“Oh ya, bukannya karena itu nama aslinya? Dan nama Lyra adalah sekedar nama panggung?”“Apa?!”Alven tertawa kecil yang terdengar tengah mengejek sambil melewati Gista yang berjalan melambat di sebelahnya. “Aku tahu sebagian pekerja yang bekerja di club malam memakai nama samaran atau nama singkatan, saat sedang bekerja. Semakin dalam dan lama kalian bekerja disana semakin nama samaran itu melekat pada diri kalian. Tapi sepertinya Lyra belum bekerja selama dan sedalam itu ya?”Ada nada mengejek yang semakin ketara dan itu mulai memancing reaksi Gista, setelah keduanya memasuki kotak lift, Gista lekas bertanya. “Apa maksud kamu dengan kata sedalam itu?”“Apa Lyra belum lama bekerja di club malam? Dan apa dia belum lama menjadi wanita penghibur?”“Zehra bukan wanita penghibur! Dan kamu harusnya jawab pertanyaan lawan bicara kamu sebelum bertanya!” sergah Gista kesal.Alven menaikkan sebelah alisnya dan mengangguk kecil, ia setuju dengan “Tapi seorang pemandu karaoke yang bisa menghibur
"Aku tahu kamu akan memberiku kesempatan setelah ini, Ra, makasih sayang.”Wajah Zehra memerah. “Aku harus pergi,“Dia tergesa membuka pintu mobil dan membawa tungkainya yang terasa lemah berlari menuju gedung apartemen. Astaga, itu tadi apa? Memalukan sekali! Dia mengelus dada, merasakan jantungnya yang masih berdegup kencang. Setelah yang tadi, apa yang dipikirkan Ricky tentang dirinya? Bagaimana ia harus mengartikan perasaannya sendiri? **Zehra membuka kunci pintu, menarik pintu apartemen terbuka dan kakinya sudah akan bergerak melangkah keluar ketika tiba-tiba seluruh tubuh gadis itu membeku. Menyaksikan pemandangan mengejutkan yang ada di hadapannya.Javas duduk bersandar di atas sofa, sementara tubuh yang dibungkus dress mini itu duduk di atas pangkuan pria itu. Wanita yang memiliki rambut coklat karamel yang panjangnya hampir sepinggang, Zehra berani bertaruh jika ia adalah wanita kaya yang terbiasa bersolek dengan modal mahal. Dan bagian rambut wanita itu menutup wajah Javas
Javas langsung memasukkan lidahnya ke mulut Zehra. Javas benar benar kehilangan akal sehatnya.“Jav, sakit…”Javas sempat menghentikan cumbuannya meski masih mengurung dengan tubuh telanjangnya. Keduanya saling menatap intens sebelum tiba-tiba Javas menyerbu Zehra dengan ciuman panas yang membuat Zehra nyaris kehabisan nafas. Javas melepaskan ciumannya dan menyeka sudut bibir wanitanya."Kamu milikku Lyra. Selama kamu masih menjadi milikku, jangan pernah berani mengkhianati aku di belakangku! Dan lagi, jangan pernah mencoba melangkahi batasanmu atau kamu akan menyesal karena mencari masalah denganku."Belum sempat Zehra menjawab, Javas sudah terlebih dahulu membungkam mulut istrinya itu dan mulai melucuti pakaian yang dikenakan Zehra."Aaaaaah."Zehra mendesah nikmat kala Javas menghujamnya dengan kasar. Javas yang merasakan penyerahan diri Zehra bahkan ikut terbuai semakin membuat panas percintaan penuh emosi yang mereka lakukan.Sebelah kaki Zehra melingkar di pinggang Javas hingga
“Kalau sebelumnya sudah merasakan sakit dibagian perut, dan muncul flek ketika kamu sudah tahu bahwa kamu sedang hamil, lantas kenapa nggak langsung periksa ke dokter kandungan secepatnya?”Gista menghalau ingatannya beberapa waktu lalu, ia merogoh bawah bantal, membuka sandi ponselnya dan segera menghubungi kontak kekasihnya. Gigitan bibir bawahnya kian mengeras karena lagi- lagi panggilannya berujung akhir deringan lantaran tak kunjung diangkat. Kekasihnya memang sangatlah sibuk, . Tapi, dia membutuhkannya sekarang. "Aku keguguran... aku butuh kamu," lirihnya pilu.Dia selalu menjadi orang yang paling tak dianggap penting dalam lingkungan manapun menjadi kannya menemukan berbagai kesulitan, setelah mulai terbiasa dan berdamai, bersama Eno, Gista membangun harapan-harapan baru. Mempunyai anak adalah langkah awal. Dan sekarang semuanya telah lenyap.Panggilan lain masuk ke ponselnya. Nomor pribadi sahabatnya, Zehra. "Ya,halo, Ra?""Halo, Gis? Lo dimana sekarang?""Di kosan, kenapa, R
Javas yang tidak mengenakan apapun bergerak mendekati Zehra. Gadis itu kini terjebak di ruangan sempit berdinding dan berpintu kaca. Dalam guyuran shower, Zehra menarik pinggangnya lalu memagut bibirnya."Bukan di sini, Jav." Suara Zehra hampir tidak terdengar karena bunyi air yang menerpa dan kuluman Javas di bibirnya."Kamu sudah terlanjur basah, tinggal membuat yang di dalam juga basah," ujar Javas lalu menyesap leher Zehra.Jari Javas menyusup belahan milik Zehra, menempatkan ujung jari tengahnya di titik tertentu, kemudian perlahan bergerak memutar. Zehra melenguh karena gelenyar aneh menyerangnya. Isapan di leher, gerakan melingkar menekan tombol sensitifnya, guyuran air yang kian menggelitik menyebabkan Zehra membuka kakinya agar Javas lebih leluasa.Ah! tubuh Zehra malah bergerak tidak sesuai dengan pikiran dan ucapannya.Zehra menikmati permainan manja Javas di sana. Ya, dia harus menikmatinya selagi masih bergerak halus. Namun saat permainan kasar sudah Ya, dia harus menikmat
“Kamu tahu aku nggak suka ditolak ‘kan? Lagipula disini aku lah bossnya. Seperti yang kamu tanda tangani di kertas kesepakatan kita.” Zehra bisa memahami nada bicara dan tatapan yang mengancam khas Javas. benar, saat ini Javas lah bossnya dan dirinya hanyalah seseorang yang bekerja pada bossnya.“Bagaimana kalau kita lakukan sekarang. Maksudku, aku akan melayanimu hingga kamu puas, berapa kali pun aku akan melakukannya asal aku nggak ikut kamu ke sana," tawar Zehra."Kenapa?"“Aku masih punya pekerjaan lain, Javas! Dan disana pun aku hanyalah pegawai biasa.”Javas menatap Zehra dalam, menelusuri sekuat apa penolakan gadis ini. Mata Zehra cukup tajam menantang tatapannya. Javas tersenyum miring, dia yakin akan menang jika melakukan tawar- menawar."Jadi, kamu bersedia melayaniku seharian dan mengabulkan permintaanku?"“Permintaan yang mana?”“Aku mau kamu resign dari club malam itu, begitu aku pulang dari Singapura, kamu bukan lagi pelayan di tempat malam itu, bagaimana?” “Apa?! Java
“Nggak, dia nggak tau tempat ini… bahkan aku baru sekali bertemu lagi sama dia. Jadi kami nggak sering bertemu.” “Ok, cepat keluar dari mobilku dan pastikan kamu melaporkan semua kebaikanku pada Javas. Ok.”“Kamu itu pengacaranya Javas ‘kan? Maksud aku kenapa kamu mau repot-repot mengikuti semua keinginannya Javas? Apalagi aku tahu dari awal kamu nggak pernah suka aku mendekati Javas.”“Well, karena ini semua nggak gratis. Dan sayangnya itu bukan urusan kamu.”Zehra memaksakan menarik ujung bibirnya, tersenyum meringis. “Iya, maaf aku cuma penasaran. Aku pergi. Terima kasih.”***“Terserah setelah ini kamu anggap aku oportunis lah, matre lah, nggak tau diri lah. Tapi yang jelas aku benar-benar butuh diantarkan ke suatu tempat dan disediakan semuanya untuk berlibur.”“Hah?!”“Semua orang tahu kalau kamu orang kaya, maksud aku…. Kamu pasti punya destinasi dan tumpangan ke tempat yang tenang dan cocok bagi orang ingin berlibur sendirian. Kamu tenang aja, aku nggak mungkin menipu atau ma
"Aku tanya apa yang kamu pikirkan tentang aku sekarang? Apa kamu jadi ilfeel sama aku, karena akulah yang berperan jadi orang ketiga di rumah tangga yang kamu anggap harmonis itu?" “Aku nggak tau, jujur aku sadar kalau aku nggak berhak mempercayai sedikit dari yang aku lihat apalagi kalau sampai menghakimi kamu, aku cuma…. Mau bercerita tentang apa yang aku pikirkan tadi. Itu aja nggak lebih.” "Oke, biar aku beritahu satu hal. Bisa dibilang kami bekerja dunia yang sama, sama-sama berbisnis sebagai pemilik tempat jasa dan jasa. Kami sering bertemu di acara yang sama dan jangan salahkan aku kalau aku mampu menarik wanita manapun. Well, aku pria lajang dan Anne yang lebih dulu menggodaku, ok!”“Ok!”Sontak Alven menoleh, banyak tak percaya dengan jawaban cepat dan pendek dari Gista yang menurutnya setengah hati. Sial. Alven mendengus. "Jadi sekalipun kamu menyebarkan berita ini, yang terpuruk adalah Anne dan yang akan dipermasalahkan adalah kamu, sedangkan aku tetap di sini meneruskan
Zehra tersenyum sensual. "Jadi itu artinya aku berhasil." Zehra kembali mengalungkan tangannya di leher Javas, menekan pinggulnya agar mereka semakin rapat. "Aku sengaja menggoda kamu dengan cara yang salah, aku ingin kita melakukannya sekarang. Aku ingin merasakan esensi liburan yang sebenarnya, bukan jalang yang bekerja di pagi hari," ujarnya sembari meraba dada Javas demi meredam amarahnya.Javas memeluk Zehra, membelai rambutnya. "Jangan melakukannya lagi. Aku benar-benar akan menyakitimu kalau kamu tidur dengan orang lain disaat aku masih menginginkanmu." Dia menghirup aroma tubuh Zehra di ceruk lehernya."Lemaskan tubuhmu sayang. Kita berdua harus menikmatinya," tambahnya kembali pelan menggoyangkan pinggulnya.Zehra membeku. Keegoisan dan ancaman Javas membuatnya ngeri. Disaat yang sama pula dia mencair karena ungkapan "kita" yang berarti keegoisan pria itu telah goyah.Pinggul Javas yang bergerak pelan mulai menggelitik geli menggantikan rasa nyeri yang tadi menyerang Zehra . T
“Ya, ponsel ini milik Zehra. Ada keperluan apa menelponnya berkali-kali?”Di dalam kamar mandi, Zehra sangsi bahwa Javas akan mengikuti perkataannya, gerakan tangannya mulai melambat, ia cemas jika Javas berbuat lancang pada ponselnya seperti… Zehra mempertajam pendengarannya sudah tak ada lagi suara. Tapi hatinya bertambah cemas. Zehra menggelengkan kepalanya kasar, ia memutuskan buru-buru menyelesaikan ritual mandinya demi mengetahui apa yang dilakukan Javas tanpanya. "Javas!”Javas mendongak menatap Zehra yang berbalut handuk putih bersih dengan air yang masih menetes, ia duduk di depan Zehra, menyesap teh hangat di cangkirnya. "Ada apa Sayang? Apa yang kamu pikirkan sampai harus terburu-buru begitu?” tanya Javas menggoda, dan Zehra bersumpah ia mendengar nada mengejek dari suara Javas.“Ah, aku memang udah selesai,” jawab Zehra tersendat, sembari melirik ponselnya yang terletak aman di atas nakas.Javas memandang Zehra tak percaya, menunjukkan secara terang-terangan jika ia tak pe
“Well…. Sesuatu yang ingin aku praktek padamu, BDSM?”“Hah? Aku ‘kan udah bilang aku nggak mau!” saut Zehra melotot.“Anggap aja ini sebuah hukuman karena sudah menghianati hubungan kita,” balas Javas memandang Zehra dengan tatapan lurusnya.“Hufthh… dengar! Apapun itu aku tahu sulit buatku menolakmu karena statusku sekarang, tapi tolong jangan sekarang… aku capek setelah perjalanan jauh dan aku tahu kamu pasti sama capeknya jadi jangan sekarang, ok!”Javas menaikkan kedua bahunya acuh, “Ok, aku akan mandi duluan,” ucap Javas melewati Zehra yang melihatnya penuh antisipasi.***Javas yang bergeser mendekat. Menyelipkan lengan di pinggang dan memeluknya dari belakang. Sedangkan wajah pria itu mulai tenggelam di tengkuknya. "Jadi, kamu udah pasrah kalau aku akan mempraktekkannya sama kamu? Cuma perlu waktu yang tepat, ok aku paham."“Tapi, kamu tahu kita sedang berlibur ‘kan?”Zehra membeku. Bibir Javas menempel lembut di cekungan lehernya sementara napas pria itu yang mulai memberat be
Zehra termenung sesaat, dalam hati ia setuju dan sekali lagi ia dipaksa untuk mengingat posisinya. “Maaf… aku,”Javas melengos dan kembali sibuk berkutat dengan tabletnya itu, seolah menghentikan Zehra untuk bicara.Dan saat Zehra sudah menyimpan buku novel di dalam tasnya, giliran Javas yang mengabaikannya membuat Zehra cemberut karena ia jadi bingung harus melakukan apa, hingga ia memutuskan untuk mengatur posisi bangkunya untuk tidur sejenak. "Bangun!""Hah?""Kita udah sampai, ayo bersiap!" seru Javas singkat. Zehra mengucap syukur ketika pesawat yang mereka tumpangi berhasil landing dengan sempurna. "Jadi aku adalah orang pertama yang mengajakmu pergi sejauh ini, benar?" tanya Javas agak angkuh."Benar," saut Zehra kikuk, menurutnya agak menyedihkan untuk ia yang berusia dua puluh empat tahun, tapi masih terlampau sedikit pengalaman menyenangkan dalam hidupnya yang sebagian besar ia habiskan untuk bekerja dan menerima keadaan.Zehra mengikuti langkah kaki panjang Javas dari be
Butuh beberapa detik bagi Gista untuk bisa menjawabnya, “Entah berapa kali gue pertanyakan hal yang sama ke diri gue sendiri…dan semuanya terjadi begitu aja, gue sama mas Eno udah backstreet selama dua tahun, Ra. Lo tahu itu!”“Dan bukan berarti jalan yang akan kalian lalui kedepan adalah jalan yang sama yang kalian udah dilalui, ‘kan. Gis!”“Entahlah, Ra. Jujur gue juga udah capek dan muak sama keadaan ini.”Zehra merasa gemas, akan jawaban Gista yang selalu ragu namun jujur disaat bersamaan. “Dan nggak menutup kemungkinan, hubungan kalian akan terbongkar setidaknya sama istri sah pacar Lo itu, hal yang sebelumnya belum terjadi. Apa yang akan lo lakukan? Dan apa lo udah pernah tanya sama pacar Lo itu tentang itu?”Gista menunjukkan raut wajah sendu hingga meringis, lidahnya kelu. Karena hal itu selalu menjadi momok yang paling ia hindari. Ia menyadari jika ia tak memiliki mental wanita simpanan yang berani dan cuek meski ia sudah menjadi wanita simpanan pria beristri selama dua tahun
“Nggak semudah itu, Al! Setelah semua yang dia lakukan buat aku! Aku minta maaf…”Wanita itu tak berdaya meneruskan ucapannya sendiri, sibuk menghalau air mata yang hendak turun. "Kamu jelas tau aku pria yang nggak sabaran, dan aku bisa dengan mudah mendapatkan pengganti kamu-”"Dan aku tahu, aku nggak mungkin memintamu menunggu, kan?" saut Gista sengit, ia terganggu dengan pembelaan Alven barusan."Jangan memotong ucapanku. Kamu tahu pasti aku menginginkanmu, hingga kamu mungkin senang berada di atas angin sekarang. Tapi, aku bukan pria yang takut kehilangan. Aku mengizinkanmu masuk ke kehidupanku dengan syarat dia harus pergi dari kehidupanmu. Aku akan memberimu waktu. Bukan kamu yang menentukan, tapi aku. Jika aku memintamu datang, kamu wajib datang. Jika nggak setuju, kamu boleh melupakan apa yang barusan aku ucapkan."Gista bisa melihat pancaran mata yang marah dan tegas di kedua bola mata Alven, membuat ia semakin terpengaruh.“Bereskan semuanya, aku tunggu di lobi!” Alven tak
“Kamu yakin sudah dihukum?” Dengan sebelah tangan yang bebas, Javas menarik pinggang Zehra hingga menabrak tubuhnya.“Kalau itu bisa buat kamu nggak mempermasalahkan hal ini lagi, aku siap."Jawaban Zehra membuat Javas menambahkan tekanan pada rahangnya, membuat Zehra mengaduh lirih, “Dan apa?! Kamu akan mengulangi kesalahan yang sama? Apa kamu sebegitu menginginkannya? Katakan! Apa yang kurang dari aku sampai kamu selingkuh dibelakangku, hah?!”Sejenak Zehra terpaku pada kemarahan Javas yang sarat akan kekecewaan, perkataan Javas barusan seolah mereka benar-benar dalam hubungan yang asli dan serius. “Aku paling benci pengkhianatan dan bukannya aku sudah mengatur semuanya di surat kesepakatan kita, hmm?”“Aku.. minta.. maaf,” jawab Zehra terseret-seret.“Siapa pun pria tadi, berhentilah menemuinya. Paham!”Meski kesulitan karena dagunya masih diremas kuat oleh Javas, Zehra menganggukkan kepalanya.“Katakan dengan jelas, sayang!”“Lepasin dulu daguku, ini sakit Jav!”Javas setuju mele
“Diam! Atau aku akan memperkosa kamu disini, mau kamu?”Seketika Zehra bungkam, perasaan takut menjalar di seluruh tubuhnya setelah mendapatkan tatapan tajam disertai ancaman bernada tinggi dari Javas. Ia melarikan pandangannya ke arah samping menatap jalanan yang terasa dipacu lebih cepat di matanya, membuat ia semakin didera rasa takut. Biasanya ia akan lebih memilih melawan demi bisa diturunkan dari mobil agar ia terbebas dari rasa takut mengalami kecelakaan mobil.Zehra memutuskan untuk memakai seat belt dan memejamkan matanya dengan posisi duduk tegang."Jadi, udah puas bersenang-senang dengan kekasih rahasiamu? Oh sebentar, apa akulah yang sudah menjadi kekasih rahasiamu?" dengus Javas mencemooh membuka, sengaja membuka obrolan. “Kalau aku belum balik dan nggak menemukanmu tadi, apa itu artinya kalian akan lanjut bercinta di tempat itu, eh?!” tambahnya mengejek.Zehra tak menjawab. Hanya kembali memalingkan wajah ke arah depan. Ya, waktu bebasnya telah usai. Ia harus kembali be
“Zehra,”“Ya?”“Makasih ya buat hari ini, dan besok aku jemput kamu disini jam sembilan, ya!”“Ok,” Zehra melepaskan safety belt, dan melangkah keluar dari mobil Ricky, hanya butuh beberapa langkah ia dipanggil kembali oleh Ricky membuatnya berhenti dan menoleh dengan senyuman yang tak pernah luntur.Ricky melingkarkan tangannya pada pinggang Zehra, mendekatkan tubuh mereka dan mengangkat wajah Zehra demi mencumbu bibir merah muda milik Zehra, ia bisa merasakan tubuh Zehra yang tersentak kecil sebagai reaksi pertamanya dan diikuti dengan membalas cumbuannya, sejenak ia senang bukan kepalang terlebih Zehra cukup mengimbangi cumbuan mereka. Tak seperti dulu, Zehranya telah bermetamorfosa.“Rick, cukup ya. Udah malam, jangan lupa jemput aku besok pagi.” ucap Zehra dengan nada yang tersengal diselimuti kemanjaan, ia jelas menikmatinya.“Iya, istirahat dan mimpi yang indah, dah.”“Dah, hati-hati dijalan.”Zehra melepas kepergian Ricky dengan perasaan campur aduk, ada rasa deg-degan yang me