“Kalau sebelumnya sudah merasakan sakit dibagian perut, dan muncul flek ketika kamu sudah tahu bahwa kamu sedang hamil, lantas kenapa nggak langsung periksa ke dokter kandungan secepatnya?”Gista menghalau ingatannya beberapa waktu lalu, ia merogoh bawah bantal, membuka sandi ponselnya dan segera menghubungi kontak kekasihnya. Gigitan bibir bawahnya kian mengeras karena lagi- lagi panggilannya berujung akhir deringan lantaran tak kunjung diangkat. Kekasihnya memang sangatlah sibuk, . Tapi, dia membutuhkannya sekarang. "Aku keguguran... aku butuh kamu," lirihnya pilu.Dia selalu menjadi orang yang paling tak dianggap penting dalam lingkungan manapun menjadi kannya menemukan berbagai kesulitan, setelah mulai terbiasa dan berdamai, bersama Eno, Gista membangun harapan-harapan baru. Mempunyai anak adalah langkah awal. Dan sekarang semuanya telah lenyap.Panggilan lain masuk ke ponselnya. Nomor pribadi sahabatnya, Zehra. "Ya,halo, Ra?""Halo, Gis? Lo dimana sekarang?""Di kosan, kenapa, R
Javas yang tidak mengenakan apapun bergerak mendekati Zehra. Gadis itu kini terjebak di ruangan sempit berdinding dan berpintu kaca. Dalam guyuran shower, Zehra menarik pinggangnya lalu memagut bibirnya."Bukan di sini, Jav." Suara Zehra hampir tidak terdengar karena bunyi air yang menerpa dan kuluman Javas di bibirnya."Kamu sudah terlanjur basah, tinggal membuat yang di dalam juga basah," ujar Javas lalu menyesap leher Zehra.Jari Javas menyusup belahan milik Zehra, menempatkan ujung jari tengahnya di titik tertentu, kemudian perlahan bergerak memutar. Zehra melenguh karena gelenyar aneh menyerangnya. Isapan di leher, gerakan melingkar menekan tombol sensitifnya, guyuran air yang kian menggelitik menyebabkan Zehra membuka kakinya agar Javas lebih leluasa.Ah! tubuh Zehra malah bergerak tidak sesuai dengan pikiran dan ucapannya.Zehra menikmati permainan manja Javas di sana. Ya, dia harus menikmatinya selagi masih bergerak halus. Namun saat permainan kasar sudah Ya, dia harus menikmat
“Kamu tahu aku nggak suka ditolak ‘kan? Lagipula disini aku lah bossnya. Seperti yang kamu tanda tangani di kertas kesepakatan kita.” Zehra bisa memahami nada bicara dan tatapan yang mengancam khas Javas. benar, saat ini Javas lah bossnya dan dirinya hanyalah seseorang yang bekerja pada bossnya.“Bagaimana kalau kita lakukan sekarang. Maksudku, aku akan melayanimu hingga kamu puas, berapa kali pun aku akan melakukannya asal aku nggak ikut kamu ke sana," tawar Zehra."Kenapa?"“Aku masih punya pekerjaan lain, Javas! Dan disana pun aku hanyalah pegawai biasa.”Javas menatap Zehra dalam, menelusuri sekuat apa penolakan gadis ini. Mata Zehra cukup tajam menantang tatapannya. Javas tersenyum miring, dia yakin akan menang jika melakukan tawar- menawar."Jadi, kamu bersedia melayaniku seharian dan mengabulkan permintaanku?"“Permintaan yang mana?”“Aku mau kamu resign dari club malam itu, begitu aku pulang dari Singapura, kamu bukan lagi pelayan di tempat malam itu, bagaimana?” “Apa?! Java
“Nggak, dia nggak tau tempat ini… bahkan aku baru sekali bertemu lagi sama dia. Jadi kami nggak sering bertemu.” “Ok, cepat keluar dari mobilku dan pastikan kamu melaporkan semua kebaikanku pada Javas. Ok.”“Kamu itu pengacaranya Javas ‘kan? Maksud aku kenapa kamu mau repot-repot mengikuti semua keinginannya Javas? Apalagi aku tahu dari awal kamu nggak pernah suka aku mendekati Javas.”“Well, karena ini semua nggak gratis. Dan sayangnya itu bukan urusan kamu.”Zehra memaksakan menarik ujung bibirnya, tersenyum meringis. “Iya, maaf aku cuma penasaran. Aku pergi. Terima kasih.”***“Terserah setelah ini kamu anggap aku oportunis lah, matre lah, nggak tau diri lah. Tapi yang jelas aku benar-benar butuh diantarkan ke suatu tempat dan disediakan semuanya untuk berlibur.”“Hah?!”“Semua orang tahu kalau kamu orang kaya, maksud aku…. Kamu pasti punya destinasi dan tumpangan ke tempat yang tenang dan cocok bagi orang ingin berlibur sendirian. Kamu tenang aja, aku nggak mungkin menipu atau ma
"Aku tanya apa yang kamu pikirkan tentang aku sekarang? Apa kamu jadi ilfeel sama aku, karena akulah yang berperan jadi orang ketiga di rumah tangga yang kamu anggap harmonis itu?" “Aku nggak tau, jujur aku sadar kalau aku nggak berhak mempercayai sedikit dari yang aku lihat apalagi kalau sampai menghakimi kamu, aku cuma…. Mau bercerita tentang apa yang aku pikirkan tadi. Itu aja nggak lebih.” "Oke, biar aku beritahu satu hal. Bisa dibilang kami bekerja dunia yang sama, sama-sama berbisnis sebagai pemilik tempat jasa dan jasa. Kami sering bertemu di acara yang sama dan jangan salahkan aku kalau aku mampu menarik wanita manapun. Well, aku pria lajang dan Anne yang lebih dulu menggodaku, ok!”“Ok!”Sontak Alven menoleh, banyak tak percaya dengan jawaban cepat dan pendek dari Gista yang menurutnya setengah hati. Sial. Alven mendengus. "Jadi sekalipun kamu menyebarkan berita ini, yang terpuruk adalah Anne dan yang akan dipermasalahkan adalah kamu, sedangkan aku tetap di sini meneruskan
Gista tak sempat menolak atau memang imannya tak cukup kuat menolak cumbuan lanjutan dari pria cassanova macam Alven. Gista menerima sepenuhnya, ikut membalas walau terasa didominasi. Gista merasakan lumatan di bibirnya di posisi yang tidak menyenangkan. Gista bahkan tidak tahu kapan lidah pria itu menyusup masuk di mulutnya karena yang dirasakannya pria itu mulai menghisap lidah, bibir atas dan bawahnya secara brutal dan bergantian cukup lama hingga merasa napasnya akan berakhir di basement.Alven menghentikan lumatannya, memberikan waktu bagi dirinya dan Gista menghirup oksigen. Pria itu menarik lembut rambut Gista ke belakang agar kepalanya mendongak ke atas melihat wajah Alven. Mata mereka beradu, kobaran hasrat di bola mata hitam pekat itu jelas terlihat. Suara napas bersahutan mengiringi suasana panas mereka."Al, berhe....""Sssttttt...." Pria itu meletakkan jari telunjuknya di "Sssttttt...." Pria itu meletakkan jari telunjuknya di bibir Gista. "Aku suka cara kamu memanggil nam
“Zehra,”“Ya?”“Makasih ya buat hari ini, dan besok aku jemput kamu disini jam sembilan, ya!”“Ok,” Zehra melepaskan safety belt, dan melangkah keluar dari mobil Ricky, hanya butuh beberapa langkah ia dipanggil kembali oleh Ricky membuatnya berhenti dan menoleh dengan senyuman yang tak pernah luntur.Ricky melingkarkan tangannya pada pinggang Zehra, mendekatkan tubuh mereka dan mengangkat wajah Zehra demi mencumbu bibir merah muda milik Zehra, ia bisa merasakan tubuh Zehra yang tersentak kecil sebagai reaksi pertamanya dan diikuti dengan membalas cumbuannya, sejenak ia senang bukan kepalang terlebih Zehra cukup mengimbangi cumbuan mereka. Tak seperti dulu, Zehranya telah bermetamorfosa.“Rick, cukup ya. Udah malam, jangan lupa jemput aku besok pagi.” ucap Zehra dengan nada yang tersengal diselimuti kemanjaan, ia jelas menikmatinya.“Iya, istirahat dan mimpi yang indah, dah.”“Dah, hati-hati dijalan.”Zehra melepas kepergian Ricky dengan perasaan campur aduk, ada rasa deg-degan yang me
“Diam! Atau aku akan memperkosa kamu disini, mau kamu?”Seketika Zehra bungkam, perasaan takut menjalar di seluruh tubuhnya setelah mendapatkan tatapan tajam disertai ancaman bernada tinggi dari Javas. Ia melarikan pandangannya ke arah samping menatap jalanan yang terasa dipacu lebih cepat di matanya, membuat ia semakin didera rasa takut. Biasanya ia akan lebih memilih melawan demi bisa diturunkan dari mobil agar ia terbebas dari rasa takut mengalami kecelakaan mobil.Zehra memutuskan untuk memakai seat belt dan memejamkan matanya dengan posisi duduk tegang."Jadi, udah puas bersenang-senang dengan kekasih rahasiamu? Oh sebentar, apa akulah yang sudah menjadi kekasih rahasiamu?" dengus Javas mencemooh membuka, sengaja membuka obrolan. “Kalau aku belum balik dan nggak menemukanmu tadi, apa itu artinya kalian akan lanjut bercinta di tempat itu, eh?!” tambahnya mengejek.Zehra tak menjawab. Hanya kembali memalingkan wajah ke arah depan. Ya, waktu bebasnya telah usai. Ia harus kembali be