"Kamu kenapa, Ra?" Gista, menghampiri sang teman yang tampak melamun di depan loker. Pandangan wanita itu menyipit lebih tajam, mengamati kepucatan di wajah Zehra.Zehra tersentak pelan dan menggeleng singkat. Mengambil seragam lalu menutup pintu lokernya dan memaksa sebuah lengkungan senyum untuk sang teman. "Kamu kelihatan lemas, dan agak pucat."“Cuma agak kecapean aja, sih.”Gista tak langsung mengangguk, “Oh ya, bos Topo minta kamu temui dia sebelum memulai kerja,”Kening Zehra berkerut terheran. "Oh ya, Kenapa?""Nggak tau, mungkin mau di damprat karena kemarin minta mendadak nggak masuk kerja."Zehra mendesah pelan. Memaksa kepalanya mengangguk dengan pasrah. “Emang kemarin hilang kemana sih, Ra? Sampai dicariin sama Alven segala.”“Alven? Kalian udah saling kenal?”Gista mengangkat bahunya acuh, kemarin malam dia kesini, dan nemuin aku buat nanyain keberadaan kamu. Dia sampai bertanya tentang papah kamu yang katanya lagi sakit, kenapa di sampai sekepo itu? Lagipula bukannya k
"Aku menginginkanmu," bisiknya dengan desahan yang semakin memberat. Menambah tekanan pada remasannya di dada Zehra. Ciumannya bergerak turun ke rahang. Bermain-main di daun telinga, memberi kesempatan Zehra untuk mengambil napas.Mata Zehra membelalak lebar dengan cumbuan Javas yang semakin intens. la tahu ke mana permainan ini akan mengarah. Tapi jelas bukan di saat dan waktu yang tepat. Kepanikan mulai merambati dadanya jika sewaktu-waktu ada orang yang masuk ke dalam toilet. Siapa pun itu.Kedua tangan Zehra berusaha menahan dada bidang milik Javas. Dengan seluruh kekuatan yang masih dimilikinya. "Jangan, Jav!""Aku nggak suka ditolak, sayang." Javas tak melepaskan bibirnya dari kulit telanjang Zehra. Ciuman pria itu bergerak lebih turun, berhenti di cekungan leher dan menggigit lembut daging kenyal di sana. Yang sempat membuat Zehra memekik pelan.Mata Zehra terpejam. Menikmati gemuruh di dada yang tak menjebaknya. la jelas tak punya pilihan untuk menolak keinginan pria itu. Tapi
Zehra terkesiap keras, membekap mulutnya dan itu membuat pandangannya bertemu dengan Javas. "Javas... " "Ya Tuhan, kenapa ada perempuan itu lagi, jadi sudah sejauh apa hubungan kalian, hah?!" sengit wanita itu yang langsung menoleh demi menatap Javas penuh tanya. "Dia pacarku," jawab Javas ringan. "Pacar? Gimana sama aku? Kamu menduakan aku sama dia. Yang benar aja. Jav." "Kita cuma berteman Sheina, semacam friend with benefit 'kan?" jawab Javas dengan ketenangan yang luar biasa. Wanita itu memberengut tak suka. "Aku pikir hanya kamu nggak pernah nembak aku buat jadi pacar kamu, kita tetap berpacaran. Maksud aku kita berdua udah sama dewasa, dan kedekatan kita selama ini itu berarti…" "Berarti kamu salah paham tentang hubungan kita, aku pikir kamu udah cukup mengenali aku, Sheina." Javas bangkit dan berjalan dari ranjang dengan tatapan masih terpaku pada Zehra yang berdiri memaku, terlihat wajah terkejut, dan gerakan kikuk diperagakan Zehra. "Kamu terlambat, ah itu kare
Dimana kalian melakukannya? Dan apakah dia melakukan sebaik yang ku lakukan sampai kamu membohongiku cuma untuk memilihnya. Hmm?”“A…apa maksud kamu?”“Aku sudah melihat wajahnya dengan cukup jelas, jadi apa jawabannya?” tanya Javas menaikkan sebelah badannya, jadi memeluk erat Zehra di bagian samping atas.“Javas… aku mengantuk. Apa aku boleh tidur dulu?”“Kalau begitu jawab singkat saja, setelah itu kamu bisa tidur untuk beberapa jam, ok!”“Kami cuma kebetulan bertemu di depan toilet, dia melihat keadaan ku yang berantakan dan sedikit pucat dan dia menawarkan aku bantuan…”Javas membalikkan tubuh Zehra dengan lembut namun tegas, memastikan wanitanya berada dalam rengkuhannya, memberikan tekanan psikologis agar Zehra tak punya pilihan selain berkata jujur.“Jadi bantuan apa yang dia berikan?”“Itu… dia membantuku memberitahu pada boss managerku, kalau aku sedang sakit dan minta izin pulang cepat. Cuma itu?”“Oh ya, dan kenapa harus berbohong sama aku? Dengan bilang kamu harus lanjut
"Eh aku..." Zehra mengerjap lagi, "Aku mau membeli bahan makanan di supermarket, nggak ada makanan apapun disini." kilahnya, mengucapkan hal pertama yang terpikir di dalam benaknya.Javas mengernyit, "Apa nggak kelihatan, ya? Aku sudah memesan makan siang buat kita, itu! Aku taruh di island kitchen." Javas menunjukkan kantong makanan berlogo restoran terkenal, di tempat yang dimaksud, tidak ada pembatas antara area dapur dan ruang tengah. Membuat mereka bisa langsung melihat kantong makanan itu. "Oh iya, udah ada ya." gumam Zehra. "Kamu nggak mau menatanya di piring sementara aku mandi?" tanyanya lembut, add ke area dapur. Ketika Javas melangkah ke kamar dan mandi, Zehra menata makanan di dapur dengan frustasi, kenapa Javas terlalu berinisiatif? Kenapawaktunya begitu tidak tepat?Semua masakan yang dibeli Javas tampak hangat dan menggiurkan sehingga mau tak mau menggugah selera Zehra. Dalam hati ia bersyukur bisa segera merasakan makanan mahal dan sehat ini. "Kamu pasti menyukai
Sesekali Javas memantau jam yang melingkar apik di pergelangan tangannya, ia menyadari jika seharusnya Zehra sudah sampai di ruang kantornya. Dengan lihai ia melakukan pekerjaannya lebih singkat. “Terimakasih atas kepercayaannya, dan saya pamit karena masih banyak pekerjaan yang menunggu.“Javas tersenyum tipis mengangguk kecil dan mempersilahkan tamu pentingnya untuk keluar ruangan. Tamu penting itu akhirnya pulang juga, sudah, semua berjalan sesuai keinginannya.Javas kembali melihat arlojinya, ia pun bergegas mengambil barang bawaan dan berjalan keluar ruangan meeting menuju ruang kantornya.Sepanjang jalan ia berpikir jika ia mulai rakus akan kehadiran wanitanya, nama yang ia kenal sebagai Lyra selalu muncul dibenaknya, meski masih tersisa rasa marah karena tindakan lancang yang dilakukan oleh Zehra hal itu justru membuat ia memiliki alasan untuk memberi hukuman berupa seluruh waktu Zehra yang harus dihabiskan bersamanya. Javas mengernyitkan dahinya, seharusnya tak perlu ada ra
Lalu menelusuri bagian samping payudara Zehra, menikmatinya dengan ciuman sehingga meninggalkan jejak-jejak basah dan panas di sana.Zehra melengkungkan punggungnya atas sensasi yang menyiksanya tanpa ampun. Dalam kondisi terikat dan tak berdaya, merasakan lelaki bak iblis itu mencumbunya, dan menyiksanya dengan godaan-godaannya yang sangat ahli, ada perasaan aneh yang menjalar di tubuhnya. Seperti gelenyar panas yang bergulung-gulung, terasa seperti arus listrik yang mengalir dari jemarinya, dan menjadi semakin panas ketika menyatu di pusat dirinya.Dan jemari Javas menyentuh ke sana, dengan begitu ahli, memainkan Zehra sesuka hatinya. Tubuh Zehra meronta tak tahan akan alunan sensasi permainan jemari Javas, tapi lengan Javas yang kuat menahan tubuhnya.Kemudian bibir Javas mengikuti jemarinya. Zehra terkesiap merasakan hembusan napas panas di pusat dirinya. Saat itulah dia menegakkan tubuhnya dan tertahan oleh ikatan di pergelangan tangan.“Jangan!!” teriaknya panik, mencoba mengenc
“Oh ya, bukannya karena itu nama aslinya? Dan nama Lyra adalah sekedar nama panggung?”“Apa?!”Alven tertawa kecil yang terdengar tengah mengejek sambil melewati Gista yang berjalan melambat di sebelahnya. “Aku tahu sebagian pekerja yang bekerja di club malam memakai nama samaran atau nama singkatan, saat sedang bekerja. Semakin dalam dan lama kalian bekerja disana semakin nama samaran itu melekat pada diri kalian. Tapi sepertinya Lyra belum bekerja selama dan sedalam itu ya?”Ada nada mengejek yang semakin ketara dan itu mulai memancing reaksi Gista, setelah keduanya memasuki kotak lift, Gista lekas bertanya. “Apa maksud kamu dengan kata sedalam itu?”“Apa Lyra belum lama bekerja di club malam? Dan apa dia belum lama menjadi wanita penghibur?”“Zehra bukan wanita penghibur! Dan kamu harusnya jawab pertanyaan lawan bicara kamu sebelum bertanya!” sergah Gista kesal.Alven menaikkan sebelah alisnya dan mengangguk kecil, ia setuju dengan “Tapi seorang pemandu karaoke yang bisa menghibur