Ting…tong“Kemana ini anak? Kenapa lama sekali membuka pintunya?” Artika mengomel lantas ia mengambil ponsel yang ada di dalam tas jinjingnya dan menekan nomor anak kesayangannya. Panggilan berdering namun tidak diangkat, Artika kembali menghubungi Kenzi.Di dalam Apartemen Dini mulai kehabisan oksigen karena Kenzi tidak melepaskan ciumannya walau hanya untuk menghirup udara sebentar saja. Bunyi bel pun tidak dihiraukan oleh Kenzi, nafsunya sudah sangat menggebu sehingga ia pun jadi tuli.Dini memukul-mukul dada Kenzi agar laki-laki tersebut sadar karena bel apartemen kembali berbunyi bahkan ponselnya pun berdering. Sekuat tenaga Dini memukulnya barulah Kenzi lepas, keduanya pun terengah-engah.“Hah….hah….hah…..Kakak mau bunuh aku ya. Kenapa tidak ada jedanya, bukannya kalau di film korea berciuman ada jeda nya eh ini kok langsung oke gas terus.” Omel Dini saat ia sudah mendapatkan oksigennya kembali.Yang diomelin malah tersenyum miring, lantas ujung jarinya mengusap bibir Dini dari
Hari-hari berlalu dengan sangat menyenangkan bagi Dini, biasanya ia yang harus bekerja siang malam untuk memikirkan biaya kuliahnya dan kebutuhan pribadinya namun sekarang ia tidak perlu bekerja di banyak tempat lagi. Kenzi yang mengetahui kalau Dini sosok yang mandiri dan pekerja keras akhirnya memberi kesepakatan kalau Dini bekerja dengannya dan ia di gaji seperti karyawan lainnya.Dini pun merasa senang karena mendapat pekerjaan yang tetap dan memiliki gaji yang besar. Namun saat ia tahu apa pekerjaannya ia pun menjadi lemas. Ya disinilah Dini sekarang tetap berada di apartemen, Dini disuruh bekerja beres-beres apartemennya terserah mau Dini apakah isi apartemennya.“Hah….kalau begini bukan kerja namanya sama aja aku seharian di rumah tanpa harus keluar. Kenapa sih dia memberikan aku pekerjaan seperti ini? Aku kan maunya bekerja di luar.” Kesal Dini sambil melempar kain lap yang tadi ia gunakan untuk membersihkan meja ruang tamu.“Mending aku bersiap-siap ke kampus saja karena hari
Berangkat kerja hari ini membuat Dewi malas bukan karena pekerjaannya tapi sikap bos nya yang menurut Dewi tidak masuk akal. Sebenarnya bukan Kelvin yang menjadi Bos tempat Dewi bekerja, tapi entah kenapa Dewi selalu dipanggil keruangan Kelvin dengan melakukan pekerjaan yang konyol.Helaan nafas dikeluarkan oleh Dewi saat ia berada di depan lift, ia pun menekan tombol lantai 3 tempat seharusnya ia bekerja namun tiba-tiba ada tangan yang menekan tombol lantai 5. Dengan kesal Dewi menoleh orang tersebut, begitu ia lihat siapa orang tersebut Dewi pun menunduk, pria tersebut adalah Kelvin.“Sial maksud hati cepat-cepat berangkat kerja biar gak ketemu eh malah dia juga datang cepat.” Gerutu Dewi dalam hati namun mulutnya ikut mengomel tanpa suara.“Kamu ada baca pesan dari aku.” Kata Kelvin saat mereka berada dalam lift berdua.“Tidak.” Jawab Dewi dengan singkat.Mendengar Dewi bersikap cuek, Kelvin pun menjadi kesal lalu mendorong pundak Dewi sampai ke dinding sehingga pandangan mereka be
“Kakek kerja disini? Kok tega banget pemilik rumah ini mempekerjakan seorang paruh baya seperti Kakek. Sungguh keterlaluan.” omel Dini yang mengambil sekop di tangan Kakek.“Sini biar Dini bantu Kakek selesaikan pekerjaanya lalu Kakek istirahat karena ini sudah malam. Apa Kakek sudah makan?” “Belum, Kakek belum dikasih makan sama keluarga ini.” ucap Kakek lemah sambil meraba-raba perutnya pura-pura lapar.Dini menatap ke arah Kenzi dengan marah, “Om, ini Kakek belum makan tapi kenapa masih disuruh kerja juga.” Lalu ia berdiri lebih dekat ke arah Kakek hendak membisikkan sesuatu namun tidak jadi saat Kenzi menyebut Kakek tersebut sebutan kakeknya.Kenzi tidak suka Dini menyebut Kakeknya seorang pelayan disini, kakeknya orang terhormat masa Dini dengan lancangnya berkata kalau sang Kakek seorang pekerja.“Ini Kakek aku dan pemilik rumah ini.” kata Kenzi dengan kesal karena Dini sudah menghina Kakeknya.“Apa? Kakek Om…hah….yang benar saja, Om ngaku-ngaku ini Kakek Om.” Ucap Dini tidak p
“Kenapa kalian sangat terkejut? Bukankah kalian saling suka? Akan lebih baik kalau kalian segera menikah.” kata Kakek dengan sangat antusias.“Tapi…Kek. Ini terlalu cepat bagi kami yang baru menjalin hubungan.” ucap Kenzi yang berusaha membuat sang Kakek menarik kembali ucapannya yang meminta mereka segera menikah.“Kamu mau Kakek mati dulu baru kamu mau menikah.” ancam Kakek lalu bangkit dari duduknya.“Bukan begitu, Kek.”“Alah sudah, Kakek sudah lapar. Ayo Dini kita ke ruang makan.” Ajak Kakek pada Dini. Dini yang tadinya hendak ikut protes dengan ucapan Kakek yang meminta mereka menikah pun tidak jadi bersuara dan ia mengikuti sang Kakek yang mengajaknya ke ruang makan.Kenzi mengusap wajahnya dengan frustasi, ternyata membawa Dini kerumah malah membuatnya semakin pusing karena sang Kakek memintanya segera menikahkan Dini. Kenzi takut asal usul Dini membuat keluarganya kecewa.Tak lama Artika dan Samuel turun dari tangga, mereka langsung ke ruang makan.“Kenalin, pa. Calon mantu k
“Siapa orangtua kamu, Nak. Kami perlu tahu agar bisa melamar kamu secepatnya.” Timpal Kakek dengan lembut.“Kamu gak usah takut, kami tidak masalah kamu dari keluarga mana.” ucap Artika yang melihat Dini enggan untuk menjawab.Di atas tangga Kenzi buru-buru turun kebawah karena ia mendengar orangtuanya sedang bertanya tentang keluarga Dini. “Dini, ayo kita pulang. Ini sudah malam.” kata Kenzi yang sudah berdiri di samping sofa.“Iis anak ini main ngajak pulang saja. Kami lagi ngobrol sama Dini. Bentar lagi pulangnya.” sahut Artika yang kecewa Dini diajak pulang sama Kenzi.“Tapi ini sudah malam, Ma. Nanti Dini bisa main kemari lagi.”Samuel dan Kakek Darma hanya diam tanpa melarang karena hari memang sudah malam.“Kakek, Om, Tante. Dini pulang dulu, makasih makan malamnya.” ucap Dini dengan sopan, lantas ia bangkit dari duduknya.“Iya, sayang. Kapan-Kapan kamu kesini lagi ya.” Kata Artika“Baik…Tante.” Dini pun menyalami Kakek Darma dan Om Samuel, saat ia hendak menyalami tante Arti
Sebelah tangan Kenzi yang memegang tangan Dini mulai mengendur saat wanita itu mengatakan hal buruk untuk Kenzi. Dini bisa merasakan wajah Kenzi yang kesal, lalu ia menggenggam tangan Kenzi kembali lalu tersenyum ke arahnya. Genggaman tangan Dini membuat hati Kenzi membuat hati Kenzi menghangat.“Maaf, Mbak. Saya sudah tahu kekurangan calon suami saya dan semua itu tidak masalah buat saya. Jadi Mbak bisa pergi dari sini kalau memang tidak ada yang perlu dibicarakan lagu.” ucap Dini dengan tersenyum miring.“Hah….apa kamu bilang? Kamu sudah tahu dan menerima kekurangan dia.”“Benar, ada masalah dengan Mbak.”“Aku tahu, kamu pasti cuma mengincar harta Ken saja.” Miska menatap Dini dengan ketus, “Ken aku kesini mau membicarakan hubungan kita, aku tahu kamu pasti masih memiliki perasaan sama aku ya kan. Bilang sama aku kalau wanita di samping kamu itu hanya wanita bayaran kamu ya kan.”Kenzi yang sudah muak mendengar ocehan Miska segera membuka pintu dan menarik masuk Dini ke dalam lalu m
Pagi-pagi sekali Dini sudah bangun dan sedang berkutat di dapur membuat sarapan buat dirinya dan Kenzi. Dini yang sedang memasak sekali-kali matanya melirik ke arah pintu ruang kerja tempat Kenzi berada.Dini tahu di dalam ruangan itu juga terdapat kamar tidur dan kamar mandi, ia merasa tidak enak harus menguasai kamar milik Kenzi tapi itu semua perintah Kenzi, padahal ia bisa saja mencari rumah sewa tapi Kenzi memintanya untuk tetap tinggal di apartemennya.Dini pun menyelesaikan masakannya dan menata di meja makan, lalu ia mendengar suara langkah kaki ternyata Kenzi sudah rapi dengan baju kerjanya. Penampilan Kenzi selalu menawan pantas mantan kekasihnya ingin kembali.“Kamu buat sarapan?” Tanya Kenzi yang duduk di meja makan.“Hmmm…iya. Om mau kopi atau teh?” tawar Dini yang sedang mengambil 2 buah cangkir.“Kopi saja.”“Oke” Dini segera membuat kopi buat Kenzi dan teh manis untuknya “Aku tidak tahu, Om biasa sarapan apa? Jadi aku buat sarapan yang aku biasa aku makan.” ucap Dini