“Dini….”Dini menoleh ke sumber suara yang memanggil namanya. “Kak Pram.” lirih Dini.Pram tersenyum ke arah Dini dan Artika yang berada disamping Dini, ia menatap heran Dini yang begitu sangat dekat dengan Mama Kenzi.“Tante, apa kabar?” Sapa Pram, lalu mencium punggung tangan Artika dengan sopan.“Tante baik-baik saja.” Jawab Artika tersenyum hangat.Pram melirik Dini yang hanya diam berdiri di samping Artika dengan menunduk tanpa mau menatapnya.“Ayo, Tan. Kita pulang.” ajak Dini, ia mencoba menghindar dari Pram, ia tahu pasti Pram curiga dengannya yang dekat sama Mama Kenzi.“Pram, Tante pulang dulu ya. Kami sudah seharian berjalan-jalan. Kamu sudah lama tidak main kerumah, Tante tunggu kamu dirumah ya.” “Baik, Tan.”Dini langsung menarik Artika berjalan menuju mobil, ia langsung duduk di kursi penumpang dan Artika disebelahnya. Dini menghembus nafasnya dengan berat, ia sedikit tenang bisa menghindar dari Pram. Ia tidak mau Pram bertanya hal-hal aneh tentangnya.“Apa kalian sali
“Apa benar kamu bertemu dengan Miska? Mengapa wanita itu menemui kamu lagi. Apa kamu masih menyukainya sampai ia datang kemari?” Artika menanyakan beberapa rentetan pertanyaan yang membuat Kenzi pusing untuk menjawabnya.“Jawab Ken jangan diam saja.” “Bagaimana Ken mau jawab kalau Mama masih bertanya. Sudah begitu saja yang mau Mama tanyakan.” jawab Kenzi dengan santai. Ia sedikit bernafas lega karena Mamanya hanya bertanya tentang keberadaan Miska bukan tentang penyakitnya.“Ya cuma itu yang mau Mama tanyakan.” Jawab Artika.Dini yang duduk di depan Artika hanya diam memperhatikan kedua anak dan Ibu tersebut.“Miska datang sebagai partner kerja, ternyata proyek baru yang Kenzi kerjakan bekerja sama dengan perusahan keluarga Miska. Kenzi harus tetap profesional Ma. Ini proyek besar dan gak mungkin Kenzi batalkan hanya karena ada Miska.” Terang Kenzi.Artika menatap wajah datar anaknya, “tapi kamu beneran tidak ada perasaan apa-apa lagi padanya kan.” Kenzi menggeleng, “kalian makan a
Andini Rezkina gadis cantik yang baru masuk kuliah semester pertama, ia tinggal bersama ibu dan kakaknya Dewi. Dari kecil Dini selalu diperlakukan tidak baik oleh ibunya dan setiap Dini bertanya apa salahnya sang ibu selalu bungkam dan malah semakin marah padanya.Namun pagi ini semua tampak berbeda, Anna ibunya Dini masuk ke kamar Dini untuk pertama kalinya karena selama ini Anna tidak pernah menginjakkan kakinya ke kamar Dini. Anna memindai keadaan kamar Dini yang berantakan, ia melihat Dini yang masih berbaring ditempat tidur dengan selimut menutupi tubuhnya dan laptop di sebelah bantalnya.Anna pun membuka lebar gorden jendela dan merapikan buku-buku yang berserakan di lantai. Kamar Dini terlihat kecil hanya ada lemari pakaian dan meja kecil untuk meletakkan buku dan alat-alat kebutuhan Dini.Tubuh Dini pun tergerak karena silau matahari yang langsung mengenai wajahnya, ia mencoba membalikkan badan agar cahaya matahari tidak mengenai wajahnya namun ada yang menarik selimutnya. De
Pria yang mengantar Dini ke kamar hotel adalah Max asisten Kenzi dan ia bernafas lega saat Dini sudah masuk ke kamar dengan sedikit ancaman. Entah darimana Max mengenal Anna yang penting Max telah menemukan sosok yang akan membuat Tuannya tidak mengganggu gugat aset berharganya. Max masih setia berdiri di depan kamar tersebut untuk berjaga-jaga wanita di dalam jika gagal karena seperti yang sudah-sudah belum ada 15 menit wanita tersebut keluar dengan wajah berantakan. Namun Max berharap wanita kali ini harus berhasil memuaskan Tuannya.Kenzi sedang memperhatikan sikap polos wanita yang berada di kamarnya, ada sedikit senyum di bibir Kenzi melihat tingkah konyol wanita itu yang menghempaskan bokongnya di sofa. Kenzi masih berdiri dengan tangan bersedekap, "sepertinya Max membawa anak playgroup kemari, tapi ini cukup menarik."Dini lupa akan maksud kehadirannya di kamar tersebut, Dini terlalu terpukau dengan luasnya kamar hotel ini jika dibandingkan dengan kamar sangat jauh berbeda. Di
Anna segera meninggalkan restoran hotel dengan tergesa-gesa kemudian langsung menyetop taksi, Anna duduk di kursi penumpang dengan tangan memegang erat tasnya, setelah Dini dibawa oleh Max hati Anna mulai tak tenang ada rasa bersalah di hatinya namun mengingat masa lalu suaminya ia kembali menguatkan dirinya bahwa yang ia lakukan tidak sebanding dengan apa yang dilakukan oleh suami dan selingkuhannya.Ponsel Anna berbunyi, ia pun segera mengambil ponsel yang berada di dalam tasnya dan membukanya ada sebuah pesan masuk. Mata Anna membulat, pesan tersebut merupakan pesan dari m-banking dengan jumlah yang sangat fantastis.Dengan tangan gemetaran Anna menghitung jumlah nolnya, " satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan…nolnya ada sembilan itu berarti jumlah uang ini 1 milyar. Sepertinya Dini berhasil memuaskan tuan tersebut, padahal perjanjian hanya dapat 100 juta mungkin aku dapat bonus" gumam Anna dengan tersenyum senang.Taksi tersebut berhenti dirumah sederhana An
Darmantara sosok yang sangat Kenzi kagumi dan dihormati setelah Papa Samuel Argantara, Kenzi yang merupakan cucu satu-satunya membuat ia dimanja dan di sayang oleh Darmantara namun bukan berarti Kenzi tidak pernah dimarahi, kelakuan Kenzi kecil yang nakal membuat Kenzi selalu dimarahi bahkan dihukum oleh kakeknya. Kenzi sangat menyayangi Kakek Darma karena selama ini Kakek Darma yang merawat dan mengurus Kenzi berhubung dulunya orang tua Kenzi harus tinggal di luar negeri untuk mengurus bisnis keluarga Dirgantara. Namun karena sekarang Kakeknya sering sakit sakitan Mama dan Papa sudah menetap kembali di Jakarta.Hati Kenzi berdebar kencang saat Max mengatakan kalau Kakek Darma dirawat dirumah sakit tanpa mendengar kelanjutan omongan Max, Kenzi beranjak dari sofa langsung berlari ke kamarnya. Di dalam kamar Kenzi menatap sekilas Dini, wajah teguh Dini sedikit mengurangi rasa cemasnya terhadap kakeknya yang sakit. Ada desiran aneh yang dirasakan Kenzi, ia pun memalingkan wajahnya dari D
"A-aku bukan anak kandung Ibu? Lantas siapa Ibuku dan dimana Ibuku?" Dini berucap sendiri di ruangan rumah yang sepi dengan berderai airmata. Dini seakan melupakan kejadian yang terjadi di kamar hotel, ia masih membaca surat tersebut berulang-ulang. Dini berharap ia salah baca namun tulisan itu tetap sama.Aaaaaakkkkkkk…..Dini berteriak kencang sambil memukul-mukul dadanya yang terasa sesak, ternyata perlakuan tidak baik Ibunya selama ini karena Dini bukan anak kandungnya. Air mata Dini seakan tidak habis mengalir, Dini sekarang hidup sendiri ia tidak tahu kemana ia harus mencari ibu kandungnya dan ia juga ingin mencari tahu kenapa ia sampai diasuh oleh Ibunya yang sekarang.Lelah menangis Dini berjalan gontai menuju kamarnya dan ia pun menghempaskan badannya di kasur kecil miliknya. Mata Dini tidak sanggup terbuka karena banyak menangis kemudian ia pun terlelap tanpa membersihkan dirinya.****"Kakek," lirih Kenzi prihatin melihat tubuh lemah kakeknya yang terpasang selang oksigen di
Kenzi menatap nyalang Max sepertinya seseorang yang ditelepon Max tidak mengangkat teleponnya.“Maaf, tuan. Ibu Anna tidak menjawab teleponnya” sesal Max sambil menunduk takut.Kenzi menarik nafas frustasi, “kamu cari tahu tentang wanita itu secara detail dan aku mau nanti malam kamu sudah membawa wanita itu kemari? Oh…tidak jangan ke hotel ini tapi ke apartemenku” Kenzi bangkit dari sofa setelah memberi perintah ke Max.“Baik, tuan” Max pun mengangguk pasrah, walau ia tidak yakin bisa menemukan wanita tersebut malam ini karena nomor ponsel wanita tersebut sudah tidak aktif sepertinya Max telah ditipu oleh ibu dan wanita tersebut.Malam pun tiba, Max tampak gusar menunggu kabar dari anak buahnya yang ia suruh untuk mencari tahu keberadaan Anna, tak lama muncul seorang laki-laki dengan wajah sangar menghadap ke Max dengan menunduk hormat.“Maaf, tuan. Kami kehilangan jejak wanita tersebut. Menurut info yang kami dapat, wanita tersebut sudah meninggalkan rumahnya sejak tadi pagi saat ia