Pagi-pagi sekali Dini sudah bangun dan sedang berkutat di dapur membuat sarapan buat dirinya dan Kenzi. Dini yang sedang memasak sekali-kali matanya melirik ke arah pintu ruang kerja tempat Kenzi berada.Dini tahu di dalam ruangan itu juga terdapat kamar tidur dan kamar mandi, ia merasa tidak enak harus menguasai kamar milik Kenzi tapi itu semua perintah Kenzi, padahal ia bisa saja mencari rumah sewa tapi Kenzi memintanya untuk tetap tinggal di apartemennya.Dini pun menyelesaikan masakannya dan menata di meja makan, lalu ia mendengar suara langkah kaki ternyata Kenzi sudah rapi dengan baju kerjanya. Penampilan Kenzi selalu menawan pantas mantan kekasihnya ingin kembali.“Kamu buat sarapan?” Tanya Kenzi yang duduk di meja makan.“Hmmm…iya. Om mau kopi atau teh?” tawar Dini yang sedang mengambil 2 buah cangkir.“Kopi saja.”“Oke” Dini segera membuat kopi buat Kenzi dan teh manis untuknya “Aku tidak tahu, Om biasa sarapan apa? Jadi aku buat sarapan yang aku biasa aku makan.” ucap Dini
“Sayang” sapa Miska dengan tersenyum manis. Miska sengaja bangun pagi-pagi hanya ingin menemui Kami di kantornya.“Ngapain kamu pagi-pagi ada disini?” Tanya kenzi.“Aku tahu kamu akan terus menghindar makanya aku sengaja ke sini, aku ingin bicara sama kamu, kasih aku waktu, please.” mohon Miska, lalu mendekati Kenzi.“Maaf aku sibuk. Max tolong kamu bereskan wanita ini.” perintah Kenzi pada Max, ia pun melangkah masuk ke dalam ruangannya.Melihat Kenzi masuk ke ruangannya, Miska juga ikut menyusul namun Max langsung menghadangnya.“Tolong, nona. Jangan membuat keributan, ini masih terlalu pagi lagian Tuan hari ini memang lagi sibuk.” kata Max mencoba untuk membuat Miska mengerti.Miska mendengus kesal, karena lagi-lagi usahanya tidak berhasil. Padahal ia sengaja pergi pagi-pagi hanya untuk bertemu dengan Kenzi tapi sepertinya laki-laki tersebut benar-benar marah padanya.Tidak mau membuat Kenzi semakin marah, Miska pun keluar dari perusahaan Kenzi dengan hati yang kesal.****Dewi dan
“Pak, tadi saya lihat Nona Miska.” bisik Dewi pada Kelvin yang saat ini sedang berada di ruangan meeting.“Kenapa gak kamu panggil?”“Tadi juga mau saya samperin tapi Bapak sudah bawa saya masuk kedalam.”“Kenapa gak bilang?”Dewi menarik nafas dengan kesal, percuma bicara dengan bosnya ini selalu saja muncul pertanyaan bukannya jawaban dari pertanyaan yang diajukan.Pintu ruangan meeting terbuka dan muncul seorang pria dengan rambut tertata rapi, memakai jas navy dan aura wajahnya sangat menyeramkan.Kenzi menyalami Kelvin yang merupakan klien pentingnya hari ini. Kenzi tidak tahu kalau Kelvin merupakan sepupu dari Miska. Lalu ia mengangguk pada Dewi yang ikut berdiri di samping Kelvin tanpa berjabat tangan dengan Dewi.“Mari silahkan, duduk. Maaf membuat Bapak hadir sepagi ini.” kata Kenzi dengan wajah datar.“Ah tidak masalah, Pak. Lagian kami sudah berada disini dari semalam.” jawab Kelvin.“Boleh kita mulai.” ucap Kenzi yang tidak mau membuang waktu hanya untuk berbasa-basi.“Bus
Sepertinya Kenzi tidak bisa menghindari Miska karena ia memandang Kelvin sebagai teman bisnisnya, ia pun harus bersikap profesional.“Kalian sudah saling kenal?” Tanya Kelvin heran, ia memandang Kenzi yang seakan tidak suka dengan keberadaan Miska namun lain halnya dengan Miska yang tampak sangat senang.“Iya Pak. Kami ini…..” ucapan Miska dipotong oleh Kenzi, ia tidak mau Miska memberitahu hubungan mereka dulu.“Bersikaplah profesional disaat di jam kerja. Dan tanyakan hal yang menyangkut pekerjaan saja.” ujar Kenzi dengan datar. “Baik, Tuan. Mari Tuan saya tunjukkan sampai mana batas lokasi pembangunan nanti.” ucap Kelvin pada Kenzi, lalu ia melirik Dewi dan Miska yang berdiri tak jauh darinya, “kalian tunggu di sini saja.” lanjut Kelvin menyuruh dua wanita tersebut untuk tidak ikut memantau, karena sepertinya Kenzi tidak suka dengan keberadaan Miska, ia tidak mau proyek ini gagal.“Tapi kak…” Miska hendak protes tapi mendapat tatapan tajam Kakak sepupunya ia pun terpaksa mengikuti
“Ken, Mama dan Dini ada di restoran tidak jauh dari kantor kamu. Kamu kemari.” Kenzi membaca pesan singkat dari Mamanya, sejak kapan mereka sudah saling dekat, Kenzi harap Dini tidak berbicara apa-apa tentang dirinya.Kenzi langsung menekan tombol panggilan alih-alih membalas pesan sang Mama.“Hallo, sayang.” sapa Mama Artika di seberang.“Ken, gak bisa datang Ma. Ini Ken lagi di jalan karena tadi selesai meninjau lokasi.” “Aduh sayang banget, padahal ada yang ingin Mama tanyakan ke kamu.”Deg“Mama mau tanya apa? Apa Dini ada cerita tentang aku.” batin Kenzi.“Ken, kamu masih dengar Mama kan.” Tanya Artika yang tidak mendengar suara anaknya lagi.“Ah…iya, Ma. Mama mau tanya apa?” Tanya Kenzi yang sadar dari lamunannya.“Nanti saja. Mama tunggu di apartemen kamu ya. Ya sudah Mama dan Dini mau makan dulu atau kamu mau ngomong sama Dini.”“Tidak usah, Ma. Salam saja sama Dini.”“Kamu ini macem gak ketemu saja, pake titip salam segala.” ucap Artika tertawa.“Ken tutup ya, Ma.”“Ya, saya
“Dini….”Dini menoleh ke sumber suara yang memanggil namanya. “Kak Pram.” lirih Dini.Pram tersenyum ke arah Dini dan Artika yang berada disamping Dini, ia menatap heran Dini yang begitu sangat dekat dengan Mama Kenzi.“Tante, apa kabar?” Sapa Pram, lalu mencium punggung tangan Artika dengan sopan.“Tante baik-baik saja.” Jawab Artika tersenyum hangat.Pram melirik Dini yang hanya diam berdiri di samping Artika dengan menunduk tanpa mau menatapnya.“Ayo, Tan. Kita pulang.” ajak Dini, ia mencoba menghindar dari Pram, ia tahu pasti Pram curiga dengannya yang dekat sama Mama Kenzi.“Pram, Tante pulang dulu ya. Kami sudah seharian berjalan-jalan. Kamu sudah lama tidak main kerumah, Tante tunggu kamu dirumah ya.” “Baik, Tan.”Dini langsung menarik Artika berjalan menuju mobil, ia langsung duduk di kursi penumpang dan Artika disebelahnya. Dini menghembus nafasnya dengan berat, ia sedikit tenang bisa menghindar dari Pram. Ia tidak mau Pram bertanya hal-hal aneh tentangnya.“Apa kalian sali
“Apa benar kamu bertemu dengan Miska? Mengapa wanita itu menemui kamu lagi. Apa kamu masih menyukainya sampai ia datang kemari?” Artika menanyakan beberapa rentetan pertanyaan yang membuat Kenzi pusing untuk menjawabnya.“Jawab Ken jangan diam saja.” “Bagaimana Ken mau jawab kalau Mama masih bertanya. Sudah begitu saja yang mau Mama tanyakan.” jawab Kenzi dengan santai. Ia sedikit bernafas lega karena Mamanya hanya bertanya tentang keberadaan Miska bukan tentang penyakitnya.“Ya cuma itu yang mau Mama tanyakan.” Jawab Artika.Dini yang duduk di depan Artika hanya diam memperhatikan kedua anak dan Ibu tersebut.“Miska datang sebagai partner kerja, ternyata proyek baru yang Kenzi kerjakan bekerja sama dengan perusahan keluarga Miska. Kenzi harus tetap profesional Ma. Ini proyek besar dan gak mungkin Kenzi batalkan hanya karena ada Miska.” Terang Kenzi.Artika menatap wajah datar anaknya, “tapi kamu beneran tidak ada perasaan apa-apa lagi padanya kan.” Kenzi menggeleng, “kalian makan a
Andini Rezkina gadis cantik yang baru masuk kuliah semester pertama, ia tinggal bersama ibu dan kakaknya Dewi. Dari kecil Dini selalu diperlakukan tidak baik oleh ibunya dan setiap Dini bertanya apa salahnya sang ibu selalu bungkam dan malah semakin marah padanya.Namun pagi ini semua tampak berbeda, Anna ibunya Dini masuk ke kamar Dini untuk pertama kalinya karena selama ini Anna tidak pernah menginjakkan kakinya ke kamar Dini. Anna memindai keadaan kamar Dini yang berantakan, ia melihat Dini yang masih berbaring ditempat tidur dengan selimut menutupi tubuhnya dan laptop di sebelah bantalnya.Anna pun membuka lebar gorden jendela dan merapikan buku-buku yang berserakan di lantai. Kamar Dini terlihat kecil hanya ada lemari pakaian dan meja kecil untuk meletakkan buku dan alat-alat kebutuhan Dini.Tubuh Dini pun tergerak karena silau matahari yang langsung mengenai wajahnya, ia mencoba membalikkan badan agar cahaya matahari tidak mengenai wajahnya namun ada yang menarik selimutnya. De