Share

4. Sorry

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2023-06-04 15:45:30

Tepat pukul lima pagi bel apartemen Kikan berbunyi. Semalaman suntuk Kikan tidak bisa tidur sebab ia tidak bisa menghubungi Manda karena ponselnya tertinggal di kelab malam. Kikan segera berlari menuju pintu dan mendapati Manda berdiri di baliknya.

“Manda, syukurlah kamu ke mari,” ucap Kikan lalu membawa Manda masuk ke dalam.

Manda melangkah dengan kedua mata yang sangat mengantuk. Sekujur tubuhnya juga terasa sangat lelah. Namun wanita itu tersenyum dengan begitu lebar sebab di dalam tasnya terdapat banyak uang tunai. Tidak sia-sia semalaman ia habiskan untuk menari dan menemani para pria kaya itu duduk minum.

“Kikan, aku merasa sangat penasaran kenapa pria itu membawa kamu pergi. Tapi sekarang aku sangat mengantuk dan pengen tidur.” Manda melangkah menuju kamar Kikan. Kedua matanya sudah tidak bisa menahan rasa kantuk yang sedari tadi menyerang.

Kikan memapah Manda menuju kamarnya lalu merebahkan sahabat baiknya itu ke atas ranjang. “Sekarang kamu tidur dulu. Aku akan menceritakannya nanti saat kamu bangun,” ujarnya dengan suara lembut.

Tubuh Manda mendarat sempurna di atas ranjang Kikan yang hanya berukuran single size itu.

“Aku akan membantu kamu menghapus make up,” kata Kikan lantas meraih micellar water dan beberapa kapas untuk wajah.

Kikan menatap Manda yang sekarang sudah tertidur dengan pulas. Matanya menatap prihatin. Sementara tangannya mulai mengusapkan kapas yang sebelumnya dibasahi dengan micellar water ke seluruh permukaan wajah Manda.

“Maafin aku ya, Manda. Gara-gara aku kamu harus melalui hal seperti ini.”

Kikan tidak bisa menahan kekecewaannya terhadap dirinya sendiri. Meski Manda tidak suka jika Kikan menyalahkan dirinya seperti ini. Namun Kikan tidak bisa menutup mata jika ia telah menyeret sahabatnya sendiri ke dalam lubang penderitaan.

Dalam sekejap air mata Kikan sudah menggenang memenuhi pelupuk matanya. Dari sini Kikan dapat mencium aroma alkohol yang begitu kuat menguar dari tubuh Manda. Dan air mata itu seketika menetes saat kedua matanya melihat tanda merah di leher Manda.

Dengan kedua tangan yang bergetar Kikan memberanikan diri untuk menyingkap kerah baju Manda. Dalam hatinya mati-matian memanjatkan doa semoga apa yang dia pikirkan tidak terjadi. Namun kenyataan telah menghempas Kikan dalam hitungan detik, ia menemukan banyak tanda merah di sekitar dada sahabatnya.

Kikan mendadak emosional. Pikirannya tiba-tiba berserabut menjadi satu. Dengan cepat Kikan memungut kapas yang berserakan lalu melangkah keluar dari kamar.

“Ya Tuhan, Manda ....” Kikan jatuh merosot di depan pintu kamarnya. Menutup mulutnya sendiri dengan telapak tangan agar suara tangisnya tidak pecah keluar.

Kikan semakin menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi kepada Manda. Hatinya terasa sangat nyeri dan juga sakit. Seolah ada bilah sembilu yang terus menusuk-nusuk di sana.

Cukup lama Kikan terduduk di depan pintu kamar sembari menangis menyalahkan diri. Hingga sebuah suara dari dalam kamar harus membuatnya berhenti menangis. Manda memanggilnya untuk meminta sahabatnya itu membawakan air minum.

“Kikan, bisa ambilkan minum nggak? Aku haus banget,” teriak Manda dengan suara yang melantur. Matanya masih tertutup rapat.

“Iya, tunggu sebentar. Aku akan membawakannya untuk kamu,” sahut Kikan segera beranjak ke dapur untuk mengambil segelas air.

Kikan menyeka kedua pipinya sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam kamar untuk memberikan segelas air putih kepada Manda. Beruntung Manda tidak membuka matanya sehingga Kikan tidak perlu khawatir sahabatnya itu akan bertanya mengapa ia menangis.

“Apa kamu juga lapar? Mau kumasakin sesuatu nggak?”

Manda menggelengkan kepala sementara kedua matanya masih terpejam rapat. “Aku mau makan mie sama telor ceplok,” sahutnya.

Kedua kening Kikan sontak bertaut. Manda menggelengkan kepalanya tetapi mulutnya mengatakan ia ingin mie goreng dengan telur ceplok. Bukankah itu berlawanan?

“Ya sudah, aku masakin mie goreng dengan telor ceplok buat kamu.” Kikan gegas beranjak dari posisinya. Melangkah keluar dari kamar untuk menuju dapur lagi.

Setibanya di dapur yang tak seberapa luas itu, Kikan membuka kabinet atasnya untuk mengambil sebungkus mie goreng dan mengambil satu butir telur serta satu ikat sayur sawi di dalam kulkas. Dengan cekatan kedua tangannya memasak mie goreng dan telur itu. Hingga tak berselang lama kemudian mie goreng dengan telur ceplok berhasil ia hidangkan di atas piring.

Kikan membawa mie goreng dengan telur ceplok ke dalam kamarnya untuk diberikan kepada Manda. Sahabatnya itu masih tertidur pulas. Manda bahkan tidur dalam keadaan mulut menganga.

“Kamu pasti lelah banget,” gumam Kikan kemudian memutuskan untuk membangunkan Manda. “Manda, bangun. Mie gorengnya udah jadi nih.”

Manda memaksa kedua matanya untuk terbuka saat aroma lezat dari mie goreng menyeruak masuk ke hidungnya. “Ah, perutku laper banget. Tapi mataku terlalu mengantuk sekarang,” cicitnya dengan mata yang sebentar terbuka, sebentar tertutup.

Kikan tersenyum simpul melihat ulah sahabatnya itu. “Ya sudah, sini aku suapin,” ujarnya lantas meminta Manda untuk segera membuka mulutnya.

Dengan kedua mata yang terpejam rapat, Manda membuka mulutnya untuk menerima suapan dari Kikan. Persetan dengan kata jorok sebab Manda makan mie goreng itu dalam keadaan belum menggosok giginya. Biarlah, Manda terlalu mengantuk tetapi perutnya juga sangat lapar.

Suapan demi suapan Kikan berikan kepada Manda. Hingga mie goreng beserta telur ceplok itu telah habis berpindah ke dalam perut Manda, Kikan tersenyum semringah melihatnya.

“Oh iya, Kikan. Kudengar pria yang menyeret kamu keluar tadi malam itu namanya Dewa. Apa kamu mengenalnya?” Manda tiba-tiba membuka matanya. “Ada apa dengan matamu? Kamu menangis?” lanjutnya menanyai saat mendapati mata sembap Kikan.

Kikan lantas menundukkan kepala untuk menghindari tatapan Manda. “Aku nggak kenal sama dia. Kurasa dia salah mengenaliku sebagai orang lain,” sahutnya tanpa menjawab pertanyaan kedua dari Manda.

“Oh ya? Kamu yakin kalian nggak saling kenal? Dia membayar semua bagian kamu secara penuh loh, Kikan. Atau jangan-jangan kamu melakukan pekerjaan kamu saat dia membawamu tadi malam? Kamu menari di depan dia—”

“Aku nggak menari di depan dia, Manda! Aku langsung diantar pulang saat dia menyeretku keluar dari kelab itu.” Kikan memotong ucapan sahabatnya dengan cepat. Ia tidak mau Manda berpikiran macam-macam.

Manda menggaruk kepalanya. Kemudian meraih tas miliknya untuk mengambil amplop berisi bayaran Kikan dari pria bernama Dewa itu. “Nih, Adelia menitipkan ini. Katanya itu bayaran kamu dari Dewa.”

Kikan tidak langsung menerima amplop berisi sejumlah uang tunai yang Manda berikan. Rasanya salah saja jika ia menerima padahal ia tidak melakukan apa-apa. Terlebih lagi Kikan melihat amplop tersebut lebih tebal dari amplop milik Manda.

“Aku nggak bisa menerimanya. Aku harus dibayar kalau aku melakukan sesuatu. Tapi masalahnya aku nggak melakukan apa-apa, jadi untuk apa dia membayar?”

Kedua mata Manda langsung membulat sempurna. Manda sangat yakin jika uang di dalam amplop itu dua kali lipat lebih banyak dari yang ia terima. Itu artinya mereka bisa membayar iuran selama beberapa bulan ke depan tanpa harus bekerja keras lagi.

“Ayolah, Kikan. Kalau kamu kembalikan uangnya, ‘kan sayang. Kita bisa membayar iuran selama beberapa bulan dengan uang itu. Pikirkan lagi ya,” ucap Manda dengan suara memelas. Ia tidak bisa membiarkan Kikan mengembalikan segepok uang tunai itu kepada Dewa.

Meski yang dikatakan Manda ada benarnya. Namun tetap saja Kikan tidak bisa menerima uang tersebut. Kikan merasa jika menerima uang itu adalah hal yang salah.

“Aku akan tetap mengembalikannya, Manda. Aku nggak mau menerima uang dari orang asing, apalagi—”

“Orang asing? Tapi kata Adelia, Dewa bilang dia mengenal kamu.”

Related chapters

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   5. Aku Ingin Punya Mama

    Dewandra masih terus memikirkan pertemuannya dengan Kikan tadi malam. Dan bagaimana wanita itu bersikeras jika mereka tidak saling kenal benar-benar mengganggu pikirannya. Terlebih lagi sekarang wanita itu bekerja di kelab malam, Dewandra merasa Kikan sungguh keterlaluan.“Apa benar aku salah mengenali orang? Tapi aku sangat yakin jika wanita itu adalah Kikan! Bagaimana bisa aku tidak mengenalinya meski sekian tahun telah berlalu. Ini tidak benar, aku harus mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya.”Dewandra atau yang lebih sering dipanggil Dewa itu segera meraih ponselnya untuk menghubungi sekretarisnya. Dewa perlu tahu yang sebenarnya terjadi, maka dari itu ia ingin sekretarisnya itu mencari tahu apa yang terjadi dengan Kikan si mantan istrinya itu.Tidak perlu waktu lama hingga panggilan Dewa bersama sekretarisnya berhasil tersambung. Terdengar suara sang sekretaris yang masih sangat mengantuk di seberang telepon.“Halo, Pak Dewa?” sapa Chiko dengan suara mengantuknya.Dewa membetu

    Last Updated : 2023-06-04
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   6. Bertemu Teman Lama

    Setelah kehilangan pekerjaannya karena sebuah kesalahpahaman. Sekarang Kikan telah resmi menjadi seorang pengangguran. Padahal pekerjaan itu sudah susah payah ia dapatkan. Sekarang usianya hampir menginjak angka tiga puluh tahun. Seperti yang Kikan tahu, tidak banyak peluang yang dia miliki untuk mendapatkan pekerjaan impian. Syukur-syukur kalau dia segera mendapatkan pekerjaan dalam waktu dekat ini. Kikan menghela napas berat. Salah satu tangannya terulur merogoh dompet di dalam tas untuk menghitung ada berapa lembar lagi rupiah yang tersisa. Apakah akan cukup untuknya bertahan hingga mendapatkan pekerjaan baru atau tidak? “Astaga, uang ini mungkin hanya akan bertahan sampai akhir pekan saja.” Helaan napas Kikan semakin berat. Saat kepalanya terasa begitu pening luar biasa, kedua netra Kikan tak sengaja menangkap sebuah amplop berwarna cokelat yang cukup tebal berada di dalam tasnya. Benar juga! Kikan belum mengembalikan uang yang Dewa titipkan kepada Adelia yang katanya sih untuk

    Last Updated : 2023-07-13
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   7. Penyelamat Hidup

    Kikan tidak tahu harus bereaksi seperti apa usai mendengar semua cerita dari Terry. Ternyata hubungan mereka tidak ‘biasa saja’ seperti yang Kikan pikir. Bagi Terry, Kikan adalah penyelamatnya. Sama seperti Kikan yang menganggap Manda adalah penyelamat hidupnya. Pantas saja wanita itu terlihat sangat gembira dan bahkan bersyukur saat mereka bertemu kembali. “Aku mungkin nggak akan bisa hidup sampai sekarang kalau saja waktu itu kamu nggak menyelamatkan aku. Cuman kamu satu-satunya yang menganggapku sebagai manusia dan mau berteman sama aku.” Kehidupan semasa Sekolah Menengas Atas adalah kehidupan yang paling berat untuk Terry. Memiliki ibu yang merupakan seorang wanita penghibur dan pemuas nafsu para lelaki merupakan suatu hal yang sangat membebani Terry. Tidak ada yang mau berteman dengannya dan bahkan mereka memperlakukan Terry seolah ia bukan manusia. Tapi hal yang berbeda Kikan lakukan. Wanita itu justru menerima Terry tanpa menghakimi sama sekali. Sejak saat itulah Kikan adala

    Last Updated : 2023-07-14
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   8. Mendapat Pekerjaan Baru

    Seperti yang sudah Kikan janjikan kepada Terry bahwa ia akan datang tepat waktu hari ini. Dengan semangat yang begitu menggebu, Kikan berdiri di samping Terry yang sedari tadi menjelaskan dengan begitu rinci hal-hal apa saja yang harus wanita itu lakukan semasa bekerja di cafe ini. “Di sini sistem kerjanya terbagi menjadi dua shift. Kemudian pukul sembilan malam cafe sudah benar-benar harus tutup, jadi kita nggak akan menerima orderan lagi setengah jam sebelum itu apapun alasannya.” Kikan mengangguk paham. Semua hal yang Terry jelaskan dan ajarkan kepadanya secara kilat dapat Kikan pahami dengan begitu mudah. “Sepertinya kamu sudah paham. Kalau gitu, mau sarapan bareng nggak? Kamu pasti belum sarapan ‘kan?” Terry berani bertaruh jika Kikan tidak sempat sarapan sebelum datang ke mari. Dan sebenarnya asumsi Terry sama sekali tidak salah. Kikan memang belum sarapan untuk mengisi perutnya yang bahkan terasa sangat lapar sekarang. Bagaimana wanita itu tidak kelaparan jika sejak tadi ma

    Last Updated : 2023-07-19
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   9. Unfair

    Lonceng yang terpasang di pintu cafe berbunyi saat seseorang mendorong pintu itu hingga terbuka. Detik berikutnya muncul sosok pria yang begitu tinggi dengan setelan jas yang membalut tubuhnya dan berjalan masuk hingga ke dalam. Kikan merasa seolah waktu berjalan dengan sangat lambat saat kedua matanya menangkap sosok yang begitu tinggi dan rupawan itu. Pria itu, di mana Kikan pernah melihatnya? Benarkah dia manusia dan bukan malaikat maut yang ingin mencabut nyawa nya? “Kikan?” seru pria itu. Kening Kikan sedikit berkerut. Rasa-rasanya suara ini pernah ia dengar sebelumnya di suatu tempat. Tapi di mana? “Akhirnya kita bertemu di tempat yang pantas. Senang melihatmu berada di sini daripada kelab malam.” Ah benar juga! Kelab malam! Kikan seketika bisa mengingat pertemuan mereka saat pria itu menyinggung soal kelab malam. Dia ‘kan pria yang sama yang tiba-tiba menyeretnya keluar dari ruangan lalu memarahinya seolah mereka saling kenal. Yup! Pria jangkung nan rupawan yang berdiri di

    Last Updated : 2023-07-27
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   10. Kekesalan Kikan

    Kikan menarik napas sedalam mungkin sementara kedua matanya terpejam dengan rapat. Di telinganya masih terngiang suara Dewandra yang melontarkan pertanyaan yang mampu membuat wanita itu jengkel setengah mati. Sebisa mungkin Kikan mengendalikan emosi yang hampir meledak di dalam dirinya. “Apa dia sudah nggak waras? Kenapa dia terus bersikap dan melontarkan pertanyaan yang membuatku nggak nyaman?” Kikan mendengus sebal bersamaan dengan kedua matanya yang dibuka perlahan. Tiba-tiba saja ia merasa sangat kepanasan. Kikan tidak mengerti, kenapa setiap kali bertemu dengan Dewandra ia selalu dibuat kesal? Apa salah Kikan sebenarnya? “Bukankah pertanyaannya semacam itu termasuk lancang? Nggak seharusnya dia bertanya soal itu kepada orang asing, ‘kan?” Kikan semakin dibuat bingung. “Apanya yang lancang?” Kikan terkesiap dan langsung memutar tubuhnya ke belakang saat suara seseorang memasuki indra pendengarannya. Kikan tidak berpikir akan ada orang lain di sini selain dirinya. “Arman ...,”

    Last Updated : 2023-08-29
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   11. Mengetahui Kebenaran Tentang Kikan

    Di ruangannya, Dewandra yang baru saja selesai dari sebuah rapat penting menghempaskan diri di kursi kerjanya. Kedua matanya tak sengaja menangkap sebuah map yang nampak asing. Kemudian ia tiba-tiba teringat dengan laporan yang Chiko bicarakan tadi pagi, lantas pria itupun segera meraih map tersebut lalu membukanya. Dengan cermat Dewandra membaca satu per satu baris kalimat yang tertuang di sana. Tatapannya nampak begitu serius. Bahkan bisa dikatakan bahwa sekarang pria itu merasa tegang sekaligus terkejut dalam waktu bersamaan. “Pantas saja dia bersikeras tidak mengenalku. Rupanya dia kehilangan ingatannya.” Pria itu bergumam pelan saat netranya menangkap baris kalimat yang melaporkan tentang insiden kecelakaan yang dialami Kikan. Selama ini Dewandra selalu meyakini bahwa ia membenci Kikan. Tapi hal berlawanan ia rasakan saat mereka kembali bertemu. Dan sekarang saat ia mengetahui apa yang terjadi dengan wanita itu beberapa tahun terakhir ini membuatnya tiba-tiba merasa kasihan sek

    Last Updated : 2023-09-04
  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   12. Bertemu Dewandra

    Hampir lima belas menit berlalu sejak Dewandra meminta izin untuk menjawab panggilan telepon yang katanya sangat mendesak itu. Di posisinya duduk sekarang, kedua mata Kikan menangkap sosok Dewandra yang tengah berbincang dengan seseorang melalui telepon berdiri tidak jauh dari meja mereka. Pria itu terlihat begitu serius, entah apa yang dia bicarakan sampai-sampai wajahnya begitu kaku. Sejujurnya Kikan merasa sangat gelisah sekarang. Selain karena merasa tidak nyaman duduk santai di tempat seperti ini, wanita itu juga merasa khawatir tidak akan bisa kembali tepat waktu karena sebentar lagi jam istirahatnya akan berakhir. Kikan sendiri bisa sampai berada di restoran mewah ini karena kegigihannya ingin mengembalikan segepok uang tunai yang Dewandra titipkan kepada Adelia malam itu. Kikan sudah mengambil keputusan untuk tidak menerimanya karena menurutnya tidak ada alasan sama sekali untuk ia menerima uang itu. Kruk! Kikan tidak bisa menahan rasa laparnya setelah aroma masakan yang be

    Last Updated : 2023-09-05

Latest chapter

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   37. Ingatan yang Kembali

    “Kikan! Syukurlah kamu sadar!” Dewandra sampai berdiri dari duduk saat mendapati Kikan sudah siuman. Pria itu tampak bersyukur dan langsung memanggil dokter untuk memeriksa keadaan mantan istrinya itu. Kikan berusaha duduk sambil merasakan nyeri di kepalanya. Potongan demi potongan ingatan mulai membayangi dan Kikan hampir menjerit karena kepalanya semakin sakit. “Tante Kikan!” Kikan sontak menoleh ke samping saat mendengar suara Rosetta menggema. Bocah kecil itu langsung berlari dan memeluk Kikan sambil menangis. Sementara di belakangnya—Handi—ayah Dewandra, datang menyusul dan langsung menyapa Kikan dengan ramah. Tak lama setelah itu, Dewandra kembali bersama seorang dokter dan Kikan langsung mendapat pemeriksaan. “Aku … mendapatkan ingatan saat kita menikah dulu,” ucap Kikan sambil memandangi Dewandra setelah dokter selesai memeriksa dan pergi dari ruangan. Dewandra tidak bisa menutupi rasa terkejutnya mendengar pengakuan dari Kikan. Dewandra tidak tahu harus mengatakan apa.

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   36. Rahasia yang Terbongkar

    Sekembalinya dari supermarket, Kikan langsung menyimpan stok belanjaan dan menyusunnya dengan rapi. Sebelum bergulat dengan peralatan memasak untuk makan siang, Kikan berniat membersihkan beberapa sudut ruangan di dalam rumah ini. Ruangan pertama yang Kikan datangi adalah kamar Rosetta. Kikan mengembangkan senyuman saat mengamati seluruh ruangan bocah kecil itu. Beberapa boneka dan buku tampak berhamburan di lantai.Kikan melangkah maju dan mulai membersihkan ruangan tersebut. Entah mengapa perasaannya begitu senang seolah sedang membersihkan kamar putrinya sendiri."Apa ini?" Kikan meraih selembar kertas yang terselip di antara buku-buku. Ternyata sebuah tulisan berisi tentang dirinya. Kikan membaca tulisan tersebut dengan mata berkaca-kaca. Sebuah tulisan yang tidak terlalu rapi yang ditulis sendiri oleh Rosetta. Di dalam tulisannya, Rosetta menyebutkan betapa dia sangat bahagia telah mengenal Kikan."Ya Tuhan, bocah ini sangat manis. Tante juga menyukaimu, Tata," gumamnya sambil

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   35. Grocery Date

    Dewandra kembali dibuat pusing setelah memikirkan ucapan ayahnya saat pria tua itu berkunjung tadi. Jujur saja, hingga sekarang persoalan tentang pulihnya ingatan Kikan masih membebani Dewandra hingga mengganggu ketenangannya. Entah bagaimana wanita itu akan bereaksi jika ingatannya kembali pulih, Dewandra jadi ngeri sendiri. “Apa aku harus memintanya untuk tinggal di sini agar bisa mengawasinya? Aku sudah bertindak sejauh ini. Semuanya akan kembali kacau jika Kikan mendapatkan kembali ingatannya, bukan?” Dewandra bergumam gelisah. Dalam pikiran Dewandra, jika di masa lalu ia gagal mempertahankan Kikan di sisinya, maka tidak kali ini. Ia tidak bisa kehilangan Kikan lagi seperti sebelumnya. Meski ia harus menjadi orang jahat sekalipun—Dewandra tidak keberatan untuk menghalangi ingatan Kikan kembali seperti semula. Yang hanya Dewandra pikirkan adalah Kikan harus bersama dirinya dan juga Rosetta. “Tapi dia pasti menolak untuk menginap. Argh! Ini benar-benar membuatku pusing.” Dewandra

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   34. Bagaimana Jika ....

    Tidak ada yang tahu tentang masa depan. Begitupun dengan Dewandra yang tidak pernah tahu bahwa hal semacam ini akan terjadi setelah perceraiannya dengan Kikan. Tidak pernah sekalipun ia berpikir bahwa ia akan kembali bertemu dengan Kikan yang kehilangan ingatan. Dan yang lebih tidak pernah ia pikirkan selain hal itu adalah saat Kikan yang mendadak menjadi seorang pengasuh untuk putri mereka sendiri. Rasanya bagaikan sebuah lelucon. Lelucon yang membuat Dewandra merasa sangat tergelitik hingga tak sadar menyematkan senyum lebar di bibirnya. Setelah Kikan memutuskan untuk pergi meninggalkan dirinya dan putri mereka beberapa tahun silam. Setiap hari Dewandra selalu menanamkan kebenciannya untuk sang mantan istri. Ia bertekad untuk membalas rasa sakit itu jika di kemudian hari mereka kembali bertemu. Namun semua rencananya gagal begitu saja karena ternyata perasaannya terhadap Kikan masih belum usai. Siapa yang menyangka? Bahkan Dewandra sendiri tidak menyangka akan sekacau itu. Sement

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   33. Fakta Tiga Tahun Lalu

    “Kenapa sih kamu selalu bela dia? Harusnya kamu marah karena dia mengacaukan kencan buta itu. Kamu tahu sendiri ‘kan sesibuk apa Vino! Dia jadi buang-buang waktu!” Erik menumpahkan kekesalannya usai mendengar kabar dari Vino bahwa kencan butanya bersama Kikan berakhir dengan cepat karena Wanita itu mendadak harus pergi. “Aku gak bisa marah juga karena sebenarnya kita juga salah di sini. Kita mengatur kencan buta itu tanpa persetujuan Kikan. Sebelumnya aku juga udah bilang ‘kan kalau sekarang Kikan nggak berminat untuk menjalin suatu hubungan, tapi kamu bersikeras karena Vino meminta.” Salah satu kening Erik terangkat sedikit ke atas. Ia merasa tersinggung sebab kini Manda berbalik menyalahkan dirinya. “Oh, jadi sekarang kamu menyalahkan aku? Begitu? Aku benar-benar heran sama kamu. Apa sih istimewanya Kikan sampai kamu selalu bela dia daripada aku!” Helaan napas pelan berembus keluar dari mulut Manda. Sumpah demi semesta Manda tidak ingin ribut dengan kekasihnya karena masalah ini l

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   32. Merawat Dewandra

    “Tante!” Kedatangan Kikan di kediaman Dewandra langsung disambut oleh Rosetta yang menghambur ke pelukannya dengan mata sedikit sembap. Di belakangnya terlihat Chiko yang berjalan menyusul kemudian berhenti tak jauh dari mereka. “Maaf karena menghubungi kamu di luar jam kerja. Tapi Rosetta terus merengek meminta saya untuk menghubungi kamu. Saya juga jadi sedikit panik melihat dia menangis ketakutan karena papanya pingsan.” Chiko mengungkapkan penyesalannya. “Bukan apa-apa. Aku paham kamu merasa panik karena Rosetta menangis ketakutan. Akupun sama paniknya saat mendapat telepon tadi.” Chiko mengangguk pelan. “Pak Dewa pasti kelelahan. Jarang sekali dia sampai pingsan seperti hari ini,” ucapnya memberi tahu pokok utama dari semua kepanikan ini. Entah bagaimana jadinya jika seandainya ia tidak datang tadi. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Rosetta. “Lalu bagaimana keadaan Pak Dewa sekarang?” “Dia sudah siuman, sekarang sedang beristirahat di kamarnya. Uhm, dia sedikit kesa

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   31. Kencan Buta

    “Apa sih yang kamu lakukan, Manda? Kenapa kamu bohong soal pesta ulang tahun Citra?” Tahu apa yang paling menjengkelkan bagi Kikan? Yup! Saat Manda membohonginya untuk hal-hal tidak masuk akal. Dan yang paling membuat Kikan jengkel setengah mati sekarang adalah karena Manda mengatur kencan buta untuk dirinya. Sumpah demi semesta, Kikan tidak mau kencan buta. “Sorry, aku akan memohon pengampunan kamu setelah kita pulang nanti. Tapi untuk sekarang kamu harus segera duduk ke sana karena aku sama Erik sudah bersusah payah mengatur ini.” “Apa? Kamu sama Erik?” Kedua mata Kikan hampir membulat saat Manda menyeret nama Erik ke dalam acara kencan buta ini. Bagaimana bisa pria itu juga ikut terlibat? Kikan benar-benar dibuat meradang. “Pelankan suara kamu. Jadi, pria yang duduk di sana itu temennya Erik. Sekarang kamu ke sana dan samperin dia dengan senyuman. Oke?” Manda mengacungkan kedua telunjuknya lalu mendorong kedua sudut bibir Kikan ke atas hingga membentuk senyuman. Kemudian membali

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   30. Posisi Spesial Kikan di Hati Dewandra

    Dewandra masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai sementara tangan kirinya sibuk melucuti dasi serta beberapa kancing kemejanya. Hari ini sungguh melelahkan bagi pria itu. Namun saat kakinya menapak di lorong yang akan membawanya ke ruang tengah, sebuah aroma yang begitu lezat menguar menggelitik hidungnya. Kedua matanya yang sempat lesu mendadak terbuka sedikit lebih lebar dari sebelumnya. Aroma ini. Bukankah aroma ini adalah aroma dari makanan kesukaannya? Dewandra pun memilih untuk bergegas ke dapur dan pria itu langsung tersadarkan dengan keberadaan Kikan yang mengenakan apron merah muda di tubuhnya. Benar juga. Dewandra lupa kalau wanita itu kini bekerja menjadi pengasuh putrinya—uhm, sebenarnya putri mereka berdua. “Hey, baru datang? Maaf kalau aku lancang memasak di dapur kamu. Tapi Rosetta merengek minta dibuatkan makanan.” Kikan membuka suara saat melihat Dewandra berdiri tak jauh darinya. Sementara dirinya sibuk menghidangkan makanan ke atas meja makan. Dewandra segera

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   29. Hari Pertama Sebagai Pengasuh

    “Tante Kikan!” Rosetta berteriak histeris saat melihat presensi Kikan yang tengah berdiri sembari tersenyum di ambang pintu kamarnya. Bocah kecil itu sama sekali tidak mengira akan melihat Kikan di kediaman mereka. Dengan cepat ia turun dari atas ranjang dan berlari mendatangi Kikan kemudian menghamburkan pelukan. Kikan membalas pelukan Rosetta dengan tak kalah erat dari pelukan yang bocah kecil itu berikan. Keduanya sama-sama terlihat begitu senang dilihat dari tarikan senyum mereka yang begitu lebar. Rosetta bahkan meminta Kikan untuk berjongkok agar ia bisa mendaratkan kecupan hangatnya di kedua pipi Kikan. Sementara tak jauh dari mereka, Dewandra memperhatikan dalam diam. Pria jangkung itu berdiri sembari menyematkan senyuman. Dalam hatinya ingin sekali ikut bergabung dengan kedua orang itu untuk berpelukan. “Tata kangen banget sama Tante Kikan,” seru bocah itu lagi. Senyuman di bibirnya kian melebar dan satu detik kemudian ia kembali melingkarkan pelukan. “Tante juga kangen b

DMCA.com Protection Status