Pagi ini, seperti biasanya Dewi bangun lebih awal untuk membantu Ibunya terlebih dahulu di warung. Ia membuka warung dan mengeluarkan barang-barangnya serta menyapu halaman depan warung agar terlihat bersih. Anna yang baru pulang dari berbelanja ke pasar untuk mengisi barang dagangannya terkejut saat melihat anaknya Dewi sudah membuka warung lebih cepat dari biasanya.“Dewi, kamu ngapain? Bukannya bersiap-siap berangkat kerja kok mala buka warung Ibu.”“Gak apa-apa, Bu. Biasanya Dewi bantu Ibu di warung tapi mulai hari ini Dewi tidak bisa bantu makanya Dewi membantu Ibu membuka warung dan bersih-bersih. O ya sarapan juga sudah Dewi siapkan. Ibu letakan saja belanjanya di dalam, nanti biar Dewi susun.” kata Dewi yang masih memegang gagang sapu lidi.“Kamu, memang anak yang baik. Sungguh beruntung laki-laki yang akan menjadi suami kamu kelak.” puji Anna.“Ah Ibu, masih pagi sudah muji-muji Dewi, pamalik itu, Bu.” Sahut Dewi tersenyum malu.“Ya sudah, Ibu kedalam dulu ya. Belanja ini bia
Penampilan Dini malam ini bak seperti cinderella, tak henti-hentinya ia menatap takjub wajahnya yang sudah dipoles oleh seorang MUA, biasanya ia hanya memakai make up tebal untuk menutupi usianya yang muda agar bisa bekerja di klub malam namun hari ini dengan alat make up yang mahal membuat wajah Dini terlihat seperti sangat berbeda.“Sudah Nona, jangan bercermin terus. Anda harus memakai gaun yang sudah disiapkan, 15 menit lagi Tuan Kenzi akan menjemput Nona.” ucap asisten MUA sambil menyerahkan sebuah paper bag.Dini pun menerimanya, mereka keluar dari kamar agar Dini bisa berganti baju. Dini kembali di buat takjub saat ia memakai gaun terusan tanpa lengan berwarna krem.“Wah….aku seperti anak orang kaya beneran,” ucap Dini sambil berputar-putar senang dengan penampilannya yang cantik, karena terlalu senang Dini tidak sengaja menginjak sesuatu yang ada di lantai dan membuat tubuhnya hampir jatuh ke lantai namun tiba-tiba ada tangan kokoh yang langsung merangkul pinggang Dini dan ia
Dari kejauhan Pram sangat penasaran wanita yang telah menaklukkan hati sahabatnya itu, karena sangat jarang Kenzi datang ke pesta dengan pasangannya. Pram menyipitkan matanya saat menatap tubuh wanita mungil yang sepertinya ia kenal, saat ia mendekati Kenzi ia baru jelas melihat kalau wanita tersebut lah yang sudah membuat hari-harinya gelisah.“Dini….”Dini menoleh saat mendengar suara yang ia kenal, “Kak….Pram….” ucap Dini terkejut.“Mengapa ada disini?” ucap Dini dan Pram berbarengan.Kenzi menatap mereka dengan tidak senang, hatinya panas mendengar Dini menyebut nama laki-laki lain. Walau ia akui kalau dibandingkan dengannya, Pram yang sudah lebih dahulu mengenal Dini.“Pram, kamu kenal dengan kekasih Kenzi?” tanya sang Papa.Pram hendak membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Papanya, namun Kenzi langsung memotong ucapannya.“Pram sudah saya kenalkan, Om. Mungkin Pram terkejut dengan penampilannya hari ini.” sela Kenzi dengan datar. Ia berharap Pram tidak menceritakan asal usu
Selesai dari toilet, Dini hendak kembali ke tempat dimana ia dan Kenzi berpisah karena saat di jalan Kenzi bertemu dengan koleganya sehingga Dini berjalan sendiri menuju toilet. Namun Dini tidak melihat keberadaan Kenzi, ia pun bingung harus mencari Kenzi kemana karena banyaknya tamu yang hadir.Dini yang hendak berjalan di antara keramaian tamu untuk mencari Kenzi atau Pram tiba-tiba seseorang menarik paksa tangan Dini, ia pun menoleh kebelakang dan mendapatkan seorang pria tua dengan tatapan ingin memangsanya.“Apa-apaan ini, Tuan. Lepaskan tangan saya,” Dini berusaha menarik tangannya dari genggaman pria tua tersebut.“Kamu jangan menghindar lagi, aku sudah lama menunggu kamu disini dan ternyata benar kamu sengaja menunda ya kan. Ayo, sekarang ikut saya karena saya sudah banyak mengeluarkan uang untuk kamu.” ucap pria tersebut sambil terus menarik paksa tangan Dini untuk ikut dengannya.“Anda salah orang Tuan. Saya tidak mengenal Anda.” Dini tetap berusaha menarik tangannya, ia yak
Kenzi menatap Dini yang sedang tertidur dengan wajah pucat dengan bulu mata yang lentik. Lantas pandangan Kenzi terarah ke bibir Dini yang terluka, namun bibir tersebut tetap sexy walau ada sisa darah beku di ujung bibir. Kenzi mengepalkan tangannya, emosinya kembali bangkit saat membayangkan perlakuan laki-laki tersebut ke Dini. Syukur saat di periksa oleh Dokter pribadi keluarga Darmantara keadaan Dini baik-baik saja.Mata yang tadinya terpejam tiba-tiba mengerjap, Dini mencoba membuka matanya perlahan walau rasanya sulit. Dini berpikir ia sudah berada di alam lain.“Hmmm….kok suasana surga seperti kamar si Om pusaka ya,” ucap Dini sambil menatap langit-langit kamar lalu ia mencoba memejamkan matanya kembali kemudian ia menoleh ke sebelah kanan tampak wallpaper hello kitty.“Ternyata di surga memiliki kamar yang sama dengan kamar si Om juga ya.” Kata Dini kembali, Dini yang hanya menatap sebelah kiri tidak tahu kalau di sebelah kanannya ada sosok laki-laki tampan yang sedang berusah
Ting…tong“Kemana ini anak? Kenapa lama sekali membuka pintunya?” Artika mengomel lantas ia mengambil ponsel yang ada di dalam tas jinjingnya dan menekan nomor anak kesayangannya. Panggilan berdering namun tidak diangkat, Artika kembali menghubungi Kenzi.Di dalam Apartemen Dini mulai kehabisan oksigen karena Kenzi tidak melepaskan ciumannya walau hanya untuk menghirup udara sebentar saja. Bunyi bel pun tidak dihiraukan oleh Kenzi, nafsunya sudah sangat menggebu sehingga ia pun jadi tuli.Dini memukul-mukul dada Kenzi agar laki-laki tersebut sadar karena bel apartemen kembali berbunyi bahkan ponselnya pun berdering. Sekuat tenaga Dini memukulnya barulah Kenzi lepas, keduanya pun terengah-engah.“Hah….hah….hah…..Kakak mau bunuh aku ya. Kenapa tidak ada jedanya, bukannya kalau di film korea berciuman ada jeda nya eh ini kok langsung oke gas terus.” Omel Dini saat ia sudah mendapatkan oksigennya kembali.Yang diomelin malah tersenyum miring, lantas ujung jarinya mengusap bibir Dini dari
Hari-hari berlalu dengan sangat menyenangkan bagi Dini, biasanya ia yang harus bekerja siang malam untuk memikirkan biaya kuliahnya dan kebutuhan pribadinya namun sekarang ia tidak perlu bekerja di banyak tempat lagi. Kenzi yang mengetahui kalau Dini sosok yang mandiri dan pekerja keras akhirnya memberi kesepakatan kalau Dini bekerja dengannya dan ia di gaji seperti karyawan lainnya.Dini pun merasa senang karena mendapat pekerjaan yang tetap dan memiliki gaji yang besar. Namun saat ia tahu apa pekerjaannya ia pun menjadi lemas. Ya disinilah Dini sekarang tetap berada di apartemen, Dini disuruh bekerja beres-beres apartemennya terserah mau Dini apakah isi apartemennya.“Hah….kalau begini bukan kerja namanya sama aja aku seharian di rumah tanpa harus keluar. Kenapa sih dia memberikan aku pekerjaan seperti ini? Aku kan maunya bekerja di luar.” Kesal Dini sambil melempar kain lap yang tadi ia gunakan untuk membersihkan meja ruang tamu.“Mending aku bersiap-siap ke kampus saja karena hari
Berangkat kerja hari ini membuat Dewi malas bukan karena pekerjaannya tapi sikap bos nya yang menurut Dewi tidak masuk akal. Sebenarnya bukan Kelvin yang menjadi Bos tempat Dewi bekerja, tapi entah kenapa Dewi selalu dipanggil keruangan Kelvin dengan melakukan pekerjaan yang konyol.Helaan nafas dikeluarkan oleh Dewi saat ia berada di depan lift, ia pun menekan tombol lantai 3 tempat seharusnya ia bekerja namun tiba-tiba ada tangan yang menekan tombol lantai 5. Dengan kesal Dewi menoleh orang tersebut, begitu ia lihat siapa orang tersebut Dewi pun menunduk, pria tersebut adalah Kelvin.“Sial maksud hati cepat-cepat berangkat kerja biar gak ketemu eh malah dia juga datang cepat.” Gerutu Dewi dalam hati namun mulutnya ikut mengomel tanpa suara.“Kamu ada baca pesan dari aku.” Kata Kelvin saat mereka berada dalam lift berdua.“Tidak.” Jawab Dewi dengan singkat.Mendengar Dewi bersikap cuek, Kelvin pun menjadi kesal lalu mendorong pundak Dewi sampai ke dinding sehingga pandangan mereka be