudah begitu saja yang mau Mama tanyakan.” jawab Kenzi dengan santai. Ia sedikit bernafas lega karena Mamanya hanya bertanya tentang keberadaan Miska bukan tentang penyakitnya.“Ya cuma itu yang mau Mama tanyakan.” Jawab Artika.Dini yang duduk di depan Artika hanya diam memperhatikan kedua anak dan Ibu tersebut.“Miska datang sebagai partner kerja, ternyata proyek baru yang Kenzi kerjakan bekerja sama dengan perusahan keluarga Miska. Kenzi harus tetap profesional Ma. Ini proyek besar dan gak mungkin Kenzi batalkan hanya karena ada Miska.” Terang Kenzi.Artika menatap wajah datar anaknya, “tapi kamu beneran tidak ada perasaan apa-apa lagi padanya kan.” Kenzi menggeleng, “kalian makan a
“Dini….”Dini menoleh ke sumber suara yang memanggil namanya. “Kak Pram.” lirih Dini.Pram tersenyum ke arah Dini dan Artika yang berada disamping Dini, ia menatap heran Dini yang begitu sangat dekat dengan Mama Kenzi.“Tante, apa kabar?” Sapa Pram, lalu mencium punggung tangan Artika dengan sopan.“Tante baik-baik saja.” Jawab Artika tersenyum hangat.Pram melirik Dini yang hanya diam berdiri di samping Artika dengan menunduk tanpa mau menatapnya.“Ayo, Tan. Kita pulang.” ajak Dini, ia mencoba menghindar dari Pram, ia tahu pasti Pram curiga dengannya yang dekat sama Mama Kenzi.“Pram, Tante pulang dulu ya. Kami sudah seharian berjalan-jalan. Kamu sudah lama tidak main kerumah, Tante tunggu kamu dirumah ya.” “Baik, Tan.”Dini langsung menarik Artika berjalan menuju mobil, ia langsung duduk di kursi penumpang dan Artika disebelahnya. Dini menghembus nafasnya dengan berat, ia sedikit tenang bisa menghindar dari Pram. Ia tidak mau Pram bertanya hal-hal aneh tentangnya.“Apa kalian sali