Share

7. Penyelamat Hidup

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2023-07-14 07:57:16

Kikan tidak tahu harus bereaksi seperti apa usai mendengar semua cerita dari Terry. Ternyata hubungan mereka tidak ‘biasa saja’ seperti yang Kikan pikir.

Bagi Terry, Kikan adalah penyelamatnya. Sama seperti Kikan yang menganggap Manda adalah penyelamat hidupnya. Pantas saja wanita itu terlihat sangat gembira dan bahkan bersyukur saat mereka bertemu kembali.

“Aku mungkin nggak akan bisa hidup sampai sekarang kalau saja waktu itu kamu nggak menyelamatkan aku. Cuman kamu satu-satunya yang menganggapku sebagai manusia dan mau berteman sama aku.”

Kehidupan semasa Sekolah Menengas Atas adalah kehidupan yang paling berat untuk Terry. Memiliki ibu yang merupakan seorang wanita penghibur dan pemuas nafsu para lelaki merupakan suatu hal yang sangat membebani Terry. Tidak ada yang mau berteman dengannya dan bahkan mereka memperlakukan Terry seolah ia bukan manusia.

Tapi hal yang berbeda Kikan lakukan. Wanita itu justru menerima Terry tanpa menghakimi sama sekali. Sejak saat itulah Kikan adalah penyelamat bagi Terry.

“Padahal aku berniat mengakhiri hidupku hari itu. Tapi kamu memanggilku dan mengajakku untuk pulang bersama.”

Kikan tertegun saat kedua indra pendengarannya menangkap kalimat itu. Mengakhiri hidup? Tiba-tiba saja Kikan merasakan ada sesuatu yang menyengat di dalam dirinya.

“Jadi, Kikan, senang bisa bertemu kamu kembali,” kata Terry lagi. Senyuman di bibirnya kembali tersemat, membuat Kikan hampir ragu dengan apa yang baru saja Terry katakan soal masa lalunya yang terdengar kelam dulu.

Kikan akui jika Terry yang ia lihat sekarang sangat jauh berbeda dengan Terry yang ia dengar melalui penjabaran oleh sang pemilik nama itu sendiri. Terry terlihat bahagia dengan senyum yang berseri-seri. Kikan bersyukur sebab Terry bisa bangkit.

“Ya, aku juga senang bisa bertemu kamu lagi,” sahut Kikan ikut tersenyum. “Uhm, kalau begitu aku permisi dulu. Ada beberapa hal yang harus kulakukan sekarang.”

Kikan tidak punya banyak waktu untuk tetap di sini sembari mengobrol membahas masa lalu. Jika ia punya banyak waktu, maka yang harus Kikan lakukan adalah mencari pekerjaan dan bukannya bernostalgia dengan teman SMA nya itu.

Terry mengangguk tanpa melunturkan senyuman. Wanita itu ikut beranjak saat Kikan berdiri dari duduknya. Mengantarkan ‘wanita penyelamat hidupnya’ itu hingga ke pintu cafe.

“Kikan, boleh aku minta nomor kontak kamu?” tanya Terry saat keduanya berada di ambang pintu.

Sure ...,” sahut Kikan kemudian menyebutkan satu per satu angka yang merupakan nomor teleponnya.

Terry terlihat senang dengan senyum semringah yang lagi-lagi tersemat di bibirnya. Setelah mendapatkan nomor kontak Kikan, wanita itu lantas melambaikan tangan sebagai upaya mengantar kepergian wanita penyelamatnya itu.

Kikan membuka langkah dengan perasaan senang. Bertemu Terry nyatanya membuat Kikan merasa seperti menemukan kepingan ingatannya lagi. Setidaknya Kikan bisa mendengar cerita semasa ia SMA dulu melalui Terry.

Jika kamu perlu sesuatu, jangan ragu untuk meminta bantuanku. Sejemang Kikan tiba-tiba terpikirkan kalimat yang Terry lontarkan saat mereka di cafe tadi. Langkahnya tertahan lalu sedetik kemudian wanita berkulit putih susu itu memutar tubuhnya menghadap cafe milik Terry.

Haruskah ia kembali ke sana lalu meminta Terry memberinya pekerjaan? Cukup lama Kikan berdiri di atas pijakan tanpa beranjak sedikit pun dari sana. Entahlah, Kikan hanya takut jika permintaan semacam itu sangat berlebihan untuk dikatakan pada seorang teman lama yang baru saja ia temui.

Setelah menimbang-nimbang dengan begitu cermat dan menyingkirkan ego di dalam dirinya. Akhirnya Kikan memutuskan untuk membuka langkah dan masuk kembali ke cafe. Tentu saja kedatangannya mendapat sambutan hangat dari Terry yang memang menganggap Kikan sebagai orang yang spesial dalam hidupnya.

“Kikan, ada apa?” Terry mendatangi Kikan yang berdiri tak jauh darinya.

Sebuah gumaman pelan berhasil tertangkap oleh telinga Terry. Wanita itu merasa kian penasaran sebab Kikan terlihat ragu.

“Kikan ...,” panggil Terry lagi, suaranya begitu lembut.

“Sebenarnya aku kembali ke sini karena aku mau minta tolong sama kamu.”

Terry mengangguk paham. “Uhm hmm. Katakan, kamu mau minta tolong apa?”

Kikan meluruskan bahunya dan meneguk salivanya dengan sedikit payah sebelum akhirnya mengutarakan maksudnya. “Sebenarnya, bisakah kamu mempekerjakan aku di sini? Aku benar-benar membutuhkan pekerjaan sekarang,” ucap Kikan pada akhirnya.

“Ya! Tentu saja aku bisa memperkerjakan kamu di sini.” Terry menjawab tanpa berpikir panjang. Bahkan jika seandainya Kikan ingin meminta uang darinya pun Terry tidak akan ragu untuk memberikan, apalagi hanya sebatas pekerjaan.

Rasanya seperti sebuah beban tiba-tiba terlepas dari dalam dirinya. Kikan merasa sangat lega saat Terry mau mempekerjakan dirinya di cafe miliknya.

“Oh Tuhan, terima kasih. Aku sangat berterima kasih karena kamu mau mempekerjakan aku di sini,” kata Kikan dengan mata berkaca-kaca.

“Ayolah, ini bukan hal besar dibanding dengan apa yang kamu lakukan dulu. Tapi Kikan, apa kamu baik-baik saja bekerja di cafe? Aku hanya bisa menawari kamu posisi sebagai waitress.”

“Apapun itu, aku sama sekali nggak masalah selama itu adalah sebuah pekerjaan. Sekalipun kamu hanya mempekerjakan aku untuk bersih-bersih, aku juga akan menerimanya dengan senang hati.”

Memangnya Kikan bisa apa? Situasinya sekarang sangat tidak memungkinkan untuk Kikan pilih-pilih pekerjaan. Ditambah Kikan tidak tahu kapan dia akan diusir dari apartemen yang ia pinjam dari mantan bos nya dulu. Kikan benar-benar harus mempersiapkan diri kapanpun.

“Sebenarnya aku bisa bantu mencarikan kamu pekerjaan yang lebih dari ini. Nanti aku coba bicara sama suamiku, mungkin dia bisa mempekerjakan kamu di perusahaan miliknya.”

Kikan menggelengkan kepalanya dengan mantap. Sungguh ia tidak mengharapkan hal semacam itu dari Terry. Bisa menerima dirinya bekerja di sini saja sudah lebih dari cukup. Kikan tidak ingin melunjak.

“Kamu nggak perlu melakukan itu, Ter. Untuk sekarang menjadi waitress sudah lebih dari cukup bagiku. Jadi, apa aku boleh bekerja mulai hari ini?” tanya Kikan sedikit menggebu.

Terry tersenyum tipis. “Kamu bisa datang mulai besok, Kikan. Sekarang sudah sore, sebaiknya kamu istirahat malam ini dan datang pukul tujuh besok pagi.”

“Pukul tujuh pagi?”

“Ya, pukul tujuh pagi. Cafe-ku dibuka mulai pukul delapan jadi kamu harus tiba setidaknya satu jam sebelum itu.”

“Oke, aku pastikan untuk datang tepat waktu besok dan membawa surat lamaranku sekalian. Sekali lagi terima kasih karena sudah mau menerimaku.”

Suara kekehan pelan yang kemudian berubah menjadi cekikikan terlontar dari mulut Terry saat mendengar ucapan Kikan barusan. “Ya ampun Kikan, kamu nggak perlu melakukan itu. Simpan saja waktu berharga kamu untuk melakukan hal lain daripada menyiapkan surat lamaran atau semacamnya. Kamu bukan hanya sekedar temanku, Kikan. Jadi bersiap-siap saja untuk mendapat perlakuan khusus dariku ya.”

Terry berhasil membuat Kikan tercengang dengan semua ucapannya tadi. Perlakuan khusus? Oh tidak tidak tidak.

“Terry, kusarankan kamu untuk nggak melakukan hal itu. Karena kalau kamu melakukannya, aku yakin aku akan dibenci pada hari pertamaku bekerja nanti,” sahut Kikan tertawa diikuti oleh Terry yang juga melakukan hal serupa.

Related chapters

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   8. Mendapat Pekerjaan Baru

    Seperti yang sudah Kikan janjikan kepada Terry bahwa ia akan datang tepat waktu hari ini. Dengan semangat yang begitu menggebu, Kikan berdiri di samping Terry yang sedari tadi menjelaskan dengan begitu rinci hal-hal apa saja yang harus wanita itu lakukan semasa bekerja di cafe ini. “Di sini sistem kerjanya terbagi menjadi dua shift. Kemudian pukul sembilan malam cafe sudah benar-benar harus tutup, jadi kita nggak akan menerima orderan lagi setengah jam sebelum itu apapun alasannya.” Kikan mengangguk paham. Semua hal yang Terry jelaskan dan ajarkan kepadanya secara kilat dapat Kikan pahami dengan begitu mudah. “Sepertinya kamu sudah paham. Kalau gitu, mau sarapan bareng nggak? Kamu pasti belum sarapan ‘kan?” Terry berani bertaruh jika Kikan tidak sempat sarapan sebelum datang ke mari. Dan sebenarnya asumsi Terry sama sekali tidak salah. Kikan memang belum sarapan untuk mengisi perutnya yang bahkan terasa sangat lapar sekarang. Bagaimana wanita itu tidak kelaparan jika sejak tadi ma

    Last Updated : 2023-07-19
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   9. Unfair

    Lonceng yang terpasang di pintu cafe berbunyi saat seseorang mendorong pintu itu hingga terbuka. Detik berikutnya muncul sosok pria yang begitu tinggi dengan setelan jas yang membalut tubuhnya dan berjalan masuk hingga ke dalam. Kikan merasa seolah waktu berjalan dengan sangat lambat saat kedua matanya menangkap sosok yang begitu tinggi dan rupawan itu. Pria itu, di mana Kikan pernah melihatnya? Benarkah dia manusia dan bukan malaikat maut yang ingin mencabut nyawa nya? “Kikan?” seru pria itu. Kening Kikan sedikit berkerut. Rasa-rasanya suara ini pernah ia dengar sebelumnya di suatu tempat. Tapi di mana? “Akhirnya kita bertemu di tempat yang pantas. Senang melihatmu berada di sini daripada kelab malam.” Ah benar juga! Kelab malam! Kikan seketika bisa mengingat pertemuan mereka saat pria itu menyinggung soal kelab malam. Dia ‘kan pria yang sama yang tiba-tiba menyeretnya keluar dari ruangan lalu memarahinya seolah mereka saling kenal. Yup! Pria jangkung nan rupawan yang berdiri di

    Last Updated : 2023-07-27
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   10. Kekesalan Kikan

    Kikan menarik napas sedalam mungkin sementara kedua matanya terpejam dengan rapat. Di telinganya masih terngiang suara Dewandra yang melontarkan pertanyaan yang mampu membuat wanita itu jengkel setengah mati. Sebisa mungkin Kikan mengendalikan emosi yang hampir meledak di dalam dirinya. “Apa dia sudah nggak waras? Kenapa dia terus bersikap dan melontarkan pertanyaan yang membuatku nggak nyaman?” Kikan mendengus sebal bersamaan dengan kedua matanya yang dibuka perlahan. Tiba-tiba saja ia merasa sangat kepanasan. Kikan tidak mengerti, kenapa setiap kali bertemu dengan Dewandra ia selalu dibuat kesal? Apa salah Kikan sebenarnya? “Bukankah pertanyaannya semacam itu termasuk lancang? Nggak seharusnya dia bertanya soal itu kepada orang asing, ‘kan?” Kikan semakin dibuat bingung. “Apanya yang lancang?” Kikan terkesiap dan langsung memutar tubuhnya ke belakang saat suara seseorang memasuki indra pendengarannya. Kikan tidak berpikir akan ada orang lain di sini selain dirinya. “Arman ...,”

    Last Updated : 2023-08-29
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   11. Mengetahui Kebenaran Tentang Kikan

    Di ruangannya, Dewandra yang baru saja selesai dari sebuah rapat penting menghempaskan diri di kursi kerjanya. Kedua matanya tak sengaja menangkap sebuah map yang nampak asing. Kemudian ia tiba-tiba teringat dengan laporan yang Chiko bicarakan tadi pagi, lantas pria itupun segera meraih map tersebut lalu membukanya. Dengan cermat Dewandra membaca satu per satu baris kalimat yang tertuang di sana. Tatapannya nampak begitu serius. Bahkan bisa dikatakan bahwa sekarang pria itu merasa tegang sekaligus terkejut dalam waktu bersamaan. “Pantas saja dia bersikeras tidak mengenalku. Rupanya dia kehilangan ingatannya.” Pria itu bergumam pelan saat netranya menangkap baris kalimat yang melaporkan tentang insiden kecelakaan yang dialami Kikan. Selama ini Dewandra selalu meyakini bahwa ia membenci Kikan. Tapi hal berlawanan ia rasakan saat mereka kembali bertemu. Dan sekarang saat ia mengetahui apa yang terjadi dengan wanita itu beberapa tahun terakhir ini membuatnya tiba-tiba merasa kasihan sek

    Last Updated : 2023-09-04
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   12. Bertemu Dewandra

    Hampir lima belas menit berlalu sejak Dewandra meminta izin untuk menjawab panggilan telepon yang katanya sangat mendesak itu. Di posisinya duduk sekarang, kedua mata Kikan menangkap sosok Dewandra yang tengah berbincang dengan seseorang melalui telepon berdiri tidak jauh dari meja mereka. Pria itu terlihat begitu serius, entah apa yang dia bicarakan sampai-sampai wajahnya begitu kaku. Sejujurnya Kikan merasa sangat gelisah sekarang. Selain karena merasa tidak nyaman duduk santai di tempat seperti ini, wanita itu juga merasa khawatir tidak akan bisa kembali tepat waktu karena sebentar lagi jam istirahatnya akan berakhir. Kikan sendiri bisa sampai berada di restoran mewah ini karena kegigihannya ingin mengembalikan segepok uang tunai yang Dewandra titipkan kepada Adelia malam itu. Kikan sudah mengambil keputusan untuk tidak menerimanya karena menurutnya tidak ada alasan sama sekali untuk ia menerima uang itu. Kruk! Kikan tidak bisa menahan rasa laparnya setelah aroma masakan yang be

    Last Updated : 2023-09-05
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   13. Pagi yang Membingungkan

    Entah bagaimana Kikan harus menjelaskan perasaannya sekarang. Mendapat telepon pagi-pagi sekali dari mantan atasannya dulu, yang memberi tahukan dirinya bahwa Kikan bisa menempati apartemen ini selama yang ia mau. Kikan sungguh tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Sejujurnya Kikan merasa senang, tetapi di lain sisi ia juga merasa keheranan. Atas dasar apa mantan atasannya itu mau meminjamkan apartemen ini kepada Kikan? Terlebih lagi wanita itu sama sekali tak menyinggung persoalan biaya sewa ataupun semacamnya. “Bukankah ini adalah kabar yang bagus? Meski membingungkan, setidaknya ini berita yang bagus, ‘kan?” Nada bicaranya sedikit lemah. Entah mengapa Kikan tak bisa merasa antusias. Seperti yang sering Manda katakan. Bahwa ia tidak bisa mengerti jalan pikiran Kikan. Manda selalu menganggap Kikan memiliki pemikiran yang begitu rumit dan berkelok. Tak jarang pula Manda sampai menceramahi Kikan sebab sahabatnya itu terlalu pemikir. “Setidaknya aku nggak perlu memikirkan soal tempa

    Last Updated : 2023-09-06
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   14. Sebuah Kebetulan?

    “Ada apa dengan ekspresi kamu?” tanya Dewandra sembari menatap Chiko yang datang dengan wajah super masam. “Bukan apa-apa, Pak. Hanya saja pagi ini saya sedang sial,” sahut Chiko lalu ikut duduk di samping atasannya itu, “Oh iya, Pak. Tadi saat saya berada di dalam lift Apartemen Sky, sepertinya saya bertemu dengan wanita itu,” sambungnya. Kedua kening Dewandra hampir bertaut saat mendengar ucapan sekretarisnya. “Maksud kamu Kikan?” tanyanya memastikan, ia ragu apakah wanita yang dimaksud Chiko sama dengan yang ia pikirkan sekarang. Pria dengan tinggi 180 centi meter yang duduk di samping Dewandra itu lantas mengangguk. “Benar, Pak. Saya yakin itu dia. Dan kalau saya tidak salah mendengar, dia dan temannya ... nah itu mereka!” seru Chiko spontan saat melihat presensi Kikan dan Manda dari kejauhan. Secara alamiah tubuh Dewandra seketika berbalik ke arah belakang dan matanya langsung mengunci pada sosok Kikan yang berjalan ke arah mereka. “Baru saja saya ingin bilang kalau dia dan t

    Last Updated : 2023-09-18
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   15. Ditabrak

    “Kamu yakin baik-baik aja?” Manda bertanya dengan khawatir. “Harus berapa kali aku bilang sampai kamu percaya kalau aku baik-baik aja sih, Manda? Kamu bisa lihat sendiri kalau aku beneran baik-baik aja. Sebenarnya aku juga nggak perlu dibawa ke rumah sakit, paling beberapa hari juga sembuh sendiri.” Kikan mengembuskan napas pelan. Ia sama sekali tak pernah membayangkan bahwa akan berakhir di rumah sakit seperti sekarang ini. “Aku cuman khawatir, Kikan. Sebelumnya kamu pernah mengalami kecelakaan sampai hilang ingatan, aku takut kondisi kamu memburuk karena insiden tadi.” Dengan wajah super cemas yang tercetak di wajahnya, Manda mengatakan betapa ia mencemaskan sahabatnya itu. Embusan napas yang tadinya pelan kini berubah menjadi berat. “Maaf dan terima kasih karena sudah mengkhawatirkanku. Tapi aku beneran baik-baik aja sekarang, Manda. Kamu nggak perlu secemas ini,” kata Kikan lembut. Manda menundukkan kepalanya ke bawah. Ia tidak bisa membayangkan jika seandainya terjadi sesuatu

    Last Updated : 2023-09-26

Latest chapter

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   37. Ingatan yang Kembali

    “Kikan! Syukurlah kamu sadar!” Dewandra sampai berdiri dari duduk saat mendapati Kikan sudah siuman. Pria itu tampak bersyukur dan langsung memanggil dokter untuk memeriksa keadaan mantan istrinya itu. Kikan berusaha duduk sambil merasakan nyeri di kepalanya. Potongan demi potongan ingatan mulai membayangi dan Kikan hampir menjerit karena kepalanya semakin sakit. “Tante Kikan!” Kikan sontak menoleh ke samping saat mendengar suara Rosetta menggema. Bocah kecil itu langsung berlari dan memeluk Kikan sambil menangis. Sementara di belakangnya—Handi—ayah Dewandra, datang menyusul dan langsung menyapa Kikan dengan ramah. Tak lama setelah itu, Dewandra kembali bersama seorang dokter dan Kikan langsung mendapat pemeriksaan. “Aku … mendapatkan ingatan saat kita menikah dulu,” ucap Kikan sambil memandangi Dewandra setelah dokter selesai memeriksa dan pergi dari ruangan. Dewandra tidak bisa menutupi rasa terkejutnya mendengar pengakuan dari Kikan. Dewandra tidak tahu harus mengatakan apa.

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   36. Rahasia yang Terbongkar

    Sekembalinya dari supermarket, Kikan langsung menyimpan stok belanjaan dan menyusunnya dengan rapi. Sebelum bergulat dengan peralatan memasak untuk makan siang, Kikan berniat membersihkan beberapa sudut ruangan di dalam rumah ini. Ruangan pertama yang Kikan datangi adalah kamar Rosetta. Kikan mengembangkan senyuman saat mengamati seluruh ruangan bocah kecil itu. Beberapa boneka dan buku tampak berhamburan di lantai.Kikan melangkah maju dan mulai membersihkan ruangan tersebut. Entah mengapa perasaannya begitu senang seolah sedang membersihkan kamar putrinya sendiri."Apa ini?" Kikan meraih selembar kertas yang terselip di antara buku-buku. Ternyata sebuah tulisan berisi tentang dirinya. Kikan membaca tulisan tersebut dengan mata berkaca-kaca. Sebuah tulisan yang tidak terlalu rapi yang ditulis sendiri oleh Rosetta. Di dalam tulisannya, Rosetta menyebutkan betapa dia sangat bahagia telah mengenal Kikan."Ya Tuhan, bocah ini sangat manis. Tante juga menyukaimu, Tata," gumamnya sambil

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   35. Grocery Date

    Dewandra kembali dibuat pusing setelah memikirkan ucapan ayahnya saat pria tua itu berkunjung tadi. Jujur saja, hingga sekarang persoalan tentang pulihnya ingatan Kikan masih membebani Dewandra hingga mengganggu ketenangannya. Entah bagaimana wanita itu akan bereaksi jika ingatannya kembali pulih, Dewandra jadi ngeri sendiri. “Apa aku harus memintanya untuk tinggal di sini agar bisa mengawasinya? Aku sudah bertindak sejauh ini. Semuanya akan kembali kacau jika Kikan mendapatkan kembali ingatannya, bukan?” Dewandra bergumam gelisah. Dalam pikiran Dewandra, jika di masa lalu ia gagal mempertahankan Kikan di sisinya, maka tidak kali ini. Ia tidak bisa kehilangan Kikan lagi seperti sebelumnya. Meski ia harus menjadi orang jahat sekalipun—Dewandra tidak keberatan untuk menghalangi ingatan Kikan kembali seperti semula. Yang hanya Dewandra pikirkan adalah Kikan harus bersama dirinya dan juga Rosetta. “Tapi dia pasti menolak untuk menginap. Argh! Ini benar-benar membuatku pusing.” Dewandra

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   34. Bagaimana Jika ....

    Tidak ada yang tahu tentang masa depan. Begitupun dengan Dewandra yang tidak pernah tahu bahwa hal semacam ini akan terjadi setelah perceraiannya dengan Kikan. Tidak pernah sekalipun ia berpikir bahwa ia akan kembali bertemu dengan Kikan yang kehilangan ingatan. Dan yang lebih tidak pernah ia pikirkan selain hal itu adalah saat Kikan yang mendadak menjadi seorang pengasuh untuk putri mereka sendiri. Rasanya bagaikan sebuah lelucon. Lelucon yang membuat Dewandra merasa sangat tergelitik hingga tak sadar menyematkan senyum lebar di bibirnya. Setelah Kikan memutuskan untuk pergi meninggalkan dirinya dan putri mereka beberapa tahun silam. Setiap hari Dewandra selalu menanamkan kebenciannya untuk sang mantan istri. Ia bertekad untuk membalas rasa sakit itu jika di kemudian hari mereka kembali bertemu. Namun semua rencananya gagal begitu saja karena ternyata perasaannya terhadap Kikan masih belum usai. Siapa yang menyangka? Bahkan Dewandra sendiri tidak menyangka akan sekacau itu. Sement

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   33. Fakta Tiga Tahun Lalu

    “Kenapa sih kamu selalu bela dia? Harusnya kamu marah karena dia mengacaukan kencan buta itu. Kamu tahu sendiri ‘kan sesibuk apa Vino! Dia jadi buang-buang waktu!” Erik menumpahkan kekesalannya usai mendengar kabar dari Vino bahwa kencan butanya bersama Kikan berakhir dengan cepat karena Wanita itu mendadak harus pergi. “Aku gak bisa marah juga karena sebenarnya kita juga salah di sini. Kita mengatur kencan buta itu tanpa persetujuan Kikan. Sebelumnya aku juga udah bilang ‘kan kalau sekarang Kikan nggak berminat untuk menjalin suatu hubungan, tapi kamu bersikeras karena Vino meminta.” Salah satu kening Erik terangkat sedikit ke atas. Ia merasa tersinggung sebab kini Manda berbalik menyalahkan dirinya. “Oh, jadi sekarang kamu menyalahkan aku? Begitu? Aku benar-benar heran sama kamu. Apa sih istimewanya Kikan sampai kamu selalu bela dia daripada aku!” Helaan napas pelan berembus keluar dari mulut Manda. Sumpah demi semesta Manda tidak ingin ribut dengan kekasihnya karena masalah ini l

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   32. Merawat Dewandra

    “Tante!” Kedatangan Kikan di kediaman Dewandra langsung disambut oleh Rosetta yang menghambur ke pelukannya dengan mata sedikit sembap. Di belakangnya terlihat Chiko yang berjalan menyusul kemudian berhenti tak jauh dari mereka. “Maaf karena menghubungi kamu di luar jam kerja. Tapi Rosetta terus merengek meminta saya untuk menghubungi kamu. Saya juga jadi sedikit panik melihat dia menangis ketakutan karena papanya pingsan.” Chiko mengungkapkan penyesalannya. “Bukan apa-apa. Aku paham kamu merasa panik karena Rosetta menangis ketakutan. Akupun sama paniknya saat mendapat telepon tadi.” Chiko mengangguk pelan. “Pak Dewa pasti kelelahan. Jarang sekali dia sampai pingsan seperti hari ini,” ucapnya memberi tahu pokok utama dari semua kepanikan ini. Entah bagaimana jadinya jika seandainya ia tidak datang tadi. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Rosetta. “Lalu bagaimana keadaan Pak Dewa sekarang?” “Dia sudah siuman, sekarang sedang beristirahat di kamarnya. Uhm, dia sedikit kesa

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   31. Kencan Buta

    “Apa sih yang kamu lakukan, Manda? Kenapa kamu bohong soal pesta ulang tahun Citra?” Tahu apa yang paling menjengkelkan bagi Kikan? Yup! Saat Manda membohonginya untuk hal-hal tidak masuk akal. Dan yang paling membuat Kikan jengkel setengah mati sekarang adalah karena Manda mengatur kencan buta untuk dirinya. Sumpah demi semesta, Kikan tidak mau kencan buta. “Sorry, aku akan memohon pengampunan kamu setelah kita pulang nanti. Tapi untuk sekarang kamu harus segera duduk ke sana karena aku sama Erik sudah bersusah payah mengatur ini.” “Apa? Kamu sama Erik?” Kedua mata Kikan hampir membulat saat Manda menyeret nama Erik ke dalam acara kencan buta ini. Bagaimana bisa pria itu juga ikut terlibat? Kikan benar-benar dibuat meradang. “Pelankan suara kamu. Jadi, pria yang duduk di sana itu temennya Erik. Sekarang kamu ke sana dan samperin dia dengan senyuman. Oke?” Manda mengacungkan kedua telunjuknya lalu mendorong kedua sudut bibir Kikan ke atas hingga membentuk senyuman. Kemudian membali

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   30. Posisi Spesial Kikan di Hati Dewandra

    Dewandra masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai sementara tangan kirinya sibuk melucuti dasi serta beberapa kancing kemejanya. Hari ini sungguh melelahkan bagi pria itu. Namun saat kakinya menapak di lorong yang akan membawanya ke ruang tengah, sebuah aroma yang begitu lezat menguar menggelitik hidungnya. Kedua matanya yang sempat lesu mendadak terbuka sedikit lebih lebar dari sebelumnya. Aroma ini. Bukankah aroma ini adalah aroma dari makanan kesukaannya? Dewandra pun memilih untuk bergegas ke dapur dan pria itu langsung tersadarkan dengan keberadaan Kikan yang mengenakan apron merah muda di tubuhnya. Benar juga. Dewandra lupa kalau wanita itu kini bekerja menjadi pengasuh putrinya—uhm, sebenarnya putri mereka berdua. “Hey, baru datang? Maaf kalau aku lancang memasak di dapur kamu. Tapi Rosetta merengek minta dibuatkan makanan.” Kikan membuka suara saat melihat Dewandra berdiri tak jauh darinya. Sementara dirinya sibuk menghidangkan makanan ke atas meja makan. Dewandra segera

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   29. Hari Pertama Sebagai Pengasuh

    “Tante Kikan!” Rosetta berteriak histeris saat melihat presensi Kikan yang tengah berdiri sembari tersenyum di ambang pintu kamarnya. Bocah kecil itu sama sekali tidak mengira akan melihat Kikan di kediaman mereka. Dengan cepat ia turun dari atas ranjang dan berlari mendatangi Kikan kemudian menghamburkan pelukan. Kikan membalas pelukan Rosetta dengan tak kalah erat dari pelukan yang bocah kecil itu berikan. Keduanya sama-sama terlihat begitu senang dilihat dari tarikan senyum mereka yang begitu lebar. Rosetta bahkan meminta Kikan untuk berjongkok agar ia bisa mendaratkan kecupan hangatnya di kedua pipi Kikan. Sementara tak jauh dari mereka, Dewandra memperhatikan dalam diam. Pria jangkung itu berdiri sembari menyematkan senyuman. Dalam hatinya ingin sekali ikut bergabung dengan kedua orang itu untuk berpelukan. “Tata kangen banget sama Tante Kikan,” seru bocah itu lagi. Senyuman di bibirnya kian melebar dan satu detik kemudian ia kembali melingkarkan pelukan. “Tante juga kangen b

DMCA.com Protection Status