Home / Romansa / Terjerat Obsesi Mantan Suami / 6. Bertemu Teman Lama

Share

6. Bertemu Teman Lama

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2023-07-13 14:18:34

Setelah kehilangan pekerjaannya karena sebuah kesalahpahaman. Sekarang Kikan telah resmi menjadi seorang pengangguran. Padahal pekerjaan itu sudah susah payah ia dapatkan.

Sekarang usianya hampir menginjak angka tiga puluh tahun. Seperti yang Kikan tahu, tidak banyak peluang yang dia miliki untuk mendapatkan pekerjaan impian. Syukur-syukur kalau dia segera mendapatkan pekerjaan dalam waktu dekat ini.

Kikan menghela napas berat. Salah satu tangannya terulur merogoh dompet di dalam tas untuk menghitung ada berapa lembar lagi rupiah yang tersisa. Apakah akan cukup untuknya bertahan hingga mendapatkan pekerjaan baru atau tidak?

“Astaga, uang ini mungkin hanya akan bertahan sampai akhir pekan saja.” Helaan napas Kikan semakin berat.

Saat kepalanya terasa begitu pening luar biasa, kedua netra Kikan tak sengaja menangkap sebuah amplop berwarna cokelat yang cukup tebal berada di dalam tasnya. Benar juga! Kikan belum mengembalikan uang yang Dewa titipkan kepada Adelia yang katanya sih untuk bayarannya. Entah bayaran apa yang pria itu maksud, Kikan tidak tahu.

“Haruskah aku menerima uang ini seperti yang disarankan Manda? Tapi, sama sekali nggak benar ‘kan kalau aku menerimanya secara cuma-cuma?”

Kikan merasa sedikit tergoda untuk mengintip berapa lembar jumlah uang yang ada di dalam sana. Namun sisi lain di dalam dirinya terus bersikeras untuk membiarkan hasrat yang bergejolak itu padam dengan sendirinya. Bagaimanapun Kikan tahu hal itu tidak pantas ia lakukan meskipun sekarang ia benar-benar dalam situasi terjepit.

Yah, namanya juga Kikan. Wanita itu sangat menjunjung tinggi sebuah harga diri. Meskipun beberapa waktu yang lalu ia sempat—uhm, mungkin lebih tepatnya adalah hampir—menjatuhkan harga dirinya itu untuk menjadi seorang penari striptis.

Bicara soal itu, Kikan sangat bersyukur mendapati fakta bahwa dirinya sudah selamat dari pekerjaan sebagai penari striptis. Maka tidak seharusnya ia terlibat lagi dalam sebuah momen yang mungkin akan benar-benar menjatuhkan harga dirinya, bukan?

Setelah cukup lama berdebat dengan dirinya sendiri, Kikan memutuskan untuk menghubungi Adelia. Kikan ingin mencari tahu bagaimana caranya ia bisa mengembalikan uang Dewa melalui temannya itu. Mungkin saja ‘kan Adelia tahu ke mana Kikan harus pergi atau menghubungi pria bernama Dewa itu.

“Halo, Del. Aku ingin mengembalikan uang yang dibayar pria bernama Dewa itu. Kamu tahu ke mana aku harus pergi untuk menemuinya?” tanya Kikan saat panggilan teleponnya berhasil tersambung bersama Adelia.

“Apa? Kamu yakin mau mengembalikan uang itu? Bukannya—”

“Aku memang sangat memerlukan uang itu, tapi menerima uang dari dia juga bukan hal yang benar. Aku sama sekali nggak melakukan apapun, jadi untuk apa dia membayarku?”

Seperti yang sudah Kikan duga bahwa Adelia akan berpikiran sama seperti yang dipikirkan oleh Manda. Maka dari itu ia buru-buru memotong ucapan Adelia dengan mengutarakan pemikirannya.

“Astaga, Kikan. Sudah bertahun-tahun berlalu dan kamu sama sekali nggak berubah. Aku bener-bener nggak ngerti sama kamu. Apa susahnya tinggal terima uangnya? Sudah kesulitan begini tapi masih aja memikirkan harga diri. Dan soal Dewa, aku juga nggak tahu apapun soal dia dan gimana cara menghubungi nya.”

Kedua mata Kikan langsung terpejam dengan begitu rapat dan helaan napas berat kembali berembus dari belah bibirnya yang sedikit terbuka. Ya Tuhan, kenapa sulit sekali?

“Ya sudah kalau kamu juga nggak tahu. Terima kasih untuk waktunya dan maaf mengganggu.”

“Okey, no problem. Nanti kalau kalian perlu pekerjaan, jangan ragu untuk menghubungiku lagi.”

Kikan segera menjauhkan ponsel dari telinganya sebelum salah satu jarinya menekan tombol berwarna merah untuk mengakhiri panggilan bersama Adelia.

“Apanya yang ‘jangan ragu’? Sampai mati pun aku nggak akan menghubungi kamu untuk minta pekerjaan,” gerutu Kikan dengan suara malasnya. Disusul dengan bibirnya yang mengerucut ke depan dan kedua mata yang memutar ke atas.

Sepersekian detik kemudian Kikan kembali terdiam. Mengingat fakta bahwa sekarang ia memang dalam keadaan yang sangat sulit membuatnya merasa ngeri. Hidup dikejar hutang dan tidak punya pekerjaan. Astaga, andai saja semua itu hanya mimpi buruk.

Entah dosa apa yang pernah Kikan lakukan di masa lalu sehingga ia bisa mengalami hal seburuk ini. Sebenarnya Kikan merasa tidak ada satupun hal yang berjalan sesuai dengan rencananya. Salah satunya adalah soal dirinya yang kehilangan sebagian ingatan, Kikan yakin hal itu sama sekali tidak termasuk dalam rencananya.

“Kikan!”

Wanita itu terkesiap saat seseorang tiba-tiba menyerukan namanya. Saat matanya memandang jauh ke depan, Kikan mendapati seorang wanita yang seumuran dengannya berjalan ke arahnya.

“Ya ampun, ternyata aku nggak salah. Kamu benar-benar Kikan!”

Kedua mata Kikan langsung mengerjap beberapa kali saat wanita yang memanggilnya tadi berhasil berdiri tepat di depannya. Jujur saja, Kikan tidak bisa mengingat wanita yang tersenyum kepadanya sekarang ini.

Hey, kamu nggak mungkin lupa ‘kan sama aku?” Wanita itu bersuara lagi. Lengkungan senyum di bibirnya kian melebar dari sebelumnya.

Kikan bergumam pelan sebelum akhirnya beranjak ikut berdiri. “Maaf, kamu siapa?” tanyanya sedikit sungkan.

Lengkungan senyum yang tersemat di bibir wanita itu perlahan mulai luntur. “Jadi, benar yang mereka katakan. Bahwa kamu kehilangan sebagian ingatan pasca kecelakaan itu,” ujarnya tanpa menjawab pertanyaan yang telah Kikan lontarkan untuknya.

Kikan berusaha mendorong salivanya dari batang tenggorokan. Mendengar bagaimana wanita itu berbicara barusan, Kikan berasumsi jika mereka memang saling kenal.

Ah, bagaimana ini? Kikan merasa sedikit bersalah sekarang. Tapi, hey, bukan salah Kikan karena kehilangan sebagian ingatannya lalu melupakan teman-temannya ‘kan? Tidak ada yang bisa disalahkan di sini atas apa yang terjadi.

Wanita bersurai panjang itu lantas mengulurkan tangan. Meraih kedua tangan Kikan yang masih berdiri memasang wajah kebingungan.

“Aku Terry. Kita pernah satu sekolah dulu saat SMA.”

Terry. Kikan masih mematung sementara otaknya terus ia paksa mencari nama itu. Namun sama seperti yang sudah-sudah, alih-alih menemukannya Kikan malah sakit kepala.

“Uhm, ya, Terry. Maaf karena aku nggak bisa mengingat kamu. Ingatanku benar-benar ... yah kamu tahu,” kata Kikan enggan menjelaskan lebih jauh lagi.

“Jangan minta maaf! Setidaknya aku bisa bersyukur karena sekarang kita bertemu lagi.” Senyum yang sebelumnya sempat luntur kini kembali tersemat di bibir Terry. Matanya bahkan sampai berbinar, Terry benar-benar merasa senang telah bertemu Kikan hari ini.

“Jadi, apa sebelumnya kita sangat akrab atau bagaimana?” Kikan tidak tahan hanya berdiam saja saat kedua netranya menangkap raut wajah senang Terry saat bertemu dengannya.

Terry mengangguk tanpa ragu. Namun sedetik kemudian dia melunturkan sedikit senyumnya. Mengundang sebuah kerutan halus di dahi Kikan saat menangkap hal tak konsisten itu.

Sedetik yang lalu Terry tersenyum lebar bahkan matanya sampai berbinar. Wanita itu juga menganggukkan kepala dengan begitu yakin. Namun sedetik kemudian ia mengangkat tangannya dengan senyuman yang perlahan mulai luntur. Jadi, sebenarnya ada apa dengan wanita ini?

Related chapters

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   7. Penyelamat Hidup

    Kikan tidak tahu harus bereaksi seperti apa usai mendengar semua cerita dari Terry. Ternyata hubungan mereka tidak ‘biasa saja’ seperti yang Kikan pikir. Bagi Terry, Kikan adalah penyelamatnya. Sama seperti Kikan yang menganggap Manda adalah penyelamat hidupnya. Pantas saja wanita itu terlihat sangat gembira dan bahkan bersyukur saat mereka bertemu kembali. “Aku mungkin nggak akan bisa hidup sampai sekarang kalau saja waktu itu kamu nggak menyelamatkan aku. Cuman kamu satu-satunya yang menganggapku sebagai manusia dan mau berteman sama aku.” Kehidupan semasa Sekolah Menengas Atas adalah kehidupan yang paling berat untuk Terry. Memiliki ibu yang merupakan seorang wanita penghibur dan pemuas nafsu para lelaki merupakan suatu hal yang sangat membebani Terry. Tidak ada yang mau berteman dengannya dan bahkan mereka memperlakukan Terry seolah ia bukan manusia. Tapi hal yang berbeda Kikan lakukan. Wanita itu justru menerima Terry tanpa menghakimi sama sekali. Sejak saat itulah Kikan adala

    Last Updated : 2023-07-14
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   8. Mendapat Pekerjaan Baru

    Seperti yang sudah Kikan janjikan kepada Terry bahwa ia akan datang tepat waktu hari ini. Dengan semangat yang begitu menggebu, Kikan berdiri di samping Terry yang sedari tadi menjelaskan dengan begitu rinci hal-hal apa saja yang harus wanita itu lakukan semasa bekerja di cafe ini. “Di sini sistem kerjanya terbagi menjadi dua shift. Kemudian pukul sembilan malam cafe sudah benar-benar harus tutup, jadi kita nggak akan menerima orderan lagi setengah jam sebelum itu apapun alasannya.” Kikan mengangguk paham. Semua hal yang Terry jelaskan dan ajarkan kepadanya secara kilat dapat Kikan pahami dengan begitu mudah. “Sepertinya kamu sudah paham. Kalau gitu, mau sarapan bareng nggak? Kamu pasti belum sarapan ‘kan?” Terry berani bertaruh jika Kikan tidak sempat sarapan sebelum datang ke mari. Dan sebenarnya asumsi Terry sama sekali tidak salah. Kikan memang belum sarapan untuk mengisi perutnya yang bahkan terasa sangat lapar sekarang. Bagaimana wanita itu tidak kelaparan jika sejak tadi ma

    Last Updated : 2023-07-19
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   9. Unfair

    Lonceng yang terpasang di pintu cafe berbunyi saat seseorang mendorong pintu itu hingga terbuka. Detik berikutnya muncul sosok pria yang begitu tinggi dengan setelan jas yang membalut tubuhnya dan berjalan masuk hingga ke dalam. Kikan merasa seolah waktu berjalan dengan sangat lambat saat kedua matanya menangkap sosok yang begitu tinggi dan rupawan itu. Pria itu, di mana Kikan pernah melihatnya? Benarkah dia manusia dan bukan malaikat maut yang ingin mencabut nyawa nya? “Kikan?” seru pria itu. Kening Kikan sedikit berkerut. Rasa-rasanya suara ini pernah ia dengar sebelumnya di suatu tempat. Tapi di mana? “Akhirnya kita bertemu di tempat yang pantas. Senang melihatmu berada di sini daripada kelab malam.” Ah benar juga! Kelab malam! Kikan seketika bisa mengingat pertemuan mereka saat pria itu menyinggung soal kelab malam. Dia ‘kan pria yang sama yang tiba-tiba menyeretnya keluar dari ruangan lalu memarahinya seolah mereka saling kenal. Yup! Pria jangkung nan rupawan yang berdiri di

    Last Updated : 2023-07-27
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   10. Kekesalan Kikan

    Kikan menarik napas sedalam mungkin sementara kedua matanya terpejam dengan rapat. Di telinganya masih terngiang suara Dewandra yang melontarkan pertanyaan yang mampu membuat wanita itu jengkel setengah mati. Sebisa mungkin Kikan mengendalikan emosi yang hampir meledak di dalam dirinya. “Apa dia sudah nggak waras? Kenapa dia terus bersikap dan melontarkan pertanyaan yang membuatku nggak nyaman?” Kikan mendengus sebal bersamaan dengan kedua matanya yang dibuka perlahan. Tiba-tiba saja ia merasa sangat kepanasan. Kikan tidak mengerti, kenapa setiap kali bertemu dengan Dewandra ia selalu dibuat kesal? Apa salah Kikan sebenarnya? “Bukankah pertanyaannya semacam itu termasuk lancang? Nggak seharusnya dia bertanya soal itu kepada orang asing, ‘kan?” Kikan semakin dibuat bingung. “Apanya yang lancang?” Kikan terkesiap dan langsung memutar tubuhnya ke belakang saat suara seseorang memasuki indra pendengarannya. Kikan tidak berpikir akan ada orang lain di sini selain dirinya. “Arman ...,”

    Last Updated : 2023-08-29
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   11. Mengetahui Kebenaran Tentang Kikan

    Di ruangannya, Dewandra yang baru saja selesai dari sebuah rapat penting menghempaskan diri di kursi kerjanya. Kedua matanya tak sengaja menangkap sebuah map yang nampak asing. Kemudian ia tiba-tiba teringat dengan laporan yang Chiko bicarakan tadi pagi, lantas pria itupun segera meraih map tersebut lalu membukanya. Dengan cermat Dewandra membaca satu per satu baris kalimat yang tertuang di sana. Tatapannya nampak begitu serius. Bahkan bisa dikatakan bahwa sekarang pria itu merasa tegang sekaligus terkejut dalam waktu bersamaan. “Pantas saja dia bersikeras tidak mengenalku. Rupanya dia kehilangan ingatannya.” Pria itu bergumam pelan saat netranya menangkap baris kalimat yang melaporkan tentang insiden kecelakaan yang dialami Kikan. Selama ini Dewandra selalu meyakini bahwa ia membenci Kikan. Tapi hal berlawanan ia rasakan saat mereka kembali bertemu. Dan sekarang saat ia mengetahui apa yang terjadi dengan wanita itu beberapa tahun terakhir ini membuatnya tiba-tiba merasa kasihan sek

    Last Updated : 2023-09-04
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   12. Bertemu Dewandra

    Hampir lima belas menit berlalu sejak Dewandra meminta izin untuk menjawab panggilan telepon yang katanya sangat mendesak itu. Di posisinya duduk sekarang, kedua mata Kikan menangkap sosok Dewandra yang tengah berbincang dengan seseorang melalui telepon berdiri tidak jauh dari meja mereka. Pria itu terlihat begitu serius, entah apa yang dia bicarakan sampai-sampai wajahnya begitu kaku. Sejujurnya Kikan merasa sangat gelisah sekarang. Selain karena merasa tidak nyaman duduk santai di tempat seperti ini, wanita itu juga merasa khawatir tidak akan bisa kembali tepat waktu karena sebentar lagi jam istirahatnya akan berakhir. Kikan sendiri bisa sampai berada di restoran mewah ini karena kegigihannya ingin mengembalikan segepok uang tunai yang Dewandra titipkan kepada Adelia malam itu. Kikan sudah mengambil keputusan untuk tidak menerimanya karena menurutnya tidak ada alasan sama sekali untuk ia menerima uang itu. Kruk! Kikan tidak bisa menahan rasa laparnya setelah aroma masakan yang be

    Last Updated : 2023-09-05
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   13. Pagi yang Membingungkan

    Entah bagaimana Kikan harus menjelaskan perasaannya sekarang. Mendapat telepon pagi-pagi sekali dari mantan atasannya dulu, yang memberi tahukan dirinya bahwa Kikan bisa menempati apartemen ini selama yang ia mau. Kikan sungguh tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Sejujurnya Kikan merasa senang, tetapi di lain sisi ia juga merasa keheranan. Atas dasar apa mantan atasannya itu mau meminjamkan apartemen ini kepada Kikan? Terlebih lagi wanita itu sama sekali tak menyinggung persoalan biaya sewa ataupun semacamnya. “Bukankah ini adalah kabar yang bagus? Meski membingungkan, setidaknya ini berita yang bagus, ‘kan?” Nada bicaranya sedikit lemah. Entah mengapa Kikan tak bisa merasa antusias. Seperti yang sering Manda katakan. Bahwa ia tidak bisa mengerti jalan pikiran Kikan. Manda selalu menganggap Kikan memiliki pemikiran yang begitu rumit dan berkelok. Tak jarang pula Manda sampai menceramahi Kikan sebab sahabatnya itu terlalu pemikir. “Setidaknya aku nggak perlu memikirkan soal tempa

    Last Updated : 2023-09-06
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   14. Sebuah Kebetulan?

    “Ada apa dengan ekspresi kamu?” tanya Dewandra sembari menatap Chiko yang datang dengan wajah super masam. “Bukan apa-apa, Pak. Hanya saja pagi ini saya sedang sial,” sahut Chiko lalu ikut duduk di samping atasannya itu, “Oh iya, Pak. Tadi saat saya berada di dalam lift Apartemen Sky, sepertinya saya bertemu dengan wanita itu,” sambungnya. Kedua kening Dewandra hampir bertaut saat mendengar ucapan sekretarisnya. “Maksud kamu Kikan?” tanyanya memastikan, ia ragu apakah wanita yang dimaksud Chiko sama dengan yang ia pikirkan sekarang. Pria dengan tinggi 180 centi meter yang duduk di samping Dewandra itu lantas mengangguk. “Benar, Pak. Saya yakin itu dia. Dan kalau saya tidak salah mendengar, dia dan temannya ... nah itu mereka!” seru Chiko spontan saat melihat presensi Kikan dan Manda dari kejauhan. Secara alamiah tubuh Dewandra seketika berbalik ke arah belakang dan matanya langsung mengunci pada sosok Kikan yang berjalan ke arah mereka. “Baru saja saya ingin bilang kalau dia dan t

    Last Updated : 2023-09-18

Latest chapter

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   43. Hari yang Baru, Cinta yang Sama

    Kikan berdiri di dapur, masih mengenakan piyamanya, sibuk menyiapkan sarapan. Aroma kopi yang baru diseduh bercampur dengan wangi roti panggang memenuhi ruangan. Ia tersenyum puas melihat meja yang kini sudah tertata rapi—segelas kopi untuk Dewandra, segelas susu untuk Rosetta, dan piring berisi omelet serta roti panggang.Langkah kaki terdengar mendekat, dan tak lama kemudian, sepasang lengan melingkari pinggangnya dari belakang.“Rajin sekali,” bisik Dewandra di dekat telinganya, suaranya masih berat karena baru bangun tidur.Kikan tersenyum kecil, meski pipinya merona. “Kalau bukan aku, siapa lagi yang mau menyiapkan sarapan buat suami sendiri?” godanya.Dewandra tertawa pelan, mengecup pipi Kikan sekilas sebelum akhirnya melepaskan pelukan dan mengambil secangkir kopi.Kikan melirik sekilas ke arahnya dan tersenyum. “Ayo sarapan sebelum Rosetta bangun,” ajaknya.Mereka duduk berdua menikmati sarapan dalam suasana tenang dan intim. Sekali-sekali, Dewandra mencuri pandang ke arah Kik

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   42. Malam Pertama Setelah Sekian Lama

    Setelah resepsi yang penuh kebahagiaan dan tawa, Dewandra membawa Kikan ke rumah mereka—rumah yang kini benar-benar menjadi milik mereka berdua, tanpa bayang-bayang masa lalu yang menyakitkan.Begitu memasuki kamar, Kikan terdiam. Kamar itu telah dihias dengan sangat indah—kelopak mawar putih tersebar di atas ranjang, lilin-lilin kecil menyala lembut di sudut ruangan, menciptakan suasana yang begitu hangat dan romantis.Dewandra berdiri di belakangnya, memerhatikan ekspresi Kikan yang terlihat gugup, namun matanya bersinar lembut.“Kamu suka?” tanyanya pelan.Kikan berbalik, menatap pria yang kini sah menjadi suaminya kembali. Ia mengangguk. “Sangat indah,” sahutnya tersenyum.Dewandra tersenyum tipis, lalu mendekat. “Aku ingin malam ini menjadi malam yang spesial untuk kita.”Kikan menahan napas ketika Dewandra mengangkat tangannya, kemudian menyentuh pipinya dengan kelembutan yang begitu menenangkan. “Aku masih tidak percaya kalau akhirnya kita sampai di titik ini,” bisiknya.Dewandr

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   41. Hari Bahagia

    Setelah malam yang penuh kehangatan itu, hubungan antara Kikan dan Dewandra semakin erat. Kikan masih sering terbangun dengan perasaan tidak percaya bahwa ia benar-benar telah menerima lamaran pria itu lagi. Ada kegugupan, ada ketakutan, tetapi yang paling mendominasi adalah perasaan bahagia yang perlahan-lahan memenuhi hatinya.Di rumah, Rosetta menjadi orang yang paling gembira mendengar kabar itu.“Jadi Tante Kikan bakal jadi Mama beneran lagi?” seru Rosetta dengan mata berbinar.Kikan tertawa sambil mengusap kepala gadis kecil itu. “Mama dari dulu tetap mamamu, Tata.”“Tapi kali ini aku bisa bilang ke semua orang! Mama dan Papa bakal menikah lagi! Aku bakal punya keluarga lengkap!” Rosetta melompat-lompat kegirangan, membuat Dewandra dan Kikan tak bisa menahan tawa.“Kita harus buat pesta, Pa!” lanjut Rosetta dengan penuh semangat.Dewandra mengangkat alis. “Pesta?”“Iya! Aku mau jadi flower girl!”Kikan dan Dewandra saling berpandangan sebelum akhirnya tersenyum.“Baiklah,” kata D

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   41. Dinner

    Waktu berlalu dengan cepat sejak Rosetta mengetahui kebenaran tentang Kikan. Hubungan mereka semakin erat, dan tanpa Kikan sadari, hari-harinya kini selalu diwarnai dengan canda tawa bocah kecil itu. Namun, di sisi lain, ada sesuatu yang lain—sesuatu yang perlahan mulai berubah dalam dirinya terhadap Dewandra.Pria itu tidak lagi mendesaknya untuk segera memberi jawaban tentang rujuk, tapi Kikan tahu Dewandra masih menyimpan harapan. Dan kini, setelah berminggu-minggu, ia mengajak Kikan makan malam di luar. Bukan sekadar makan malam biasa, tapi sesuatu yang dirancang dengan sangat sempurna.Kikan berdiri di depan cermin menatap pantulan dirinya dengan ragu. Gaun berwarna merah marun yang membalut tubuhnya terlihat begitu anggun, sederhana namun tetap elegan. Ia bahkan merasa sedikit gugup, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan.Saat ia membuka pintu apartemen, Dewandra sudah menunggunya di depan sana. Pria itu mengenakan setelan jas berwarna hitam, tampak lebih berkarisma dari biasa

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   40. Aku Punya Mama

    Beberapa hari kemudianBeberapa hari kemudianBeberapa hari kemudian, Kikan dan Dewandra akhirnya sepakat. Sudah terlalu lama mereka menyembunyikan kebenaran ini, dan Rosetta berhak tahu siapa ibunya sebenarnya.Siang itu, mereka duduk di ruang tamu menunggu Rosetta yang masih asyik bermain dengan bonekanya di lantai. Kikan menggigit bibirnya dengan gugup, sementara Dewandra meremas tangannya sendiri, mencoba menyusun kata-kata yang tepat.“Apa menurutmu dia akan marah?” bisik Kikan pelan.Dewandra menoleh padanya, lalu tersenyum kecil. “Aku rasa tidak. Tapi dia mungkin akan terkejut.”Kikan menghela napas, lalu menatap Rosetta yang masih belum sadar akan percakapan serius yang menunggunya.“Tata,” panggil Dewandra lembut.Bocah itu menoleh cepat. “Iya, Papa?”“Kemari sebentar, Sayang. Papa dan Tante Kikan punya sesuatu yang penting untuk dibicarakan,” ujar Dewandra sambil menepuk sofa di sampingnya.Rosetta berdiri dan berjalan mendekat. Wajahnya penuh rasa ingin tahu. “Apa itu?” tanya

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   39. Piknik

    Akhir pekan pun tiba. Sejak pagi, Rosetta sudah bersemangat berlarian ke sana kemari di dalam rumah untuk memastikan semua yang dibutuhkan telah siap. Ia mengenakan gaun berwarna kuning dengan topi kecil yang menghiasi kepalanya.“Tante Kikan, Papa, ayo cepat! Tata sudah nggak sabar!” seru Rosetta, lalu menarik tangan Kikan dan Dewandra bersamaan.Kikan terkekeh melihat antusiasme bocah itu, sementara Dewandra hanya menggelengkan kepala pelan. “Iya, iya, kita berangkat sekarang,” ucapnya sebelum meraih keranjang piknik yang sudah dipersiapkan.Mereka pergi ke taman besar di pinggiran kota. Cuaca sangat cerah, angin berembus sepoi-sepoi, dan suara anak-anak lain yang bermain terdengar di kejauhan. Kikan menggelar tikar piknik di bawah pohon rindang, sementara Dewandra membantu Rosetta melepas sepatunya agar bisa berlari di atas rumput.“Tata mau main dulu!” Rosetta berseru sebelum berlari ke taman bermain.“Jangan jauh-jauh, ya!” Pesan Dewandra yang hanya dibalas anggukan cepat oleh put

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   38. Mencoba Memulai

    Beberapa hari kemudian, meski perasaan canggung masih menyelimuti, Kikan tetap datang ke kediaman Dewandra untuk menjalankan pekerjaannya sebagai pengasuh Rosetta. Ia tetap bersikap profesional, menjaga jarak yang seharusnya antara dirinya dan sang anak.Namun, perhatiannya semakin bertambah setiap harinya. Ada momen-momen di mana ia tertegun, menatap Rosetta lebih lama dari biasanya, dan tak jarang ia menangis terharu ketika bocah itu menunjukkan kasih sayang kepadanya tanpa tahu bahwa ia sebenarnya adalah ibu kandungnya.“Tante Kikan, lihat! Aku menggambar keluarga kita!” seru Rosetta dengan antusias, memperlihatkan gambar tiga sosok—seorang pria, seorang wanita, dan seorang anak kecil yang berpegangan tangan.Kikan menelan ludah. Dadanya sesak saat melihat dirinya tergambar di sana, berdiri di samping Dewandra dan Rosetta. Ia tersenyum, berusaha menahan air matanya. “Gambar Tata sangat bagus. Tante suka,” ucapnya lembut, lalu mengusap kepala bocah itu dengan penuh kasih.Baik Kikan

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   37. Ingatan yang Kembali

    “Kikan! Syukurlah kamu sadar!” Dewandra sampai berdiri dari duduk saat mendapati Kikan sudah siuman. Pria itu tampak bersyukur dan langsung memanggil dokter untuk memeriksa keadaan mantan istrinya itu. Kikan berusaha duduk sambil merasakan nyeri di kepalanya. Potongan demi potongan ingatan mulai membayangi dan Kikan hampir menjerit karena kepalanya semakin sakit. “Tante Kikan!” Kikan sontak menoleh ke samping saat mendengar suara Rosetta menggema. Bocah kecil itu langsung berlari dan memeluk Kikan sambil menangis. Sementara di belakangnya—Handi—ayah Dewandra, datang menyusul dan langsung menyapa Kikan dengan ramah. Tak lama setelah itu, Dewandra kembali bersama seorang dokter dan Kikan langsung mendapat pemeriksaan. “Aku … mendapatkan ingatan saat kita menikah dulu,” ucap Kikan sambil memandangi Dewandra setelah dokter selesai memeriksa dan pergi dari ruangan. Dewandra tidak bisa menutupi rasa terkejutnya mendengar pengakuan dari Kikan. Dewandra tidak tahu harus mengatakan apa.

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   36. Rahasia yang Terbongkar

    Sekembalinya dari supermarket, Kikan langsung menyimpan stok belanjaan dan menyusunnya dengan rapi. Sebelum bergulat dengan peralatan memasak untuk makan siang, Kikan berniat membersihkan beberapa sudut ruangan di dalam rumah ini. Ruangan pertama yang Kikan datangi adalah kamar Rosetta. Kikan mengembangkan senyuman saat mengamati seluruh ruangan bocah kecil itu. Beberapa boneka dan buku tampak berhamburan di lantai.Kikan melangkah maju dan mulai membersihkan ruangan tersebut. Entah mengapa perasaannya begitu senang seolah sedang membersihkan kamar putrinya sendiri."Apa ini?" Kikan meraih selembar kertas yang terselip di antara buku-buku. Ternyata sebuah tulisan berisi tentang dirinya. Kikan membaca tulisan tersebut dengan mata berkaca-kaca. Sebuah tulisan yang tidak terlalu rapi yang ditulis sendiri oleh Rosetta. Di dalam tulisannya, Rosetta menyebutkan betapa dia sangat bahagia telah mengenal Kikan."Ya Tuhan, bocah ini sangat manis. Tante juga menyukaimu, Tata," gumamnya sambil

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status