"Eh aku..." Zehra mengerjap lagi, "Aku mau membeli bahan makanan di supermarket, nggak ada makanan apapun disini." kilahnya, mengucapkan hal pertama yang terpikir di dalam benaknya.Javas mengernyit, "Apa nggak kelihatan, ya? Aku sudah memesan makan siang buat kita, itu! Aku taruh di island kitchen." Javas menunjukkan kantong makanan berlogo restoran terkenal, di tempat yang dimaksud, tidak ada pembatas antara area dapur dan ruang tengah. Membuat mereka bisa langsung melihat kantong makanan itu. "Oh iya, udah ada ya." gumam Zehra. "Kamu nggak mau menatanya di piring sementara aku mandi?" tanyanya lembut, add ke area dapur. Ketika Javas melangkah ke kamar dan mandi, Zehra menata makanan di dapur dengan frustasi, kenapa Javas terlalu berinisiatif? Kenapawaktunya begitu tidak tepat?Semua masakan yang dibeli Javas tampak hangat dan menggiurkan sehingga mau tak mau menggugah selera Zehra. Dalam hati ia bersyukur bisa segera merasakan makanan mahal dan sehat ini. "Kamu pasti menyukai
Sesekali Javas memantau jam yang melingkar apik di pergelangan tangannya, ia menyadari jika seharusnya Zehra sudah sampai di ruang kantornya. Dengan lihai ia melakukan pekerjaannya lebih singkat. “Terimakasih atas kepercayaannya, dan saya pamit karena masih banyak pekerjaan yang menunggu.“Javas tersenyum tipis mengangguk kecil dan mempersilahkan tamu pentingnya untuk keluar ruangan. Tamu penting itu akhirnya pulang juga, sudah, semua berjalan sesuai keinginannya.Javas kembali melihat arlojinya, ia pun bergegas mengambil barang bawaan dan berjalan keluar ruangan meeting menuju ruang kantornya.Sepanjang jalan ia berpikir jika ia mulai rakus akan kehadiran wanitanya, nama yang ia kenal sebagai Lyra selalu muncul dibenaknya, meski masih tersisa rasa marah karena tindakan lancang yang dilakukan oleh Zehra hal itu justru membuat ia memiliki alasan untuk memberi hukuman berupa seluruh waktu Zehra yang harus dihabiskan bersamanya. Javas mengernyitkan dahinya, seharusnya tak perlu ada ra
Lalu menelusuri bagian samping payudara Zehra, menikmatinya dengan ciuman sehingga meninggalkan jejak-jejak basah dan panas di sana.Zehra melengkungkan punggungnya atas sensasi yang menyiksanya tanpa ampun. Dalam kondisi terikat dan tak berdaya, merasakan lelaki bak iblis itu mencumbunya, dan menyiksanya dengan godaan-godaannya yang sangat ahli, ada perasaan aneh yang menjalar di tubuhnya. Seperti gelenyar panas yang bergulung-gulung, terasa seperti arus listrik yang mengalir dari jemarinya, dan menjadi semakin panas ketika menyatu di pusat dirinya.Dan jemari Javas menyentuh ke sana, dengan begitu ahli, memainkan Zehra sesuka hatinya. Tubuh Zehra meronta tak tahan akan alunan sensasi permainan jemari Javas, tapi lengan Javas yang kuat menahan tubuhnya.Kemudian bibir Javas mengikuti jemarinya. Zehra terkesiap merasakan hembusan napas panas di pusat dirinya. Saat itulah dia menegakkan tubuhnya dan tertahan oleh ikatan di pergelangan tangan.“Jangan!!” teriaknya panik, mencoba mengenc
“Oh ya, bukannya karena itu nama aslinya? Dan nama Lyra adalah sekedar nama panggung?”“Apa?!”Alven tertawa kecil yang terdengar tengah mengejek sambil melewati Gista yang berjalan melambat di sebelahnya. “Aku tahu sebagian pekerja yang bekerja di club malam memakai nama samaran atau nama singkatan, saat sedang bekerja. Semakin dalam dan lama kalian bekerja disana semakin nama samaran itu melekat pada diri kalian. Tapi sepertinya Lyra belum bekerja selama dan sedalam itu ya?”Ada nada mengejek yang semakin ketara dan itu mulai memancing reaksi Gista, setelah keduanya memasuki kotak lift, Gista lekas bertanya. “Apa maksud kamu dengan kata sedalam itu?”“Apa Lyra belum lama bekerja di club malam? Dan apa dia belum lama menjadi wanita penghibur?”“Zehra bukan wanita penghibur! Dan kamu harusnya jawab pertanyaan lawan bicara kamu sebelum bertanya!” sergah Gista kesal.Alven menaikkan sebelah alisnya dan mengangguk kecil, ia setuju dengan “Tapi seorang pemandu karaoke yang bisa menghibur
"Aku tahu kamu akan memberiku kesempatan setelah ini, Ra, makasih sayang.”Wajah Zehra memerah. “Aku harus pergi,“Dia tergesa membuka pintu mobil dan membawa tungkainya yang terasa lemah berlari menuju gedung apartemen. Astaga, itu tadi apa? Memalukan sekali! Dia mengelus dada, merasakan jantungnya yang masih berdegup kencang. Setelah yang tadi, apa yang dipikirkan Ricky tentang dirinya? Bagaimana ia harus mengartikan perasaannya sendiri? **Zehra membuka kunci pintu, menarik pintu apartemen terbuka dan kakinya sudah akan bergerak melangkah keluar ketika tiba-tiba seluruh tubuh gadis itu membeku. Menyaksikan pemandangan mengejutkan yang ada di hadapannya.Javas duduk bersandar di atas sofa, sementara tubuh yang dibungkus dress mini itu duduk di atas pangkuan pria itu. Wanita yang memiliki rambut coklat karamel yang panjangnya hampir sepinggang, Zehra berani bertaruh jika ia adalah wanita kaya yang terbiasa bersolek dengan modal mahal. Dan bagian rambut wanita itu menutup wajah Javas
Javas langsung memasukkan lidahnya ke mulut Zehra. Javas benar benar kehilangan akal sehatnya.“Jav, sakit…”Javas sempat menghentikan cumbuannya meski masih mengurung dengan tubuh telanjangnya. Keduanya saling menatap intens sebelum tiba-tiba Javas menyerbu Zehra dengan ciuman panas yang membuat Zehra nyaris kehabisan nafas. Javas melepaskan ciumannya dan menyeka sudut bibir wanitanya."Kamu milikku Lyra. Selama kamu masih menjadi milikku, jangan pernah berani mengkhianati aku di belakangku! Dan lagi, jangan pernah mencoba melangkahi batasanmu atau kamu akan menyesal karena mencari masalah denganku."Belum sempat Zehra menjawab, Javas sudah terlebih dahulu membungkam mulut istrinya itu dan mulai melucuti pakaian yang dikenakan Zehra."Aaaaaah."Zehra mendesah nikmat kala Javas menghujamnya dengan kasar. Javas yang merasakan penyerahan diri Zehra bahkan ikut terbuai semakin membuat panas percintaan penuh emosi yang mereka lakukan.Sebelah kaki Zehra melingkar di pinggang Javas hingga
“Kalau sebelumnya sudah merasakan sakit dibagian perut, dan muncul flek ketika kamu sudah tahu bahwa kamu sedang hamil, lantas kenapa nggak langsung periksa ke dokter kandungan secepatnya?”Gista menghalau ingatannya beberapa waktu lalu, ia merogoh bawah bantal, membuka sandi ponselnya dan segera menghubungi kontak kekasihnya. Gigitan bibir bawahnya kian mengeras karena lagi- lagi panggilannya berujung akhir deringan lantaran tak kunjung diangkat. Kekasihnya memang sangatlah sibuk, . Tapi, dia membutuhkannya sekarang. "Aku keguguran... aku butuh kamu," lirihnya pilu.Dia selalu menjadi orang yang paling tak dianggap penting dalam lingkungan manapun menjadi kannya menemukan berbagai kesulitan, setelah mulai terbiasa dan berdamai, bersama Eno, Gista membangun harapan-harapan baru. Mempunyai anak adalah langkah awal. Dan sekarang semuanya telah lenyap.Panggilan lain masuk ke ponselnya. Nomor pribadi sahabatnya, Zehra. "Ya,halo, Ra?""Halo, Gis? Lo dimana sekarang?""Di kosan, kenapa, R
Javas yang tidak mengenakan apapun bergerak mendekati Zehra. Gadis itu kini terjebak di ruangan sempit berdinding dan berpintu kaca. Dalam guyuran shower, Zehra menarik pinggangnya lalu memagut bibirnya."Bukan di sini, Jav." Suara Zehra hampir tidak terdengar karena bunyi air yang menerpa dan kuluman Javas di bibirnya."Kamu sudah terlanjur basah, tinggal membuat yang di dalam juga basah," ujar Javas lalu menyesap leher Zehra.Jari Javas menyusup belahan milik Zehra, menempatkan ujung jari tengahnya di titik tertentu, kemudian perlahan bergerak memutar. Zehra melenguh karena gelenyar aneh menyerangnya. Isapan di leher, gerakan melingkar menekan tombol sensitifnya, guyuran air yang kian menggelitik menyebabkan Zehra membuka kakinya agar Javas lebih leluasa.Ah! tubuh Zehra malah bergerak tidak sesuai dengan pikiran dan ucapannya.Zehra menikmati permainan manja Javas di sana. Ya, dia harus menikmatinya selagi masih bergerak halus. Namun saat permainan kasar sudah Ya, dia harus menikmat