Share

9. Unfair

Penulis: Merspenstory
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-27 12:54:51

Lonceng yang terpasang di pintu cafe berbunyi saat seseorang mendorong pintu itu hingga terbuka. Detik berikutnya muncul sosok pria yang begitu tinggi dengan setelan jas yang membalut tubuhnya dan berjalan masuk hingga ke dalam.

Kikan merasa seolah waktu berjalan dengan sangat lambat saat kedua matanya menangkap sosok yang begitu tinggi dan rupawan itu. Pria itu, di mana Kikan pernah melihatnya? Benarkah dia manusia dan bukan malaikat maut yang ingin mencabut nyawa nya?

“Kikan?” seru pria itu.

Kening Kikan sedikit berkerut. Rasa-rasanya suara ini pernah ia dengar sebelumnya di suatu tempat. Tapi di mana?

“Akhirnya kita bertemu di tempat yang pantas. Senang melihatmu berada di sini daripada kelab malam.”

Ah benar juga! Kelab malam! Kikan seketika bisa mengingat pertemuan mereka saat pria itu menyinggung soal kelab malam.

Dia ‘kan pria yang sama yang tiba-tiba menyeretnya keluar dari ruangan lalu memarahinya seolah mereka saling kenal. Yup! Pria jangkung nan rupawan yang berdiri di hadapan Kikan sekarang adalah Dewandra, si pria menyebalkan bagi Kikan.

Karena pertemuan mereka malam itu terjadi di tempat yang kurang pencahayaan seperti kelab malam, maka tidak heran jika Kikan tidak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas. Kikan jadi menyesal karena sempat terpesona akan ketampanannya beberapa saat yang lalu.

“Selamat datang di You & Me Cafe,” sapa Kikan dengan senyum manisnya. Sama sekali tidak menggubris ucapan Dewandra kepadanya soal kelab malam.

Kikan paham betul aturan mainnya saat ia sedang bekerja. Seberapapun ia merasa sangat jengkel kepada Dewandra, Kikan harus menepis perasaannya itu sebab pelanggan adalah raja. Kikan harus melayani Dewandra sebagai pelanggan cafe tempat ia bekerja dengan senyum manisnya tak peduli sejengkel apapun hatinya—dan jangan lupakan bagian harus selalu ramah kepada pelanggan.

Kikan mengikuti Dewandra yang berjalan menuju meja. Menyerahkan buku menu lalu menunggu pria itu menyebutkan pesanannya. Namun baru beberapa saat pria itu melihat buku menu, ia langsung menutupnya lalu meletakkannya ke atas meja.

“Apa menu paling best seller di sini?” tanya Dewandra. Matanya menatap netra indah milik Kikan yang bewarna kecokelatan dengan penuh kelembutan.

Kikan berdeham pelan. “Anda bisa melihatnya di buku menu, Pak. Di sana tertera menu best seller kami.”

Dewandra tersenyum miring, tatapannya yang penuh kelembutan kini berubah seketika. “Apa memang seperti ini pelayanan di sini? Aku bertanya sebagai pelanggan yang akan—”

“Croffle dengan saus ganache, itu salah satu menu best seller kami.”

“Oh. Kenapa kamu hanya menyebutkan salah satunya saja? Kenapa tidak disebutkan semua menu best seller yang ada?”

“Selain itu adalah menu best seller di sini. Menu itu juga rekomendasi dari saya. Meskipun Anda tidak meminta rekomendasi, tapi sebagai bentuk upaya memberikan pelayanan yang baik maka saya berinisiatif untuk membantu Anda memilih menu paling lezat di sini,” jawab Kikan panjang lebar, dengan senyum manis yang tersemat di bibir tentunya.

Dewandra mengangguk paham. Ia tahu persis bagaimana Kikan, ternyata wanita itu sama sekali tidak berubah meski sekian tahun sudah berlalu. Ya ... walaupun Dewandra masih merasa jengkel sebab wanita itu berlagak seolah tidak mengenali dirinya.

“Oke. Kalau begitu aku akan memesan croffle dengan saus ganache seperti yang kamu rekomendasikan. Bagaimana dengan minuman, apa kamu tidak akan memberi rekomendasi sekalian?”

Tanpa berpikir panjang lagi Kikan langsung memberi rekomendasi minuman kepada Dewandra. Beruntung tadi pagi ia sempatkan untuk membaca isi buku menu, maka dari itu ia bisa memberi rekomendasi dengan percaya diri seperti yang ia lakukan tadi.

“Pesanan Anda sudah saya terima. Silakan menunggu.”

Pandangan Dewandra sama sekali tidak terlepas dari sosok Kikan yang kini menjauh dari mejanya. Rasanya tidak adil, kenapa ia tidak bisa membenci wanita itu terlepas dari apa yang sudah ia lakukan kepadanya dan juga Rosetta? Kikan meninggalkan Dewandra dan juga putri mereka.

Seolah ia dan Rosetta tidak berarti apa-apa bagi wanita itu. Selama perceraian mereka Kikan sama sekali tidak pernah berusaha untuk menemui Rosetta. Dan sekarang, setelah enam tahun berlalu, mereka kembali bertemu dan Kikan bersikap seolah tidak mengenalnya.

Kikan tidak hanya sekadar jahat. Tetapi wanita itu sangat kejam! Begitu tidak berperasaan sampai memperlakukan dirinya seperti orang asing.

Padahal jika diingat kembali, Kikan telah berjanji akan tetap bertahan dan selalu ada di samping Dewandra. Wanita itu berjanji tidak akan menyerah dengan pernikahan mereka. Setiap kali teringat akan hal itu Dewandra selalu mengerang kesakitan. Seolah jantungnya dihunus dengan panah tajam dengan bara api, menyakitkan.

Drrttt...

Dewandra sedikit terkesiap saat merasakan benda pipih di dalam saku celananya bergetar. Didapatinya sebuah panggilan masuk dari sang sekretaris.

“Ada apa?” ucap Dewandra langsung pada intinya saat panggilan mereka berhasil tersambung.

Di seberang telepon, Chiko yang saat ini sedang berdiri di depan pintu lift menjawab, “Saya sudah mendapatkan informasi tentang orang itu, Pak.” Tentu saja informasi yang dimaksud Chiko adalah tentang Kikan.

“Oke, letakkan saja laporan informasinya di atas mejaku. Bagaimana dengan Rosetta, apa kamu sudah mengantar bocah kecil itu ke rumah kakeknya?”

“Sudah, Pak. Saya baru saja kembali dari sana.”

“Aku mungkin akan kembali sedikit terlambat nanti,” cicit Dewandra kemudian segera mengakhiri panggilan secara sepihak.

Setelah berhasil mengakhiri panggilannya bersama Chiko, Dewandra kembali memfokuskan pandangannya kepada Kikan. Sebenarnya sedari tadi pandangan pria itu memang sama sekali tidak teralihkan, hanya saja Dewandra ingin lebih fokus saat memperhatikan mantan istrinya itu.

Aku tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba berubah seperti ini. Apa yang merasukinya? Kalimat itu terngiang di kepalanya.

Sadar atau tidak, semakin hari Rosetta menjadi kian mirip dengan Kikan. Melihat wanita itu tersenyum seperti sekarang, Dewandra seolah melihat Rosetta dalam wujud orang dewasa. Benar-benar sama persis.

Apa dia sudah menikah lagi? Keingintahuan itu tiba-tiba terlintas di benak Dewandra. Dengan wajah cantiknya itu, Dewandra yakin ada begitu banyak pria yang tertarik kepada Kikan.

“Hah, sial! Kenapa aku tiba-tiba merasa kesal?” gerutu pria itu. Dia sendiri yang berpikiran seperti itu, jangan salahkan orang lain jika merasa kesal.

Saat kedua matanya melihat presensi Kikan yang membawa nampan berisi makanan serta minuman berjalan menuju ke arahnya, Dewandra buru-buru mengusir rasa kesal yang tercetak di wajahnya. Seolah ada kekuatan magis yang membuatnya tersihir, rasa kesal yang sebelumnya Dewandra rasakan tiba-tiba sirna.

“Selamat menikmati hidangannya. Jika Anda ingin sesuatu atau menambah pesanan, jangan ragu untuk langsung memanggil saya, Pak,” kata Kikan sebelum beranjak pergi setelah berhasil meletakkan semua pesanan Dewandra di atas meja.

Di saat Kikan hendak membuka langkah, wanita itu tertahan sebab Dewandra tiba-tiba meraih tangannya. Untuk beberapa saat keduanya hanya saling beradu tatap. Bergulat dengan isi pikiran masing-masing yang bertolak belakang.

“Ada apa, Pak?” tanya Kikan seraya berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman Dewandra.

“Apa kamu sudah menikah lagi?”

Bab terkait

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   10. Kekesalan Kikan

    Kikan menarik napas sedalam mungkin sementara kedua matanya terpejam dengan rapat. Di telinganya masih terngiang suara Dewandra yang melontarkan pertanyaan yang mampu membuat wanita itu jengkel setengah mati. Sebisa mungkin Kikan mengendalikan emosi yang hampir meledak di dalam dirinya. “Apa dia sudah nggak waras? Kenapa dia terus bersikap dan melontarkan pertanyaan yang membuatku nggak nyaman?” Kikan mendengus sebal bersamaan dengan kedua matanya yang dibuka perlahan. Tiba-tiba saja ia merasa sangat kepanasan. Kikan tidak mengerti, kenapa setiap kali bertemu dengan Dewandra ia selalu dibuat kesal? Apa salah Kikan sebenarnya? “Bukankah pertanyaannya semacam itu termasuk lancang? Nggak seharusnya dia bertanya soal itu kepada orang asing, ‘kan?” Kikan semakin dibuat bingung. “Apanya yang lancang?” Kikan terkesiap dan langsung memutar tubuhnya ke belakang saat suara seseorang memasuki indra pendengarannya. Kikan tidak berpikir akan ada orang lain di sini selain dirinya. “Arman ...,”

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-29
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   11. Mengetahui Kebenaran Tentang Kikan

    Di ruangannya, Dewandra yang baru saja selesai dari sebuah rapat penting menghempaskan diri di kursi kerjanya. Kedua matanya tak sengaja menangkap sebuah map yang nampak asing. Kemudian ia tiba-tiba teringat dengan laporan yang Chiko bicarakan tadi pagi, lantas pria itupun segera meraih map tersebut lalu membukanya. Dengan cermat Dewandra membaca satu per satu baris kalimat yang tertuang di sana. Tatapannya nampak begitu serius. Bahkan bisa dikatakan bahwa sekarang pria itu merasa tegang sekaligus terkejut dalam waktu bersamaan. “Pantas saja dia bersikeras tidak mengenalku. Rupanya dia kehilangan ingatannya.” Pria itu bergumam pelan saat netranya menangkap baris kalimat yang melaporkan tentang insiden kecelakaan yang dialami Kikan. Selama ini Dewandra selalu meyakini bahwa ia membenci Kikan. Tapi hal berlawanan ia rasakan saat mereka kembali bertemu. Dan sekarang saat ia mengetahui apa yang terjadi dengan wanita itu beberapa tahun terakhir ini membuatnya tiba-tiba merasa kasihan sek

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-04
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   12. Bertemu Dewandra

    Hampir lima belas menit berlalu sejak Dewandra meminta izin untuk menjawab panggilan telepon yang katanya sangat mendesak itu. Di posisinya duduk sekarang, kedua mata Kikan menangkap sosok Dewandra yang tengah berbincang dengan seseorang melalui telepon berdiri tidak jauh dari meja mereka. Pria itu terlihat begitu serius, entah apa yang dia bicarakan sampai-sampai wajahnya begitu kaku. Sejujurnya Kikan merasa sangat gelisah sekarang. Selain karena merasa tidak nyaman duduk santai di tempat seperti ini, wanita itu juga merasa khawatir tidak akan bisa kembali tepat waktu karena sebentar lagi jam istirahatnya akan berakhir. Kikan sendiri bisa sampai berada di restoran mewah ini karena kegigihannya ingin mengembalikan segepok uang tunai yang Dewandra titipkan kepada Adelia malam itu. Kikan sudah mengambil keputusan untuk tidak menerimanya karena menurutnya tidak ada alasan sama sekali untuk ia menerima uang itu. Kruk! Kikan tidak bisa menahan rasa laparnya setelah aroma masakan yang be

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   13. Pagi yang Membingungkan

    Entah bagaimana Kikan harus menjelaskan perasaannya sekarang. Mendapat telepon pagi-pagi sekali dari mantan atasannya dulu, yang memberi tahukan dirinya bahwa Kikan bisa menempati apartemen ini selama yang ia mau. Kikan sungguh tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Sejujurnya Kikan merasa senang, tetapi di lain sisi ia juga merasa keheranan. Atas dasar apa mantan atasannya itu mau meminjamkan apartemen ini kepada Kikan? Terlebih lagi wanita itu sama sekali tak menyinggung persoalan biaya sewa ataupun semacamnya. “Bukankah ini adalah kabar yang bagus? Meski membingungkan, setidaknya ini berita yang bagus, ‘kan?” Nada bicaranya sedikit lemah. Entah mengapa Kikan tak bisa merasa antusias. Seperti yang sering Manda katakan. Bahwa ia tidak bisa mengerti jalan pikiran Kikan. Manda selalu menganggap Kikan memiliki pemikiran yang begitu rumit dan berkelok. Tak jarang pula Manda sampai menceramahi Kikan sebab sahabatnya itu terlalu pemikir. “Setidaknya aku nggak perlu memikirkan soal tempa

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   14. Sebuah Kebetulan?

    “Ada apa dengan ekspresi kamu?” tanya Dewandra sembari menatap Chiko yang datang dengan wajah super masam. “Bukan apa-apa, Pak. Hanya saja pagi ini saya sedang sial,” sahut Chiko lalu ikut duduk di samping atasannya itu, “Oh iya, Pak. Tadi saat saya berada di dalam lift Apartemen Sky, sepertinya saya bertemu dengan wanita itu,” sambungnya. Kedua kening Dewandra hampir bertaut saat mendengar ucapan sekretarisnya. “Maksud kamu Kikan?” tanyanya memastikan, ia ragu apakah wanita yang dimaksud Chiko sama dengan yang ia pikirkan sekarang. Pria dengan tinggi 180 centi meter yang duduk di samping Dewandra itu lantas mengangguk. “Benar, Pak. Saya yakin itu dia. Dan kalau saya tidak salah mendengar, dia dan temannya ... nah itu mereka!” seru Chiko spontan saat melihat presensi Kikan dan Manda dari kejauhan. Secara alamiah tubuh Dewandra seketika berbalik ke arah belakang dan matanya langsung mengunci pada sosok Kikan yang berjalan ke arah mereka. “Baru saja saya ingin bilang kalau dia dan t

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-18
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   15. Ditabrak

    “Kamu yakin baik-baik aja?” Manda bertanya dengan khawatir. “Harus berapa kali aku bilang sampai kamu percaya kalau aku baik-baik aja sih, Manda? Kamu bisa lihat sendiri kalau aku beneran baik-baik aja. Sebenarnya aku juga nggak perlu dibawa ke rumah sakit, paling beberapa hari juga sembuh sendiri.” Kikan mengembuskan napas pelan. Ia sama sekali tak pernah membayangkan bahwa akan berakhir di rumah sakit seperti sekarang ini. “Aku cuman khawatir, Kikan. Sebelumnya kamu pernah mengalami kecelakaan sampai hilang ingatan, aku takut kondisi kamu memburuk karena insiden tadi.” Dengan wajah super cemas yang tercetak di wajahnya, Manda mengatakan betapa ia mencemaskan sahabatnya itu. Embusan napas yang tadinya pelan kini berubah menjadi berat. “Maaf dan terima kasih karena sudah mengkhawatirkanku. Tapi aku beneran baik-baik aja sekarang, Manda. Kamu nggak perlu secemas ini,” kata Kikan lembut. Manda menundukkan kepalanya ke bawah. Ia tidak bisa membayangkan jika seandainya terjadi sesuatu

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   16. White Hyacinth

    “Apa? Kamu bicara apa tadi? Aku nggak bisa mendengarnya dengan jelas.” Kikan menolehkan kepalanya ke belakang. “Bukan apa-apa,” sahut Dewandra seraya memberikan senyuman. Detik itu juga Kikan langsung meluruskan pandangannya kembali ke depan. Sebenarnya bukan sesuatu yang menyenangkan bagi Kikan berinteraksi seperti ini dengan Dewandra. Seberapa keras pun ia memikirkan, Kikan tidak bisa mendapatkan pembenaran atas interaksi mereka berdua. See? Bukankah Kikan terlalu pemikir seperti yang Manda katakan? Kesan pertama Kikan terhadap Dewandra terlanjur kurang bagus. Hal itu dilandasi oleh sikap Dewandra kepadanya pada pertemuan pertama mereka di kelab malam. Baik beberapa waktu yang lalu maupun saat ini, pria itu benar-benar sangat menyebalkan di mata Kikan. “Kamu nggak perlu mengantarku. Aku bisa naik taksi untuk pulang.” Kikan kembali membuka suara. “Dan untuk biaya pengobatan, aku akan membayarnya bulan depan.” Mendengar hal itu tentu saja membuat Dewandra merasa tergelitik. Pria i

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-27
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   17. The Reunion

    “Kamu nggak perlu repot-repot ikut turun. Aku bisa jalan sendiri sampai depan unit apartemenku.” Kikan membuka suara saat melihat pergerakan Dewandra yang nampak ingin ikut turun dari mobilnya. “Berapa kali harus kukatakan? Jangan menolakku.” Ayolah, dia itu Dewandra si pria paling keras kepala. Sia-sia saja Kikan mengerahkan usaha untuk menolak pria itu, Dewandra selalu pada pendiriannya. Apa boleh buat? Kikan tidak bisa berkata-kata lagi. Ia hanya bisa terdiam saat melihat Dewandra bergegas turun dari mobil lalu berjalan menuju pintu belakang tepat di mana Rosetta sedang duduk. Dengan begitu lembut Dewandra meminta putrinya untuk turun sementara tangan kirinya langsung menyambar handle pintu depan untuk membukakan Kikan. Tanpa bersuara sepatah kata pun, Dewandra langsung menyambar tas milik Kikan lalu meminta putrinya untuk membantu membawakan. “Tata, Papa minta tolong bawakan tas teman Papa ya,” kata pria itu lalu menyerahkan tas milik Kikan. Dengan senyum lebar yang tersemat di

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-28

Bab terbaru

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   37. Ingatan yang Kembali

    “Kikan! Syukurlah kamu sadar!” Dewandra sampai berdiri dari duduk saat mendapati Kikan sudah siuman. Pria itu tampak bersyukur dan langsung memanggil dokter untuk memeriksa keadaan mantan istrinya itu. Kikan berusaha duduk sambil merasakan nyeri di kepalanya. Potongan demi potongan ingatan mulai membayangi dan Kikan hampir menjerit karena kepalanya semakin sakit. “Tante Kikan!” Kikan sontak menoleh ke samping saat mendengar suara Rosetta menggema. Bocah kecil itu langsung berlari dan memeluk Kikan sambil menangis. Sementara di belakangnya—Handi—ayah Dewandra, datang menyusul dan langsung menyapa Kikan dengan ramah. Tak lama setelah itu, Dewandra kembali bersama seorang dokter dan Kikan langsung mendapat pemeriksaan. “Aku … mendapatkan ingatan saat kita menikah dulu,” ucap Kikan sambil memandangi Dewandra setelah dokter selesai memeriksa dan pergi dari ruangan. Dewandra tidak bisa menutupi rasa terkejutnya mendengar pengakuan dari Kikan. Dewandra tidak tahu harus mengatakan apa.

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   36. Rahasia yang Terbongkar

    Sekembalinya dari supermarket, Kikan langsung menyimpan stok belanjaan dan menyusunnya dengan rapi. Sebelum bergulat dengan peralatan memasak untuk makan siang, Kikan berniat membersihkan beberapa sudut ruangan di dalam rumah ini. Ruangan pertama yang Kikan datangi adalah kamar Rosetta. Kikan mengembangkan senyuman saat mengamati seluruh ruangan bocah kecil itu. Beberapa boneka dan buku tampak berhamburan di lantai.Kikan melangkah maju dan mulai membersihkan ruangan tersebut. Entah mengapa perasaannya begitu senang seolah sedang membersihkan kamar putrinya sendiri."Apa ini?" Kikan meraih selembar kertas yang terselip di antara buku-buku. Ternyata sebuah tulisan berisi tentang dirinya. Kikan membaca tulisan tersebut dengan mata berkaca-kaca. Sebuah tulisan yang tidak terlalu rapi yang ditulis sendiri oleh Rosetta. Di dalam tulisannya, Rosetta menyebutkan betapa dia sangat bahagia telah mengenal Kikan."Ya Tuhan, bocah ini sangat manis. Tante juga menyukaimu, Tata," gumamnya sambil

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   35. Grocery Date

    Dewandra kembali dibuat pusing setelah memikirkan ucapan ayahnya saat pria tua itu berkunjung tadi. Jujur saja, hingga sekarang persoalan tentang pulihnya ingatan Kikan masih membebani Dewandra hingga mengganggu ketenangannya. Entah bagaimana wanita itu akan bereaksi jika ingatannya kembali pulih, Dewandra jadi ngeri sendiri. “Apa aku harus memintanya untuk tinggal di sini agar bisa mengawasinya? Aku sudah bertindak sejauh ini. Semuanya akan kembali kacau jika Kikan mendapatkan kembali ingatannya, bukan?” Dewandra bergumam gelisah. Dalam pikiran Dewandra, jika di masa lalu ia gagal mempertahankan Kikan di sisinya, maka tidak kali ini. Ia tidak bisa kehilangan Kikan lagi seperti sebelumnya. Meski ia harus menjadi orang jahat sekalipun—Dewandra tidak keberatan untuk menghalangi ingatan Kikan kembali seperti semula. Yang hanya Dewandra pikirkan adalah Kikan harus bersama dirinya dan juga Rosetta. “Tapi dia pasti menolak untuk menginap. Argh! Ini benar-benar membuatku pusing.” Dewandra

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   34. Bagaimana Jika ....

    Tidak ada yang tahu tentang masa depan. Begitupun dengan Dewandra yang tidak pernah tahu bahwa hal semacam ini akan terjadi setelah perceraiannya dengan Kikan. Tidak pernah sekalipun ia berpikir bahwa ia akan kembali bertemu dengan Kikan yang kehilangan ingatan. Dan yang lebih tidak pernah ia pikirkan selain hal itu adalah saat Kikan yang mendadak menjadi seorang pengasuh untuk putri mereka sendiri. Rasanya bagaikan sebuah lelucon. Lelucon yang membuat Dewandra merasa sangat tergelitik hingga tak sadar menyematkan senyum lebar di bibirnya. Setelah Kikan memutuskan untuk pergi meninggalkan dirinya dan putri mereka beberapa tahun silam. Setiap hari Dewandra selalu menanamkan kebenciannya untuk sang mantan istri. Ia bertekad untuk membalas rasa sakit itu jika di kemudian hari mereka kembali bertemu. Namun semua rencananya gagal begitu saja karena ternyata perasaannya terhadap Kikan masih belum usai. Siapa yang menyangka? Bahkan Dewandra sendiri tidak menyangka akan sekacau itu. Sement

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   33. Fakta Tiga Tahun Lalu

    “Kenapa sih kamu selalu bela dia? Harusnya kamu marah karena dia mengacaukan kencan buta itu. Kamu tahu sendiri ‘kan sesibuk apa Vino! Dia jadi buang-buang waktu!” Erik menumpahkan kekesalannya usai mendengar kabar dari Vino bahwa kencan butanya bersama Kikan berakhir dengan cepat karena Wanita itu mendadak harus pergi. “Aku gak bisa marah juga karena sebenarnya kita juga salah di sini. Kita mengatur kencan buta itu tanpa persetujuan Kikan. Sebelumnya aku juga udah bilang ‘kan kalau sekarang Kikan nggak berminat untuk menjalin suatu hubungan, tapi kamu bersikeras karena Vino meminta.” Salah satu kening Erik terangkat sedikit ke atas. Ia merasa tersinggung sebab kini Manda berbalik menyalahkan dirinya. “Oh, jadi sekarang kamu menyalahkan aku? Begitu? Aku benar-benar heran sama kamu. Apa sih istimewanya Kikan sampai kamu selalu bela dia daripada aku!” Helaan napas pelan berembus keluar dari mulut Manda. Sumpah demi semesta Manda tidak ingin ribut dengan kekasihnya karena masalah ini l

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   32. Merawat Dewandra

    “Tante!” Kedatangan Kikan di kediaman Dewandra langsung disambut oleh Rosetta yang menghambur ke pelukannya dengan mata sedikit sembap. Di belakangnya terlihat Chiko yang berjalan menyusul kemudian berhenti tak jauh dari mereka. “Maaf karena menghubungi kamu di luar jam kerja. Tapi Rosetta terus merengek meminta saya untuk menghubungi kamu. Saya juga jadi sedikit panik melihat dia menangis ketakutan karena papanya pingsan.” Chiko mengungkapkan penyesalannya. “Bukan apa-apa. Aku paham kamu merasa panik karena Rosetta menangis ketakutan. Akupun sama paniknya saat mendapat telepon tadi.” Chiko mengangguk pelan. “Pak Dewa pasti kelelahan. Jarang sekali dia sampai pingsan seperti hari ini,” ucapnya memberi tahu pokok utama dari semua kepanikan ini. Entah bagaimana jadinya jika seandainya ia tidak datang tadi. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Rosetta. “Lalu bagaimana keadaan Pak Dewa sekarang?” “Dia sudah siuman, sekarang sedang beristirahat di kamarnya. Uhm, dia sedikit kesa

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   31. Kencan Buta

    “Apa sih yang kamu lakukan, Manda? Kenapa kamu bohong soal pesta ulang tahun Citra?” Tahu apa yang paling menjengkelkan bagi Kikan? Yup! Saat Manda membohonginya untuk hal-hal tidak masuk akal. Dan yang paling membuat Kikan jengkel setengah mati sekarang adalah karena Manda mengatur kencan buta untuk dirinya. Sumpah demi semesta, Kikan tidak mau kencan buta. “Sorry, aku akan memohon pengampunan kamu setelah kita pulang nanti. Tapi untuk sekarang kamu harus segera duduk ke sana karena aku sama Erik sudah bersusah payah mengatur ini.” “Apa? Kamu sama Erik?” Kedua mata Kikan hampir membulat saat Manda menyeret nama Erik ke dalam acara kencan buta ini. Bagaimana bisa pria itu juga ikut terlibat? Kikan benar-benar dibuat meradang. “Pelankan suara kamu. Jadi, pria yang duduk di sana itu temennya Erik. Sekarang kamu ke sana dan samperin dia dengan senyuman. Oke?” Manda mengacungkan kedua telunjuknya lalu mendorong kedua sudut bibir Kikan ke atas hingga membentuk senyuman. Kemudian membali

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   30. Posisi Spesial Kikan di Hati Dewandra

    Dewandra masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai sementara tangan kirinya sibuk melucuti dasi serta beberapa kancing kemejanya. Hari ini sungguh melelahkan bagi pria itu. Namun saat kakinya menapak di lorong yang akan membawanya ke ruang tengah, sebuah aroma yang begitu lezat menguar menggelitik hidungnya. Kedua matanya yang sempat lesu mendadak terbuka sedikit lebih lebar dari sebelumnya. Aroma ini. Bukankah aroma ini adalah aroma dari makanan kesukaannya? Dewandra pun memilih untuk bergegas ke dapur dan pria itu langsung tersadarkan dengan keberadaan Kikan yang mengenakan apron merah muda di tubuhnya. Benar juga. Dewandra lupa kalau wanita itu kini bekerja menjadi pengasuh putrinya—uhm, sebenarnya putri mereka berdua. “Hey, baru datang? Maaf kalau aku lancang memasak di dapur kamu. Tapi Rosetta merengek minta dibuatkan makanan.” Kikan membuka suara saat melihat Dewandra berdiri tak jauh darinya. Sementara dirinya sibuk menghidangkan makanan ke atas meja makan. Dewandra segera

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   29. Hari Pertama Sebagai Pengasuh

    “Tante Kikan!” Rosetta berteriak histeris saat melihat presensi Kikan yang tengah berdiri sembari tersenyum di ambang pintu kamarnya. Bocah kecil itu sama sekali tidak mengira akan melihat Kikan di kediaman mereka. Dengan cepat ia turun dari atas ranjang dan berlari mendatangi Kikan kemudian menghamburkan pelukan. Kikan membalas pelukan Rosetta dengan tak kalah erat dari pelukan yang bocah kecil itu berikan. Keduanya sama-sama terlihat begitu senang dilihat dari tarikan senyum mereka yang begitu lebar. Rosetta bahkan meminta Kikan untuk berjongkok agar ia bisa mendaratkan kecupan hangatnya di kedua pipi Kikan. Sementara tak jauh dari mereka, Dewandra memperhatikan dalam diam. Pria jangkung itu berdiri sembari menyematkan senyuman. Dalam hatinya ingin sekali ikut bergabung dengan kedua orang itu untuk berpelukan. “Tata kangen banget sama Tante Kikan,” seru bocah itu lagi. Senyuman di bibirnya kian melebar dan satu detik kemudian ia kembali melingkarkan pelukan. “Tante juga kangen b

DMCA.com Protection Status